Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Penerapan Teknologi Pengelolaan Limbah Berkelanjutan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, NTB Andi Tri Lestari; Hairil Anwar; Diah Permatasari; Endah Wahyuningsih; Maiser Syaputra; Pande Komang Suparyana
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 4 (2022): Oktober-Desember 2022
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i4.2617

Abstract

Kunjungan wisatawan meningkat drastis pada gelaran Wolrd Superbike (WSBK) 2021 dan diasumsikan akan bertambah pada gelaran MotoGP 2022 mendatang. Pertambahan jumlah wisatawan tidak hanya menimbulkan dampak positif namun juga dampak negatif pada lingkungan seiring dengan bertambahnya timbulan sampah. Salah satu upaya pengelolaan sampah yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan teknologi tepat guna agar pengolahan sampah lebih efektif dan efisien. Pelatihan pengelolaan sampah berkelanjutan dengan menerapkan teknologi tepat guna diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah di KEK Mandalika. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terlaksana pada tanggal 2 September 2022. Kegiatan ini diawali dengan penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan limbah berkelanjutan dengan menerapkan teknologi tepat guna diharapkan dapat meningkatkan kesadartahuan masyarakat sehingga dapat berperan aktif dalam pengelolaan sampah di KEK Mandalika. Setelah materi selesai disampaikan kemudian dilanjutkan dengan praktek pengolahan sampah yang ada di lokasi pengabdian. Pengolahan sampah dilakukan dengan Teknologi Tepat Guna menggunakan prototipe pyrolysis portable melalui metode TSC-Pyrolysis untuk mengubah sampah menjadi menjadi bahan bakar minyak. Peserta pelatihan sangat antusias dan ingin terlibat langsung pada setiap proses kegiatan.
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PROMOSI WISATA AIR TERJUN DI DESA SANTONG, KECAMATAN KAYANGAN KABUPATEN LOMBOK UTARA: PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PROMOSI WISATA AIR TERJUN Wafiq Laelatul Kodrianingsih; Maiser Syaputra; Pande Komang Suparyana; Andi Tri Lestari; Indra Wahyu; Baiq Mega Kurnia; Yuni Fatmala; Imro’atul Hapizah; Mei Sukmawati; Shela Hadri Dhuha; Marwati Maryam Shabrina; Ferdian Arya Kusuma; M. Nizar Hamdani; Lalu Anugrah Wira Anggardikzza
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 1 (2023): Januari - Maret
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i1.3280

Abstract

Kuliah Kerja Nyata (KKN) is a form of community service activity carried out by tertiary institutions. This KKN activity was carried out in Santong village, which is located in Kayangan sub-district, North Lombok district. Santong village is known as the kingdom of waterfall because in this area there are more than 30 types of waterfalls which are local and international tourist destinations. One of the famous waterfalls is Tiu Teja, Tiu Sekeper, and Tiu Prabu waterfalls. However, since the earthquake that hit Lombok in 2018 and not to mention the Covid-19 pandemic which has added to the lack of visitors so that waterfall tourism in Santong village seems to be in suspended animation. There are several methods of activity carried out, namely by (1) creating a tourism website, (2) updating the gate to waterfall tourism, (3) making disaster mitigation instructions or signs at waterfall tourism, and (4) procuring trash bins. This KKN is being held from December 2022 to February 2023 which aims to revive waterfall tourism with a promotional strategy through social media. The result of this activity is the availability of a special website containing tourism data in Santong village so that it can increase existence and increase the number of tourists so that it can improve the economy of the village community. In addition, the KKN group is also involved in various activities such as TPQ competitions in Santong village, posyandu and PKK activities, mutual cooperation, teaching the Koran, village competitions, and routine recitations for each hamlet. From the several activities that have been carried out, this KKN activity is able to answer some of the problems that exist in Santong village related to the development of tourism potential and the existing potentials in the fields of education, health, and others.
PELATIHAN TEKNOLOGI PENINGKATAN KETAHANAN BAHAN BAKU TERHADAP ORGANISME PERUSAK PADA PRODUK KERAJINAN DI DESA KARANG SIDEMEN, NUSA TENGGARA BARAT Andi Tri Lestari; Febriana Tri Wulandari; Endah Wahyuningsih
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2020): November
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.596 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v3i4.2203

Abstract

Produk kerajinan Kelompok Wanita Tani (KWT) Karang Sidemen berbahan dasar bambu. Bahan baku berupa bambu sering kurang optimal karena kerentanannya terhadap organisme perusak terutama jamur pelapuk, rayap kayu kering dan kumbang bubuk kayu kering. Kerusakan pada bambu dapat terjadi pada bahan baku, barang kerajinan yang sudah jadi, bahkan yang sudah sampai di tangan konsumen. Oleh karena itu maka perlu dilakukan upaya pencegahan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui teknologi peningkatan ketahanan bahan baku terhadap organisme perusak. Selain dapat meningkatkan ketahanan bambu terhadap organisme perusak kegiatan ini juga dapat menambah nilai jual produk kerajinan sehingga diperlukan optimalisasi kualitas dan nilai produk kerajinan tersebut melalui pelatihan. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas dan kualitas produksi sehingga para pengrajin dapat berkembang baik secara kualitas maupun nilai ekonomi produk kerajinannya. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa anggota KWT Karang Sidemen sangat kooperatif dalam pelaksanaan pelatihan ini dan mampu melaksanakan kegiatan pengawetan bambu dengan baik. Anggota KWT Karang Sidemen menyampaikan apresiasi kepada Tim Pengabdian dari Jurusan Kehutanan Universitas Mataram dan berharap ada kegiatan tindak lanjut terkait pengawetan bahan baku bambu untuk produk kerajinan yang akan bersentuhan langsung dengan makanan.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LEBAH MADU TRIGONA SP DENGAN KAYU DADAP (ERYTHRINA VAREIGATA L) SEBAGAI BAHAN BAKU STUP LEBAH, DI DESA PENDUA, KEC. KAYANGAN, KAB. LOMBOK UTARA, NTB Endah Wahyuningsih; Febriana Tri Wulandari; Andi Tri Lestari
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2020): November
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.493 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v3i4.2223

Abstract

Pengembangan budidaya lebah madu trigona sudah banyak dilakukan masyarakat. Akan tetapi pengembangannya masih terdapat sedikit kendala dan permasalahan, salah satunya adalah ketrampilan dan teknologi yang terbatas, serta peralatan budidaya yang belum standar sehingga mempengaruhi hasil produksi madunya. Salah satu komponen peralatan budidaya madu adalah kotak lebah (stup). Bahan baku pembuatan kotak lebah atau stup memberikan pengaruh terhadap produksi madu baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jenis kayu sebagai bahan baku stup berpengaruh terhadap produksi madu yang dihasilkan lebah madu trigona. Tujuan pengabdian kepada masyarakat adalah upaya meningkatkan produktivitas lebah madu Trigona sp dengan menggunakan bahan kayu dadap (Erythrina Vareigata L) di kelompok tani lebah madu pendua, Desa Pendua, Kec. Kayangan, Kab. Lombok utara. Metode yang dilakukan yaitu metode partisipasif dengan memberikan penyuluhan tentang pembuatan stup dengan bahan baku kayu dadap, serta peran partisipasi kelompok tani lebah madu Pendua. Hasil pengabdian adalah terdapat peningkatan produksi madu yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku stup kayu dadap dan cara pemindahan koloni lebah trigona. Trigona mulai memproduksi kantong madu diperlukan waktu 1,5 bulan, sehingga diperkirakan setelah 3 bulan bisa dipanen, dimana sebelumnya masa panen memerlukan waktu 4 bulan. Rekomendasi yang diberikan yaitu selain menggunakan kayu dadap sebagai bahan baku stup, perlu ditunjang pula dengan diversifikasi sumber pakan lebah juga, sehingga akan lebih meningkatkan produksi madunya.
PENGAYAAN TANAMAN PAKAN LEBAH DENGAN POLA AGROFORESTRY HOME GARDEN UNTUK MENDUKUNG KELESTARIAN SUMBER PAKAN LEBAH MADU TRIGONA Endah Wahyuningsih; Andi Tri Lestari; Maiser Syaputra; Febriana Tri Wulandari; Hairil Anwar; Januardi Januardi; I Putu Angga Teja Maya; Dita Anggraini; GB Daril Rama Aditia; Abdul Muin
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 4 (2021): November
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.338 KB) | DOI: 10.29303/jppm.v4i4.3145

Abstract

Pengembangan budidaya lebah madu trigona yang dilakukan masyarakat Desa Pendua kebanyakan masih berskala rumah tangga. Sumber pakan trigona didapatkan dari tanaman pekarangan (home garden) di sekitar tempat tinggal. Peran home garden dalam mendukung ketersediaan sumber pakan lebah trigona sangat besar, karena sangat memengaruhi hasil produksi madu. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis tumbuhan yang potensi sebagai sumber pakan lebah trigona yaitu jenis tanaman yang menghasilkan nektar, polen dan resin, juga menjadi salah satu kendala pengembangan budidaya lebah trigona, sehingga belum memenuhi kecukupan sumber pakannya. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu penyuluhan tentang upaya pelestarian pakan trigona melalui pengayaan jenis-jenis tanaman sumber pakan trigona, sehingga terjaminnya sumber pakan sepanjang musim dan penataan sumber pakan lebah trigona dengan pola agroforestri home garden yaitu mengkombinasikan tanaman buah-buahan, dan tanaman berbunga. Hasil kegiatan pengabdian adalah melakukan pengayaan jenis tanaman sumber pakan trigona, penghasil nektar, polen dan resin yang meliputi tanaman tahunan (buah-buahan) dan tanaman berbunga, sebanyak 10 jenis sumber pakan. Sebelum dilakukan pengayaan sumber pakan yang tersedia hanya 6 jenis tanaman buah-buahan yaitu pohon kelengkeng, rambutan, mangga, jambu air dan pohon anggur, sehingga belum memenuhi ketersediaan pakan sepanjang tahun. Jenis tanaman tahunan (buah-buahan) untuk pengayaan sumber pakan trigona penghasil nektar, polen dan resin yaitu mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus), jeruk (Citrus reticulata),  Delima (Punica granatum), Cempedak (Artocarpus integer) dan kelengkeng (Dimocarpus longan). Jenis anaman bunga untuk sumber pakan trigona penghasil nektar, dan polen yaitu air mata pengantin (Antigonon leptopus), sikat botol (Callistemon viminalis), bunga matahari (Helianthus annuus), dan widelia (Sphagneticola trilobata). Pengayaan sumber pakan trigona dengan pola agroforestri home garden telah memenuhi ketersediaan pakan trigona, karena jenis untuk pengayaan sebagai sumber pakan terpilih adalah tanaman potensial penghasil nektar, polen dan resin.
Pendampingan Kelompok Pelestari Penyu Nipah Melalui Pembangunan Sistem Informasi Spasial Hutan Pantai Berbasis Pemetaan Partisipatif Maiser Syaputra; Endah Wahyuningsih; Pande Komang Suparyana; Andi Tri Lestari; Andi Chairil Ichsan
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 4 (2023): Oktober-Desember 2023
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2018 secara swadaya masyarakat Desa Malaka mendirikan kelompok pelestari penyu bernama Turtle Conservation Community atau TCC dan Desa Malaka ditetapkan oleh Bupati Lombok Utara sebagai Kawasan Ekosistem Esesnsial koridor penyu. Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh kelompok Turtle Conservation Community adalah pendataan kehadiran penyu. Namun data yang dimiliki oleh kelompok pelestari saat ini sifatnya masih berupa Log Book atau kumpulan data mentah yang tersimpan dan belum dianalisis sehingga data tersebut saat ini dinilai belum mampu menyimpulkan, memproyeksikan trend/model, atau memunculkan karakteristik wilayah habitat penyu sebagaimana yang diharapkan. Melalui kegiatan pengabdian ini, kesadartahuan kelompok pelestari penyu Nipah akan pentingnya pembangunan database spasial ditingkatkan melalui pemanfaatan sistem informasi geografis untuk pengenalan karakteristik wilayah habitat penyu. Tahapan kegiatan pengambdaian meliputi: pra kegiatan, penyuluhan, dan pembangunan data spasial secara partisipatif. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan pendekatan partisipatif menggunakan metode FGD sedangkan peta spasial dirancang menggunakan software komputer. Kesimpulan dari kegiatan ini antara lain: 1). Peserta penyuluhan dalam hal ini Kelompok Pelestari Penyu TCC Nipah mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya peran data dan informasi dalam pengelolaan, sehingga kelompok dapat mengambil keputusan, melakukan monitoring, evaluasi dan menentukan arah kebijakan kedepannya secara lebih baik. 2). Kelompok TCC Nipah mendapatkan informasi dan mampu mengenal lebih dalam karakteristik habitat penyu di pantai Nipah berdasarkan hasil kegiatan pemetaan partisipatif.
Peningkatan Kapasitas Produksi Budidaya Trigona Melalui Pengembangan Inovasi Stup Bersekat, Di Desa Pendua, KLU Endah Wahyuningsih; Maiser Syaputra; Andi Tri Lestari; Markum; Hairil Anwar
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 4 (2023): Oktober-Desember 2023
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i4.6565

Abstract

Komoditas HHBK yang sangat potensial untuk dikembangkan di NTB adalah madu. Madu merupakan salah satu jenis pangan yang sangat baik bagi kesehatan, produk perlebahan mendukung pemenuhan gizi masyarakat dan mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam yang berperan penting dalam membantu proses penyerbukan tanaman. Pada Pulau Lombok banyak dikembangkan usaha budidaya lebah madu jenis Apis cerena dan Trigona sp. Pengembangan budidaya lebah madu trigona sudah banyak dilakukan khususnya pada masyarakat pedesaan. Akan tetapi, dalam upaya pengembangan budidaya trigona masih dalam skala Rumah tangga dan masih tradisional, sehingga mempengaruhi hasil produksi madunya. Keberhasilan usaha budidaya trigona dipengaruhi pada beberapa faktor antara lain: ketersediaan sumber pakan sepanjang musim, perkembangan koloni yang baik, serta stup yang digunakan, Bahan baku pembuatan kotak lebah atau stup memberikan pengaruh terhadap produksi madu baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jenis kayu sebagai bahan baku stup berpengaruh, serta model stup terhadap produksi madu yang dihasilkan lebah madu trigona. Oleh karena itu, penyuluhan tentang peningkatan produktivitas lebah madu Trigona sp dengan menggunakan bahan kayu Dao (Dracontomelon dao) yang sesuai standard dan penggunaan inovasi stup bersekat sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas madu, polen dan propolis. Dengan demikian budidaya lebah madu trigona selain bermanfaat secara ekonomi dan ekologi juga dapat digunakan sebagai penunjang ketahanan pangan desa.
Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Hutan Kemasyarakatan Lembah Sempager Desa Gunung Malang Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Andriani, Susi; Budhy Setiawan; Andi Tri Lestari
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 5 No. 3 (2024): Agustus
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v5i3.409

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan Kemasyarakatan (HKm) Lembah Sempager serta faktor dominan yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi di lapangan serta wawancara dengan bantuan kuesioner terhadap 38 responden yang dilakukan pada bulan April 2024. Teknik pengambilan responden menggunakan Simple Random Sampling dengan penentuan jumlah responden menggunakan rumus slovin. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap HKm Lembah Sempager termasuk kedalam kategori sangat tinggi yakni sebesar 79,93%. Faktor dominan yang mempengaruhi tingkat ketergantungan petani adalah pemanfaatan hasil hutan.
Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Bukit Pergasingan, Desa Sembalun, Lombok Timur: Community-Based Ecotourism Management Strategy in Bukit Pergasingan, Sembalun Village, East Lombok Baiq Jiwa Yulina Putri; Andi Chairil Ichsan; Andi Tri Lestari
PERENNIAL Vol 19 No 2 (2023): Vol. 19 No. 2, Oktober 2023
Publisher : Forestry Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/perennial.v19i2.30804

Abstract

Bukit Pergasingan is a tourist attraction that has been developing for a long time. It is necessary to review essential aspects in the management of Bukit Pergasingan, such as attractiveness, facilities, accessibility, and additional services. Apart from that, another problem with its management is that it is not yet known whether it has implemented the principles of community-based ecotourism development in its management. This research aimed to determine community-based ecotourism management strategies in Bukit Pergasingan. The method used in this research is the descriptive method. The objects used in this research are the management institution (BKPH Rinjani Timur) and the management partner (Kelompok Koperasi Wisatani). The tools used in conducting this research were questionnaires, cameras, laptops, recorders, and stationery. The data used in this research are qualitative and quantitative. The data sources used in this research are primary data and secondary data. The data analysis used is SWOT analysis. The results of the research show that the strategies used for managing Ecotourism in the Bukit Pergasingan tourist attraction are socializing Bukit Pergasingan tourism with its potential by involving it to attract tourists, packaging more attractive and more educational tour packages related to conservation to guests, optimizing collaboration with NGOs, the Tourism Office or related agencies for the development of Bukit Pergasingan tourism.
Kualitas Lingkungan pada Tegakan Mangrove di Blok Hutan Mondulambi, Taman Nasional Manupeu Tanah Daru: Environmental Quality in Mangrove Stands in Mondulambi Forest Block, Manupeu Tanah Daru National Park Endah Wahyuningsih; Clarita Wihelmina Sulastri; Irwan Mahakam Lesmono Aji; Andi Tri Lestari
PERENNIAL Vol 20 No 2 (2024): Vol. 20 No. 2, Oktober 2024
Publisher : Forestry Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/perennial.v20i2.35755

Abstract

Mangrove ecosystems are dynamic and vulnerable to external factors such as temperature, pH, and salinity. Changes in the quality of the environment and external conditions of the mangrove ecosystem can affect the arrangement of vegetation, species diversity, and the health and vulnerability of an ecosystem. The research aims to determine the environmental quality of external factors in the mangrove ecosystem by incorporating supporting data such as biota associations and pollutants. Measurement of environmental quality is carried out on plots of systematically dispersed samples representing ecosystems. The quality of the environment is measured using several parameters, such as temperature, salinity, pH, substrate thickness, and stagnation height, and the data is analyzed using observational and quantitative descriptive methods. The environmental quality conditions of the mangrove ecosystems in the Mondulambi Block, RPTN (National Park Management Resort) Kambatawundut, SPTN (Section of National Park Management) II Lewa, Manupeu Land Daru National Park cover salinity values ranging from 20-30 ‰ (ideal), soil pH ranges from 5-6.5 (tends to be more acidic), water pH ranges from 6-7.5 (optimal), the soil temperature ranged between 25-28°C, the water temperature ranging between 26-29°C (tendered to be lower), the lowest substrate thickness of about 2 cm and the highest thickness of 80 cm, the highest standoff height of about 9 cm, and the lowest standoff heights of around 2 cm. The results of this study describe the conditions of an ecosystem intended to be ideal.