Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Pemenuhan persyaratan kandungan zat besi dan zinc pada label produk makanan pendamping ASI (MPASI) komersial Cindy Willyana; Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 3 No. 2 (2021): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v4i1.13716

Abstract

Zat besi dan zinc merupakan mikronutrien penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dimulai pada usia 6 bulan, kebutuhannya tidak dapat terpenuhi hanya dengan pemberian ASI. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui apakah produk makanan pendamping ASI (MPASI) komersial telah memenuhi persyaratan kandungan zat besi dan zinc berdasarkan persyaratan yang berlaku. Sampel studi berupa produk MPASI yang terdiri dari 11 produk MPASI komersial bubuk instan dan 27 produk MPASI komersial biskuit berdasarkan data BPOM. Variabel studi ini adalah kandungan zat besi dan zinc pada produk MPASI komersial. Studi dilakukan di Jakarta Barat pada Desember 2019 hingga Januari 2020 dengan menggunakan desain studi deskriptif potong lintang dan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Hasil studi diolah menggunakan program statistik secara komputerisasi dengan hasil didapatkan jumlah produk MPASI komersial bubuk instan dan biskuit banyak yang tidak memenuhi persyaratan kandungan zat besi dan zinc yang berlaku. Pada kedua jenis MPASI, pemenuhan kandungan zat besi dan zinc lebih banyak tidak dipatuhi oleh produk usia 6-12 bulan dibandingkan produk usia 12-24 bulan. Hasil studi ini memperlihatkan produk MPASI komersial bubuk instan dan biskuit masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kandungan zat besi dan zinc yang berlaku.
Karakteristik pendonor Air Susu Ibu (ASI) di media sosial Belinda Layrenshia; Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 4 No. 1 (2022): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v4i2.18222

Abstract

Belum adanya Unit Pengelola Air Susu Ibu (ASI) atau Bank ASI di Indonesia, membuat pendonor ASI menggunakan media sosial sebagai jalur informal untuk berbagi ASI. Artikel ini memperlihatkan karakteristik pendonor ASI dalam praktik berbagi ASI di media sosial karena belum banyak studi yang mengangkat topik ini. Studi ini memiliki desain deskriptif potong lintang dan pengambilan total sampel dilakukan dengan menyebarkan tautan Google form kepada responden yang melakukan praktik berbagi ASI di media sosial. Dari total 154 responden pada studi ini, 79 (51,3%) responden memilki satu orang anak, 125 (81,2%) responden penelitian memiliki gelar S1, 104 (67,5%) responden statusnya bekerja dan 112 (72,7%) pendonor ASI mengetahui manfaat mengenai pasteurisasi ASI. Dalam hal mengenali penerima donor ASI, metode yang paling banyak digunakan adalah dengan menelusuri latar belakang para penerima donor dan dilakukan oleh 105 (68,2%) responden. Sebanyak 139 (90,3%) responden menginformasikan riwayat konsumsi obat/suplemen dan 113 (73,4%) pendonor menginformasikan mengenai riwayat penyakit kronis mereka kepada pendonor ASI. Agama juga memerankan hal penting dalam praktik berbagi ASI sehingga 139 (90,3%) responden menginformasikan hal tersebut. Profil pengguna media sosial yang melakukan praktik mendonorkan ASI di Indonesia sesuai dengan studi yang telah dilakukan di luar negeri. Pemahaman pendonor ASI sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi terutama mengenai penyakit yang ditularkan melalui ASI, keterlibatan tenaga kesehatan dan penanganan ASI yang baik.
Hubungan Pengetahuan Orangtua Terkait Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu terhadap Stunting Tiffany Avelia; Wiyarni Pambudi
Sari Pediatri Vol 24, No 6 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.6.2023.395-400

Abstract

Latar belakang. Stunting dikaitkan dengan praktik pemberian air susu ibu yang meliputi frekuensi, jumlah, dan konsistensi Air Susu Ibu yang diberikan terhadap kebutuhan anak. Upaya peningkatan pengetahuan orangtua terkait stunting dapat menjadi upaya yang efektif pendekatan untuk mengatasi dan mencegah stunting.Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan orangtua terkait ASI terhadap pengetahuan orangtua terkait stunting.Metode. Penelitian analitik ini memiliki desain potong lintang dan pengambilan saampel dilakukan dengan menyebarkan tautan Google Form kepada responden yang memiliki anak usia balita melalui media daring seperti Instagram dan WhatsApp pada bulan Desember 2021 sampai dengan Februari 2022.Hasil. Responden terdiri dari 108 responden, orangtua yang memiliki pengetahuan ASI baik dan memiliki pengetahuan stunting baik terdapat 78,0% dan orangtua yang memiliki pengetahuan ASI baik dan memiliki pengetahuan stunting kurang terdapat 55,1%. Sedangkan orangtua yang memiliki pengetahuan ASI kurang dan memiliki pengetahuan stunting baik terdapat 13,0%, dan orangtua yang memiliki pengetahuan ASI kurang dan memiliki pengetahuan stunting kurang terdapat 22%.Kesimpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orangtua terkait ASI terhadap tingkat pengetahuan orangtua terkait stunting, dengan p-value 0,011 dan nilai Prevalence Ratio (PR) sebesar 1,697.
SURVEI PENGUKURAN STATUS GIZI BALITA DAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI RPTRA MANDALA KELURAHAN TOMANG JAKARTA BARAT Wiyarni Pambudi; Fransiska Farah; Alexander Halim Santoso; Bruce Edbert; Dea Angelina; Nurlita Safna Septianti
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 1 (2023): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v6i1.20544

Abstract

The Environmental Community Service (PKM) activity at RPTRA Mandala, Tomang Village, West Jakarta, was carried out in June 2022 in the form of checking the nutritional status of toddlers and counseling with the aim of increasing public awareness in stunting prevention efforts. Abdimas was followed by mothers and caregivers (grandmothers/aunts) of 123 toddlers living in RW 1-16, Tomang Village. The history of infant feeding showed that 64% were exclusively breastfed, and 86% started complementary feeding at the age of 6 months, with a pattern of 78% eating regularly (3-4 times per day), and 59% consuming snacks irregularly (more than 2 times per day). Anthropometric examination found 56% of children under five with normal BW/U, 67% normal BW/U, and 54% normal BW/TB. Gender of children under five had a significant relationship with BB/TB (p=0.026; PR=1.9) but not significant for BB/U (p=0.065; PR=1.4) and TB/U (p=0.057; PR= 1,2). Exclusive breastfeeding was significantly associated with BW/U (p=0.028; PR=1.9) and BW/TB (p=0.045: PR=1.5), but not significant for TB/U (p=0.081; PR= 4.1). Timely complementary feeding showed a significant relationship with BW/U (p= 0.043; PR=3), TB/U (p<0.001; PR=2.4), and BW/TB (p=0.048; PR=1.6). Giving the main MPASI menu regularly 3-4 times per day had a significant relationship with BW/U (p=0.07; PR=4.2), but not significantly with TB/U (p=0.301; PR=1.7 ) and BB/TB (p=0,203; PR=3,3). The practice of irregular snacks, exceeding the recommendation of 1-2 times per day, showed a significant relationship with body weight (p<0.001; PR=1.1), TB/U (p<0.001; PR=2.1), and BW/TB (p=0.002; PR=2,3). Feeding infants and children is proven to determine the nutritional status of toddlers, special attention needs to be given to improving the practice of snacking for toddlers. ABSTRAK: Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Lingkungan di RPTRA Mandala, Kelurahan Tomang, JakartaBarat, dilaksanakan pada bulan Juni 2022 dalam bentuk pemeriksaan status gizi balita dan penyuluhan dengantujuan peningkatan kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan stunting. Abdimas diikuti oleh ibu dan pengasuh(nenek/bibi) dari 123 balita yang tinggal di RW 1-16 Kelurahan Tomang. Riwayat pemberian makan bayimenunjukkan 64% mendapat ASI eksklusif, dan 86% mulai diberikan MPASI saat usia 6 bulan, dengan pola 78%makan secara teratur (3-4 kali per hari), dan 59% mengonsumsi makanan selingan secara tidak teratur (lebih dari 2kali per hari). Pemeriksaan antropometri menemukan 56% balita dengan BB/U normal, 67% TB/U normal, dan 54%BB/TB normal. Jenis kelamin balita memiliki hubungan bermakna dengan BB/TB (p=0,026; PR=1,9) namun tidakbermakna untuk BB/U (p=0,065; PR=1,4) dan TB/U (p=0,057; PR=1,2). ASI eksklusif berhubungan secarabermakna dengan BB/U (p=0,028; PR=1,9) dan BB/TB (p=0,045: PR=1,5), namun tidak bermakna untuk TB/U(p=0,081; PR=4,1). MPASI tepat waktu menunjukkan hubungan bermakna dengan BB/U (p= 0,043; PR=3), TB/U(p<0,001; PR=2,4), dan BB/TB (p=0,048; PR=1,6). Pemberian menu MPASI utama yang teratur 3-4 kali per harimemiliki hubungan bermakna dengan BB/U (p=0,07; PR=4,2), namun tidak bermakna dengan TB/U (p=0,301;PR=1,7) dan BB/TB (p=0,203; PR=3,3). Praktik makanan selingan tidak teratur, melebihi rekomendasi 1-2 kali perhari, menunjukkan hubungan bermakna dengan BB/U (p<0,001; PR=1,1), TB/U (p<0,001; PR=2,1), dan BB/TB(p=0,002; PR=2,3). Pemberian makan bayi dan anak menentukan status gizi balita, perhatian khusus perlu diberikanuntuk perbaikan praktik makanan selingan untuk balita.
Penggunaan skor 'LATCH' sebagai prediktor keberhasilan laktasi pasca persalinan normal dan bedah sesar Wiyarni Pambudi
Ebers Papyrus Vol. 16 No. 1 (2010): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberhasilan laktasi pasca persalinan normal perlu dinilai dan dibandingkan dengan ke­ berhasilan laktasi pasca persalinan dengan bedah sesar. Skor LATCH merupakan per­ angkat penilaian yang praktis serta sistematik untuk memperoleh data yang andal dan sahih tentang proses laktasi per individu. Penelitian ini akan menguji penggunaan skor LATCH sebagai prediktor keberhasilan laktasi pasca persalinan normal dan bedah sesar. Desain studi kohort prospektif terhadap ibu menyusui dengan riwayat persalinan normal dan persalinan dengan bedah sesar dilakukan pada bulan Agustus 2009 - Juli 2010 dari dua rumah sakit swasta di Jakarta Barat. Partisipan dipilih secara convenience sampling berdasar kriteria inklusi : ibu menyusui berusia minimal 18 tahun, bayi merupakan anak pertama dan dinyatakan sehat. Skor LATCH dinilai dalam 24 jam pasca persalinan, diikutipada hari ke-7 dan minggu ke-6. Analisis statistik dengan program SPSS versi 16.0 meng­ gunakan uji Kruskai-Wallis dan ujikai-kuadrat Mantel Haenzel. Sejumlah 117 pasangan ibu menyusui dan bayidengan riwayat persalinan normal per vaginam, 100 ibu menyusui dan bayi dengan riwayat bedah sesar elektif dan 162 ibu dan bayi dengan riwayat bedah sesar darurat terpilih sebagai subyek penelitian. Total skor LATCH berkorelasi positif dengan me­ toda persalinan (n=378; r-0,28; p=0,004) dan lamanya pemberian ASI eksklusif (n=126; r=0,56; p=0,001). Skor LATCH pada hari ke-7 merupakan faktor resiko yang signifikan dibanding skor pada 2 waktu penilaian lainnya (p=0,025). Total skor LATCH 0-2 berhubun­ gan dengan masa laktasi kurang dari 6 minggu pada ibu dengan riwayat persalinan normal (RR=3,4; 95%CI1,4-4,1), bedah sesar elektif (RR=6,2; 95%CI2,5-7,6), dan bedah sesar darurat (RR=5,4; 95%CI 2,2-6,5). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Skor LATCH dapat digunakan sebagai prediktor keberhasilan laktasi dalam hal meramalkan lamanya pemberian ASI eksklusif pasca persalinan normal dan bedah sesar.
SUPLEMENTASI SENG SEBAGAI TERAPI TAMBAHAN DIARE PADA ANAK Elni S; Wiyarni Pambudi
Ebers Papyrus Vol. 16 No. 3 (2010): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diare merupakan suatu gejala klinis yang sering dijumpai pada anak- anak, di mana sering kali tidak dapat dibedakan secara klinis berdasarkan agen penyebabnya. Diare merupakan penyebab  kematian kedua pada anak usia di bawah lima tahun di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahunnya lebih dari 10 juta anak di bawah lima tahun di seluruh dunia dan lebih dari 3 juta di negara berkembang  meninggal  karena diare. Pemberian    larutan rehidrasi oral terbukti sejak lama dapat menurunkan angka kematian sebagai akibat lang­ sung dari dehidrasi,  namun  perlu diketahui  bahwa  penurunan  angka  k r:natian disertai penurunan  episode diare serta kejadian gizi buruk pada anak - anak yang dapat bertahan  hidup.  Penggunaan  seng dalam mengobati  diare diduga  bekerja  pada .sistem kekebalan tubuh, struktur dan fungsi usus, serta proses pemulihan epitel selama diare. Setelah lebih dari 20 tahun dilakukan penelitian yang ekstensif, suplementasi seng ditetap­ kan sebagai terapi tambahan guna untuk mengurangi  berat dan episode diare akut, serta kemungkinan infeksi ulangan dalam waktu 2 - 3 bulan setelah terapi
PROFIL CAPAIAN IMUNISASI DASAR ATAU LANJUTAN PADA BADUTA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 Wiyarni Pambudi; Sari M.D Nataprawira; Zita Atzmardina; Sylvia Regina
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v1i1.12054

Abstract

Perubahan global dari pandemi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) dapat mengganggu layanan penyelamatan hidup yang kritis seperti imunisasi rutin, sehingga meningkatkan kerentanan populasi terhadap wabah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Ketika kasus COVID-19 meningkat dan pemerintah menerapkan pembatasan sosial, kunjungan pasien rawat jalan menurun secara signifikan. Hal ini mengakibatkan penurunan angka imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil capaian imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan sebelum dan selama pandemi COVID-19, profil capaian imunisasi rutin di 34 provinsi serta hubungannya dengan status zona risiko pandemi. Data yang dianalisis pada studi observasional deskriptif dengan desain potong lintang ini adalah laporan rutin pelayanan imunisasi Sub Direktorat Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI. Kajian terhadap capaian imunisasi 34 provinsi menunjukkan terjadi penurunan praktik pelayanan imunisasi dasar sebesar -17,0% (p < 0,0005) dan imunisasi lanjutan -12,9% (p < 0,0005) dibandingkan sebelum masa pandemi. Uji statistik menyatakan profil capaian imunisasi dasar memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p < 0,05) terhadap peningkatan kasus di suatu wilayah, namun berkorelasi lemah berlawanan (-0,5 < r < -0,3). Penurunan cakupan imunisasi lanjutan yang terjadi selama pandemi COVID-19 berkorelasi sangat lemah berlawanan (r > -0,3) dan tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p > 0,05) dengan zona risiko pandemi. Dalam situasi pandemi, petugas kesehatan dihadapkan pada tantangan tambahan untuk mempertahankan dan memperkuat imunisasi rutin seperti kondsi sebelum pandemi. Peningkatan upaya komunikasi mengenai pentingnya vaksinasi akan bermanfaat, karena efek pandemi COVID-19 telah menyoroti ancaman penyakit menular dan meningkatkan kesadaran akan praktik imunisasi rutin.  The global progression of the coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic may disrupt critical life-saving services such as routine immunization, thus increasing the susceptibility of population to outbreaks of vaccine-preventable diseases (VPDs). As COVID-19 cases increased and government implemented stay-at-home orders, outpatient visits declined significantly. This condition may decrease the rates of childhood immunization. This study aims to determine the profile of basic immunization and follow-up immunization achievements before and during the COVID-19 pandemic, the profile of routine immunization outcomes in 34 provinces and their relationship to the pandemic risk zone status. The data analyzed in this descriptive observational study with a cross-sectional design were routine reports on immunization services at Sub Directorate of Immunization, MoH. Profile on immunization coverages showed a decrease in basic immunization service practices by -17.0% (p <0.0005) and advanced immunization -12.9% (p <0.0005) compared to before the pandemic period. Statistical test showed that the basic immunization achievement profile had a statistically significant relationship (p <0.05) with the increase in cases in a region, but had a weak correlation (-0.5 <r <-0.3). The decrease in advanced immunization had a very weak correlation (r> -0.3) and had no statistically significant relationship (p> 0.05) with an increase in COVID-19 cases. During pandemic situation, health providers are presented with the additional challenge of maintaining and strengthening routine vaccination as previously done before pandemic. Increasing communication efforts regarding the importance of vaccination will be worthwhile, as the effect of the COVID-19 pandemic has highlighted the threat of an infectious disease and has increased awareness of the routine immuization practices.
KEJADIAN INFEKSI PASCA VAKSINASI COVID-19 DOSIS PRIMER PADA SASARAN VAKSIN LANJUTAN DI SENTRA VAKSINASI COVID-19 UNIVERSITAS TARUMANAGARA Wiyarni Pambudi; Sari Mariyati Dewi Nataprawira; Andria Priyatna; Yoanita Widjaja; Jennefer; Sannya Christy
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v2i2.24455

Abstract

Pemberian vaksinasi COVID-19 dosis primer telah dilakukan di Sentra Vaksinasi UNTAR pada bulan Maret hingga Agustus 2021 menggunakan vaksin Sinovac dan Astra Zeneca. Vaksinasi lanjutan dosis booster pertama diberikan pada bulan Februari 2022 kepada sasaran yang sama dengan interval minimal enam bulan, menggunakan vaksin Moderna, sesuai ketersediaan vaksin yang dibagikan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan mengetahui angka kejadian terkonfirmasi COVID-19 setelah vaksinasi dosis primer pada sasaran vaksinasi yang dilayani oleh Sentra Vaksinasi UNTAR. Selama tiga hari pelayanan vaksin lanjutan dosis booster pertama tercatat 672 sasaran Sentra Vaksinasi UNTAR, terdiri atas warga usia lanjut di atas 60 tahun 264 (39,4%), usia 25-59 tahun 359 (53,4%), usia 18-24 tahun 48 (7,2%), berjenis kelamin laki-laki 348 (51,9%) dan perempuan 322 (48,1%). Sejumlah 19 (2,8%) sasaran menyatakan terkonfirmasi COVID-19 pasca vaksinasi dosis primer, dan 39 (5,8%) sasaran memiliki riwayat terinfeksi COVID-19 sebelum mendapatkan vaksin dosis primer. Riwayat terkonfirmasi COVID-19 lebih tinggi pada kategori usia 25-59 tahun (32/58, p=0,128) dan tidak berbeda pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Individu yang terkonfirmasi COVID-10 setelah mendapat vaksin dosis primer mempunyai komorbid hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit lain (p=0,017). Gejala yang dirasakan antara lain mudah lelah, nyeri sendi, nyeri kepala, diare, dan keluhan lain yang lazim terjadi pada kasus COVID-19 ringan, mencerminkan adanya peningkatan imunitas sebagai efek dari vaksinasi dosis primer.
EVALUASI PENGETAHUAN VAKSINASI PADA SASARAN VAKSIN DOSIS-3 DI SENTRA VAKSINASI COVID-19 UNIVERSITAS TARUMANAGARA FEBRUARI 2022 Sari Mariyati Nataprawira; Wiyarni Pambudi; Andria Priyana; Yoanita Widjaja; Jennefer; Sannya Christy
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 1 (2023): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v6i1.20467

Abstract

The simple present tense is one of the tenses that must be understood by every English learner. However, learningthe simple present tense is not easy because there are differences in the verb depending on the subject of thesentence. Therefore, the English study program at Bina Sarana Informatics University held a Simple Present TenseWriting Training Using Short Stories on YouTube for RPTRA Kalideres Youth. The result of the situational analysisis that the teenagers at RPTRA Kalideres have difficulties in using verbs. This can happen because the use of theverb depends on the subject of the sentence. Therefore, the purpose of this community service is to make it easier forteenagers to understand and use the simple present tense through short stories on YouTube. The method used in thisactivity is the PAR (Participatory Action Research) method in which teenagers do simple present tense exercisesthrough short stories on YouTube. Pre-test and post-test were conducted to find out the impact of using short storieson YouTube in learning the simple present tense. The results of using short stories on YouTube provide significantresults in learning the simple present tense. From the results of pre-test and post-test, there are some improvements,they were 10 participants who improved for 5%, 7 participants with 10% improvements, and 3 participants who didnot improve for the results. ABSTRAKSimple present tense adalah salah satu tenses yang wajib dipahami oleh setiap pembelajar bahasa Inggris. Namunmempelajari simple present tense pun bukan hal yang mudah karena adanya perbedaan kata kerja (verb) tergantungpada subjek (subject) kalimatnya. Oleh sebab itu program studi bahasa Inggris Universitas Bina Sarana Informatikamengadakan Pelatihan Menulis Simple Present Tense Menggunakan Short Story di YouTube Untuk Remaja RPTRAKalideres. Hasil dari analisis situasi adalah para remaja di RPTRA Kalideres tersebut memiliki kesulitan dalampenggunaan kata kerja (verb). Hal ini dapat terjadi karena penggunaan kata kerja (verb) tergantung dari subjek(subject) kalimatnya. Oleh sebab itu, tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk mempermudah pararemaja memahami dan menggunakan simple present tense melalui cerita pendek (short story) di YouTube. Metodeyang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode PAR (Participatory Action Research) dimana para remajamengerjakan latihan simple present tense melalui cerita pendek (short story) yang ada di YouTube. Pre-test danpost-test dilakukan untuk mengetahui dampak dari penggunaan cerita pendek (short story) di YouTube dalammempelajari simple present tense. Hasil dari penggunaan cerita pendek (short story) di YouTube tersebutmemberikan hasil yang signifikan dalam mempelajari simple present tense. Dengan adanya pre-test dan post-testterlihat adanya peningkatan sebesar 5% untuk 10 peserta, peningkatan 10% untuk 7 peserta, dan 3 peserta tidakmengalami peningkatan hasil atau 0%
PELAYANAN STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG PADA SISWA BUNDA MULIA SCHOOL JAKARTA UTARA Wiyarni Pambudi; Fitri Aqila; Desi Natalia
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 2 (2023): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v6i2.24082

Abstract

Successful indicators of fostering child growth and development are not only improving children's health andnutritional status but also developing children's mental, emotional, social and independence optimally. Earlydetection of growth and development deviations needs to be carried out in order to find out the possibility ofdeviations including following up on any parents' complaints about child development problems. The service ofStimulation, Detection, Early Intervention for Growth and Development (SDIDTK) was provided to 65 (87.8%)students of Bunda Mulia School, involving clerkship students of the Resident Program for anthropometricexaminations in the form of measuring body weight and height. Parents of students were asked to cooperate in fillingg-form questions with the Developmental Pre Screening Questionnaire (KPSP) and the Emotional Behavior ProblemQuestionnaire (KMPE). Assessment of examination data shows the status of individual growth and development,which needs to be followed by stimulation or intervention ef orts according to the needs of each child. Growthscreening showed 58 ( 89.2%) of students had good nutritional status, although there were still students withoverweight status, obesity, and short stature. Developmental screening found 55 (93.2%) students withage-appropriate KPSP assessments and 50 (84.7%) results KMPE is normal. Clean and healthy living habitsinclude feeding rules, dental and oral health care, prevention of Influenza Like Illness-Severe Acute RespiratoryInfection (ILI-SARI), hearing, vision and daily sleep patterns are not yet fully can be applied well by Playgroup,Pre-Kindergarten, Kindergarten-1, and Kindergarten-2 students. ABSTRAK Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anaktetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal. Deteksi dini penyimpangantumbuh kembang perlu dilakukan guna mengetahui adanya kemungkinan penyimpangan termasuk menindaklanjutisetiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anak. Pelayanan Stimulasi, Deteksi, Intervensi DiniTumbuh Kembang (SDIDTK) diberikan kepada 65 (87,8%) siswa Bunda Mulia School, melibatkan mahasiswakepaniteraan Program Studi Profesi Dokter untuk pemeriksaan antropometri berupa pengukuran berat badan dantinggi badan. Orangtua siswa diminta kerjasamanya mengisi g-form pertanyaan Kuesioner Pra SkriningPerkembangan (KPSP) dan Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE). Asesmen data pemeriksaanmenunjukkan status pertumbuhan dan perkembangan secara individual, yang perlu diikuti upaya stimulasi atauintervensi sesuai kebutuhan masing-masing anak. Skrining pertumbuhan menunjukkan 58 (89,2%) siswa berstatusgizi baik, walaupun masih dijumpai siswa dengan status gizi lebih, obesitas, dan perawakan pendek. Skriningperkembangan mendapati 55 (93,2%) siswa dengan asesmen KPSP sesuai usia dam 50 (84,7%) hasil KMPE normal.Kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain aturan makan (feeding rules), perawatan kesehatan gigi danmulut, pencegahan Influenza Like Illness-Severe Acute Respiratory Infection (ILI-SARI), daya dengar, daya lihat danpola tidur harian belum sepenuhnya dapat diterapkan dengan baik oleh siswa Playgroup, Pre-Kindergarten,Kindergarten-1, dan Kindergarten-2.