Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

IMPLEMENTASI MODEL PAKEM BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Ismoyo, Tejo; Widodo, A Tri; djuniadi, djuniadi
Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology Vol 2 No 2 (2013): November 2013
Publisher : unnes press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) berbantuan multimedia untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha kelas XI SMK Pembangunan Ampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Berdasarkan penelitian ini didapatkan nilai rata-rata pretest sebesar 63,33. Sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 81,50. Rata-rata nilai LKS siklus 1 sampai siklus 2 mengalami peningkatan dari 75,80% menjadi 82,53%. Nilai rata-rata hasil belajar siklus 1 sebesar 64,50 dan siklus 2 menjadi 83,30. Hasil observasi aktivitas belajar siklus 1 sebesar 76% dan siklus 2 menjadi 88%. Siswa SMK Pembangunan Ampel Kelas XI selalu mempraktikan sila. Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa implementasi model PAKEM berbantuan multimedia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI SMK Pembangunan Ampel.
The Philosophy of Water in Buddha’s Culture Haudi, Haudi; Ismoyo, Tejo; Siu, Ong Cin
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 4, No 3 (2021): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i3.2165

Abstract

Water in the concept of Buddhism has a sense of Majesty, namely humility. Water has always been placed on the altar of Buddha as a means of Buddhist to always remember to teach the attitude of humble. In the Sutta Manggala was explained that when a person has a humble attitude and eager in erode greed (Kilesa), runs the sacred life and achieve enlightenment (Nibbana), is a major blessing. So we can say a must have humble character like water because it can reach the highest goals i.e. enlightenment (Nibbana). Water in Buddhist cultures are used as media treatment and endowment. Gotama Buddha in the opportunity at a time when the population of Vesali leprosy disease plagues sprinkled some holy water which has been read Paritta. Buddhism emphasizes that maintaining and preserving the water is very necessary as reflected in the Dhammapada. 49 “like a bee collecting honey with no damage or harass the color and scent of flowers; so too does the wise way person move past the world”. In ecosystems, the bees not only take advantage of in interest, but at the same time help the pollination. The bees’ behavior gives an inspiration, how we should use the water wisely without causes the damage that would disturb the ecosystem, but it will still be able to conserve water.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Interpersonal Ketua Vihara Terhadap Kepuasan Pelayanan Umat: Studi Pada Umat Buddha Di Vihara Se-Kabupaten Lampung Timur Susilo, Agus; Sutawan, Komang; Rapiadi, Rapiadi; Ismoyo, Tejo
Jurnal Ilmu Agama dan Pendidikan Agama Buddha Vol. 3 No. 2 (2021): JIAPAB Vol. 3 No. 2 September 2021
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA DHARMA WIDYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dan Komunikasi Interpersonal (X2) terhadap Kepuasan Pelayanan (Y) Umat Buddha di Kabupaten Lampung Timur. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subyek penelitian ini adalah umat Buddha se-Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah populasi sebanyak 1685 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner (angket) dan didukung dengan data wawancara. Teknis analisis data menggunakan regresi linier berganda. Namun sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik antara lain; uji validitas, reliabilitas, normalitas, homogenitas, autokorelasi, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa Ada pengaruh gaya kepemimpinan (X1) dan komunikasi interpersonal (X2) terhadap kepuasan layanan umat (Y). Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan Alpha 5%, yaitu Ho ditolak jika Sig. ? 0,05. Nilai besarnya R (korelasi) adalah 0,082, hal ini menunjukkan bahwa (X1) dan (X2) terhadap (Y) memiliki hubungan yang kuat. Hal ini telah sesuai dengan asumsi bahwa semakin nilai R mendekati angka 1, berarti hubungan yang terjadi semakin kuat. Besarnya pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y adalah sebesar 8,2% sedangkan sisanya sebesar 91.8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan regresi tersebut.
Buddhist Education’ Quality through PAKEM Sunter Candra Yana; Tejo Ismoyo; Wahyu Diono; Lamirin Lamirin; Eko Pramono
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 5, No 2 (2022): Budapest International Research and Critics Institute May
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i2.4854

Abstract

Buddhist education in Indonesia, have not fully progressed. This is not apart from conventional learning process, changing progress in the form of learning that more innovative. The learning process is active, effective, and fun (PAKEM), is the transformation of conventional learning. This learning directed learning in group that more innovative and proven effective in accordance with the Buddha’s method of teaching. Buddhist education’ quality, not a part of the learning processes that direct student to think critically. PAKEM be the right solution because according to the word of the Buddha, that in learning process student emphasized to more active and critical. The implementation of PAKEM’s model emphasizes learning in group. Human interact, interdependent, and need to learn in group, to gain experience of another person, person can learn and develop themselves. Buddha teaches His student to learn all the teachings together in group, and not make mischief. Thus, Buddhist education that have the following principal characteristics are comprehensive knowledge (pariyatti), learned into practice become the guidance of behavior (patipatti) and achieve of dharma’s truth (pativedha)
PERAN MAJELIS BUDDHAYANA INDONESIA (MBI) TERHADAP PENANAMAN NILAI INTERSEKTARIAN PADA MASYARAKAT BUDDHA DI LAMPUNG Tejo Ismoyo; Rapiadi Rapiadi; Susanto Susanto
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 1 (2021): Juni
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimanakah nilai intersektarian berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung dan bagaimanakah peran Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) terhadap penanaman nilai intersektarian pada masyarakat Buddha di Lampung tahun 2018. Belum meratanya penanaman nilai intersektarian pada masyarakat Buddha di Lampung, hal ini terlihat pada saat melaksanakan puja bakti. Umat Buddha di Lampung masih cenderung puja bakti mengunakan paritta (tradisi Theravada). Penanaman nilai intersektarian di provinsi lampung yang belum merata menyebabkan pelaksanakan puja bakti masih difokuskan pada tradisi Theravada. Walaupun masih didominan pada tradisi Theravada, akan tetapi masih ada beberapa masyarakat melaksanakan puja bakti secara khusus menggunakan tradisi Mahayana dan Tantrayana. Nilai intersektarianpun masih belum sepenuhnya diterapkan sehingga terjadi dominasi pengunaan satu mahzab saja yang diangap paling baik, dan terjadi kesenjangan dalam bentuk kurang hormatnya terhadap mahzab lain. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Tempat dilaksanakan penelitian di Provinsi Lampung, waktu yang digunakan adalah 6 bulan, dimulai dari Juli sampai Desember 2018. Adapun Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan membuat gambaran yang dilakukan dengan cara (1) reduksi data atau penyederhanaan (data reduction), (2) paparan/sajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan. Provinsi Lampung terdiri dari 164 wihara yang berada di bawah naungan Sangha Agung Indonesia (SAGIN). Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) sebagai pembatu tugas Sangha Agung Indonesia (SAGIN) membimbing Umat Buddha dalam menanamkan nilai intersektarian agar berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung. Nilai intersektarian berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung, tidak terlepas dari peran Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Berkembangnya nilai intersektarian di Provinsi Lampung Melalui Tokoh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Melalui Ceramah Dhamma dan Melalui Kunjungan Sangha. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) memiliki peran penting dalam menanamkan nilai intersektarian dalam perkembangan agama Buddha di Provinsi Lampung. Berikut peran penting Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) dalam menanamkan nilai intersektarian: Membina Melalui Ceramah Dhamma, Pelayanan Puja Bhakti Keliling, Kunjungan Kasih, dan Pelatihan Pandeta.
PAÑCA-SĪLA BUDDHIS Lisniasari Lisniasari; Tejo Ismoyo
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 2 No 1 (2020): Juni
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengetahuan mengenai Pañca-sīla buddhis sebagai landasan hidup bagi setiap umat Buddha sangatlah penting. Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengkaji Pañca-sīla buddhis dari segi kepustakaan. Penelitian mengenai Pañca-sīla buddhis diteliti secara kualitatif dengan menggunak studi kepustakaan yang mengandalkan buku, artikel, jurnal maupun literatur terkait untuk mengetahui fakta-fakta ilmiah mengenai variabel penelitian terkait. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa Pañca-sīla buddhis merupakan dasar moral utama Buddhis terdiri dari (1) bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup (Pānātippātā Veramani Sikkhāpadam Samā-diyāmi); (2) Bertekad melatih diri menghindari pencurian atau mengambil barang yang tidak diberikan (Adinādānā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi); (3) Bertekad melatih diri menghindari dari perbuatan asusila (Kāmesumicchācārā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi); (4) Bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar atau berbohong (Musāvādā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi); (5) bertekad menghindari minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran (Surāmerayamajjhapamādatthānā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi). Praktek pañca-sīla buddhis mengarah pada peningkatan pengendalian diri dan kekuatan kepribadian. Tujuan pelaksanaan pañca-sīla buddhis sebagai landasan moral bagi umat Buddha, memuat dua tujuan; Pertama, memungkinkan manusia untuk hidup bersama dalam komunitas beradab dengan saling percaya dan menghormati. Kedua, merupakan titik awal perkembangan spiritual menuju pembebasan. Buddha mengemukakan manfaat dari pelaksanaan pañca-sīla buddhis di dalam Māhaparinībbānā-suttā kepada para perumah tangga antara lain: membuat orang bertambah kaya, mendatangkan nama baik, menimbulkan percaya diri dalam pergaulan dengan berbagai golongan manusia, memberi ketenangan disaat menghadapi kematian, setelah meninggal dunia, akan terlahir kembali dialam surga. Penelitian ini kemudian mempunyai kontribusi terhadap ketekunan dan kegiatan umat Buddha dalam melaksanakan Pañca-sīla buddhis sekaligus untuk memperkaya kajian Buddha Dharma di Indonesia.
KONSEP PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN AGAMA BUDDHA Tejo Ismoyo
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 2 No 1 (2020): Juni
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan manusia bukanlah hanya sandang, pangan dan papan melainkan pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok setiap orang. Hal ini dimungkinkan untuk mewujudkan manusia yang memiliki pengetahuan yang baik, sehingga pembangunan mental manusia akan tetap berjalan dengan baik meskipun perkembangan zaman terus melaju pesat seiring berjalannya waktu. Tujuan penelitian ini kemudian adalah untuk mendukung pembangunan moral dalam pendidikan karakter melalui pendidikan agama. Metodologi penelitian yang kemudian digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan buku, jurnal maupun literatur terkait lainnya, yakni studi kepustakaan (library research). Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data, diketahui bahwa agama Buddha merupakan salah satu agama yang memandang bahwa pendidikan perlu ditanamkan pada setiap manusia sebagai upaya untuk melindunginya dari tindakan kejahatan atau perbuatan yang salah dan mengakibatkan penderitaan. Buddhism memandang pentingnya pendidikan untuk membantu manusia mewujudkan kebahagiaan. Pertama, seseorang harus mempelajari pengetahuan atau mengembangkan teori, selanjutnya seseorang harus bijaksana untuk mempraktikkan dengan sebaik-baiknya pengetahuan yang diperolehnya, dengan demikian seseorang akan mendapatkan hasil sesuai pengetahuan dan praktik yang telah dikembangkan. Adapun implikasi atau kontribusi daripada penelitian ini adalah pembentukan konsep pendidikan dalam pandangan agama Buddha, serta memperkaya wawasan Buddha Dharma bagi umat Buddha Nusantara.
KONSEP DIRI DALAM KEHIDUPAN PABBAJITA Esli Esli; Taridi Taridi; Tejo Ismoyo
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 2 No 2 (2020): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh kehidupan pabbajita terhadap konsep diri monastik. Penelitian ini dilakukan di Wihara Virya Paramita Bandar Lampung. Permasalahan yang terjadi pada monastik Wihara Virya Paramita yaitu sebagian individumasih kurang mampu dalam mengendalikan diri sehingga mudah tersinggung, kurang mampu dalam memotivasi diri, kurang percaya diri, dan kuarng mampu menilai diri dengan baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian ini Monastik Wihara Virya Paramita yang berjumlah 32 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan skala Likert. Data dianalisis denga nmenggunakan regresi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan dilanjutkan dengan uji t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan regresi linier sederhana diperoleh nilai t hitung sebesar 7,994 dengan taraf signifikansi 0,000, sedangkan t tabel dengan n = 32 dan a = 0,05 sebesar 1,697. Hal ini dapat diasumsikan bahwa t hitung > t tabel (7,994>1,697), maka Ha diterimadan Ho ditolak. Sedangkan R square pada penelitian ini adalah 0,681 yang berarti bahwa kehidupan pabbajita berpengaruh terhadap konsep diri sebesar 68,1%. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa ada pengaruh kehidupan pabbajita terhadap konsep diri monastik Wihara Virya Paramita Bandar Lampung. Besar pengaruh tersebut adalah 68,1%, sedangkan 31,9% konsep diri monastic dipengaruh oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
PERAN ILMU PENGETAHUAN AGAMA BUDDHA DALAM KONSTRUKSI ETIKA SOSIAL DAN SPIRTUAL MASYARAKAT Tejo Ismoyo; Lisniasari Lisniasari; Boniran Boniran
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 2 (2021): Desember
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama mengajarkan dan membimbing pemeluknya dalam melakukan prosesi atau upacara keagamaan, khususnya dalam menghormati jiwa dan hati manusia dalam rangka mengenal Tuhan, suatu proses yang sering dikaitkan dengan proses pembentukan spiritual. Spiritualitas, spiritualitas, dan spiritualisme sendiri mengacu pada kata Spirit atau Spirius yang berarti nafas. Nilai dari spritualitas adalah keyakinan, norma dan etika yang dihormati. Transendensi dan sebuah pengalaman, kesadaran dan kesadaran akan dimensi transenden kehidupan tentang diri sendiri.Menghubungkan berarti membangkitkan kesadaran akan hubungan antara diri kita dengan orang lain dan antara Tuhan dan jiwa manusianya. Setiap agama memberikan doktrin kebenaran yang tidak dapat diubah oleh manusia. Agama menganggap wahyu itu mutlak, tetapi bisa dimaknai. Oleh karena itu, ketika agama bersinggungan dengan etika, tidak mungkin mengubah ajaran agama secara absolut, tetapi secara absolut, etika memiliki peran melindungi pelaku, bukan untuk bias. Dengan rasionalitas etis, agama dapat dipahami dalam konteks (Teichman, 2003: 3) Etika tidak dapat menggantikan agama.Agama adalah hal yang tepat untuk memberikan bimbingan moral. Religius menemukan orientasi fundamental kehidupan dalam agamanya. Religius mengharapkan ajaran agamanya rasional. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dari sumber literatur yang mendukung data penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agama Buddha menerapkan berbagai ajaran untuk membentuk konstruksi etika sosial spiritualitas bagi masyarakat.
PERAN MAJELIS BUDDHAYANA INDONESIA (MBI) TERHADAP PENANAMAN NILAI INTERSEKTARIAN PADA MASYARAKAT BUDDHA DI LAMPUNG Tejo Ismoyo; Rapiadi Rapiadi; Susanto Susanto
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer (JPBISK) Vol 3 No 1 (2021): Juni
Publisher : STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimanakah nilai intersektarian berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung dan bagaimanakah peran Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) terhadap penanaman nilai intersektarian pada masyarakat Buddha di Lampung tahun 2018. Belum meratanya penanaman nilai intersektarian pada masyarakat Buddha di Lampung, hal ini terlihat pada saat melaksanakan puja bakti. Umat Buddha di Lampung masih cenderung puja bakti mengunakan paritta (tradisi Theravada). Penanaman nilai intersektarian di provinsi lampung yang belum merata menyebabkan pelaksanakan puja bakti masih difokuskan pada tradisi Theravada. Walaupun masih didominan pada tradisi Theravada, akan tetapi masih ada beberapa masyarakat melaksanakan puja bakti secara khusus menggunakan tradisi Mahayana dan Tantrayana. Nilai intersektarianpun masih belum sepenuhnya diterapkan sehingga terjadi dominasi pengunaan satu mahzab saja yang diangap paling baik, dan terjadi kesenjangan dalam bentuk kurang hormatnya terhadap mahzab lain. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Tempat dilaksanakan penelitian di Provinsi Lampung, waktu yang digunakan adalah 6 bulan, dimulai dari Juli sampai Desember 2018. Adapun Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan membuat gambaran yang dilakukan dengan cara (1) reduksi data atau penyederhanaan (data reduction), (2) paparan/sajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan. Provinsi Lampung terdiri dari 164 wihara yang berada di bawah naungan Sangha Agung Indonesia (SAGIN). Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) sebagai pembatu tugas Sangha Agung Indonesia (SAGIN) membimbing Umat Buddha dalam menanamkan nilai intersektarian agar berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung. Nilai intersektarian berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung, tidak terlepas dari peran Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Berkembangnya nilai intersektarian di Provinsi Lampung Melalui Tokoh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Melalui Ceramah Dhamma dan Melalui Kunjungan Sangha. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) memiliki peran penting dalam menanamkan nilai intersektarian dalam perkembangan agama Buddha di Provinsi Lampung. Berikut peran penting Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) dalam menanamkan nilai intersektarian: Membina Melalui Ceramah Dhamma, Pelayanan Puja Bhakti Keliling, Kunjungan Kasih, dan Pelatihan Pandeta.