Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Peranan Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Raodah, Raodah
Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance Vol 5 No 2 (2013): Juni
Publisher : Research and Development Agency Ministry of Home Affairs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21787/jbp.05.2013.79-90

Abstract

AbstrakPeranan perempuan di rana ekonomi publik memberi kontribusi yang cukup besar bagi kehidupan keluarga, terutama bagi keluarga yang masih hidup dalam kondisi kemiskinan. Seperti di jumpai pada masyarakat nelayan, yang mata pencahariannya tidak menentu. Ada waktu tertentu dimana nelayan harus melaut dan ada waktu nelayan tidak dapat melaut, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Dalam kondisi yang demikian maka diperlukan peran isteri untuk membantu ekonomi keluarga dengan melakukan pekerjaan di luar rumah (publik). Peran ganda ini dilakoni pula oleh istri-istri nelayan yang ada di Kelurahan Lapulu, mereka melakukan beberapa pekerjaan di sektor perikanan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri-istri nelayan di Kelurahan Lapulu selain berperan di rana domestik sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anak, mereka juga meluangkan waktunya untuk membantu suami bekerja sebagai, pengolah ikan asin, pembuatan terasi, berbagai makanan olahan dari rumput laut dan ikan, serta bekerja sebagai buruh di industri pengolahan ikan. Penghasilan yang diperoleh istri-istri nelayan memberi kontribusi yang cukup besar dalam membantu mengatasi biaya kebutuhan rumah tangga nelayan. AbstractThe women played an important role in economic public domain in fishermen society of Lapulu Subdistrict, South East Province. It appeared when they lived in poverty condition. The fishermen who merely relied on the sea as source of life would face difficulty in fulfilling his life needs when the climate was bad. The women took economic public when it happened. The research about the role of fishermen’s wives in increasing domestic economy in Lapulu Subdistrict of South East Province was descriptive qualitative. Method of collecting data done was observation technique, interview, and library study. Result of research showed that fishermen’s wives conducted multiple roles by doing any work in fishery field in order to fulfill their domestic economic needs. They not only played role as housewives who only took care for husband and the children, but also shared time to work in salty fish processing, terasi (condiment made from pounded and fermented shrimp or small fish) making, any food processing made of seaweed, and worked as labor in fish processing industry. Their earnings gave enough contribution for helping in fulfilling domestic cost.
PERANAN ISTERI NELAYAN DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI KELURAHAN LAPULU KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Raodah, Raodah
Al-Qalam Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.106 KB) | DOI: 10.31969/alq.v19i2.219

Abstract

Peranan perempuan di ranah ekomoni publik memberi kontribusi yang cukup besar bagi kehidupankeluarga, terutama bagi keluarga yang masih hidup dalam kondisi kemiskinan. Seperti dijumpai padamasyarakat nelayan, yang mata pencahariannya tidak menentu. Ada waktu tertentu dimana nelayanharus melaut dan ada waktu nelayan tidak dapat melaut, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.Dalam kondisi yang demikian maka diperlukan peran isteri untuk membantu ekonomi denganmelakukan pekerjaan di luar rumah (publik). Peran ganda ini dilakoni pula oleh istri-istri nelayan yangada di Kelurahan Lapulu, mereka melakukan beberapa pekerjaan di sektor perikanan untuk memenuhikebutuhan ekonomi rumah tangga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif,metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara dan studi pustaka.Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri-istri nelayan di Kelurahan Lapulu selain berperan di ranahdomestik sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anak, mereka juga meluangkanwaktunya untuk membantu suami bekerja sebagai, pengolah ikan asin, pembuatan terasi, berbagaimakanan olahan dari rumput laut dan ikan, serta bekerja sebagai buruh di industri pengolahan ikan.Penghasilan yang diperoleh istri-istri nelayan memberi kontribusi yang cukup besar dalam membantumengatasi biaya kebutuhan rumah tangga nelayan.
PENERAPAN MOSEHE DALAM PENYELESAIAN KONFLIK OLEH MASYARAKAT TOLAKI DAN MASYARAKAT PENDATANG DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hafid, Abdul; Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.213 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.20

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan tentang mosehe sebagai salah satu hukum adat orang Tolaki yang masih tetap dipatuhi dan dijalankan oleh orang Tolaki, terkhusus buat mereka yang tinggal di Kabaupaten Konawe. Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melaui wawancara mendalam, studi pustaka, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa mosehe merupakan sebuah ritual yang telah berlangsung secara turun-temurun hingga sekarang sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa (Sangia), agar Tuhan Yang Maha Kuasa (Ombu) berkenan menerima upacara tersebut. Bagi orang Tolaki, mosehe berfungsi untuk kepentingan keselamatan dan kemaslahatan orang banyak. Selain itu, eksistensi mosehe merupakan salah satu bentuk penyelesaian konflik/sengketa bagi masyarakat Tolaki, yang awalnya dilatarbelakangi oleh peristiwa di masa lampau dan terjadi secara turun temurun oleh generasi orang Tolaki hingga sekarang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa perkataan sumpah, sikap, dan tindakan oleh nenek moyang orang Tolaki yang berimbas pada kehidupan generasi orang Tolaki hingga sekarang.
EKSISTENSI DAN DINAMIKA PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL MANDAR DI KABUPATEN POLMAN SULAWESI BARAT Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.64 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v10i2.8

Abstract

 Artikel ini mendeskripsikan tentang eksistensi musik tradisional Mandar, yang menguraikan tiga hal yaitu makna musik tradisional pada masa lalu, pertunjukan musik tradisional masa kini dan model pertunjukan musik tradisional Mandar. Penelitian ini menggunakan  metode kualitatif dan dianalisis dengan model interaktif. Teknik penggumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan dipilih secara purposive meliputi: seniman legendaris, seniman muda dan tokoh masyarakat pemerhati musik tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Mandar telah mengenal musik tradisional sejak dahulu, musik tradisional  ada bersamaan dengan lahirnya petani Mandar. Alat musik tradisional Mandar yang masih eksis sampai sekarang dan hadir dalam berbagai pertunjukan di festival musik tradisional, seperti calong, gongga lima, keke, ganrang, dan kecapi Mandar. Model pertunjukan musik tradisional Mandar dilakukan dalam bentuk pertunjukan satu jenis alat musik (ansamble), pertunjukan berkolaborasi dengan alat musik tradisional Mandar atau dengan alat musik modern, dan  model pertunjukan musik tradisional sebagai pengiring tarian (tu’duq). Dalam perkembangannya pertunjukan musik tradisional Mandar mengalami kemajuan, diberbagai ajang festival. Pertunjukan musik tradisional Mandar berhasil meraih juara pada ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Saat ini seniman muda Mandar mulai bangkit dengan mengeksplor permainan musik tradisional melalui media sosial dalam bentuk video youtube.
STRATEGI ADAPTIF DAN JARINGAN SOSIAL MIGRAN FLORES DI KOTA MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.707 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.27

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang menjelaskan dan mendeskripsikan strategi adaptif migran Flores di Kota Mamuju untuk tetap bertahan hidup di perantauan. Banyak orang Flores melakukan migrasi ke provinsi lain di Indonesia untuk mencari pekerjaan agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan sumber daya alam yang kurang potensial di daerah asal menyebabkan mereka bermigrasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi lapangan dan diskusi terpumpun (Focus Group Discussion/FGD). Dari hasil penelitian, diketahui bahwa migran Flores dengan daerah tujuan Kota Mamuju berasal dari berbagai kabupaten yang ada di Pulau Flores. Kedatangan mereka pada umumnya memanfaatkan jaringan sosial melalui hubungan kekerabatan, pertemanan, kerukunan masyarakat Flores, dan tetangga yang sudah terlebih dahulu bermukim di Kota Mamuju. Di daerah tujuan, mereka menerapkan strategi adaptif sosial dan ekonomi. Strategi adaptif sosial meliputi mempertahankan sikap sosial dan menghindari konflik, menjalin komunikasi antaretnik, membangun solidaritas, dan sebagainya. Sementara itu, strategi adaptif ekonomi meliputi bekerja di sektor jasa, menjadi penjaga toko, pembantu rumah tangga, dan karyawan perhotelan. Migran usia muda melakukan migrasi untuk melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Bentuk strategi adaptif sosial dan ekonomi tersebut dinilai cukup efektif oleh migran Flores.
MAKNA SIMBOLIK TRADISI RITUAL MASSORONG LOPI-LOPI OLEH MASYARAKAT MANDAR DI TAPANGO, KABUPATEN POLMAN, PROVINSI SULAWESI BARAT Hafid, Abdul; Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.48 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v10i1.37

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang upacara massorong lopi-lopi pada masyarakat Mandar di Desa Tapango, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Tradisi ritual ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai penolak bala, agar kampung mereka terhindar dari mara bahaya. Di samping itu, tradisi ritual ini juga merupakan ajang silaturahmi antarmasyarakat, baik yang bertempat tinggal di Desa Topango maupun di perantauan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tradisi ritual massorong lopi-lopi terkandung makna simbolik dari lopi-lopi yang digunakan sebagai alat ritual, begitu pula sesajen yang dihidangkan, serta peralatan yang digunakan. Masyarakat di Desa Tapango meyakini bahwa dengan melaksanakan ritual massorong lopi-lopi, segala bencana dan wabah penyakit yang akan menimpa mereka akan hanyut dan hilang terbawa arus air, sedangkan perahu-perahu tersebut dimaknai sebagai bahtera yang membawa masyarakat ke tempat yang sejahtera, selamat, dan sentosa.
PERAN PAPPALELE PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA TAMASAJU KABUPATEN TAKALAR Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 2 (2017)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v8i2.127

Abstract

Masyarakat nelayan di Desa Tamasaju mengenal pappalele sebagai pemilik modal sekaligus sebagai pemimpin dalam kelompok nelayan, anggotanya terdiri atas pinggawa dan beberapa orang sawi. Status pappalele diperoleh seseorang karena perannya dalam memodali usaha penangkapan ikan dan menyediakan segala kebutuhan kelompok nelayan, mulai dari perahu, kapal, mesin, alat tangkap, hingga biaya operasional selama melaut. Hubungan kerja sama yang melibatkan pencari ikan dengan pappalele mengacu pada norma-norma sosial yang disepakati bersama. Perjanjian kerja dilakukan secara lisan, tanpa saksi, dan tanpa batasan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami peran pappalele pada masyarakat nelayan di Desa Tamasaju. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pappalele mempunyai beberapa peran dalam aktivitas kenelayanan, meliputi peran dalam lembaga ekonomi nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), peran dalam pemasaran hasil tangkapan nelayan, peran sebagai pemimpin kelompok nelayan, dan peran dalam pembagian hasil kerja sama.
ANALISIS GROWTH OPPORTUNITY PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE TBK Raodah, Raodah; Pratiwi, Aliah
Balance : Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 5, No 2 (2020): Balance : Jurnal Akuntansi dan Bisnis
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jab.v5i2.2825

Abstract

This study aims to determine the level of Growth Opportunity at PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk. Growth Opportunity is a growth opportunity for a company in the future. The research method used in this research is descriptive research. The research instrument used was financial statement data in the form of a balance sheet. the population used is the company's financial statement data for 28 years and the sample used in this study is financial data for 10 years namely (2009-2018). Data collection techniques used were literature study and data analysis techniques used were t one sample. Based on the results of the study it can be concluded that the Growth Opportunity INVOS and IOE in the 10 years of the research period is getting better and tends to increase.
MARRIAGE AND CUSTOMARY VIOLATIONS IN KAJANG COMMUNITY, BULUKUMBA REGENCY Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 11, No 2 (2020)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v11i2.159

Abstract

This article is the research result conducted in Kajang community, Bulukumba Regency, which aims to describe and to analyze the customary violations in marriage that are not in accordance with the rule contained on pasang (message). If there is customary violation in a marriage, the violators will be subject to material and social sanctions in accordance with their violations occurred. This research applies a qualitative descriptive method, with data collection techniques through library study, interview, observation, and documentation. The result study shows that the forms of customary violations in marriage in Kajang community are silariang (eloping), nipitianangngi (pregnancy out of marriage), sexual harassment, and salimara (marriage with different social stratification). These customary violations in marriage are subject to customary sanctions of money and buffalo, while social sanction is nipassalai (excommunicated), either the pairs of marriage or their both family parties. The resolving rule of customary violations in marriage is carried out through customary deliberation attended by the traditional apparatus ammatoa, galla-galla, and the customary violators’ parties.
PASANG RI KAJANG: THE NOBLE VALUES OF KAJANG TRADITIONAL COMMUNITY IN BULUKUMBA REGENCY Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v12i2.238

Abstract

This study aimed to describe the noble values of Pasang in the beliefs of Kajang traditional community in South Sulawesi. Pasang ri Kajang is an oral message containing guidance, customary rules, guidelines, and institutionalized norms by Turie Arakna (God Almighty) to the first Ammatoa (the first people) for the all members of Kajang traditiobal community. These oral messages inherited from generation to generation, from the first Ammatoa into the present Ammatoa according to the faith teachings of Patuntung. Ammatoa as a traditional leader is mandated to carry out all the rules containing in Pasang, supervised the teaching violations of Pasang, and practiced the all teachings of Pasang as cultural values growth in Kajang traditional community. The glory of a person depended on his/her obedience to Pasang called Tu Salama (saved people). The people who throughout their lives adhere to the values of Pasang will feel an enjoy life. The essence of Pasang is to surrender to Turie Arakna, which means surrender to the God willing, do all teachings and avoid all prohibitions of Pasang. This study used descriptive qualitative method. Data collection techniques were interview, observation, and literature study, then be analyzed inductively. From the result study, it is known that there were three noble values of Pasang ri Kajang, namely the relationship between humans with their God, humans with humans, and human with nature. The relationship between humans with their God as the embodiment of values of Pasang ri Kajang is the essence of Manuntungi truth based on the Patuntung belief by Kajang traditional community.