Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

MORFOLOGI DAN KARAKTERISASI PERTUMBUHAN BAKTERI ASAM LAKTAT (UM 1.3A) DARI PROSES FERMENTASI WIKAU MAOMBO UNTUK STUDI AWAL PRODUKSI ENZIM AMILASE Dahlan, Andi; Wahyuni, Sri; Ansharullah, Ansharullah
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 2, No 4 (2017): JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI PANGAN
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.985 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v2i4.3557

Abstract

ABSTRACT  This research aimed to determine the characteristic (morphology and growth) of Lactic Acid Bacteria (LAB) isolates(UM1.3A). This  study used the research design that consist of a characterization test (morphology and growth) LAB isolate(UM1.3A). The result showed that LAB had morphology characteristics of spherical colony, white milk and slippery surface.Growth characteristic indicated that the adaptation time of LAB (UM1.3A) was from 1st until the 14 hours, the logarithmic(growth) phase of 15th-22th hours, stationary phase of the 23st to the 26th hours and at the death phase of 25 hours. So it canbe concluded that the optimum time for enzyme-producing amylase from LAB (UM1.3A) was the 22Keywords: Enzyme, enzyme amylase, LAB, morphology, growth characteristic. ABSTRAK ndPenelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik (morfologi dan pertumbuhan) Bakteri Asam Laktat (BAL) isolat(UM1.3A). Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang terdiri dari uji karakterisasi (morfologi dan pertumbuhan) BALisolat (UM1.3A). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik morfologi BAL berbentuk koloni bulat, warna putih susudan permukaan licin. Karakteristik pertumbuhan menunjukkan bahwa waktu adaptasi BAL (UM1.3A) yaitu dari jam ke-1sampai jam ke-14, fase logaritmik (pertumbuhan) pada jam ke-15 sampai ke-22, fase stasioner (tetap) pada jam ke-23sampai jam ke-26 dan fase kematian pada jam ke-25. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu optimum untukmemproduksi enzim amilase dari BAL (UM1.3A) adalah jam ke-22. Kata kunci: Enzim, enzim amilase, BAL, morfologi, karakteristik  pertumbuhan.  
Pengaruh Jenis Susu dan Konsentrasi Starter Terhadap Kadar Asam, Ph, dan Total Bakteri Asam Laktat Yoghurt Andi Dahlan; Willy Wijayanti; Muhammad Iqbal Kusumabaka Rianse; baihaqi baihaqi; Yulfa Naim
Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian Vol 6, No 1 (2024): Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jtpp.v6i1.9494

Abstract

ABSTRAKSusu segar merupakan salah satu jenis pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi tetapi sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Salah satu upaya agar susu tidak cepat rusak sebelum dikonsumsi yaitu teknologi fermentasi menggunakan kultur bakteri menjadi produk seperti yoghurt. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia dan mikrobiologi yoghurt yang dibuat dari jenis susu yang berbeda dan konsentrasi dari kultur starter. Percobaan ini menggunakan susu UHT full cream dan Low Fat, serta menggunakan starter dari yoghurt merk “Biokul” dengan konsentrasi 5% dan 10%. Pengujian dilakukan untuk mengukur total asam laktat, pH, serta total bakteri asam laktat. Hasil percobaan menunjukkan jenis susu dan konsentrasi starter berpengaruh terhadap total asam laktat, pH, dan total bakteri asam laktat. Perlakuan terbaik adalah yoghurt dengan jenis susu full cream dengan penambahan kultur starter Biokul 5% (FC5) dengan kadar asam laktat 2,40%, pH 4,51, serta total bakteri asam laktat sebesar 7,62 log CFU/mL.ABSTRACTFresh milk has high nutritional content but is very easily contaminated by microorganisms. One way to prevent from spoiling quickly before consumption is fermentation technology using bacterial cultures to produce products such as yoghurt. The experiment aimed to determine the chemical and microbiological quality of yoghurt made from different types of milk and the concentration of starter culture. This experiment used full cream and Low Fat UHT milk, and used a starter from "Biokul" brand yoghurt with concentrations of 5% and 10%. Tests are carried out to measure total lactic acid, pH, and total lactic acid bacteria. The experimental results showed that the type of milk and starter concentration had a significant effect on total lactic acid, pH and total lactic acid bacteria.  The best treatment was yogurt with full cream milk and the addition of 5% Biokul starter culture (FC5) with a lactic acid content of 2.40%, pH 4.51, and a total of 7.62 log CFU/mL lactic acid bacteria.
ANALISIS PENERAPAN SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PROSES PEMBUATAN SNACK KAKTUS METE Nurhamzah, Lutfi Yulmiftiyanto; Sumaryanto, Heru; Susilowati, Prima Endang; Dahlan, Andi
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 8, No 6 (2023):
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v8i6.46116

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan sistem jaminan keamanan pangan (Good Manufacturing Practices, Standard Sanitation Operating Procedure, dan Hazard Analysis Critical Control Points) produk snack kaktus mete pada Industri Kecil Menengah (IKM) UD. Sederhana. Metode penelitian ini menggunakan survey, wawancara, observasi, dokumentasi, serta partisipasi langsung. Selama proses produksi terdapat beberapa penyimpangan pada penerapan GMP, diantaranya penyimpangan minor (lokasi dekat jalan raya), penyimpangan mayor (alat produksi kurang bersih), serta penyimpangan serius (tidak adanya fasilitas pencuci tangan di lokasi produksi). Penerapan SSOP memiliki penyimpangan diantaranya lokasi pengemasan yang berada dilantai dan beberapa peralatan yang sudah berkarat. Pada penerapan HACCP ditemukan 2 Critical Control Points (CCP) yaitu pada tahap penggorengan, karena suhu tidak mencapai titik didih dan minyak sudah berwarna coklat gelap. CCP kedua ditemukan pada tahap pengemasan yang tidak tertutup rapat. Hal ini disebabkan karena proses sealing tidak sempurna. Tindakan koreksi yang dilakukan pada CCP pertama yaitu mengukur suhu minyak menggunakan termometer serta mengganti minyak jika sudah berwarna coklat gelap. Sedangkan, tindakan koreksi untuk CCP kedua yaitu dilakukan sealing ulang jika tidak tertutup rapat supaya produk dikemas dengan sempurna dan menghasilkan produk kaktus mete dengan kualitas baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa IKM UD. Sederhana belum menerapkan sistem jaminan pangan yang baik.
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA COOKIES BERNUTRISI MELALUI FORTIFIKASI TEPUNG CANGKANG TELUR BEBEK DAN BUBUK WORTEL Elvira, Ilian; Rianse, Muhammad Iqbal Kusumabaka; Nafilawati, Wa Ode; Dahlan, Andi
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 9, No 2 (2024):
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v9i2.47843

Abstract

Tepung cangkang telur bebek adalah sumber kalsium yang baik bagi manusia namun kurang dikenal. Selain itu, wortel adalah sumber vitamin A utama yang memiliki banyak manfaat gizi dan kesehatan. Keduanya dapat digunakan oleh manusia untuk meningkatkan asupan kalsium dan vitamin A mereka dengan memfortifikasinya kedalam makanan yang banyak digemari oleh masyarakat seperti cookies. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik tepung cangkang telur bebek, kandungan gizi, karakteristik fisik dan sifat tekstur produk cookies setelah difortifikasi tepung cangkang telur dan bubuk wortel sebagai snack sehat. Penelitian ini terdiri dari 6 formulasi dengan persentase berdasarkan jumlah tepung cangkang telur bebek dan bubuk wortel yaitu R1W1 (tepung cangkang telur bebek 3%: bubuk wortel 5%), R2W2 (3%:10%), R3W3 (6%:5%), R4W4 (6%:10%), R5W5 (9%:5%), dan R6W6 (9%:10%). Data dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA), dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Tepung cangkang telur bebek yang dihasilkan mengandung kadar air sebesar 0,85%, kadar abu 90,84% serta rendemen sebesar . hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi tepung cangkang telur bebek (TCTB) dan bubuk wortel (BW) secara signifikan mampu menurunkan kadar air, serta meningkatkan kadar abu, kadar kalsium, vitamin A dan kadar serat kasar produk cookies. Kadar air cookies yaitu 3,80%-7,64%, kadar abu (2,35-5,31%), kadar kalsium (0,17-0,49 mg/100g), kadar vitamin A (265,64-485,25 µg/100 g, dan serat kasar sebesar 19,36-20,67%. Kami juga menemukan bahwa karakterstik fisik dan sifat tekstur cookies yang dihasilkan juga cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa cookies yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai cookies sumber nutrisi.
PENGENALAN INOVASI PANGAN LOKAL BERBAHAN BAKU SAGU PADA PELAKU UNIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KOLAKA Muchtar, Febriana; Wahyuni, Sri; Khaeruni, Andi; Dahlan, Andi
PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) Vol. 3 No. 01 (2025): JANUARI 2025
Publisher : MEDIA INOVASI PENDIDIKAN DAN PUBLIKASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat dengan sumber daya lokal. Berbagai jenis pangan lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sumber makanan pokok maupun dalam bentuk kudapan, yang diolah dengan teknologi sederhana dan pengetahuan lokal serta disesuaikan dengan preferensi masyarakat lokal. Pemanfaatan pangan lokal dapat mendukung program diversifikasi pangan sehingga memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi berbagai jenis produk pangan.  Kabupaten Kolaka adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki sumber daya pangan lokal yaitu sagu. Selain digunakan sebagai makanan pokok masyarakat di kabupaten Kolaka, sagu dpat diolah mejadi berbagai jenis produk pangan. Tujuan pengabdian kepada masyarakat adalah untuk memperkenalkan inovasi pangan lokal dengan menggunakan bahan baku sagu kepada pelaku Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Kolaka. Kegiatan pengabdian menggunakan metode ceramah dan diskusi. Lokasi pelaksanaan dilakukan di Kabupaten Kolaka dan diikuti oleh pelaku UMKM serta perwakilan instansi terkait di Kabupaten Kolaka. Kegiatan pengabdian berjalan lancar dan mendapatkan apresiasi oleh Pemerintah Kabupaten Kolaka. Diharapkan para pelaku UMKM dapat mengembangkan produk pangan berbahan baku pangan lokal.
Modifikasi tepung gadung (Dioscorea hispida Dennst.) dengan fermentasi ragi tape dan annealing serta aplikasinya pada pembuatan cookies Sri Wahyuni; Andi Khaeruni; Asnani Asnani; Sarinah Sarinah; Andi Dahlan; Asca Rahayu; Erlisa Salim
AGROINTEK Vol 18, No 3 (2024)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v18i3.22107

Abstract

The purpose of this study was to determine the modification of gadung flour, fermented by tape yeast and annealing on the physicochemical and organoleptic characteristics of gadung flour, the quality characteristics of gadung flour, and the taste of cookies. This study used a completely randomized design (CRD), namely modified annealing at 50°C for 16 hours (A5.16), yeast fermenting tape with a concentration of 6% for 12 hours (F6.12), and a combination of yeast tape and annealing (AK). Analysis of the viscosity, swelling power, and solubility were observed variables. The result showed that  the values of viscosity, swelling power, solubility, and HCN were 18.75 cP, 14.28 g/g, 14.13%, and 13.85 mg/kg, respectively. The nutritional value of modified annealed gadung flour, tape yeast fermentation, and sequential tape yeast and annealing combination, encompassing the moisture content of 6.22-6.70% on a dry basis, ash content of 1.80-1.99% on a dry basis, fat content of 3.15-3.82% on a dry basis, protein content of 6.32-7.20% on a dry basis, crude fiber content of 17.12-19.62% on a dry basis, glucose content of 30.54-33.84% on a dry basis, and carbohydrate content of 81.17-82.05% on a dry basis. The nutritional value of modified gadung flour cookies which includes moisture content, ash content, fat content, protein content, crude fiber content, glucose, and carbohydrate content are 7.85% wb, 1.93 ww%, 14.79 ww%, 10.49% db, 12.25% db, 39.12% db, and 69.13% db respectively. The results of the organoleptic assessment of modified gadung flour cookies included color, aroma, texture, and taste were 3.90 (liked), 4.13 (liked), 3.40 (a bit crunchy), and 3.90 (liked). Based on SNI gadung flour and cookies modified gadung flour by tape yeast fermentation and annealing have met  the SNI.
KARAKTERISTIK FISIK GEL TEPUNG SAGU (Metroxilon sp.) YANG DIFORMULASI DENGAN TEPUNG UBI JALAR PUTIH (Ipomea batatas L) DAN TEPUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Linn) Andi Dahlan; Sri Wahyuni; Febriana Muchtar
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/zxby3s80

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik tepung sagu yang diformulasi dengan tepung ubi jalar putih dan tepung  sagu yang diformulasi dengan tepung pisang kepok. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan sembilan  perlakuan formulasi tepung. Parameter yang dianalisis meliputi kadar air, warna dan performa gel,  lama waktu terbentuk gel, suhu  terbentuk gel optimum, pH, dan skor kelunakan tekstur gel. Analisis data dilakukan dengan One Way Analysis of Variance (ANOVA)  dan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (p ≤ 0,05). Hasil menunjukkan kadar air tepung sagu yang  diformulasi dengan ubi jalar putih dan tepung pisang kepok berkisar antara 14-16%. Formulasi tepung ubi jalar putih dan tepung  ubi jalar, dan tepung sagu dengan tepung pisang kepok memengaruhi warna dan performa gel. Penambahan tepung ubi jalar putih  memengaruhi karakteristik fisik gel sagu, begitu pula dengan gel yang terbentuk dari formulasi tepung sagu dan tepung pisang  kepok. Pada campuran tepung sagu dan tepung ubi jalar putih, suhu gel optimum berkisar 57,33°C hingga 62,00°C, dengan skor  kelunakan gel 2,27 hingga 3,33. Pada campuran tepung sagu dengan tepung pisang kepok, suhu gel optimum berkisar 60,00°C  hingga 64,00°C, dengan skor kelunakan gel 2,13 hingga 3,47. Tepung pisang kepok lebih efektif dalam meningkatkan suhu gel dan mengurangi kelunakan gel dibandingkan tepung ubi jalar putih. Hasil penelitian ini memberikan informasi aplikasi lebih luas untuk  diversifikasi produk pangan berbasis sagu. 
POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PESISIR  KABUPATEN KOLAKA Febriana Muchtar; Sri Wahyuni; Andi Dahlan
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 4 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/twv3tx79

Abstract

Pola konsumsi pangan yang dianjurkan berdasarkan prinsip gizi seimbang oleh Kementerian Kesehatan RI terdiri atas sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, serta sayur dan buah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi pangan pada rumah tangga di wilayah pesisir Kabupaten Kolaka. Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional. Sampel penelitian adalah rumah tangga di wilayah pesisir kabupaten Kolaka yang dipilih dengan metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan  metode wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Variabel penelitian adalah jenis dan frekuensi konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan jenis makanan pokok berupa beras, jenis lauk hewani berupa ikan, jenis lauk nabati alah tahu dan tempe,  jenis sayuran yang banyak dikonsumsi adalah jenis sayur berdaun dan jenis buah yang banyak dikonsumsi adalah buah pisang  dan pepaya. Secara umum frekuensi konsumsi pangan 2 kali sehari, konsumsi lauk hewani 1-3 kali seminggu, konsumsi lauk  nabati 1-3 kali seminggu, konsumsi sayur 4-7 kali seminggu dan konsumsi buah 4-7 kali seminggu. Kesimpulan bahwa beras  sebagai makanan pokok yang banyak dikonsumsi, ikan sebagai lauk hewani, tahu dan tempe sebagai lauk nabati, sayuran  berdaun merupakan jenis sayur yang banyak dikonsumsi serta jenis buah yang banyak dikonsumsi adalah buah pisang dan pepaya.   
PENGARUH BERBAGAI METODE PENGERINGAN TERHADAP FISIKOKIMIA BUBUK CABAI  : STUDI PUSTAKA Muhammad Rahmad Ramadhan; Desta Ria Erika; Andi Dahlan
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 5 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/yg2pdf91

Abstract

Bubuk cabai merupakan salah satu cara dalam mengawetkan cabai segar melalui berbagai tahapan seperti pengeringan dan penggilingan hingga menjadi serbuk. Review ini membahas pengaruh berbagai metode pengeringan terhadap fisikokimia bubuk cabai yang dihasilkan. Selain itu, review ini juga bertujuan untuk mengulas berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh berbagai metode pengeringan terhadap fisikokimia bubuk cabai. Melalui kajian pustaka ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang metode pengeringan yang optimal dalam mempertahankan kualitas bubuk cabai. Metode pengeringan yang umum digunakan yaitu sinar matahari yang memiliki kelemahan karena menghasilkan produk dengan mutu yang buruk, pengeringan yang tidak merata, memerlukan waktu yang lama untuk menurunkan kadar air dan dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tidak menentu. Kajian mengenai pengaruh berbagai metode pengeringan terhadap fisikokimia bubuk cabai dapat memberikan wawasan penting dalam memilih metode yang tepat agar meminimalkan penurunan kandungan gizi dan menghasilkan bubuk cabai yang berkualitas baik. Metode pengeringan tidak hanya terbatas pada penggunaan sinar matahari, tetapi juga melibatkan berbagai metode lain seperti cabinet dryer, hot-air dryer, solar dryer, gas oven, dan freeze drying. Kajian terhadap hasil fisikokimia bubuk cabai yang menggunakan cabinet dryer, solar dryer, dan gas oven menunjukkan bahwa metode tersebut mampu memenuhi syarat kualitas dengan kadar air ≤ 10% dan kadar abu ≤ 8%. Selain itu, jika dibandingkan pengeringan menggunakan sinar matahari terutama dalam kondisi optimal yang mencakup pengunaan suhu dan waktu metode pengeringan seperti cabinet dryer, solar dryer, dan gas oven lebih efisien. 
ANALISIS ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PERUBAHAN MUTU SELAMA PENYIMPANAN PRODUK KASOAMI DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius) SIAP SAJI BERKEMASAN Dilla Rahmawati; Sri Wahyuni; RH. Fitri Faradilla; Andi Dahlan; Sarinah
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 6 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/wqcfqa03

Abstract

Tujuan penelitian ini Mengetahui pengaruh formulasi daun pandan terhadap karakteristik organoleptik, angka kecukupan gizi, analisis proksimat dan perubahan mutu selama penyimpanan produk kasoami siap saji berkemasan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 jenis perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu D0 (100% : 0%), D1 (98% : 2%), D2 (96% : 4%), D3 (94% : 6%). Data di analisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan Multiplate Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terpilih yaitu perlakuan D2 (kasoami daun pandan). Berdasarkan analisis proksimat produk kasoami terpilih pada hari ke-0 dan hari ke-30 memiliki kadar air 1,27% menurun, kadar abu 0,06% meningkat, kadar lemak 0,04% meningkat, kadar protein 0,63% menurun, kadar karbohidrat 1,77% meningkat, kadar serat 2,25% meningkat. Hasil perhitungan Angka kecukupan gizi perlakuan kontrol D0 menyumbang energi dan karbohidrat lebih besar dibandingkan perlakuan terbaik D2. Penyimpanan selama 30 hari pada parameter kadar air mengalami penurunan menjadi 45,40%. Uji TPC tidak terdapat mikroba, uji pH tetap 4,0 pertumbuhan jamur tidak ada, parameter aroma deskriptif dan hedonik memperoleh skor 3,0 (tidak ada perbedaan dengan aroma awal) dan 4,0 (Suka), warna 3,0 (tidak ada perbedaan dengan warna awal) dan tekstur 3,0 (tidak ada perbedaan dengan tekstur awal).