Articles
Changes in bacterial profiles after periodontal treatment associated with respiratory quality of asthmatic children
Wiyarni Pambudi;
Imelda Fabiola;
Retno Indrawati;
Haryono Utomo;
Anang Endaryanto;
Ariyanto Harsono
Paediatrica Indonesiana Vol 48 No 6 (2008): November 2008
Publisher : Indonesian Pediatric Society
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (221.622 KB)
|
DOI: 10.14238/pi48.6.2008.327-37
Background Despite the reduction phenomenon of asthmaexacerbation after dental plaque control, no scientific report hasbeen found to describe the link between bacterial profiles andrespiratory quality in children with asthma.Objective To investigate association between bacterial profiles changesand improvement in respiratory quality after periodontal treatment.Methods Asthmatic children with FEV1 reversibility ~ 12% anddental plaque index ~ 2 who qualified for inclusion criteria wererandomized into two groups. The treatment group was referred fordental plaque removal by oral biology dentist and guided to performan individual oral health care for seven days. The control groupwas observed without intervention. Each subject was assessed forrespiratory quality and bacterial profiles taken from plaque culturebefore and after one week run-in period. Paired t-test and correlationwere used for statistical anayses. The study protocol was approved bythe Medical Research Ethics Committee of Dr. Soetomo Hospital.Results Dental plaque control was performed in 18 of 36 childrenwith mild asthma. At follow-up, plaque analysis among thesubjects receiving dental treatment showed a significant reduction(P<0.01) in number of microbial colony and gram negative bacilli,corresponding by a fall in asthma score, FEV1 reversibility, andblood eosinophil (P0.4; P<0.05) withbacterial profiles changes after periodontal treatment.Conclusions A reduced rate of gram negative bacilli colonizationin dental plaque after periodontal treatment is related toimprovement of respiratory quality of asthmatic children.
Karakteristik Pengguna Media Daring dalam Praktik Berbagi Air Susu Ibu
Belinda Layrenshia;
Wiyarni Pambudi
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14238/sp24.1.2022.7-15
Latar belakang. Berbagi Air Susu Ibu (ASI) menjadi alternatif solusi apabila ibu tidak bisa menyusui. Penggunaan ASI donor di Indonesia meningkat 3-5 kali lipat tahun 2007-2012, dan sering dilakukan melalui media daring karena tidak adanya bank ASI. Tujuan. Penelitian ini ingin mengenali karakteristik pengguna media daring dan mengetahui pemahaman pendonor/penerima ASI donor terhadap kaidah praktik berbagi ASI. Metode. Penelitian deskriptif ini memiliki desain potong lintang dan pengambilan sampel dilakukan dengan menyebarkan tautan Google Form kepada responden yang melakukan praktik berbagi ASI di media daring seperti Instagram, Facebook, Twitter dan WhatsApp pada bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021.Hasil. Responden terdiri dari 154 pendonor dan 22 penerima ASI donor, 51,7% di antaranya baru memiliki anak pertama, 77.8% menyandang gelar S1 dan 69% responden adalah ibu bekerja. Dalam hal mengenali pihak pendonor/penerima, 68.2% pendonor dan 90.9% penerima ASI donor menelusuri latar belakang para penerima/pendonor. Jenis kelamin dan agama merupakan informasi yang diberikan 94,8% dan 90.3% pendonor serta ingin diketahui oleh 81,8% dan 72.7% penerima. Kesimpulan. Profil pengguna media daring yang melakukan praktik berbagi ASI di Indonesia terbanyak adalah ibu satu anak, berpendidikan S1 dan bekerja. Pemahaman terhadap kaidah praktik berbagi ASI masih perlu ditingkatkan lagi.
Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada tiga puskesmas di Jakarta Barat periode Oktober 2014 – Mei 2015
Maria Carlina;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 1 (2018): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v1i1.2530
Untuk dapat melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ibu perlu memiliki pengetahuan yang cukup tentang tahapan IMD dan manfaatnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD di tiga Puskesmas di Jakarta Barat pada periode Oktober 2014-Mei 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik observasional dengan desain studi potong lintang. Sampel penelitian adalah 89 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di tiga Puskesmas di Jakarta Barat pada periode Oktober 2014-Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan metode chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang IMD sebesar 13,5%, proporsi ibu yang melaksanakan IMD dengan benar sebesar 10,1%, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD, dimana p=0,341 (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD.
Hubungan status gizi dengan prevalensi ISPA pada anak usia 6 – 24 bulan di Puskesmas Wilayah Kota Administratif Jakarta Barat periode Januari – April 2017
Yunita Halim;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3846
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyakit bermanifestasi ringan sampai berat penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada segala usia terutama anak. Status gizi anak diukur melalui antropometri. Semakin baik status gizi anak maka semakin rendah prevalensi ISPA pada anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara status gizi dengan prevalensi ISPA pada anak usia 6-24 bulan di Puskesmas Wilayah Kota Administratif Jakarta Barat periode Januari-April 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan responden terdiri anak usia 6-24 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, kurva WHO dan wawancara dari kuesioner. Dari 76 responden didapatkan 50 anak (65,79%) memiliki status gizi baik dibandingkan anak memiliki status gizi kurang baik sebanyak 26 anak (34,21%). Sebanyak 46 anak (60,53%) mengalami ISPA jarang dan 30 anak (39,47%) mengalami ISPA sering. Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p = 0,072 menunjukkan hubungan tidak bermakna antara status gizi dengan prevalensi ISPA pada anak. Sedangkan anak yang memiliki status gizi kurang lebih berisiko 1,113 kali terhadap prevalensi ISPA. Dari penelitian ini diharapkan agar masyarakat untuk ikut meningkatkan status gizi baik dalam mencegah penularan ISPA sehingga menurunkan angka prevalensi ISPA.
Perbandingan hasil prestasi akademis mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara berdasarkan hasil skrining risiko disleksia
Anak Agung Ayu Gotri Paramitha;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 3 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v2i1.5830
Kesulitan belajar merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penurunan prestasi dalam pencapaian akademis. Salah satu kesulitan belajar spesifik adalah disleksia. Angka kejadian disleksia sekitar 10% dari seluruh total populasi dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara risiko disleksia dengan prestasi akademis mahasiswa. Dalam penelitian ini menggunakan metode analitik cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli- Desember 2017 dengan melibatkan 745 responden mahasiswa Fakutas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2014-2017. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling, Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner skrining risiko disleksia. Indikator prestasi belajar adalah jumlah kelulusan blok yang telah dilalui mahasiswa sesuai dengan angkatannya. Pada penelitian ini didapatkan sebaran prestasi akademis Mahasiswa Fakultas Kedoteran Universitas Tarumanagara berdasarkan hasil skrining berisiko disleksia didapatkan jumlah kelulusan blok pada mahasiswa berisiko disleksia sebanyak 98 (40,7%) responden sesuai dengan angkatannya sedangkan sisanya 143 (59,3%) responden tidak sesuai dengan angkatannya. Mahasiswa dengan hasil skrining berisiko disleksia memiliki risiko 1,5 kali lebih berisiko menjalani blok tidak sesuai dengan angkatannya.
Preferensi gaya belajar dan hasil prestasi akademis mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dengan risiko disleksia
Rita Agustin;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 2 No. 1 (2020): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v2i2.7853
Disleksia adalah kesulitan belajar spesifik yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis individu. Karena kesulitan belajar yang dialami oleh orang dengan disleksia, penting bagi orang tua dan staf pengajar untuk mengetahui cara belajar yang dapat membantu individu disleksik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara belajar yang dipilih oleh mahasiswa dengan risiko disleksia dan dampaknya terhadap prestasi akademik. Metode penelitian adalah analitik cross-sectional dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk skrining risiko disleksia dan cara belajar yang dipilih pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara pada Desember 2017. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik total sampling. Hasil studi didapatkan 32.2% mahasiswa di FK Universitas Tarumanagara berisiko disleksia dan 65% dari mahasiswa tersebut memilih cara belajar secara multisensorik. Analisis terhadap cara belajar dengan risiko disleksia ditemukan nilai p 0.378 dan rasio prevalensi 1.1, yang berarti terdapat hubungan secara epidemiologi. Pada analisis hubungan cara belajar pada mahasiswa dengan risiko disleksia terhadap prestasi akademik, ditemukan nilai p 0.611 dan rasio prevalensi 0.90 yang berarti tidak ditemukan hubungan secara analitik maupun epidemiologi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa dengan risiko disleksia lebih memilih cara belajar secara multisensorik. Pemilihan cara belajar tidak mempengaruhi prestasi akademik sehingga perlu dicari cara lain yang dapat membantu mahasiswa disleksik agar dapat memiliki prestasi akademik yang memuaskan.
Hubungan gangguan saluran napas dengan stunting di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2019
Michele Yoselin;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2020): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v3i1.9743
Stunting adalah masalah gizi kronis yang salah satunya disebabkan karena infeksi berulang. Infeksi atau gangguan napas berulang merupakan penyakit yang sering terjadi dan paling banyak dalam daftar penyakit kunjungan ke pelayanan Kesehatan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui hubungan gangguan saluran napas dengan stunting pada anak usia 0-24 bulan. Subyek studi analitik cross-sectional ini adalah 119 anak usia 0-24 bulan yang diperoleh dengan cara non probability sampling. Pengumpulan data dengan wawancara langsung terhadap ibu menggunakan kuesioner dan pengukuran panjang badan saat ini. Kuesioner terdiri dari pertanyaan tentang identitas responden, riwayat gangguan saluran napas, dan hasil pengukuran langsung panjang badan. Hasil studi ini didapatkan bahwa 29,4% anak stunting di Puskesmas Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat memiliki riwayat gangguan saluran napas. Hasil Fisher’s Exact Test terhadap hubungan gangguan saluran napas dengan stunting ditemukan nilai p = 0,021 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna dan rasio prevalens 6,67 yang artinya responden dengan riwayat gangguan saluran napas memiliki prevalensi 6,67 kali lebih tinggi untuk mengalami kejadian stunting. Anak dengan riwayat gangguan saluran napas mempengaruhi kejadian stunting di Puskesmas Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat.
Hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap perkembangan kognitif bayi usia 3-24 bulan di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat tahun 2019
Priska Amanda Kalew;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2020): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v3i1.9747
Perkembangan kognitif anak salah satunya dapat ditunjang dengan pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung asam lemak Arachidonic acid (AA) dan Docosehaxaenoic acid (DHA) yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Tujuan studi ini untuk mengetahui gambaran perkembangan kognitif pada bayi usia 3-24 bulan di Puskesmas Grogol Petamburan Jakarta Barat yang mendapatkan ASI eksklusif dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif serta mengetahui hubungan anatara pemberian ASI eksklusif terhadap perkembangan kognitif pada bayi usia 3-24 bulan. Studi analitik observasional dengan desain cross-sectional ini dilakukan pada 109 nayi usia 3-24 bulan yang dipilih dengan teknik non probability sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara berdasarkan kuesioner dan formulir Denver Developmental Screening Test (DDST) yang berisi pertanyaan mengenai identitas pasien, riwayat pemberian ASI eksklusif, interaksi ibu dan anak serta pertanyaan seputar perkembangan anak dalam aspek bahasa, sosial kemandirian, motorik halus dan motorik kasar. Dari 109 responden terdapat 70 anak mendapatkan ASI eksklusif dan 39 anak tidak mendapatkan ASI eksklusif. Hasil studi mendapatkan 12,8% anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki perkembanghan kognitif abnormal. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan kognitif anak dengan nilai p= 0,110 pada uji Fisher’s Exact Test dan rasio prevalens 3,824 yang berarti responden yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki prevalensi 3,824 kali lebih tinggi untuk mengalami perkembangan kognitif yang abnormal dibandingkan yang mendapat ASI eksklusif. Kesimpulan dari studi ini adalah pemberian ASI eksklusif tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara epidemiologi dalam mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia 3-24 bulan di Puskesmas Grogol Petamburan Kota Jakarta Barat.
Pemenuhan persyaratan kandungan kalsium pada label produk formula bayi 0-12 bulan
Gabriella Evelyn Kamolie;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2021): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v3i2.11745
Kalsium merupakan salah satu mikronutrien yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sejak bayi hingga dewasa. Namun belum diketahui apakah produk formula bayi yang beredar sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Tujuan studi ini adalah untuk memastikan bahwa semua produk formula bayi sudah memenuhi persyaratan kandungan kalsium sehingga dapat menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia. Studi ini merupakan studi deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel studi sebanyak 16 sampel yang berupa produk formula bayi 0-6 bulan dan formula lanjutan 6-12 bulan. Tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan studi dilakukan di Jakarta Barat pada Desember 2019 sampai Januari 2020. Cara pengumpulan data dengan mengambil informasi yang tertera di label pangan pada produk formula bayi selanjutnya hasilnya diolah menggunakan program komputer. Hasil studi didapatkan bahwa dari 9 sampel produk formula bayi 0-6 bulan, semua sampel (100%) sudah memenuhi persyaratan kandungan kalsium, fosfor dan rasio Ca:PO4 sesuai dengan peraturan yang berlaku sedangkan pada produk formula lanjutan 6-12 bulan masih ada 2 dari 7 (29%) sampel yang belum memenuhi persyaratan yang berlaku.
Pemenuhan persyaratan kandungan zat besi pada label produk formula bayi 0-12 bulan
Ni Putu Dian Prakanita Dewi;
Wiyarni Pambudi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2021): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v3i2.11753
Defisiensi zat besi (anemia) merupakan salah satu masalah gizi pada balita. Upaya yang dilakukan untuk mencegah anemia pada balita yang tidak diberikan ASI dapat dilakukan dengan pemberian produk formula bayi. Formula bayi harus memiliki standar komposisi kandungan gizi yang harus dipenuhi oleh semua produsen baik berdasarkan standar yang ditetapkan oleh badan Kesehatan dan makanan dunia. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap pemenuhan persyaratan kandungan zat besi pada label produk formula bayi 0-12 bulan sesuai peraturan yang berlaku. Desain studi ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan potong lintang. Sampel studi ini adalah 68 sampel formula bayi usia 0-12 bulan yang terdapat di supermarket wilayah Jakarta Barat. Instrumen berupa lembar observasi. Data yang terkumpul dianalisis dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil studi menunjukkan kandungan zat besi pada label formula bayi 0-6 bulan semuanya telah memenuhi syarat BPOM yaitu semua kadar zat besi bernilai minimal 0,45mg/100kkal dengan rerata 0,71mg/100kkal dengan kandungan tertinggi sebesar 0,86mg/100kkal dan terendah sebesar 0,50mg/100kkal. Kandungan zat besi pada label formula bayi 6-12 bulan semuanya telah memenuhi syarat BPOM yaitu semua kadar zat besi bernilai minimal 1mg/100kkal dengan rerata1,2mg/100kkal dengan kandungan tertinggi sebesar 1,8mg/100kkal dan terendah sebesar 0,7mg/100kkal.