Rendahnya kemampuan kolaborasi siswa sekolah dasar masih menjadi tantangan dalam proses pembelajaran, terutama ketika guru lebih banyak menggunakan metode ceramah yang membuat siswa pasif dan kurang termotivasi. Kondisi ini berimplikasi pada rendahnya keterampilan abad 21 yang menuntut siswa aktif berkomunikasi, berpikir kritis, dan bekerja sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas model pembelajaran Learning Community dalam meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa sekolah dasar. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain Pre-Experimental Intact Group Comparison dengan dua kelas: IV A sebagai eksperimen (25 siswa) dan IV B sebagai kontrol (23 siswa) di SDN 42 Palembang. Data dikumpulkan melalui angket, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan independent sample t-test. Hasil menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (65,60) lebih tinggi daripada kelas kontrol (60,04), dengan selisih 5,56. Uji-t menghasilkan signifikansi 0,000 < 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Indikator kolaborasi seperti kontribusi, manajemen waktu, pemecahan masalah, dan kerjasama meningkat lebih baik pada kelas eksperimen, meskipun aspek pemecahan masalah masih tergolong rendah. Penelitian ini terbatas pada desain pra-eksperimen sehingga generalisasi masih terbatas; studi lebih lanjut dengan desain eksperimen murni dan sampel lebih besar diperlukan. Model Learning Community dapat dijadikan strategi alternatif bagi guru dalam menciptakan pembelajaran kolaboratif dan interaktif. Penelitian ini menegaskan peran Learning Community sebagai pendekatan efektif untuk memperkuat keterampilan kolaborasi siswa sekolah dasar dalam menghadapi tuntutan pembelajaran abad 21.