Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Cinta dan Perdamaian Dalam Perspektif Buddha Tejo Ismoyo
Vijjacariya: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Buddhis Vol 4, No 1 (2017): June 2017
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pandangan dalam Agama Buddha menyatakan bahwa perdamaian dapat terwujud melalui cinta kasih atau metta. Dalam kitab suci Dhammapada, pada syair 5 tertulis, "Kebencian tidak bisa berakhir oleh kebencian, kebencian berakhir dengan cinta kasih." Ajaran Buddha menekankan pentingnya kesepahaman, persahabatan, dan keharmonisan, yang didasarkan pada kebajikan dari cinta kasih, untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat lainnya. Cinta kasih memunculkan kedamaian.Buddha memandang semua makhluk, baik yang besar maupun kecil, dari serangga hingga hewan raksasa, sebagai sederajat. Setiap makhluk memiliki hak yang sama untuk merasakan kebahagiaan, sama seperti manusia. Buddhisme mengajarkan pengembangan cinta kasih melalui praktik meditasi metta (meditasi cinta kasih). Buddha menyatakan bahwa politik yang maju dan beradab adalah politik yang "tanpa membunuh, tanpa melukai, tanpa menjajah, tanpa menyebabkan kesedihan, dan mengikuti dhamma atau ajaran kebenaran" (Samyutta Nikaya).
Evaluasi Ruang Terbuka Hijau yang Inklusif bagi Penyandang Difabel (Kasus: Taman Tirtonadi) Wahyu Tejo Ismoyo; Q Qomarun
Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur 2023: Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Surakarta merupakan, kota yang cukup dalam memberikan perhatian terhadap penyandang disabilitas hal tersebut dibuktikan dengan dikeluarkannya PERDA Kota Surakarta No. 2 tahun 2008 tentang kesetaraan difabel, yang kemudian didukung oleh Peraturan Walikota Surakarta No. 9 tahun 2013 yang berisikan petunjuk pelaksanaan PERDA Kota Surakarta No. 2 tahun 2008 yang berbunyi "Kesetaraan difabel adalah suatu kondisi yang menciptakan keadilan bagi kaum penyandang disabilitas sehingga penyandang difabel mempu berdiri mandiri dengan perilaku yang adil". Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode Studi Literatur dan metode Observasi, berdasarkan PERMEN PU No. 14 tahun 2017, dari penelitian yang dilakukan pada Taman Tirtonadi, Taman Tirtonadi hanya memenuhi 5 indikator dari 7 indikator yang telah ditetapkan sehingga Taman Tirtonadi belum dapat dikategorikan dalam ruang terbuka publik yang ramah terhadap penyandang disabilitas.
Zikir dalam Perspektif Buddha dan Islam Tri Anggraini; Poniman Poniman; Tejo Ismoyo; Widiyanto Widiyanto
Akademika: Jurnal Keagamaan dan Pendidikan Vol. 18 No. 2 (2022): Akademika: Jurnal Keagamaan dan Pendidikan | Desember 2022
Publisher : STAIN Bengkalis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56633/jkp.v18i2.390

Abstract

Zikir is one of the methods used by sufi scholars to be able to revive the heart from death because a heart that does not remember the majesty of Allah is considered dead by the sufis. However, the perspective of zikir in Buddhism is still little known by the public. This lack of understanding shows that the term zikir in Buddhism is still a bit foreign so that many people, especially Buddhists, do not understand the perspective of zikir itself. The purpose of writing this article is to find out about zikir from a Buddhist and Islam perspective. This study used a descriptive qualitative method. Based on the data analysis carried out, it was concluded that zikir is reciting the name of Allah and praying with concentration or ritual verbal worship, which is not tied to time, place or circumstances, and if humans are busy doing it, zikir produces knowledge and vision in themselves, because zikir in its basic context is included in the verbal category. The perspective of zikir in Buddhism (Theravada) is similar to that of sufi meditation in Islamic religion. The difference is only in the form activity and the naming of the training terms. The difference between the two lies in the prescribed meditation subject.
Mindfulness Sitting: Enhancing Students’ Listening Skill at Jinarakkhita Buddhist College Lampung Ayu Andriyaningsih; Tejo Ismoyo; Susanto Susanto; Juni Suryanadi
Journal of Education, Religious, and Instructions (JoERI) Vol. 1 No. 2 (2023): JOERI December 2023
Publisher : LPPM STIAB JINARAKKHITA LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60046/joeri.v1i2.79

Abstract

The ancient contemplative traditions that gave rise to the practice of mindfulness have attracted a lot of interest recently because of their potential to improve many facets of human well-being. A fascinating field of study is the connection between mindfulness sitting and attentive listening abilities. In this research, the researcher explore the possible impact of mindful sitting on the growth and improvement of good listening techniques. This study aims to examine the effect of mindfulness sitting on listening skill. The researcher used a pretest-posttest experimental group design. The research used the Statistical Package for Social Science (SPSS) to analyze the data. A rubric score used to analyze and measure the students’ listening skill before and after treatment. The students’ listening skill improved from 30.7 to 77.1. In addition, the researcher found that students who struggled in listening comprehension now have a grow understanding in their listening skill. Therefore, it is important to use mindfulness method to improve listening achievement.
The Role of Pabbajja Training in Strengthening the Mental Balance of Buddhist Panditas in Banten Province Eko Pramono; Tejo Ismoyo; Komang Sutawan; Susanto Susanto
Journal of Education, Religious, and Instructions (JoERI) Vol. 2 No. 1 (2024): JOERI June 2024
Publisher : LPPM STIAB JINARAKKHITA LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60046/joeri.v2i1.110

Abstract

This study discusses the role of Pabbajja Training in strengthening the mental balance of Buddhist Panditas in Banten Province. The Pabbajja Training process is a spiritual journey that involves Vipassana meditation, understanding Buddhist teachings, daily discipline, and the application of ethical principles. Through Vipassana meditation, practitioners can wisely manage emotions and thoughts. A deep understanding of Buddhist teachings helps practitioners gain a broader perspective on life. Daily discipline provides a structure for the development of mental balance, while ethical and moral principles serve as the foundation for inner stability. This study concludes that Pabbajja Training significantly contributes to strengthening the mental balance and inner well-being of Buddhist Panditas in Banten Province. Keywords: Pabbajja Training, Mental Balance, Industrial Revolution 4.0 Era
Implementation of Learning Communication System: A Case Study on Buddhist Religious Teachers in State Elementary School Edi Sumarwan; Tejo Ismoyo; Susanto; Juni Suryanadi; Janita Dewi
Journal of Education, Religious, and Instructions (JoERI) Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : LPPM STIAB JINARAKKHITA LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60046/joeri.v1i1.31

Abstract

This study aims to analyze and describe the implementation of online learning of Buddhist religious education teachers at State Elementary School 01 Sripendowo. This research uses a case study method with a qualitative approach. Data were obtained using observation, interview, and documentation methods. Furthermore, the data obtained were analyzed using the Miles and Huberman model. The existence of learning problems during the co-19 pandemic made researchers interested in conducting research related to the online learning communication system. The results showed that teachers used communication elements following the model given by Laswel. In addition, the findings also explain that the teacher takes seven practical strategic steps in carrying out the online learning communication system. This study also found five common barriers experienced by teachers during the implementation of online learning.
PERAN MAJELIS BUDDHAYANA INDONESIA (MBI) TERHADAP PENANAMAN NILAI INTERSEKTARIAN PADA MASYARAKAT BUDDHA DI LAMPUNG Tejo Ismoyo; Rapiadi Rapiadi; Susanto Susanto
JURNAL PENDIDIKAN BUDDHA DAN ISU SOSIAL KONTEMPORER (JPBISK) Vol. 3 No. 1 (2021): Juni
Publisher : LPPM STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56325/jpbisk.v3i1.12

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimanakah nilai intersektarian berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung dan bagaimanakah peran Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) terhadap penanaman nilai intersektarian pada masyarakat Buddha di Lampung tahun 2018. Belum meratanya penanaman nilai intersektarian pada masyarakat Buddha di Lampung, hal ini terlihat pada saat melaksanakan puja bakti. Umat Buddha di Lampung masih cenderung puja bakti mengunakan paritta (tradisi Theravada). Penanaman nilai intersektarian di provinsi lampung yang belum merata menyebabkan pelaksanakan puja bakti masih difokuskan pada tradisi Theravada. Walaupun masih didominan pada tradisi Theravada, akan tetapi masih ada beberapa masyarakat melaksanakan puja bakti secara khusus menggunakan tradisi Mahayana dan Tantrayana. Nilai intersektarianpun masih belum sepenuhnya diterapkan sehingga terjadi dominasi pengunaan satu mahzab saja yang diangap paling baik, dan terjadi kesenjangan dalam bentuk kurang hormatnya terhadap mahzab lain. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Tempat dilaksanakan penelitian di Provinsi Lampung, waktu yang digunakan adalah 6 bulan, dimulai dari Juli sampai Desember 2018. Adapun Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan membuat gambaran yang dilakukan dengan cara (1) reduksi data atau penyederhanaan (data reduction), (2) paparan/sajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan. Provinsi Lampung terdiri dari 164 wihara yang berada di bawah naungan Sangha Agung Indonesia (SAGIN). Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) sebagai pembatu tugas Sangha Agung Indonesia (SAGIN) membimbing Umat Buddha dalam menanamkan nilai intersektarian agar berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung. Nilai intersektarian berkembang pada masyarakat Buddha di Lampung, tidak terlepas dari peran Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Berkembangnya nilai intersektarian di Provinsi Lampung Melalui Tokoh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Melalui Ceramah Dhamma dan Melalui Kunjungan Sangha. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) memiliki peran penting dalam menanamkan nilai intersektarian dalam perkembangan agama Buddha di Provinsi Lampung. Berikut peran penting Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) dalam menanamkan nilai intersektarian: Membina Melalui Ceramah Dhamma, Pelayanan Puja Bhakti Keliling, Kunjungan Kasih, dan Pelatihan Pandeta.
PAÑCA-SĪLA BUDDHIS Lisniasari Lisniasari; Tejo Ismoyo
JURNAL PENDIDIKAN BUDDHA DAN ISU SOSIAL KONTEMPORER (JPBISK) Vol. 2 No. 1 (2020): Juni
Publisher : LPPM STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56325/jpbisk.v2i1.16

Abstract

Pengetahuan mengenai Pañca-sīla buddhis sebagai landasan hidup bagi setiap umat Buddha sangatlah penting. Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengkaji Pañca-sīla buddhis dari segi kepustakaan. Penelitian mengenai Pañca-sīla buddhis diteliti secara kualitatif dengan menggunak studi kepustakaan yang mengandalkan buku, artikel, jurnal maupun literatur terkait untuk mengetahui fakta-fakta ilmiah mengenai variabel penelitian terkait. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa Pañca-sīla buddhis merupakan dasar moral utama Buddhis terdiri dari (1) bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup (Pānātippātā Veramani Sikkhāpadam Samā-diyāmi); (2) Bertekad melatih diri menghindari pencurian atau mengambil barang yang tidak diberikan (Adinādānā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi); (3) Bertekad melatih diri menghindari dari perbuatan asusila (Kāmesumicchācārā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi); (4) Bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar atau berbohong (Musāvādā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi); (5) bertekad menghindari minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran (Surāmerayamajjhapamādatthānā veramaņĩ sikkhāpadaņ samādiyāmi). Praktek pañca-sīla buddhis mengarah pada peningkatan pengendalian diri dan kekuatan kepribadian. Tujuan pelaksanaan pañca-sīla buddhis sebagai landasan moral bagi umat Buddha, memuat dua tujuan; Pertama, memungkinkan manusia untuk hidup bersama dalam komunitas beradab dengan saling percaya dan menghormati. Kedua, merupakan titik awal perkembangan spiritual menuju pembebasan. Buddha mengemukakan manfaat dari pelaksanaan pañca-sīla buddhis di dalam Māhaparinībbānā-suttā kepada para perumah tangga antara lain: membuat orang bertambah kaya, mendatangkan nama baik, menimbulkan percaya diri dalam pergaulan dengan berbagai golongan manusia, memberi ketenangan disaat menghadapi kematian, setelah meninggal dunia, akan terlahir kembali dialam surga. Penelitian ini kemudian mempunyai kontribusi terhadap ketekunan dan kegiatan umat Buddha dalam melaksanakan Pañca-sīla buddhis sekaligus untuk memperkaya kajian Buddha Dharma di Indonesia.
KONSEP PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN AGAMA BUDDHA Tejo Ismoyo
JURNAL PENDIDIKAN BUDDHA DAN ISU SOSIAL KONTEMPORER (JPBISK) Vol. 2 No. 1 (2020): Juni
Publisher : LPPM STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56325/jpbisk.v2i1.19

Abstract

Kebutuhan manusia bukanlah hanya sandang, pangan dan papan melainkan pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok setiap orang. Hal ini dimungkinkan untuk mewujudkan manusia yang memiliki pengetahuan yang baik, sehingga pembangunan mental manusia akan tetap berjalan dengan baik meskipun perkembangan zaman terus melaju pesat seiring berjalannya waktu. Tujuan penelitian ini kemudian adalah untuk mendukung pembangunan moral dalam pendidikan karakter melalui pendidikan agama. Metodologi penelitian yang kemudian digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan buku, jurnal maupun literatur terkait lainnya, yakni studi kepustakaan (library research). Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data, diketahui bahwa agama Buddha merupakan salah satu agama yang memandang bahwa pendidikan perlu ditanamkan pada setiap manusia sebagai upaya untuk melindunginya dari tindakan kejahatan atau perbuatan yang salah dan mengakibatkan penderitaan. Buddhism memandang pentingnya pendidikan untuk membantu manusia mewujudkan kebahagiaan. Pertama, seseorang harus mempelajari pengetahuan atau mengembangkan teori, selanjutnya seseorang harus bijaksana untuk mempraktikkan dengan sebaik-baiknya pengetahuan yang diperolehnya, dengan demikian seseorang akan mendapatkan hasil sesuai pengetahuan dan praktik yang telah dikembangkan. Adapun implikasi atau kontribusi daripada penelitian ini adalah pembentukan konsep pendidikan dalam pandangan agama Buddha, serta memperkaya wawasan Buddha Dharma bagi umat Buddha Nusantara.
KONSEP DIRI DALAM KEHIDUPAN PABBAJITA Esli Esli; Taridi Taridi; Tejo Ismoyo
JURNAL PENDIDIKAN BUDDHA DAN ISU SOSIAL KONTEMPORER (JPBISK) Vol. 2 No. 2 (2020): Desember
Publisher : LPPM STAB Bodhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56325/jpbisk.v2i2.20

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh kehidupan pabbajita terhadap konsep diri monastik. Penelitian ini dilakukan di Wihara Virya Paramita Bandar Lampung. Permasalahan yang terjadi pada monastik Wihara Virya Paramita yaitu sebagian individumasih kurang mampu dalam mengendalikan diri sehingga mudah tersinggung, kurang mampu dalam memotivasi diri, kurang percaya diri, dan kuarng mampu menilai diri dengan baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian ini Monastik Wihara Virya Paramita yang berjumlah 32 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket dengan skala Likert. Data dianalisis denga nmenggunakan regresi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan dilanjutkan dengan uji t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan regresi linier sederhana diperoleh nilai t hitung sebesar 7,994 dengan taraf signifikansi 0,000, sedangkan t tabel dengan n = 32 dan a = 0,05 sebesar 1,697. Hal ini dapat diasumsikan bahwa t hitung > t tabel (7,994>1,697), maka Ha diterimadan Ho ditolak. Sedangkan R square pada penelitian ini adalah 0,681 yang berarti bahwa kehidupan pabbajita berpengaruh terhadap konsep diri sebesar 68,1%. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa ada pengaruh kehidupan pabbajita terhadap konsep diri monastik Wihara Virya Paramita Bandar Lampung. Besar pengaruh tersebut adalah 68,1%, sedangkan 31,9% konsep diri monastic dipengaruh oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.