Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Studi Komparasi Desain Meubel Ruang Tunggu Terhadap Kenyamanan Pengunjung Bioskop XXI Bandung Indah Plaza Dengan CGV Bandung Electronik Center Andrianawati, Aida; Anwar, Hendi; Fidinillah, Amany; Goestien, Chintya Sagita
Arsir Vol 2, No 2 (2018): ARSIR
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v2i2.1293

Abstract

Industri hiburan pada era modern merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam menyeimbangkan hidup. Terutama untuk masyarakat urban dengan tingkat perekonomian menengah keatas yang pola hidupnya sangat sibuk. Industri hiburan adalah salah satu fasilitas yang banyak dipergunakan untuk melepaskan kepenatan. Salah satu industri hiburan yang sering dikunjungi masyarakat urban bioskop. Bioskop  merupakan pertunjukkan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot sehingga dapat bergerak. Bioskop juga dapat diartikan sebagai tempat untuk menonton pertunjukkan film dengan menggunakan layar lebar, dimana gambar dari film diproyeksikan ke layar dengan menggunakan proyektor. (Badan Pusat Statistik, 2016). Bioskop banyak sekali jenisnya akan tetapi bioskop di Kota Bandung ada dua jenis yaitu XXI dan CGV. Bioskop XXI dan CGV ini mempunyai karakter yang berbeda baik dari segi interior, fasilitas pengunjung maupun jenis filmnya. Dalam penelitian ini akan membahas masalah interior, terutama desain meubel dari kedua jenis bioskop tersebut. Hal ini sangat menarik untuk dijadikan studi komparasi mengingat desain meubel di ruang tunggu merupakan fasilitas yang sangat penting karena berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung. Metodologi penelitian yang akan dipakai adalah deskriptif kualitatif. Studi komparasi ini akan mengambil desain meubel ruang tunggu, menganalisa dari perbedaannya dan menyimpulkan hasil akhir yang berkaitan dengan penggayaan desain serta pengaruhnya terhadap  kenyamanan pengunjung bioskop.
Studi Komparasi Desain Meubel Ruang Tunggu Terhadap Kenyamanan Pengunjung Bioskop XXI Bandung Indah Plaza Dengan CGV Bandung Electronik Center Andrianawati, Aida; Anwar, Hendi; Fidinillah, Amany; Goestien, Chintya Sagita
Arsir Vol 2, No 2 (2018): Arsir
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v2i2.1300

Abstract

Industri hiburan pada era modern merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam menyeimbangkan hidup. Terutama untuk masyarakat urban dengan tingkat perekonomian menengah keatas yang pola hidupnya sangat sibuk. Industri hiburan adalah salah satu fasilitas yang banyak dipergunakan untuk melepaskan kepenatan. Salah satu industri hiburan yang sering dikunjungi masyarakat urban bioskop. Bioskop  merupakan pertunjukkan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot sehingga dapat bergerak. Bioskop juga dapat diartikan sebagai tempat untuk menonton pertunjukkan film dengan menggunakan layar lebar, dimana gambar dari film diproyeksikan ke layar dengan menggunakan proyektor. (Badan Pusat Statistik, 2016). Bioskop banyak sekali jenisnya akan tetapi bioskop di Kota Bandung ada dua jenis yaitu XXI dan CGV. Bioskop XXI dan CGV ini mempunyai karakter yang berbeda baik dari segi interior, fasilitas pengunjung maupun jenis filmnya. Dalam penelitian ini akan membahas masalah interior, terutama desain meubel dari kedua jenis bioskop tersebut. Hal ini sangat menarik untuk dijadikan studi komparasi mengingat desain meubel di ruang tunggu merupakan fasilitas yang sangat penting karena berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung. Metodologi penelitian yang akan dipakai adalah deskriptif kualitatif. Studi komparasi ini akan mengambil desain meubel ruang tunggu, menganalisa dari perbedaannya dan menyimpulkan hasil akhir yang berkaitan dengan penggayaan desain serta pengaruhnya terhadap  kenyamanan pengunjung bioskop.
ANALISIS POLA PENATAAN RUANG PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK AMANAH BANDUNG BERDASARKAN AKTIVITAS DAN PERILAKU PENGHUNI Komang Felly Pande; Aida Andrianawati; Tita Cardiah
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 4 No. 1 (2021): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.111 KB)

Abstract

Pola penataan ruang pada suatu bangunan dapat mempengaruhi perkembangan psikologis penghuni. Salah satunya ruangan pada Panti Asuhan Anak dimana terdapat anak – anak dengan usia dan karakter berbeda. Segala aspek yang berada di panti asuhan ini harus mampu mendukung terciptanya pengasuhan yang baik salah satunya melalui penataan ruang sehingga anak akan merasa nyaman dan anak bisa berkembang sesuai dengan perkembangan usia anak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penataan ruang yang baik sesuai perkembangan usia anak asuh sehingga bisa mendukung perkembangan anak. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan studi kasus yang dilakukan pada Panti Sosial Asuhan Anak Amanah melalui studi literatur dan observasi. Hasil dari analisa studi kasus ini berdasarkan studi literatur akan menghasilkan sebuah kriteria pola penataan ruang yang sesuai dengan karakteristik anak asuh yang berada di panti asuhan ini. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam pola penataan ruang pada Panti Sosial Asuhan Anak Amanah ini harus memperhatikan karakter anak asuh dari segi fisik dan psikologis.
CHARACTERISTICS OF SCHOOL BUILDING FACADE WITH THE ADOPTION OF COLONIAL STYLE IN BANDUNG (CASE STUDY: SMP NEGERI 2 BANDUNG) Della Fadhilah; Aida Andrianawati
Ide dan Dialog Desain Indonesia (Idealog) Vol 6 No 1 (2021): Jurnal Idealog Vol 6 No 1
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/idealog.v6i1.3153

Abstract

Colonial building implies acculturation accompanied by a process of adaptation between two different nations. The facade building is the first visual element has a characteristic depending on the style of the colonial building. Characteristics of colonial buildings in general are use of gewel, towers, dormers, symmetrical plans, open roofs with sharp slopes, lined pillars, high building scales and wide window models shaped like fighting butterflies. 2 Junior High School Bandung is an example of a Dutch Colonial-style building located at Sumatra street No. 42. Qualitative research methods are used with descriptive data. The qualitative theoretical basis is used as a guide so the research focus is appropriate. Data collection techniques were carried out through a literature search which was accessed via internet. The results showed that seven characteristics of colonial buildings (except towers) were owned by 2 JHS Bandung in the past and present. The building's aesthetic values are also owned entirely by the building, namely balance, rhythm, proportion, harmony, climax and functional expression. Changes that affect the visual facade building are the repainting of the entire building, thus causing the transfer the function of the pillars to become accents in the building. Then, the front yard is added with some flagpoles and trees. The style of the facade building is Dutch colonial, which can also be referred to The Empire Style / The Dutch Colonial. Keywords : Colonial buildings, building facades, facade elements, Dutch colonial, SMPN 2 Bandung
Perancangan Fasilitas Klinik Citra Sehat Bandung Sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Djoko Murdowo; Ratri Wulandari; Aida Andrianawati; Idhar Resmadi; Randy Pandita Bastari; Asep Mulyana
Jurnal Abdimas Berdaya : Jurnal Pembelajaran, Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Vol 4, No 02 (2021): Jurnal Abdimas Berdaya
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/jab.v4i02.127

Abstract

E-kiosk dan Pelatihan Konten Digital Instagram untuk Peningkatan Layanan Kesehatan Klinik Ratri Wulandari; Idhar Resmadi; Djoko Murdowo; Asep Mulyana; Rendy Pandita; Aida Andrianawati; Togar Mulya Radja
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 4 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i4.10382

Abstract

Abstract The public health index is part of the Regional Government's plan, also the Sustainable Development Goal number 3. To assist public health improvement, a community service was carried out with partner Citra Sehat Clinic, Sadang Serang, Bandung City. The activity was carried out through preparation, implementation, and evaluation. The preparation stage was conducted through surveys, observations, literature collection, and interviews. The implementation phase consisted of installing furniture and tools, workshops on the use of tools and queuing systems, and optimizing the use of social media. The evaluation stage was in the form of questionnaire feedback to partners. All stages were carried out collaboratively involving interior design, visual communication design, and information technology (IT). The results of the service are in the form of an e-kiosk, examples of social media content, and training. Efforts to improve public health in the digital era must use technology for data storage and public health media literacy. Design and IT collaboration can provide comprehensive solutions to problems in society. The provision of design and IT-based facilities needs to be accompanied by training on their use to be sustainable. Keywords: design, information technology, clinic, public health Abstrak Indeks kesehatan masyarakat merupakan bagian dari RKP Pemerintah Daerah, juga tujuan Sustainable Development Goals nomor 3. Dalam rangka membantu upaya peningkatan kesehatan masyarakat, dilakukan pengabdian masyarakat dengan mitra Klinik Citra Sehat Sadang Serang, Kota Bandung. Pengabdian masyarakat dilakukan melalui tahapan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap persiapan berupa survey, observasi, pengumpulan literatur, dan wawancara. Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan pemasangan mebel dan alat, workshop penggunaan alat dan sistem antrian, serta optimasi penggunaan media sosial. Tahap evaluasi berupa kuisioner feedback kepada mitra. Seluruh tahapan dilakukan secara kolaboratif melibatkan ilmu desain interior, desain komunikasi visual, dan teknologi informasi (IT). Hasil pengabdian berupa e-kiosk, contoh konten media sosial, dan pelatihan. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat di era digital perlu memanfaatkan teknologi untuk penyimpanan data dan media literasi kesehatan masyarakat. Kerjasama desain dan IT mampu memberikan solusi komprehensif pada permasalahan di masyarakat. Pemberian fasilitas berbasis desain dan IT perlu disertai dengan pelatihan penggunaannya agar dapat berkelanjutan. Kata kunci: desain, teknologi informasi, klinik, kesehatan masyarakat
Transformasi Spasial Fisik dan Teritorial Pada Bangunan Cagar Budaya. Studi Kasus: Museum Gedung Sate, Bandung Vika Haristianti; Aida Andrianawati; Idhar Resmadi
RUAS Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : RUAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2022.020.02.3

Abstract

This study aims to discuss the extent to which the spatial transformation due to the renovation of cultural heritage buildings can affect the physical building and the user's territory, as well as its influence on the concept of architecture as the language of development. This study uses a qualitative method. Data was collected by field observations, interviews, and literature review. The sampling was carried out using a non-random or purposive type of sample. The results of the analysis show that there has been a physical and territorial transformation in Gedung Sate, Bandung as an effect of the construction of the Gedung Sate Museum. The control role of stakeholders also greatly influences the extent to which this transformation takes place. Not only interior elements, space layouts, as well as facade elements, and user territories have changed. Furthermore, the existing transformation more or less also affects development in the Gedung Sate area, and for the city of Bandung in general. Where the role of Gedung Sate's architecture is now becoming broader and more abstract. Not only becomes an artifact, but also becomes something more economic and commercial (commodification).
Peningkatan Pemahaman Masyarakat Terhadap Nilai Cagar Budaya Berbasis Wisata Tematik Google Maps di Purwakarta Ratri Wulandari; Vika Haristianti; Idhar Resmadi; Djoko Murdowo; Annisa Aditsania; Aida Andrianawati; Rendy Pandita B; Wibisono Tegar GP; Aniq Atiqi R; Siti Saadah
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.609 KB) | DOI: 10.31949/jb.v4i1.4018

Abstract

Pada era Hindia Belanda, Kabupaten Purwakarta adalah ibukota Karesidenan Karawang, sehingga di Kabupaten Purwakarta terdapat kawasan pusat kota dengan alun-alun dan kelengkapan infrastruktur lainnya. Kelebihan ini belum disadari sebagai potensi oleh pemerintah daerah maupun masyarakat. Padahal, pemahaman terhadap potensi cagar budaya akan mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) daerah. Dari permasalahan tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat ini menawarkan dua solusi yaitu, memberikan ilmu dan metode untuk peningkatan pemahaman masyarakat terhadap potensi cagar budaya daerah dan pengembangan peta wisata tematik berbasis Google Maps. Di dalamnya terdapat kegiatan terkait inventarisasi dan dokumentasi bangunan cagar budaya, termasuk pengetahuan teknologi untuk membangun media literasi cagar budaya. Metode yang digunakan melalui survey lapangan dan wawancara, penyusunan proposal, dan pencarian alternative solusi. Pada pelaksanaan kegiatan, metode yang digunakan adalah transfer pengetahuan melalui kegiatan workshop Adapun luaran kegiatan berupa infografis, peta tematik cagar budaya, dan website. Serta transfer pengetahuan dan metode kepada staf DISPORAPARBUD, dan masyarakat pecinta warisan budaya di bawah binaan DISPORAPARBUD Kabupaten.
Rancang Bangun Antarmuka Wearable Pulse Oximeter Berbasis Android Dengan Komunikasi Bluetooth Thalita Rizka Anindya; Aida Andrianawati; Hana Faza Surya Rusyda
eProceedings of Engineering Vol 8, No 5 (2021): Oktober 2021
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hotel Mercure Bandung City Centre merupakan salah satu perusahaan jasa perhotelan yang masuk dalam Umbrella Brand dari Accor. Accor merupakan salah satu perusahaan terbaik di Eropa yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata. Mercure didirukan pada tahun 1967. Hotel Mercure Bandung City Centre adalah hotel dengan jenis City Hotel. Branding yang kuat dapat membuat Hotel Mercure Bandung City Centre menjadi tujuan hotel bagi para wisatawan atau yang melakukan perjalanan bisnis karena memiliki lokasi sangat strategis. Branding adalah sebuah metode untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan dan menciptakan sebuah awareness, branding merupakan nama, istilah, tanda, logo, rancangan atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual dengan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Brand identitas Hotel Mercure memiliki visi, misi dan tagline Generate local tradition yang berarti Hotel Mercure harus mengangkat budaya lokal pada setiap masing-masing tempat daerah hotel berdiri. Hal ini tidak dapat dirasakan saat melakukan studi lapangan terhadap Hotel Mercure City Centre Bandung. Kata Kunci : City Hotel, Branding, lokal
Transformasi Spasial Fisik dan Teritorial Pada Bangunan Cagar Budaya. Studi Kasus: Museum Gedung Sate, Bandung Vika Haristianti; Aida Andrianawati; Idhar Resmadi
RUAS Vol. 20 No. 2 (2022)
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2022.020.02.3

Abstract

This study aims to discuss the extent to which the spatial transformation due to the renovation of cultural heritage buildings can affect the physical building and the user's territory, as well as its influence on the concept of architecture as the language of development. This study uses a qualitative method. Data was collected by field observations, interviews, and literature review. The sampling was carried out using a non-random or purposive type of sample. The results of the analysis show that there has been a physical and territorial transformation in Gedung Sate, Bandung as an effect of the construction of the Gedung Sate Museum. The control role of stakeholders also greatly influences the extent to which this transformation takes place. Not only interior elements, space layouts, as well as facade elements, and user territories have changed. Furthermore, the existing transformation more or less also affects development in the Gedung Sate area, and for the city of Bandung in general. Where the role of Gedung Sate's architecture is now becoming broader and more abstract. Not only becomes an artifact, but also becomes something more economic and commercial (commodification).