Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Ecological Intelligence in Local Wisdom of The Tengger Tribe as Learning Sources of Social Studies Ali Sunarno; Nana Supriatna
PAEDAGOGIA Vol 26, No 1 (2023): PAEDAGOGIA Jilid 26 No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/paedagogia.v26i1.71215

Abstract

The Tengger tribe has local wisdom as a form of ecological intelligence in minimizing natural damage. Local wisdom is important to be bequeathed to the next generation, but the current globalization hampers the process of inheriting these values. Education, in this case, Social Studies subjects, is heavily responsible for internalizing these noble values. This article was written based on the results of a qualitative descriptive study that explored the potential of the local wisdom of the Tengger people related to ecological intelligence. Based on the research results, the people of the Tengger Tribe have wisdom in managing land, forests/trees, and water. Local wisdom, a form of ecological intelligence, can be adopted as a Social Studies learning resource in junior high schools in the Merdeka Curriculum. The research results are expected to be used as a reference in developing Social Studies learning based on local culture.
Multicultural Education in the Cultural Arts Festival at Sahabat Alam Palangka Raya School Ali Sunarno; Cyndi Hutagalung; Dandi Ansa Faulus; Fitri; I Wayan Wahyu Andriana; Lala Indrawati; Melin; Nor Hapipah; Syukur Setia Zai
Jurnal Ijtihad Vol 7 No 1 (2023): PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/multikultural.v7i1.18820

Abstract

This research is motivate by one fact that cannot be denied for Indonesia, namely a multicultural society. A multicultural society has the potential to become a capital for the nation’s progress, but it does not rule out the possibility that it will become a gap and an opportunity for turmoil to arise, such as social conflict, intolerance, and even division. Providing education in the form of instilling the value of multicultural education from an early age is a form of strategic alternative efforts to suppress and prevent destructive social conflicts. Multicultural education is an attempt to build a person’s mindset to appreaciate diversity within a framework of equality in order to develop social skills. One of the formal education that implements and internalizes multicultural education through special programs in order to realize student’s understanding of the urgency of multicultural education is Sekolah Sahabat Alam. Sekolah Sahabat Alam holds an arts and culture festival at the end of each semester. The cultural festival functions as a concept to provide understanding to students so that they live with mutual respect, appreciation, and tolerance. The problem formulation of this research is how to apply multicultural education in cultural festivals at Sekolah Sahabat Alam in Palangka Raya. This research method was used descriptive research intended to describe the context of multicultural education in the cultural arts festival at Sekolah Sahabat Alam in Palangka Raya. Multicultural education is used as a concrete first step planting good things, this planting can be seen from several activities implemented by Sekolah Sahabat Alam; 1) Cultural festivals as tool for cultural encounters and seeds for seeding multicultural awareness 2) Multicultural education in the creativity of cultural festivals. Keywords: Multicultural Education, Cultural Arts Festival, Sekolah Sahabat Alam
EKSISTENSI UANG JUJURAN DALAM PERNIKAHAN ADAT BANJAR: Perspektif Tokoh Agama Dan Generasi Muda Ali Sunarno; Anisa Dewi; Debi Rumenta Sitorus; Erni Supriyani; Mia Handriani
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 7, No 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v7i2.2023.414-419

Abstract

AbstrakSalah satu adat Banjar terkait dengan perkawinan adalah pemberian uang jujuran yang merupakan kewajiban dari pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan. Namun demikian, teknologi dan zaman yang berkembang dapat mempengaruhi eksistensi budaya dan budaya lokal dengan kekecewaan terhadap kejujuran uang. Penelitian ini bertujuan untuk menyelediki keberadaan uang jujuran pada pernikahan adat Banjar terutama dalam perspektif tokoh agama dan generasi muda. Penelitian menggunakan metode deskriptif deskriptif dengan mewawancarai 7 informan yang terdiri dari tokoh agama dan anak muda. Penelitian juga dilakukan melalui observasi dan dokumentasi terhadap adat pernikahan Banjar di Banjarmasin dan Martapura Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa:(1) Uang jujuran dianggap oleh masyarakat menjadi kewajiban sebelum melangsungkan pernikahan yang nantinya uang tersebut digunakan untuk keperluan resepsi dan modal awal berumah tangga. (2) Besaran uang jujuran tergantung pada beberapa faktor antara lain: kebiasaan setempat (jumlah pasar), kedudukan sosial, tingkat pendidikan, dan kecantikan calon pengantin perempuan. Meskipun demikian jumlah uang jujuran tidak bersifat mutlak dan kembali pada kesepakatan kedua belah pihak. (3) Secara agama uang jujuran bukan kewajiban karena tidak menjadi syarat sahnya pernikahan.Uang jujuran diperbolehkan menurut agama kecuali jika memberatkan pihak laki-laki sehingga berpotensi membatalkan pernikahan, besaran uang jujuran menjadi bahan kesombongan dan menaikkan status sosial, serta menjadi ajang gengsi di masyarakat. (4) Perspektif anak muda terhadap uang jujuran diklasifikasikan menjadi dua pandangan yaitu perspektif pihak-laki yang memberi dan pihak perempuan laki-laki yang menerima uang jujuran. Pihak laki - laki sebenarnya sedikit menolak adanya uang jujuran karena dianggap memberatkan, namun karena sudah menjadi adat maka jujuran sudah dianggap lumrah dan wajib. Di sisi lain pihak perempuan menganggap bahwa kejujuran uang merupakan kewajiban laki-laki dan menjadi bukti keseriusan untuk diikat serta penggunaannya untuk kepentingan bersama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pro dan kontra pemberian uang jujuran pada pernikahan adat Banjar. Pihak laki - laki sebenarnya sedikit menolak adanya uang jujuran karena dianggap memberatkan, namun karena sudah menjadi adat maka jujuran sudah dianggap lumrah dan wajib. Di sisi lain pihak perempuan menganggap bahwa kejujuran uang merupakan kewajiban laki-laki dan menjadi bukti keseriusan untuk diikat serta penggunaannya untuk kepentingan bersama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pro dan kontra pemberian uang jujuran pada pernikahan adat Banjar. Pihak laki - laki sebenarnya sedikit menolak adanya uang jujuran karena dianggap memberatkan, namun karena sudah menjadi adat maka jujuran sudah dianggap lumrah dan wajib. Di sisi lain pihak perempuan menganggap bahwa kejujuran uang merupakan kewajiban laki-laki dan menjadi bukti keseriusan untuk dingin serta penggunaannya untuk kepentingan bersama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pro dan kontra pemberian uang jujuran pada pernikahan adat Banjar.Kata Kunci : Uang Jujur, Pernikahan, Adat Banjar
The environmental awareness character of elementary school students in the Kahayan River basin: Comparative study in rural and urban areas Sunarno, Ali; Suryadi, Suryadi; Karliani, Eli; Sangalang, Ronald Hadibowo
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS Vol. 9, No. 2
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um022v9i12024p102

Abstract

This study compares the environmental awareness character of elementary school students in the Kahayan River Basin, Central Kalimantan Province, who live in rural and urban areas. It is a quantitative study using survey data collection methods. The survey was conducted on 60 students: 30 students from SDN Bukit Rawi 1, located in a rural area, and 30 students from SDN Percobaan Palangka Raya, in an urban area. The survey used a questionnaire containing 20 statements with five answer options, using a Likert scale. The collected data is then analyzed using descriptive percentage analysis. The results showed that students living in rural areas of the Kahayan River Basin had better environmental awareness than those living in urban areas. The majority, 70 percent of rural students, demonstrated "Very Good" ecological awareness, while the majority, 73 percent, of urban students, showed "Good" environmental awareness (one level below "Very Good"). Furthermore, rural students had an average score of 90.59 (Very Good), compared to urban students with an average score of 84.30 (Good). The researchers suggest further studies on the factors influencing students' environmental awareness and the development of products/programs to enhance environmental awareness among students in the Kahayan River Basin.
PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA PADA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PALANGKA RAYA Soma, Putu Artha; Ikhsan , Ibnu; Dotrimensi, Dotrimensi; Sunarno, Ali
SOCIAL : Jurnal Inovasi Pendidikan IPS Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/social.v5i1.4573

Abstract

Smartphones have become an inseparable part of adolescent life, including in the educational environment. This study aims to analyze the effect of smartphone usage duration on the concentration of learning of class XI students at SMA Negeri 1 Palangka Raya. The research method used is a quantitative approach with data collection techniques through a Likert scale-based questionnaire. The research sample consisted of 40 students selected using purposive sampling techniques. Validity and reliability tests showed that the research instrument had good quality. The results showed that there was a significant relationship between smartphone usage and students' concentration of learning. Based on a simple linear regression analysis, a regression equation was obtained (Y = 1.570 + 0.753X), which showed that every increase in smartphone usage had an impact on decreasing concentration of learning. In addition, the Wilcoxon Signed-Ranks Test with a significance value (p <0.001) showed a significant difference in concentration of learning before and after smartphone use. This study has limitations in sample coverage and has not considered other external factors that can affect concentration of learning. Therefore, further research is recommended to use a wider sample and consider other aspects such as learning motivation and educational environment. ABSTRAKSmartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan remaja, termasuk dalam lingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh durasi penggunaan smartphone terhadap konsentrasi belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Palangka Raya. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner berbasis skala Likert. Sampel penelitian terdiri dari 40 siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki kualitas yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan smartphone dan konsentrasi belajar siswa. Berdasarkan analisis regresi linear sederhana, diperoleh persamaan regresi (Y = 1,570 + 0,753X ), yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan dalam penggunaan smartphone berdampak pada penurunan konsentrasi belajar. Selain itu, uji Wilcoxon Signed-Ranks Test dengan nilai signifikansi (p<0,001) menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam konsentrasi belajar sebelum dan sesudah penggunaan smartphone. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam cakupan sampel dan belum mempertimbangkan faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih luas dan mempertimbangkan aspek lain seperti motivasi belajar dan lingkungan pendidikan.