Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Critical Thingking and Decision Making Skills Based Learning Methods at The Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran Sari, Citra Windani Mambang; Fitri, Siti Yuyun Rahayu; Widianti, Efri
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 2 (2017): Vol 3, No.2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i2.9415

Abstract

ABSTRAK Metode pembelajaran yang diberikan sangat berpengaruh dalam kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mahasiswa perawat dalam mengambil keputusan. Kemampuan berfikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan ini merupakan dua hal yang dapat dijadikan dasar untuk melihat kompetensi lulusan perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan pada mahasiswa Fakultas Keperawatan. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 151 mahasiswa. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian adalah Lebih dari setengah responden (66,2 %) memiliki kemampuan berpikir kritis diatas rata-rata kelompok (M=186,19, SD=33,92). Lebih dari setengah responden memiliki keterampilan mengambil keputusan di atas rata-rata kelompok (M=94.92, SD=9.52). Sebagian kecil responden dengan IPK 3.01-3.25 memiliki kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan diatas rata-rata kelompok. Sebagian kecil responden latar belakang jurusan IPA memiliki kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan diatas rata-rata kelompok. Kemampuan berpikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan sebaiknya dimasukkan ke dalam kurikulum akademik sehingga terwujud perawat profesional.  ABSTRACT Methods of learning in nursing students affect the ability of critical thinking skills and student nurses in making decisions. The ability of critical thinking and decision making skills are the two things that can be used as a basis to see competence of nurse graduates. The aim of this study is to identify the critical thinking skills and decision making skills in student Faculty of Nursing, Universitas Padjadjaran. The research method is quantitative descriptive with a sample of 151 students. Data analysis using frequency distribution. Results of the study were more than half of the respondents (66.2%) have the ability to think critically above the group average (M = 186.19, SD = 33.92). More than half of respondents have a decision-making skills in the above average group (M = 94.92, SD = 9.52). A small portion of respondents with a GPA of 3.01 to 3.25 to have critical thinking skills and decision making skills above the group average. A small portion of respondent background science majors have the critical thinking skills and decision making skills above the group average. The ability of critical thinking and decision making skills should be incorporated into the academic curriculum as soft skills to realize a professional nurse. 
LOST TO FOLLOW-UP : REASONS AND TRUE OUTCOME FOR PATIENTS ON ARV TREATMENT IN TERATAI CLINIC BANDUNG INDONESIA Haroen, Hartiah; Puspitasari, Tita Sri; Borne, B Van Den; Sari, Citra Windani Mambang
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 1 (2017): Vol 3, No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i1.7476

Abstract

Klinik RSHS Teratai HIV telah merawat pasien dari September 2004 sampai Desember 2009, sebanyak 2.060 ODHA dan 1290 menerima ARV (63%). Selama periode ini, sebesar 11% (141 orang) kehilangan kontak lebih tinggi dari keseluruhan persentase di Indonesia yaitu 10,7% (Depkes, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hasil yang benar dan faktor hilang tindak lanjut ARV di klinik RSHS Teratai ARV. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dengan 25 pasien HIV / AIDS bawah pengobatan ARV di klinik Teratai RSHS dan mangkir sejak tahun 2009 yang tinggal di daerah Bandung. Informan dipilih secara acak dan dihubungi untuk kunjungan rumah untuk diwawancarai oleh pewawancara yang berpengalaman. Peneliti melakukan wawancara mendalam di rumah pasien sekitar 60 menit. Data direkam oleh pita digital direkam, ditranskrip dan dicetak oleh dua peneliti bidang independen menggunakan analisis tematik.Hasil penelitian ini menunjukkan tujuh tema yang pengetahuan yang tidak benar, optimisme yang tidak realistis, masalah aadministratif, perasaan efek samping negatif, masalah interpersonal, masalah kecanduan, dan kurangnya perawatan diri. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan tindakan pencegahan melalui rincian kontak pasien, meminta pasien persetujuan untuk dihubungi, telepon, kunjungan rumah setelah 3 minggu kehilangan kontak, dan menyarankan pasien untuk mendaftar ke klinik ART lebih dekat dengan rumah mereka , dan mengembangkan sistem reminder untuk mengingatkan pasien untuk mengambil ARV tepat waktu. ABSTRACTTeratai clinic HIV RSHS has treated patients from September 2004 to December 2009, as much as 2060 PLWHA and 1290 receive ARV (63%). Over this period, 11% (141) were lost to follow-up that is higher than overall lost to follow up percentage in Indonesia which is 10.7% (MOH annually report December 2009). The aim of this study was to investigate the true outcomes and factors of lost follow up to ARV. This study used indepth interview method to 25 HIV/AIDS patients under ARV treatment in the Teratai clinic RSHS and lost to follow up since 2009 who lived in Bandung area. Informants were randomly selected and contacted for a home visit to be interviewed by experienced interviewer. The interviewers obtained verbal informed consent and conducted an in depth interview in the patients home. Interview took about 60 minutes. Data were recorded by digital tape recorded, transcribed and scored by two field researchers independently using thematic analysis. The result of this study shows seven themes which are incorrect knowledge, unrealistic optimism, administrative problems, feeling of negative side effect, interpersonal problem, addiction problem, and lack of self-care. Therefore, it is important to develop preventive measure through up-dating patients’ contact details, ask patients consent to be contacted, up date phone contact, home visit after 3 weeks lost of contact, advice patients to register to ART clinic closer to their homes, and develop a reminding system to remind patients to take ARV on time. 
HUBUNGAN SELF-MANAGEMENT DAN SELF-EFFICACY PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI KOTA BANDUNG Sari, Citra Windani Mambang; Yamin, Ahmad; Santoso, M. Budi
KEPERAWATAN Vol 6, No 1 (2018): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.236 KB)

Abstract

ABSTRAK Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang memiliki komplikasi. Jumlah pasien Diabetes Melitus meningkat karena keterbatasan dalam mengelola Diabetes Melitus (self-management Diabetes Melitus). Konsep self-efficacy efektif dapat merubah perilaku kesehatan. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan antara self-management Diabetes Melitus dengan self-efficacy pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Kota Bandung. Sampel sebanyak 62 pasien Diabetes Melitus dari 8 Puskesmas di Kota Bandung yang mempunyai angka kunjungan Diabetes Melitus tertinggi dengan teknik purposive. Pengukuran self-management menggunakan kuesioner modifikasi dari Summary of Diabetes Self Care Activity and Diabetes Self-Management Instrument, sedangkan Self-efficacy dikembangkan dari Standford Patients Education Research Center. Kedua kuesioner terdiri dari 5 komponen yaitu nutrisi, olahraga, aktivitas, pengobatan dan monitor gula darah. Data dianalisis menggunakan Pearson. Hubungan antara self-management dan self-efficacy bermakna (r = 0.538 , p = 0.00). Ada hubungan positif dengan kekuatan korelasi sedang antara self-management Diabetes Melitus dengan self-efficacy pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Kota Bandung. Saran dari penelitian bagi perawat komunitas agar dapat meningkatkan self-efficacy pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat meningkatkan self-management Diabetes Melitus dengan cara mengembangkan program edukasi yang terstruktur. Kata kunci : Diabetes Melitus, self-management, self-efficacy
Gambaran Persepsi Mahasiswa Terhadap Perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Lestari, Ranti Asri; Sari, Citra Windani Mambang; Kurniawan, Titis
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12345

Abstract

ABSTRAK  Perilaku pencegahan Diabetes Mellitus ditentukan oleh keyakinan dan persepsi seseorang mengenai ancaman kesehatan yang dirasakan. Gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh mahasiswa cenderung dapat meningkatkan resiko terjadinya Diabetes Mellitus, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 242 sampel yang ditentukan menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Health Belief Model (HBM), yang terdiri dari 5 domain yaitu, persepsi kerentanan dan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat melakukan tindakan, dan self-efficacy. Data dianalisis dengan analisis deskriptif (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap perilaku pencegahan Diabetes Mellitus. Adapun persepsi berdasarkan 5 domain didapatkan seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap manfaat pencegahan Diabetes Mellitus, hampir seluruh responden memiliki persepsi positif terhadap kerentanan dan keseriusan (92,6%), isyarat melakukan pencegahan (98,3%), self-efficacy dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (92,6%), dan lebih dari setengah responden memiliki persepsi positif terhadap hambatan melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (59,5%). Walaupun demikian, terdapat kurang dari setengah responden (40,5%) yang memiliki persepsi negatif terhadap hambatan, yang berarti bahwa responden tersebut merasakan adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mempersepsikan perlunya melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Namun, adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus, perlu diadakannya promosi kesehatan yang memotivasi mahasiswa untuk mengatasi hambatan yang dirasakan dalam melakukan penegahan Diabetes Mellitus.ABSTRACTUnhealthy lifestyle undertaken by students tended to increase the risk of Diabetes Mellitus, so there should be the effort to prevent Diabetes Mellitus. Prevention behaviors are determined by belief and perception about perceived of threats. This study aimed to identify student's perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. This descriptive quantitative study involved 242 students were taken with stratified random sampling. Data collected by Health Belief Model (HBM) instrument that consisted of 5 domains; perceived susceptibility and severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy. Data analyzed with descriptive analysis (frequency and percentage). Result showed that all of respondent (100%) had positive perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. The results of the perception based on 5 domains showed that all of respondent (100%) had positive perceived benefit, most of responden (92,6%) had positive perceived susceptibility and severity, cues to action (98,3%), self-efficacy (92,6%) and more than half of respondents (59,5%) had positive perceived barriers. However, less than half of respondent (40,5%) had negatively perceived barriers which indicated that respondent felt the barrier of Diabetes Mellitus prevention. To conclude, all of respondent perceived necessary to do Diabetes Mellitus prevention. Whereas, there was a barrier in Diabetes Mellitus prevention so, there should be health promotion to motivate students to overcome their perceived of the barrier to perform Diabetes Mellitus prevention
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Deteksi Dini Dan Pencegahan Anemia Dalam Upaya Menurunkan Aki Pada Kader Posyandu Solehati, Tetti; Sari, Citra Windani Mambang; Lukman, Mamat; Kosasih, Cecep Eli
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Keperawatan Komprehensif
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.717 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: salah satu faktor penyebab masih tingginya angka mortalitas pada ibu antara lain anemia  ibu hamil. Peran kader masyarakat yang tergabung dalam posyandu sangat diperlukan untuk ibu hamil dalam bentuk pendidikan kesehatan kepada ibu hamil untuk mengetahui pengaruh edukasi deteksi dini anemia terhadap pengetahuan  kader posyandu. Tujuan Penelitian: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan deteksi dini dan penceghan anemia pada kader posyandu. Metode: desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pretest dan post test without control. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling sebanyak 21 kader kesehatan posyandu di Cipamokolan Kelurahan Mekarjaya Kecamatan Rancasari Bandung. Analisis data meliputi univariat dan bivariat dengan menggunakan uji t test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat pengetahuan sebelum intervensi dalam kategori kurang  (19%), cukup (76,2%), baik (4,8%) meningkat setelah intervensi menjadi cukup (14,3%) dan baik (85,7%). Pada analisis lanjut ditemukan rata-rata tingkat pengetahuan sebelum intervensi dari 60 menjadi 90 (p= 0.001). Kesimpulan: pendidikan kesehatan berpengaruh dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kader kesehatan.   tingkat pengetahuan kader kesehatan.  ABSTRACTBackground: one of the contributing factors of high maternal mortality rate is pregnant mother's anemia. The role of community cadres incorporated in Posyandu is very necessary for pregnant women in the form of health education to pregnant women. Research Objectives: this study aimed to determine the effect of health education on knowledge of early detection of anemia and prevention of anemia of Posyandu cadres. Methods: the quasi experiment with pre test and post test without control design was used in this study. Sampling was collected by total sampling method as many as 21 health cadres of posyandu in Cipamokolan Kelurahan Mekarjaya, Rancasari District of Bandung. Data analysis included univariate and bivariate by using t-test. The results showed that the average level of knowledge before the intervention was in the category of less (19%), enough (76.2%), good (4.8%), it increased after intervention to enough (14.3%) and good (85.7 %). In the advanced analysis found that the average level of knowledge before the intervention was 60 to 90 (p = 0.001). Conclusion: health education is influential in increasing the level of health cadre knowledge
KEYAKINAN KESEHATAN DAN PERMASALAHAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI KOTA BANDUNG Sari, Citra Windani Mambang; Yamin, Ahmad
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Komprehensif
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.161 KB)

Abstract

Diabetes mellitus adalah salah satu peningkatan jumlah penyakit kronis di dunia. Provinsi Jawa Barat juga memiliki prevalensi peningkatan 1,4% di tahun 2007 menjadi 2% pada tahun 2013 dan memiliki jumlah penderita paling banyak yang merasakan gejala diabetes melitus, namun belum pernah diteliti yaitu sekitar 225 ribu orang (Riskesdas, 2013). Pasien Diabetes Mellitus berisiko mengalami komplikasi makrovaskular dan mikrovaskuler yang dapat menurunkan kualitas hidup. Upaya pencegahan dari komplikasi dapat dilihat dari kebutuhan perawatan yang diharapkan pasien Diabetes Mellitus dengan mengidentifikasi keyakinan kesehatan dan permasalahan dari sisi pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keyakinan kesehatan dan permasalahan pasien Diabetes Mellitus di kota Bandung. Responden penelitian adalah 121 pasien Diabetes Melitus di kota Bandung yang diambil dengan cara purposive dari 10 Prolanis tertinggi di kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan 4 kuesioner yaitu karakteristik kesehatan, pengetahuan tentang Diabetes Mellitus, keyakinan kesehatan, permasalahan kesehatan pada pasien Diabetes Melitus. Kuesioner yang digunakan berdasarkan penelitian dan dianalisis dengan statistic deskriptif. Hasil penelitian adalah pengetahuan (M = 14,65, SD = 13,35), keyakinan kesehatan tentang Diabetes Mellitus (M = 71,79, SD = 10, 14), permasalahan pada Diabetes (M = 43,54, SD = 13, 35). Temuan dari penilaian kebutuhan ini mengarah pada perencanaan dan penyampaian program komprehensif dan terintegrasi bagi pasien dengan Diabetes.
GAMBARAN PELAKSANAAN PERAN KADER TUBERKULOSIS PADA PROGRAM DOTS DI KECAMATAN BANDUNG KULON Yani, Desy Indra; Hidayat, Risca Ayu; Sari, Citra Windani Mambang
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Keperawatan Komprehensif
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.635 KB)

Abstract

Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO sejak tahun 1995 untuk penanggulangan penyakit TB. Keberhasilan pelaksanaan DOTS di masyarakat perlu melibatkan peran petugas kesehatan, keluarga, dan kader komunitas yang telah mengikuti pelatihan. Keberadaan kader TB di tengah masyarakat ini diharapkan dapat membantu penanggulangan penyakit TB. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pelaksanaan peran kader tuberkulosis pada program DOTS di Kecamatan Bandung Kulon. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Terdiri atas satu variabel dengan lima domain. Sampel dalam penelitian adalah 66 kader tuberkulosis yang telah mengikuti pelatihan. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner melalui teknik wawancara. Kuesioner yang digunakan sudah dilakukan uji validitas isi dilakukan pada tiga peneliti TB dan komunitas. Uji reliabilitas dengan Kuder Richardson formula 21 dengan nilai 0,88. Nilai uji reliabilitas instrumen 0,8. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi yang dilakukan secara komputerisasi. Hasil penelitian sebagian besar pelaksanaan peran kader tuberkulosis dalam program DOTS dalam kategori baik sebanyak 42 responden (63,6%) dan 24 responden (36,6%) dalam kategori tidak baik. Domain sebagai pemberi penyuluhan (63,6%) dan penjaringan suspek TB (68,2%) dalam kategori baik. Akan tetapi, domain peran sebagai koordinator PMO (63,4%) dan pembimbing dan pemotivasi PMO (63,6%) dalam kategori tidak baik serta domain peran sebagai PMO (50%) dalam kategori sama baik. Berdasarkan hasil Penelitian diharapkan petugas kesehatan yang menjalani program DOTS dapat mengevaluasi dan memperbaiki aspek yang kurang dalam pelaksanaan peran kader TB.
GAMBARAN STATUS DEMENSIA DAN DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUR KELURAHAN SUKAMENTRI GARUT Sopyanti, Yupira Dera; Sari, Citra Windani Mambang; Sumarni, Nina
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Keperawatan Komprehensif
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.52 KB)

Abstract

Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18,8 juta jiwa dan pada pada tahun 2025 akan mencapai 36 juta jiwa. Seiring meningkatnya usia, perubahan fungsi kognitif pada lansia juga mengalami peningkatan. Gangguan fungsi kognitif pada lansia dapat menyebabkan perubahan kepribadian, emosi, dan mengganggu aktivitas sehari – hari, apabila berlangsung secara progresif maka dapat terjadi demensia dan perubahan psikososial seperti depresi. Dengan diketahuinya status demensia dan depresi pada lansia di masyarakat dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengembangkan program yang berhubungan dengan kesehatan lansia di masyarakat. Penelititian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran status demensia dan depresi pada lansia di masyarakat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuatitatif. Data dikumpulkan dengan kuisioner Modified Mini Mental State Test (3MS) dan Geriatric Scale Depression (GDS) pada responden 112 lansia yang diambil dengan menggunakan teknik random sampling di wilayah kerja Puskesmas Guntur Kelurahan Sukamentri Garut. Analisis menggunakan statistik deskritif dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini didapatkan dengan kategori demensia ringan, yaitu sebanyak 55 responden (49,1%), dengan kategori demensia sedang sebanyak 45 responden (37,5%), sedangkan kategori demensia berat sedang sebanyak 15 responden (13,4%). Hasil penelitian status depresi dalam kategori normal sebanyak 32 responden (28,6%), kategori depresi ringan sebanyak 45 responden (40.2%), kategori depresi sedang sebanyak 23 responden (20,5 %) dan kategori depresi berat sebanyak 12 responden (10,7%). Petugas kesehatan diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar dalam mengembangkan program kegiatan kesehatan lansia seperti posbindu pada lansia dengan memberikan penyuluhan berupa informasi dan edukasi terkait demensia dan depresi, membina lansia dalam menjaga fungsi kognitif dan psikososialnya (olahraga, membaca buku, kegiatan keterampilan).
Hubungan Beban Dengan Depresi pada Keluarga yang Merawat Pasien Stroke Pahria, Tuti; Mambang Sari, Citra Windani; Lisnawati, Lisnawati
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 5, No 2 (2019): Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v5i2.19821

Abstract

ABSTRAKStroke menyebabkan pasien mengalami kecacatan sehingga memerlukan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Tugas keluarga sebagai caregiver dapat menimbulkan beban. Beban menjadi salah satu faktor yang dianggap berhubungan dengan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara beban dan depresi pada keluarga yang merawat pasien stroke di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Penelitian dengan metode deskriptif korelasi dilakukan kepada 92 keluarga. Pengukuran beban dilakukan menggunakan instrumen the Zarit Burden Interview dan pengukuran depresi dilakukan menggunakan instrumen Beck Depression Inventory-II. Analisis hubungan ditunjukan melalui korelasi Spearman rank. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 69,6% keluarga memiliki sedikit atau hampir tidak ada beban, 26,1% beban ringan, dan 4,3% beban sedang. Kemudian 71,7% keluarga mengalami gangguan perasaan yang normal, 20,7% gangguan perasaan ringan, 4,3% depresi ringan, 2,2% depresi sedang, dan 1,1% depresi berat. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat hubungan positif antara beban dengan depresi, dengan p value 0,000 (r=0,547). Simpulan dalam penelitian ini yaitu semakin tinggi beban yang dirasakan oleh keluarga dalam merawat pasien stroke maka semakin berat depresi yang terjadi.ABSTRACT Stroke can lead to a physical disability that results in need of family assistance to complete a patient’s activity daily living. The duty of care to the disabled stroke patient often create a burden to the family members Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Research with descriptive correlation method on 92 families. Family burden measured using the Zarit Burden Interview, while the depression measured using Beck Depression Inventory-II. Correlation between the two variables will be examined by Spearman correlation analysis. The result shows that 69,6% of caregiver perceived little or no burden, 26,1% perceived mild burden, and 4,3% perceived moderate burden. Then 71,7% of caregivers perceived normal mood disturbance, 20,7% perceived mild mood disturbance, 4,3% perceived mild depression, 2,2% perceived moderate depression, and 1,1% perceived severe depression. The result correlation test show there is a positive. correlation between burden and depression had p-value of 0,000 (r=0,547). The conclusion in this study is that the higher the burden felt by the family caregiver of stroke patients, the more severe the depression will occur. Nursing practices are expected to provide appropriate interventions, one of which is support to reduce burden so as to prevent depression. 
Self Management Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Kardiovaskular dan Implikasinya terhadap Indikator Klinik Kurniawan, Titis; Sari, Citra Windani Mambang; Aisyah, Iis
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 6, No 1 (2020): VOL 6, NO 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v6i1.18256

Abstract

 ABSTRAKPenyakit kardiovaskular merupakan salah satu komplikasi utama diabetes melitus (DM) dan berisiko memperburuk prognosis, kualitas hidup serta meningkatkan risiko kematian. Self-management merupakan kunci utama dalam pengelolaan penyakit maupun pencegahan komplikasi dan dampak negatif yang diakibatkanya. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi self-management pada pasien DM dengan komplikasi kardiovaskular beserta dampaknya terhadap indikator klinik. Seluruh pasien (123 orang) diabetes mellitus yang didiagnosa menderita penyakit kardiovaskular (hipertensi, dislipidemia, dan/atau coronary artery diseases) dilibatkan dari unit rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung, Jawa Barat secara total sampling. Data self-management dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti yang mencakup 6 domain (pemantauan, aktivitas fisik, pencegahan komplikasi, diet, pengobatan, dan merokok) dan mencakup 28 item pernyataan dengan skor Alpha Chronbach 0,738 dan validitas (r 0,377-0,760). Adapun data tentang indikator klinik dikumpulkan berdasarkan data sekunder dari rekam medik yang mencakup tekanan darah, kadar gula darah sewaktu, dan kadar kolesterol. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji beda. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden (54,5%) berada pada kategori self-management rendah dimana domain pemantauan merupakan domain dengan persentase kategori rendah paling besar (62,6%). Rerata skor self-management yang lebih tinggi ditemukan pada pasien yang mencapai target indikator klinik; tekanan darah sistolik 140mmHg, kolesterol darah 200mg%, dan gula darah sewaktu 200mg%. Namun, perbedaan skor self-management yang signifikan hanya ditemukan pada indikator gula darah (p = 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DM dengan komplikasi kardiovaskular di tempat penelitian ini perlu meningkatkan perilaku self-management terutama dalam aspek pemantauan. Penting juga bagi pihak rumah sakit untuk mengintensifkan upaya yang sudah dijalankan guna memfasilitasi kebutuhan tersebut. ABSTRACTCardiovascular problem is one of the main diabetes mellitus complications that potentially worsen patients’ prognosis, quality of life as well as increase the patient mortality rate. Self-management in the other hand is a key success of diseases management and complication prevention. This descriptive study aimed to identify self-management of diabetic patients who diagnosed with cardiovascular diseases and its impact on clinical indicators. All 123 diabetic patients with cardiovascular diseases (hypertension, dyslipidaemia, dan coronary artery diseases) were involved in this study (total sampling) and recruited from an outpatient clinic of a private hospital in Bandung Municipality, West-Java. Data self-management were collected using questionnaire developed by the researcher covering 6 domains (monitoring, Physical exercise, complication management and prevention, diet, medication and smoking) consisted of 28 items with Alpha Chronbach 0,738 and inter-item correlation r 0.377 - 0.760. Data regarding clinical indicators were secondarily collected from patients’ medical record including current blood pressure, blood sugar level and cholesterol level. Collected data were analysed descriptively and comparatively with significance at p 0.05. The results suggested that more than half patients (54.5%) report low level of self-management where monitoring domain found as the domain with the biggest percentage of low self-management category (62.6%). In addition, respondents with higher mean score of self-management was found in patient who achieved the clinical outcomes; blood pressure 140mmHg, cholesterol 200mg%, and blood glucose 200mg%. However, statistically significant finding only identified in blood glucose indicator (p = 0.05). These results indicated that diabetic patients with cardiovascular problem in this setting need program or strategy to improve their capability in performing self-management particularly in the monitoring aspect. It also is significance for hospital to address those issues. Â