Ganjar Gumilar
Fakultas Industri Kreatif - Universitas Telkom, Jl. Telekomunikasi No. 1, Dayeuhkolot, Bandung - 40257

Published : 49 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

KAJAN PENDEKATAN KURATORIAL TERHADAP PAMERAN-PAMERAN DENGAN LABEL BANDUNG PERIODE 2000-2012 Gumilar, Ganjar; Hujatnika, Agung
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.168 KB)

Abstract

Label ‘Bandung’ pada pameran seni telah digunakan semenjak periode 1950-an dan pada gilirannya menggeserpemahaman terhadap istilah tersebut. ‘Bandung’ tidak hanya dimaknai sebagai batasan geografis (kota) melainkansebagai diskursus estetik. Melalui kajian kuratorial dengan fokus pendekatan kuratorial terhadap tawaran wacana estetik pameran, penggunaan label Bandung pada periode 2000-an berkaitan dengan sejarah seni rupa Bandung yang dianggap sebagai ‘anomali’ di tengah praktik seni rupa Indonesia. Pameran-pameran tersebut berupaya untuk membingkai ulang identitas ‘Bandung’ dengan tawaran wacana estetik yang dapat dibaca melalui teorisasi seni posmodern, atau kajianestetik yang melampaui modernisme. Elaborasi wacana estetik pada pameran dilakukan melalui pendekatan kuratorial yang berbeda-beda, antara lain: elaborasi teoretis atau historis. Bandung pada periode 2000-an tidak diidentifikasi melalui diskursus estetik tunggal, melainkan beragam. Keberagaman/pluralitas tersebut dapat dijelaskan melalui konsep seperti alegori, representasi seni, penumpukkan teks, dekonstruksi tanda, dan lainnya.
KAJAN PENDEKATAN KURATORIAL TERHADAP PAMERAN-PAMERAN DENGAN LABEL BANDUNG PERIODE 2000-2012 Gumilar, Ganjar; Hujatnika, Agung
Visual Art Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Visual Art

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.168 KB)

Abstract

Label ‘Bandung’ pada pameran seni telah digunakan semenjak periode 1950-an dan pada gilirannya menggeserpemahaman terhadap istilah tersebut. ‘Bandung’ tidak hanya dimaknai sebagai batasan geografis (kota) melainkansebagai diskursus estetik. Melalui kajian kuratorial dengan fokus pendekatan kuratorial terhadap tawaran wacana estetik pameran, penggunaan label Bandung pada periode 2000-an berkaitan dengan sejarah seni rupa Bandung yang dianggap sebagai ‘anomali’ di tengah praktik seni rupa Indonesia. Pameran-pameran tersebut berupaya untuk membingkai ulang identitas ‘Bandung’ dengan tawaran wacana estetik yang dapat dibaca melalui teorisasi seni posmodern, atau kajianestetik yang melampaui modernisme. Elaborasi wacana estetik pada pameran dilakukan melalui pendekatan kuratorial yang berbeda-beda, antara lain: elaborasi teoretis atau historis. Bandung pada periode 2000-an tidak diidentifikasi melalui diskursus estetik tunggal, melainkan beragam. Keberagaman/pluralitas tersebut dapat dijelaskan melalui konsep seperti alegori, representasi seni, penumpukkan teks, dekonstruksi tanda, dan lainnya.
Improving the Competence of Pasraman Widya Dharma Management Through Website Training I Dewa Alit Dwija Putra; I Gusti Agung Rangga Lawe; Ganjar Gumilar
Journal of Innovation and Community Engagement Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jice.v2i1.3621

Abstract

Professional competency improvement for management at Pasraman Widya Dharma in Bandung is very important in this era of globalization. There is a need for partnership with a higher education institution to run an empowerment program in a form of training in using internet website. Website is an easily accessible information media which is suitable to publish information in informal education institutions such as Pasraman. The empowerment is intended to improve the professional competence of staffs and administrators who provide services at institutional facilities within the Bandung Hindu community. The empowerment was implemented using Service Learning method in order to optimize the potential of the community partnership with a focus on training and assistance related to improving the professional competency of the administrators and managers of the Widya Dharma Pasraman Bandung. The professional competency of the managers was observed to be improved significantly based on the result of the training program. This leads to a conclusion that the program is potential to be carried out in continual basis.
IMPLEMENTASI METODE TOPSIS DALAM MENENTUKAN PEMILIHAN GRADE MENTORING BTQ (BACA TULIS QURAN) STUDI KASUS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI Ganjar Gumilar
JTIK (Jurnal Teknik Informatika Kaputama) Vol 5, No 2 (2021): Volume 5, Nomor 2 Juli 2021
Publisher : STMIK KAPUTAMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lembaga Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) merupakan salah satu lembaga yang menangani masalah keislaman dan kemuhammadiyahan. Universitas Muhammadiyah Sukabumi membuat suatu kegiatan yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) yaitu Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Program mentoring ini dibentuk dengan sebuah kelompok-kelompok kecil mulai dari grade A, B, C, D dan E dengan satu pementor dari mahasiswa UMMI. Namun, terdapat beberapa kendala dalam menentukan pemilihan grade mentoring BTQ yaitu sering terjadinya kekeliruan ketika sudah ditentukan grade mentoring BTQ untuk mahasiswa dan itu sering terjadi setiap tahunnya karena dalam proses penilaian pemilihan grade mentoring BTQ belum menggunakan sistem yang terkomputerisasi dan proses yang dipakai untuk menghitung nilai pemilihan grade mentoring BTQ di Universitas Muhammadiyah Sukabumi masih menggunakan sistem manual dan tidak terstruktur, sehingga memungkinkan hasil yang diperoleh tidak akurat. Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka dirancanglah sebuah sistem untuk menentukan pemilihan grade mentoring BTQ agar mempermudah instruktur dan lembaga AIK untuk menentukan pemilihan grade mentoring BTQ dengan tepat dan akurat. Metode yang digunakan untuk msenentukan pemilihan grade mentoring BTQ menggunakan metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).
Individual liaison: Gregorius Sidharta, tradition, and modernity Ganjar Gumilar
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 50, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v50i22022p176

Abstract

Individual liaison: Gregorius Sidharta, tradition, and modernityUnderstanding the dialogic relation between tradition and modernity in our current cultural dynamic remains an ‘incomplete project’ that requires careful examination. Approaching and thoroughly interpreting both roles in our society, mainly in how they influenced our current paradigm of culture, continue to pose risks and challenges. This article will explore the works of Gregorius Sidharta Soegijo, a renowned maestro of Bandung modern art, whose conversa­tional practice proposes a particular means of harmonizing these antagonistic tensions and various derivatives issues that might later follow. By using art criticism as its primary modalities while simultaneously cross-referencing both modern and contemporary aesthetic paradigms, this article will demonstrate how Sidharta’s inclusive and deliberate approach might provide a dialogic site for various antagonist polarities—mainly tradition and moderni­ty—to coexist within a democratic, horizontal, and productive axis. His audacity in contempla­ting inward and resorting to his idiosyncrasy would also be highlighted for its contributive nature as the pretext of his attempt to reconcile, resolve, and synthesize the long-desirable harmony between tradition and modernity. These gestures have undergone a consistent, gradual process of internal reflection that touched upon his personal experiences, particularly his encounter with multitudes of cultural values, perspectives, and paradigms that each proposes their significance.Arbitrase individual: Gregorius Sidharta dalam dikotomi tradisi dan modernitasTradisi dan modernitas dalam kemutakhiran saat ini masih menyimpan banyak selubung pemaknaan yang menunggu untuk dibuka, didalami, dan dimaknai kembali. Mendekati dan memahami keduanya dengan adil dan menyeluruh adalah upaya yang beresiko. Gregorius Sidharta Soegijo, salah satu maestro patung modern Bandung, menunjukkan cara yang khas dalam menengahi beragam tegangan beserta ragam derivasi konflik yang dimunculkan. Dengan berpijak pada metode kritik seni terhadap sepilihan karya Sidharta untuk kemudian diperiksa secara menyilang baik terhadap konsep-konsep estetika modern serta kontem­porer, artikel ini akan menunjukkan bagaimana Sidharta menemukan kesetim­bangan untuk menghidupkan keduanya dengan berpijak pada idiosinkrasi diri untuk mempertemukan, mendamaikan, menengahi, serta melakukan arbitrase pada dikotomi tradisi dan modernitas. Keseimbangan ini ditemukannya melalui perkembangan pemaknaan diri yang secara gradu­al bersentuhan dengan beragam perbedaan nilai, paradigma, dan ideologi yang membawa keutamannya masing-masing.
Bandung dalam Ambangan Setelah Boom 2000an: Pameran Bandung Contemporary (2013) Ganjar Gumilar
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 8, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jtks.v8i2.6094

Abstract

Sebagai sebuah wacana estetik, seni rupa Bandung telah cukup lama dibicarakan dalam sejarah seni rupa Indonesia. Bandung sering dibayangkan untuk menawarkan sebuah kekhususan dan kekhasan jika dibandingkan dengan seni rupa Indonesia secara umum. Satu cara yang sering dilakukan dalam memeriksa, membingkai, mendistribusikan, dan mempromosikan kekhususan tersebut adalah melalui penyelenggaraan pameran. Sebagai sebuah upaya untuk memeriksa upaya-upaya termutakhir dari pembingkaian tersebut, artikel ini akan menganalisis seri pameran Bandung Contemporary (2013), utamanya dari sisi tawaran premis, metode, serta pendekatan kuratorial dan membuatnya kontekstual terhadap kemutakhiran kebudayaan Indonesia. Pameran ini membawa konteks khasnya sendiri: diselenggarakan dalam aktivitas pasar yang sedang sangat menurun dan saat seni rupa Bandung kontemporer telah teridentifikasi dan dikenal oleh publik seni rupa. Dengan menimbang konteks-konteks tersebut, lantas inovasi dan kebaruan apa yang masih bisa ditawarkan oleh BC? Melalui kacamata kajian kuratorial, artikel ini akan mendiskusikan bagaimana pameran Bandung Contemporary menggunakan pendekatan sosiologis dalam upaya pembingkaian, pendistribusian, dan promosi talenta-talenta muda Bandung dalam masa-masa yang kurang produktif tersebut. Proposisinya cukup partikular, alih-alih menawarkan jawaban 'estetik' terhadap persoalan sosiologis, BC melerai dan juga merespons melalui cara-cara yang 'sosiologis': menekankan dan memanfaatkan potensi promosional dan persuasi wacana dari penyelenggaraan sebuah pameran seni. Bandung After the Precarious 2000s Boom: Bandung Contemporary Exhibit (2013) ABSTRACT Bandung, as an aesthetic discourse, has been frequently discussed in the history of Indonesian Art. Bandung is often imagined to be particular and peculiar to the general practice of the mainstream. A means by which those particular characteristics were frequently discussed, mediated, and emphasized is through exhibition-making. As an attempt to examine one of the most recent efforts of reframing Bandung, this article would analyze the premises, approaches, and methods explored in Bandung Contemporary (2013) and contextualize it within Indonesian contemporaneity. BC brought its own 'problematic' context: it was conducted during the downfall of market interest and after Bandung's contemporaneity has been 'identified' by the art public. Given this context and condition, how would BC remain inventive and novel in its exhibitionary discourse? Through curatorial studies, this article will discuss that Bandung Contemporary utilized sociological perspective in their effort of reframing, mediating, and promoting their newest talents during those unproductive times. Rather than proposing an 'aesthetic solution' to a sociological problem, BC proposed to respond with a sociological solution: emphasizing and utilizing the discourse production and promotional agenda of an exhibition.
Unraveling Aesthetics Tapestry: Mapping the Artistic Styles of Young Contemporary Artist in Bandung Agung, Lingga; Bastari, Rendy Pandita; Gumilar, Ganjar; Lionardi, Angelia; Siswanto, Riky Azharyandi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 39 No 3 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v39i3.2785

Abstract

Bandung thrives as a city deeply entrenched in its artistic progression, boasting a vibrant array of art institutions, galleries, collectives, and accolades in the axis of Indonesian contemporary art. Despite this flourishing landscape, the divergence of contemporary art from conventional aesthetics poses challenges in garnering public appreciation. Since the early 2000s, Bandung’s contemporary art scene has witnessed a proliferation of innovative expressions influenced by recent aesthetic philosophies, notably postmodernism, and characterized by diverse aesthetic idioms. However, despite these progressive strides, a notable gap persists between contemporary art in Bandung and its local community. This study utilizes qualitative methodologies, including Focus Group Discussions (FGD) and visual analysis, to probe the aesthetic nuances within Bandung’s contemporary art milieu. FGD sessions delve into aesthetic dialogues, institutional dynamics, and community perceptions, while visual analysis deciphers cultural symbols within socio-political contexts. The findings illuminate prevalent themes of parody, pastiche, kitsch, and cultural fusion, indicative of a profound exploration of Indonesian identity amidst the currents of globalization. Bandung young contemporary artists adeptly interweave traditional values with contemporary themes, infusing their works with tradition, religion, and locality elements. While defying rigid categorization, these creations unveil intriguing intersections deserving further scholarly inquiry. This research underscores Bandung’s contemporary art scene as a complex and diverse tapestry shaped by historical, political, and social dynamics. It emphasizes the importance of discursive meaning and social processes within the artistic medium, shedding light on the intricate interplay between artistic innovation and socio-cultural contexts within Bandung’s vibrant art landscape.
Reading Amenk: The Grotesque Aesthetics of Reality Agung, Lingga; Bastari, Rendy Pandita; Gumilar, Ganjar; Lionardi, Angelia; Siswanto, Riky Azharyandi
Humanus Vol 23, No 1 (2024)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/humanus.v23i1.125448

Abstract

In contemporary art, aesthetics serves as a medium for conveying complex societal and cultural messages. One artist who has masterfully harnessed this power is Mufti Priyanka (Amenk). His body of work is characterized by a unique and intriguing “grotesque aesthetics” that delves into various dimensions of everyday life. Through his art, Amenk provokes profound inquiries into the intricacies of our social realities. This research is dedicated to unraveling the aesthetics intricately woven into Amenk’s artworks, which seemingly offer genuine insights into the collective consciousness of a society grappling with the complexities of social norms and cultural identity. This study adopts a qualitative approach, examining Amenk diverse portfolio, encompassing paintings and graphics. Anchored in the framework of Derrida’s Deconstruction theory (1967), this approach involves a textual analysis, dissecting the conceptual distinctions that form the foundation of the text. By unveiling the inconsistencies and paradoxes inherent in the utilization of these concepts, the research sheds light on the intricate tapestry of Amenk’s artwork. Ultimately, Amenk’s body of work represents more than an exploration of cultural significance; it stands as a bold challenge to established norm, values, and even the truths.
PERANCANGAN BRANDING UMKM BILAL MEKAR SNACK DI GORONTALO MELALUI DESAIN KEMASAN PRODUK Sukma, Lintang Mahesa Prana; Gumilar, Ganjar; Resmadi, Idhar
eProceedings of Art & Design Vol. 12 No. 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, melalui situs website UKMINDONESIA.ID, terdapat 85,585-unit UMKM di Provinsi Gorontalo yang terdaftar pada platform Online Single Submission - Risk Based Approach (OSS RBA). UMKM Bilal Mekar Snack, salah satu usaha dari Gorontalo, berfokus pada produksi makanan ringan khas daerah dengan bahan utama hasil olahan ikan. Berdasarkan data hasil dari wawancara dan observasi, ditemukan bahwa UMKM Bilal Mekar Snack belum secara maksimal dalam memanfaatkan potensi branding yang dimiliki. Masalah utamanya meliputi desain visual yang generik dan tidak memiliki ciri khas yang mudah diingat, kurangnya penggunaan nama merek produk pada kemasan, serta perubahan desain kemasan yang tidak konsisten. Selain itu, pemanfaatan media promosi, baik online maupun offline, juga belum maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan berbagai metode riset, seperti observasi, wawancara, studi pustaka, kuesioner, analisis matriks perbandingan, dan analisis SWOT. Dengan pendekatan psikologi desain, penelitian ini menghasilkan identitas baru untuk UMKM Bilal Mekar Snack, termasuk logo UMKM, nama merek, desain kemasan, dan berbagai media promosi seperti poster, banner, konten media sosial, website profil, dan elemen e-commerce. Kata kunci: branding, desain kemasan, UMKM, psikologi desain, perikanan
PERANCANGAN DESIGN PACKAGING AYAM GEPUK PAK GEMBUS UNTUK MENINGKATKAN BRAND AWARENESS DI KOTA BANDUNG Atikah, Tsaqifa; Gumilar, Ganjar; Resmadi, Idhar
eProceedings of Art & Design Vol. 12 No. 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu perangkat daerah Pemerintah Kota Bandung adalah UMKM Kota Bandung, yang memiliki peran fungsional untuk menangani kegiatan pembinaan di sektor koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah. Kabupaten Bandung menawarkan peluang terbaik untuk mendukung perluasan ekonomi kreatif daerah. Mengikuti tren zaman, industri fesyen Kabupaten Bandung berkembang pesat. Namun, beberapa UMKM di Bandung belum memperhatikan desain kemasan yang masih menggunakan "styrofoam", kurangnya kreasi, tidak ramah lingkungan dan kurang menarik bagi konsumen. Hal ini membuat produk UMKM tidak berkembang dan sulit untuk bersaing dengan produk yang sama; Selain itu, sulitnya menemukan kemasan ayam bumbu pedas yang secara fungsional maksimal, ramah lingkungan dan berkualitas baik. Bagi UMKM khususnya, aspek desain pada kemasan berperan penting dalam branding dan penjualan. Implementasi ide branding melalui kemasan akan menjadi tantangan tanpa kualitas dan desain ahli. Fitur desain membantu menghasilkan kesan yang berbeda bagi calon pelanggan barang, yang pada akhirnya akan menghasilkan pembelian. Namun kurangnya pengetahuan menyebabkan para pelaku UMKM ini mengabaikan kemasan barangnya. Dengan demikian, desain ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan Desain Kemasan Ayam Gepuk Pak Gembus yang efisien, ramah lingkungan, dan menarik perhatian pelanggan untuk meningkatkan penjualan. Memasukkan komponen pengetahuan batik lokal ke dalamnya dengan daya tarik, khas, dan fungsional yang dibangun untuk dimanfaatkan paling baik untuk makanan berbumbu. Kata kunci: branding, desain kemasan, UMKM.