Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Pengaruh Penggunaan Serat Baja Terhadap Flexural Toughness Reactive Powder Concrete Kushartomo, Widodo; Christianto, Daniel; Suryani, Jenny
Jurnal Teknik Sipil Vol 23, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.594 KB) | DOI: 10.5614/jts.2016.23.2.3

Abstract

Abstrak. Penelitian ini menjelaskan perilaku flexural toughness dari reactive powder concrete berpenguat serat baja lokal dengan fraksi volume dan aspek rasio yang berbeda-beda. Contoh uji berbentuk prisma dengan ukuran 100 x 100 x 350 mm yang dibuat dengan serat baja dan tanpa serat baja. Serat baja yang digunakan 0% (kontrol), 1,0%, 1,5%, dan 2,0% terhadap volume dan aspek rasio 75, 100, 125. Contoh uji dikelurkan dari cetakan setelah 24 jam kemudian direndam dalam air selama 3 hari, setelah itu contoh uji dirawat dengan penguapan selama 8 jam pada temperatur 90°C. Pengujian Flexural toughness dilakukan ketika prisma telah berumur 28 hari. Hasil penelitian memperlihatkan, volume dan aspek rasio serat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap flexural toughness reactive powder concrete.Abstract. This research present flexural toughness behavior of local steel fiber reinforced reactive powder concrete produced with different steel fibers volume fraction and aspect ratio. Prismatic concrete specimens of 100 x 100 x 350 mm were prepared with and without steel fiber. Steel fiber was used of 0% (control), 1,0%, 1,5%, and 2,0% by volume and 75, 100 and 125 as aspect ratio. Specimens were de-molded after 24 hours and cured in water until 3 days, after that the speciments were cure by steam curing for 8 hours at 90°C. Flexural toughness of the prisms has beendefined at 28 day old. The result show that the effects of fibre volume and aspec ratio on flexural toughness of reactive powder concrete are very significant.
Pengaruh Serat Lokal Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur Reactive Powder Concrete dengan Teknik Perawatan Penguapan Kushartomo, Widodo; Christianto, Daniel
Jurnal Teknik Sipil Vol 22, No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.256 KB) | DOI: 10.5614/jts.2015.22.1.4

Abstract

Abstrak. Penelitian yang dilakukan adalah mempelajari penggunaan serat baja produksi dalam negeri sebagai bahan campuran pada pembuatan Reactive Powder Concrete (RPC), guna mengurangi ketergantungan serat baja import yang biasa digunakan dalam pembuatan RPC. Volume serat baja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,0%, 1,0%, 1,5 % dan 2,0%, sedangkan perbandingan antara panjang serat terhadap diameternya atau disebut sebgai aspek rasio (l/d) masing-masing adalah 50, 75 dan 100. Benda uji berupa silinder dengan diameter 75,0 mm, panjang 150,0 mm dan balok berukuran 100,0mm x 100,0mm x 350,0 mm. Dalam proses perawatan seluruh benda uji direndam dalam air selama 3 hari pada temperatur 20oC dilanjutkan dengan penguapan bertemperatur 90oC selama 8 jam. Pengujian dilakukan terhadap kuat tekan dan kuat lentur (modulus of rupture) setelah beton berumur 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan, dengan diameter serat sebesar 0,3 mm berakibat pada penurunan nilai  kuat tekan RPC, sebaliknya terjadi peningkatan yang sangat besar terhadap kuat lentur RPC yaitu sebesar 300% - 400%. Kuat tekan dan kuat lentur optimum terjadi pada volume serat 1,5% dan aspek rasio l/d = 75 dengan nilai masing-masing adaalah 89,36 MPa dan 27,01 MPa.Abstract. The research is studying the use of domestically produced steel fibers, as an ingredient in the manufacture of reactive powder concrete (RPC), in order to reduce dependence on imported steel fiber used in the manufacture of RPC. The volume of steel fibers used in this study was 0.0%, 1.0%, 1.5% and 2.0%, while the ratio between the length of the fiber to its diameter, or was designated aspect ratio (l / d) of each is 50, 75 and 100. Test specimen in the form of a cylinder with a diameter of 75.0 mm, 150.0 mm length, the beam size 100,0 mm 100,0 mm x 350.0 mm.  the curing process the specimen is immersed in water for 3 days at 20oC followed by steam curing at 90°C for 8 hours. The specimen was tested on the compressive strength and flexural strength (modulus of rupture) of concrete after 28 days old. The results of the research, 0.3 mm fiber diameter decreases the compressive strength of RPC, otherwise increasing the flexural strength of RPC in the amount of 300% - 400%. Optimum value of compressive strength and flexural strength in 1.5% of fibre volume and aspect ratio l / d = 75 with the value of 89.36 MPa and 27.01 MPa.
PENGUKURAN REDAMAN MATERIAL ASPAL CAIR BERDASARKAN PENGUJIAN VISKOSITAS Sandjaya, Arif; Christianto, Daniel; Lase, Yuskar
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v1i2.1453

Abstract

Bangunan tinggi yang tahan terhadap gempa merupakan kebutuhan struktur masa kini. Oleh karena itu dibutuhkan teknik untuk mengontrol respon dinamik struktur akibat pengaruh gaya lateral, termasuk gaya gempa. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah sistem kontrol struktur pasif dengan memodifikasi massa dan kekakuan maupun dengan menambahkan material peredam. Pada skripsi ini fokus pembahasan adalah mengenai material peredam yang dapat ditambahkan pada struktur dengan menggunakan material aspal Pertamina pen 60/70. Material aspal dipilih sebagai material peredam sehubungan dengan viskositasnya yang tinggi. Viskositas aspal yang tinggi akan memberikan nilai redaman yang besar. Korelasi di antara keduanya menjadi hal yang dianalisis dalam penelitian ini dengan menggunakan model penelitian yang cukup representatif untuk meniru sistem redaman aspal dengan fokusnya pada perilaku aspal terhadap pengujian geser. Penelitian dilakukan terhadap variasi geser pada temperatur ruang. Persamaan yang digunakan dalam memodelkan sistem redaman aspal ini mencakup persamaan Hukum Newton dan persamaan fluida untuk koefisien viskositas yang dihubungkan dengan persamaan dinamik untuk memperoleh batasan nilai redaman aspal. 
Pengaruh Serat Lokal Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur Reactive Powder Concrete dengan Teknik Perawatan Penguapan Widodo Kushartomo; Daniel Christianto
Jurnal Teknik Sipil Vol 22 No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2015.22.1.4

Abstract

Abstrak. Penelitian yang dilakukan adalah mempelajari penggunaan serat baja produksi dalam negeri sebagai bahan campuran pada pembuatan Reactive Powder Concrete (RPC), guna mengurangi ketergantungan serat baja import yang biasa digunakan dalam pembuatan RPC. Volume serat baja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,0%, 1,0%, 1,5 % dan 2,0%, sedangkan perbandingan antara panjang serat terhadap diameternya atau disebut sebgai aspek rasio (l/d) masing-masing adalah 50, 75 dan 100. Benda uji berupa silinder dengan diameter 75,0 mm, panjang 150,0 mm dan balok berukuran 100,0mm x 100,0mm x 350,0 mm. Dalam proses perawatan seluruh benda uji direndam dalam air selama 3 hari pada temperatur 20oC dilanjutkan dengan penguapan bertemperatur 90oC selama 8 jam. Pengujian dilakukan terhadap kuat tekan dan kuat lentur (modulus of rupture) setelah beton berumur 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan, dengan diameter serat sebesar 0,3 mm berakibat pada penurunan nilai  kuat tekan RPC, sebaliknya terjadi peningkatan yang sangat besar terhadap kuat lentur RPC yaitu sebesar 300% - 400%. Kuat tekan dan kuat lentur optimum terjadi pada volume serat 1,5% dan aspek rasio l/d = 75 dengan nilai masing-masing adaalah 89,36 MPa dan 27,01 MPa.Abstract. The research is studying the use of domestically produced steel fibers, as an ingredient in the manufacture of reactive powder concrete (RPC), in order to reduce dependence on imported steel fiber used in the manufacture of RPC. The volume of steel fibers used in this study was 0.0%, 1.0%, 1.5% and 2.0%, while the ratio between the length of the fiber to its diameter, or was designated aspect ratio (l / d) of each is 50, 75 and 100. Test specimen in the form of a cylinder with a diameter of 75.0 mm, 150.0 mm length, the beam size 100,0 mm 100,0 mm x 350.0 mm.  the curing process the specimen is immersed in water for 3 days at 20oC followed by steam curing at 90°C for 8 hours. The specimen was tested on the compressive strength and flexural strength (modulus of rupture) of concrete after 28 days old. The results of the research, 0.3 mm fiber diameter decreases the compressive strength of RPC, otherwise increasing the flexural strength of RPC in the amount of 300% - 400%. Optimum value of compressive strength and flexural strength in 1.5% of fibre volume and aspect ratio l / d = 75 with the value of 89.36 MPa and 27.01 MPa.
Pengaruh Penggunaan Serat Baja Terhadap Flexural Toughness Reactive Powder Concrete Widodo Kushartomo; Daniel Christianto; Jenny Suryani
Jurnal Teknik Sipil Vol 23 No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2016.23.2.3

Abstract

Abstrak. Penelitian ini menjelaskan perilaku flexural toughness dari reactive powder concrete berpenguat serat baja lokal dengan fraksi volume dan aspek rasio yang berbeda-beda. Contoh uji berbentuk prisma dengan ukuran 100 x 100 x 350 mm yang dibuat dengan serat baja dan tanpa serat baja. Serat baja yang digunakan 0% (kontrol), 1,0%, 1,5%, dan 2,0% terhadap volume dan aspek rasio 75, 100, 125. Contoh uji dikelurkan dari cetakan setelah 24 jam kemudian direndam dalam air selama 3 hari, setelah itu contoh uji dirawat dengan penguapan selama 8 jam pada temperatur 90°C. Pengujian Flexural toughness dilakukan ketika prisma telah berumur 28 hari. Hasil penelitian memperlihatkan, volume dan aspek rasio serat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap flexural toughness reactive powder concrete.Abstract. This research present flexural toughness behavior of local steel fiber reinforced reactive powder concrete produced with different steel fibers volume fraction and aspect ratio. Prismatic concrete specimens of 100 x 100 x 350 mm were prepared with and without steel fiber. Steel fiber was used of 0% (control), 1,0%, 1,5%, and 2,0% by volume and 75, 100 and 125 as aspect ratio. Specimens were de-molded after 24 hours and cured in water until 3 days, after that the speciments were cure by steam curing for 8 hours at 90°C. Flexural toughness of the prisms has beendefined at 28 day old. The result show that the effects of fibre volume and aspec ratio on flexural toughness of reactive powder concrete are very significant.
INCREASING THE CALCIUM SILICATE HYDRATE AMOUNT IN REACTIVE POWDER CONCRETE USING MARBLE POWDER Widodo Kushartomo; Henny Wiyanto; Daniel Christianto
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 6 No 1 (2021): SPEKTRA: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Volume 6 Issue 1, April 2021
Publisher : Program Studi Fisika Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/SPEKTRA.061.04

Abstract

This research aims to make ultra high strength Reactive Powder Concrete (RPC) with marble powder as one of the components. The use of marble powder can increase Calcium Silicate Hydrate (CSH) and the strength of RPC. The research method used to achieve the objectives is experimental and divided into two steps. The first step is the characterization of a marble and micro silica powder mixture. Stoichiometry calculations are performed to determine the composition of the mixture. The test sample is made in the form of pellets consisting of a mixture of marble powder, micro silica, and water. The water content used is at 30% - 50%. Maintenance is carried out by immersion in water with the temperature of 20oC for 27 days and in steam at temperatures 200oC, 250oC, and 300oC with 2 atm pressure for 4 hours. Material characterization is carried out using X-Ray Diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscopy (SEM). The second step in this research is the RPC compressive strength test. The test sample is made in the form of a cube measuring 50 x 50 x 50 mm. This cube is a mixture of water, cement, micro silica, marble powder, sand, and superplasticizer. Material composition is arranged based on the characterization of the sample pellet test, and maintenance of the sample cube test is carried out as in the sample pellet test.
ANALISA NILAI FAKTOR DAKTILITAS DENGAN METODE PUSHOVER DENGAN PERKUATAN BRESING DIAGONAL TUNGGAL Maria Kevinia Sutanto; Daniel Christianto
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 2, Mei 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i2.16671

Abstract

ABSTRACT Changes in design regulations cause differences in earthquake forces so that additional reinforcement is needed to meet earthquake-safe high-rise buildings, so they are reinforced with steel braced. Bracing can increase the stiffness and strength of the structure and improve the structure in accepting lateral loads and resisting lateral displacement without adding a large mass. Concrete and steel structures are different materials and will affect the response modification factor (R) value in the calculation of earthquake loads. In SNI 1726:2019, part of the combined moment-bearing frame system of steel and concrete, the value of R itself hasn't been explicitly regulated. Therefore, the purpose of this research is to analyze the value of the combined structural ductility factor for reinforced concrete and steel braced structures. Analysis results show that diamond braces are the best model from the tests carried out, have a ductility factor value in the X-direction, R of 5.575, 0 of 2.883, and Cd of 1,44. Meanwhile, for the Y-direction, R is 7.499, 0 is 2.118, and Cd is 1.07. Performance level based on ATC40, X-direction diamond braced is Immediate Occupancy, and Y-direction is Damage Control. Based on FEMA 356, the X-direction and the Y-direction are Immediate Occupancies. Keywords: pushover analysis, response modification factor, overstrength factor, deflection amplification factor, bracing.ABSTRAK  Perbedaan peraturan desain menyebabkan perbedaan gaya gempa diperlukan perkuatan tambahan untuk memenuhi bangunan tinggi yang aman terhadap gempa, salah satunya diperkuat dengan menambahkan bresing atau baja pengaku. Bresing dapat meningkatkan kekakuan dan kekuatan struktur membantu meningkatkan struktur dalam menerima beban lateral dan menahan simpangan lateral (menstabilkan) tanpa menambah massa yang besar. Struktur beton dan baja merupakan material yang berbeda, dan akan mempengaruhi pemilihan nilai faktor modifikasi respon (R) dalam perhitungan beban gempa. Dalam SNI 1726:2019 bagian sistem rangka pemikul momen gabungan baja dan beton, nilai R sendiri belum diatur secara eksplisit. Oleh karena itu, tujuan dalam penulisan ini adalah unutk menganalisa dan menunjau nilai faktor daktilitas struktur gabungan yaitu struktur beton bertulang dan bresing baja. Hasil analisis menunjukan bahwa diamond bresing adalah model paling baik dari uji yang dilakukan, memiliki nilai faktor daktilitas arah X yaitu R sebesar 5,575, nilai Ω0 sebesar 2.883 dan nilai Cd sebesar 1,44. Sementara untuk arah Y yaitu R sebesar 7,499, nilai Ω0 sebesar 2,118 dan nilai Cd adalah 1,07. Tingkat kinerja berdasarkan ATC40, diamond bresing arah X adalah Immediate Occupancy, arah Y adalah Damage Control. Berdasarkan FEMA 356, tingkat kinerja arah X adalah Immediate Occupancy, arah Y, memiliki tingkat kinerja Immediate Occupancy. 
EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG DUAL SYSTEM BERBASIS KINERJA Dave Fernando Indotjoa; Daniel Christianto; Hadi Pranata
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 1, Nomor 2, November 2018
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v1i2.2665

Abstract

Struktur penahan gaya gempa secara umum memakai konsep Force Based Design. Konsep dari Force Based Design hanya berdasarkan kondisi elastis struktur dan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dimana struktur gedung mengalami kondisi inelastis ketika mengalami peristiwa gempa. Sehingga perlu dilakukan analisis evaluasi kinerja struktur untuk mengetahui kinerja gedung ketika mencapai kondisi inelastis yang merupakan konsep Performance Based Design. Dalam penilitian ini terdapat dua metode yang dipakai untuk analisis gedung ketika mengalami kondisi inelastis, yaitu metode Direct Displacement Based Design dan metode analisis Pushover. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi dan membandingkan kinerja struktur bangunan antara metode-metode tersebut. Penelitian digunakan program ETABS untuk mengetahui berapa besar gaya dan perpindahan yang dapat ditahan oleh struktur. Melalui program ETABS dapat diketahui pula level kinerja struktur bangunan tersebut. Tipe struktur bangunan yang dimodelkan berupa bangunan dengan sistem ganda. Bangunan terbuat dari beton bertulang, jarak bentang arah memanjang 53.7 m, jarak bentang arah memendek 36.2 m, dengan ketinggian 64.5 m, tinggi tiap lantai 4.3 m. Penelitian mengacu pada SNI 1726:2012, ATC-40, FEMA 356, dan FEMA 440.
EVALUASI STRUKTUR GEDUNG DENGAN SISTEM RANGKA BETON PEMIKUL MOMEN KHUSUS BERBASIS KINERJA Richard Geraldi; Daniel Christianto; Hadi Pranata
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 2, Mei 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i2.4300

Abstract

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, salah satunya adalah korban jiwa dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, diperlukannya suatu bangunan tahan gempa untuk mengurangi kerugian yang dapat terjadi. Perencanaan gempa yang umum digunakan saat ini adalah perencanaan berbasis gaya, dimana respons struktur terhadap gempa dianalisis pada kondisi elastis. Namun, pada kondisi sebenarnya struktur akan mengalami kondisi inelastis ketika terkena gempa. Untuk mengatasi kekurangan itu, berkembanglah perencanaan berbasis perpindahan dimana gaya gempa desain ditentukan berdasarkan perpindahan maksimum yang diizinkan pada kondisi inelastik dan kinerja minimum yang diharapkan dari suatu gedung berdasarkan fungsinya. Peraturan gempa yang ada saat ini menggunakan perencanaan berbasis gaya sehingga diperlukan evaluasi terhadap bangunan untuk memastikan kinerjanya pada tingkat minimum yang diizinkan. Untuk menganalisis bangunan pada kondisi inelastik, digunakan analisis pushover dan Direct Displacement Based Design yang diharapkan dapat menggambarkan kondisi bangunan yang sebenarnya. Tingkat kinerja dari struktur bangunan yang didesain berdasarkan SNI 1726:2012 dievaluasi dengan menggunakan metode kapasitas spektrum yang diatur dalam ATC-40 dan FEMA 440 serta metode koefisien perpindahan yang diatur dalam FEMA 356 dan FEMA 440. Hasil yang diperoleh menggambarkan bahwa bangunan yang didesain dengan SNI 1726:2012 ini memiliki tinkat kinerja Immediate Occupancy yang berarti bahwa bangunan ini memenuhi tingkat kinerja minimum yang ditetapkan, yaitu life safety.
HUBUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ULTRASONIK TERHADAP MUTU BETON TANPA AGREGAT KASAR David Chandra; Daniel Christianto
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 1, Februari 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i1.3425

Abstract

Dalam penelitian ini mempelajari mengenai hubungan cepat rambat gelombang ultrasonik terhadap mutu beton tanpa agregat kasar. Campuran beton yang dibuat tidak menggunakan agregat kasar, hanya semen OPC, pasir silika, air, silica fume, tepung marmer dan superplasticizer. Tujuan tidak digunakannya agregat kasar adalah untuk meningkatkan homogenitas material penyusun beton dan meningkatkan kepadatan kering beton. Maka dari itu dalam material penyusun terdapat tepung marmer sebagai filler dan superplasticizer untuk meningkatkan kepadatan kering, ada juga silica fume juga sebagai filler dan meningkatkan kepadatan kering. Benda uji yang dibuat adalah beton tanpa agregat kasar berbetntuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Nilai cepat rambat didapatkan dengan menggunakan salah satu metode non-destructive test (NDT) yaitu tes Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dengan cara direct/langsung. Nilai kuat tekan didapatkan dengan melakukan uji tekan pada benda uji. Setelah nilai kecepatan dan kuat tekan didapatkan, dibuatlah diagram pencar dan regresinya untuk mendapatkan formula kuat tekan yang baru. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jika nilai cepat rambat semakin tinggi maka nilai mutu beton cenderung tinggi juga, semakin berat massa benda uji maka nilai cepat rambat dan kuat tekan cenderung tinggi juga. Dihasilkan juga formula kuat tekan (f’c) dari hasil regresi yaitu :  dengan satuan standard international.