Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

LOST TO FOLLOW-UP : REASONS AND TRUE OUTCOME FOR PATIENTS ON ARV TREATMENT IN TERATAI CLINIC BANDUNG INDONESIA Haroen, Hartiah; Puspitasari, Tita Sri; Borne, B Van Den; Sari, Citra Windani Mambang
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 1 (2017): Vol 3, No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i1.7476

Abstract

Klinik RSHS Teratai HIV telah merawat pasien dari September 2004 sampai Desember 2009, sebanyak 2.060 ODHA dan 1290 menerima ARV (63%). Selama periode ini, sebesar 11% (141 orang) kehilangan kontak lebih tinggi dari keseluruhan persentase di Indonesia yaitu 10,7% (Depkes, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hasil yang benar dan faktor hilang tindak lanjut ARV di klinik RSHS Teratai ARV. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dengan 25 pasien HIV / AIDS bawah pengobatan ARV di klinik Teratai RSHS dan mangkir sejak tahun 2009 yang tinggal di daerah Bandung. Informan dipilih secara acak dan dihubungi untuk kunjungan rumah untuk diwawancarai oleh pewawancara yang berpengalaman. Peneliti melakukan wawancara mendalam di rumah pasien sekitar 60 menit. Data direkam oleh pita digital direkam, ditranskrip dan dicetak oleh dua peneliti bidang independen menggunakan analisis tematik.Hasil penelitian ini menunjukkan tujuh tema yang pengetahuan yang tidak benar, optimisme yang tidak realistis, masalah aadministratif, perasaan efek samping negatif, masalah interpersonal, masalah kecanduan, dan kurangnya perawatan diri. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan tindakan pencegahan melalui rincian kontak pasien, meminta pasien persetujuan untuk dihubungi, telepon, kunjungan rumah setelah 3 minggu kehilangan kontak, dan menyarankan pasien untuk mendaftar ke klinik ART lebih dekat dengan rumah mereka , dan mengembangkan sistem reminder untuk mengingatkan pasien untuk mengambil ARV tepat waktu. ABSTRACTTeratai clinic HIV RSHS has treated patients from September 2004 to December 2009, as much as 2060 PLWHA and 1290 receive ARV (63%). Over this period, 11% (141) were lost to follow-up that is higher than overall lost to follow up percentage in Indonesia which is 10.7% (MOH annually report December 2009). The aim of this study was to investigate the true outcomes and factors of lost follow up to ARV. This study used indepth interview method to 25 HIV/AIDS patients under ARV treatment in the Teratai clinic RSHS and lost to follow up since 2009 who lived in Bandung area. Informants were randomly selected and contacted for a home visit to be interviewed by experienced interviewer. The interviewers obtained verbal informed consent and conducted an in depth interview in the patients home. Interview took about 60 minutes. Data were recorded by digital tape recorded, transcribed and scored by two field researchers independently using thematic analysis. The result of this study shows seven themes which are incorrect knowledge, unrealistic optimism, administrative problems, feeling of negative side effect, interpersonal problem, addiction problem, and lack of self-care. Therefore, it is important to develop preventive measure through up-dating patients’ contact details, ask patients consent to be contacted, up date phone contact, home visit after 3 weeks lost of contact, advice patients to register to ART clinic closer to their homes, and develop a reminding system to remind patients to take ARV on time. 
Upaya Peningkatan Kewaspadaan Universal Bagi Petugas Puskesmas Neti Juniarti; Hartiah Haroen; Raini Diah Susanti
Media Karya Kesehatan Vol 1, No 2 (2018): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.212 KB) | DOI: 10.24198/mkk.v1i2.17330

Abstract

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan sindrom penyakit dengan angka kematian yang cukup tinggi menyebabkan penyakit ini sangat ditakuti oleh masyarakat.Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS berarti meningkat pula resiko tenaga kesehatan yang dapat tertular HIV/AIDS, khususnya bila kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh tidak dilaksanakan terhadap semua pasien.Mengingat pentingya pelaksanaan kewaspadaan universal (universal precaution) bagi tenaga kesehatan maka upaya peningkatan kewaspadaan universal bagi tenaga puskesmas menjadi landasan utama dalam Pengabdian Masyarakat ini. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Puskesmas Jatinangor Kecamatan Cikeruh Kabupaten Sumedang. Peserta yang hadir sebanyak 31 orang. Kegiatan ini  bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tindakan kewaspadaan universal (universal precaution) bagi petugas Puskesmas Jatinangor sebagai upaya mencegah penularan HIV/AIDS pada tenaga kesehatan. Dengan adanya kegiatan PKM ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi petugas puskesmas maupun bagi masyarakat untuk mencegah penularan HIV/AIDS di wilayah Jatinangor khususnya, dan di Kab. Sumedang pada umumnya. Rancangan kegiatan upaya peningkatan kewaspadaan adalah pemberian edukasi dengan pretest dan posttest disain yang dilakukan pada petugas puskesmas yang berjumlah 31 orang. Hasil kegiatan penyuluhan ini berhasil untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap petugas kesehatan tentang kewaspadaan universal, hal ini terbukti dari peningkatan hasil pre test tingkat pengetahuan 60% menjadi 100% pada saat post test. Untuk sikap pada saat pre test 6,25% menyatakan sangat setuju dan 18,75% menyatakan setuju bahwa memakai sarung pada saat melakukan tindakan merepotkan. Setelah post test masih ada 8% peserta yang menyatakan bahwa memakai sarung tangan merepotkan. Sebanyak 44% menyatakan tidak setuju dan 56% menyatakan sangat tidak setuju kalau memisahkan sampah medis dan non medis merepotkan. Simpulan kegiatan pengabdian masyarakat ini telah meningkatkan pengetahuan dan sikap hampir seluruh petugas kesehatan di Puskesmas. Kata kunci:  HIV/AIDS, kewaspadaan universal, pendidikan kesehatan.
PENGARUH ACUPRESSURE TERHADAP NILAI GCS PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG Iwan Purnawan; Hartiah Haroen; Cecep Eli Kosasih
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.994 KB)

Abstract

Iwan Purnawan*Hartiah Haroen**Cecep Eli Kosasih**                                             ABSTRAKPenurunan kesadaran pada cedera kepala yang di ukur secara objektif oleh Glasgow Comma Scale (GCS) merupakan salah satu penentu prognosis dan indikator kegawatan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa stimulasi acupressure mampu memberikan efek neuroprotektif  yang mencegah kerusakan sel-sel otak dari iskemik yang ditimbulkan cedera kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh acupressure terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala sedang di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung.Jenis penelitian ini adalah Quasy Experimental dengan menggunakan teknik Control Group pre-test and post-test design. Pengambilan sampel dilakukan secara random. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (16 responden) dan perlakuan (21 responden). Kelompok perlakuan, selain mendapatkan terapi standar, ia juga mendapatkan acupressure selama 5 menit dalam 3 hari. Perbedaan nilai GCS pada kelompok kontrol dan perlakuan dianalisis dengan uji Wilcoxon. Sedangkan perbedaan peningkatan nilai rata-rata GCS pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan bermakna rata-rata nilai GCS antara  sebelum dan sesudah perlakuan baik pada  kelompok kontrol (p=0,07) maupun perlakuan (p=0,01).  Namun demikian, peningkatan rata-rata nilai GCS pada kelompok perlakuan lebih tinggi dari kelompok kontral. Hal ini ditunjukan dengan nilai p pada uji Mann Whitney sebesar 0,037 (p<0,05). Implikasi dari penelitian ini adalah acupressur sebagai terapi non-farmakologi bisa dipertimbangkan menjadi terapi komplementer bagi terapi farmakologi dalam penanganan pasien cedera kepala sedang.    Kata Kunci : Acupressure, Cedera kepala sedang, Penurunan kesadaran  ABSTRACTImpairment of consciousness in head injury that is measured objectively by Glasgow Comma Scale is one of prognosis determinants  and severity indicators. Several studies have shown that stimulation of acupressure can provide neuroprotective effect that prevents damage to brain cells from ischemic injury.  This study aims to identify the effect of acupressure on the value of GCS in patients with head injuries in the Hospital of dr. Hasan Sadikin Bandung. The type of this study was quasy experimental that used pre test and post test control group design. Sampling was done randomly. The number of samples in this study was 37 respondents who were divided into two groups, namely the control group (16 respondents) and intervention group (21 respondents). Besides having standard therapy, the intervention group also got therapy of acupressure for 5 minutes in 3 days. The differences of GCS score in the control group and the intervention group were analyzed with the Wilcoxon test. The differences of the increase of the GCS average of the control group and intervention group were analyzed by using Mann Whitney test. The results of statistical tests showed significant difference of the average value of GCS both before and after treatment in those two groups, namely: in the control group (p=0.07) and the  intervention (p = 0.01). However, the increase of the GCS average value of the intervention group was higher than the control group. This was evidenced by the p-value on Mann Whitney test of 0.037 (p <0.05). The implication of this study is that acupressure as a non-pharmacological therapy can be considered as a complementary therapy to pharmacological therapy in the treatment of patients with moderate head injury.  Keywords: Acupressure, Moderate head injury, Decreased consciousness
Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Citra Windani Mambang Sari; Hartiah Haroen; Nursiswati Nursiswati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.628 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i3.293

Abstract

Perilaku perawatan kaki merupakan komponen yang penting dalam pencegahan kaki diabetik. Namun, banyakpasien Diabetes Melitus (DM) yang tidak menjalankannya akibat rendahnya pengetahuan dan self-efficacy pasienmaupun keluarga. Di sisi lain, dukungan dan keterlibatan keluarga merupakan aspek penting dalam terlaksananyaperilaku perawatan kaki pasien DM. Pengembangan program peningkatan perawatan kaki DM berbasis keluargapenting dilakukan guna mengatasi kelemahan program sejenis yang berbasis individu. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengidentifikasi pengaruh program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga terhadap perilakuperawatan kaki pasien DM. Penelitian quasi experiment dengan pre-test and post-test with control group designini melibatkan 72 responden DM Tipe 2 dan keluarganya yang diseleksi secara purposive dari populasi respondenDiabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Sampel dibagi menjadi kelompokintervensi dan kontrol dengan masing-masing 36 responden. Responden pada kelompok intervensi mendapatkanprogram edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, konseling serta tindak lanjut 1 kali melalui telepon dan tigakali melalui kunjungan langsung ke rumah. Perilaku perawatan kaki dikumpulkan menggunakan kuesioner.Data dianalisis menggunakan paired dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaankarakteristik antar kelompok. Perilaku perawatan kaki post test (M=84.69, SD=4.49) pada kelompok intervensiberbeda secara bermakna (p = 0.000) lebih tinggi dibanding pre test (M=49.50, SD=9.40), sedangkan padakelompok kontrol ada penurunan skor setelah pengukuran (sebelum M=51,33, SD=8,58; sesudah M=49,50,SD=9,40; p=0,219). Program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga efektif meningkatkan perilaku perawatankaki pasien DM. Dengan demikian, perawat dapat mengintegrasikan program edukasi perawatan kaki berbasiskeluarga ke program perkesmas sebagai upaya pencegahan kaki diabetik pada pasien Diabetes Melitus.
Health Conditions and Dangers Due to Work for Fishers in Pangandaran Subdistrict, West Java Neti Juniarti; Hartiah Haroen; Desy Indra Yani
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.166 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i3.3313

Abstract

Work safety and health are essential for fishers in Pangandaran Beach because these fishers were not paying attention to their work health and safety. This attitude would pose a high risk for the fishers due to the weather conditions that can turn wild in a short period and can cause an elevated risk of an accident. This study aimed to identify the health conditions, hazards, and work accidents that were experienced by Pangandaran fishers. The methods used quantitative descriptive. The survey conducted in Pangandaran subdistrict, West Java in November 2017. The samples were recruited purposively, and a total of 17 fishers were willing to participate. The data were analyzed using descriptive univariate analysis. The results showed that 7 of 17 of fishers have a health problem, and most of them have high blood pressure. All participants had experienced accident during their work, dan only 9 of 17 who wear safety equipment. Hazardous work hazard is a green jellyfish sting during fishing. Thus, it is recommended to the public health center, Regency Health Office, and Fisheries Office to establish the fishers’ health post, which is close to the beach. And also provide training about first aid in the event of an accident of jellyfish stung. KONDISI KESEHATAN DAN BAHAYA AKIBAT KERJA PADA NELAYAN DI KECAMATAN PANGANDARAN, JAWA BARATKeselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk para nelayan yang bekerja di sekitar pantai Pangandaran karena para nelayan di pantai Pangandaran masih kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini sangat berisiko untuk keselamatan nelayan karena cuaca di pantai dan laut dapat berubah dengan cepat dan mengakibatkan risiko kecelakaan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi kesehatan dan bahaya serta kecelakaan kerja yang dialami oleh nelayan di Kecamatan Pangandaran. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat pada bulan November 2017. Penarikan sampel dilakukan secara purposive dan jumlah sampel sebanyak 17 orang. Data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 dari 17 nelayan memiliki masalah kesehatan dengan jumlah terbanyak menderita hipertensi, semua responden pernah mengalami bahaya dan kecelakaan akibat kerja, serta hanya 9 fari 17 yang menggunakan pelampung. Bahaya kesehatan yang paling besar dikeluhkan oleh nelayan adalah sengatan ubur-ubur hijau. Oleh karena itu, disarankan pada pihak puskesmas, Dinas Kesehatan, serta Dinas Perikanan dan Kelautan setempat untuk membentuk pos usaha kesehatan kerja nelayan di Pangandaran, serta memberikan pelatihan tentang penanganan kecelakaan dan perawatan pasien yang terkena sengatan ubur-ubur hijau.
Exercise Consideration for People with Obesity Amidst Covid-19 Pandemic: a Scoping Review Azrania Fatima; Syifa Eka Rahmawati; Dhiyaa Ulhaq Amatullah; Hartiah Haroen
Journal of Nursing Care Vol 5, No 1 (2022): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v5i1.36972

Abstract

Introduction: The current coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic has been limiting people’s activities outside the home in order to reduce the spread of the virus. This limitation causes a decrease in people's physical activity patterns. Physical activity is important for people with obesity to avoid further increase in body weight or even to help to reduce body weight. The aim of the review reports physical activities that can be done by people affected by obesity in the covid-19 pandemic. The method: The scoping review method is used to map the type of physical activities for obese people. Two databases namely PubMed and EBSCO-host have been used for literature searching. The result: Ten articles were selected, namely research that included obese people of various ages such as children, adults, and the elderly. There were eight physical activities recommendations that obese people can do. There was a moderate physical activity which includes both aerobic and anaerobic training, low-intensity exercise and breathing exercise, leisure-time physical activities, home training such as pilates, yoga, and dancing, and then gym at home with simple equipment for bodyweight, isometric, resistance band, and hand-held weight exercise. Duration for exercise is recommended for 150 minutes of moderate-intensity or 75 minutes of vigorous-intensity physical activity per week. Conclusion: Many types of physical activity can be done by obese people in the covid-19 related lockdown and restriction to keep the body maintain health, to reduce body weight, and prevent exacerbations of obesity.
International Migration of Nurses from South to North Amidst The COVID-19 Pandemic and Beyond: A Gain or A Drain Hartiah Haroen; Jerico Pardosi
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkp.v10i2.2012

Abstract

The complexity of health, social and economic problems caused by the COVID-19 pandemic demands rapid, adequate and effective responses. This includes the urgent response from the existing health system to provide high quality of care for infected persons. Unfortunately, the performance of health system in low-resource settings has been weakened prior to the COVID-19 pandemic. The current pandemic has posed more pressure to the health system including the health workforce security and availability with the isolation periods and lock-down scenarios for many low- and middle-income countries.  Nursing has been recognized as a profession with high global mobility. Nurses from the South (developing countries) would often migrate to the North (developed countries) due to security, better pay, and professional development, including working conditions. Nevertheless, aggressive recruitment of nurses from South amid the COVID-19 pandemic is considered unethical. Nurses as part of the essential health workforce are critically needed in their home countries. This editorial argues the benefits and disadvantages of nurses’ migration from South to North. Several key sources from both scientific and grey literature were used in this editorial.
Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Pengetahuan dan Perilaku Orangtua yang Memiliki Balita dalam Pencegahan Stunting Haroen, Hartiah; Sari, Citra; Pramukti, Iqbal
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 2 (2025): Volume 7 Nomor 2 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i2.16418

Abstract

ABSTRACT Stunting remains a problem that has persisted despite various challenges and obstacles due to the low level of community participation. The participation of parents, particularly mothers, is crucial in the prevention of stunting, given their pivotal role in fostering healthy behaviors. Stunting prevention behaviors are influenced by a multitude of factors, including the level of knowledge and sociodemographic characteristics. To determine the relationship between sociodemographic factors and the knowledge and behavior of parents with toddlers in stunting prevention. This descriptive correlational study used a cross-sectional design with a purposive sampling technique involving 125 parents who have toddlers in Sukamulya Village, Rancaekek. The questionnaire instrument used to measure knowledge and behavior in stunting prevention consisted of 33 questions and its validity and reliability had been tested. Descriptive analysis related to sociodemographic factors was carried out using frequency distribution and cross tabulation. Meanwhile, data analysis with a contingency correlation test was used to determine the relationship between sociodemographic factors and knowledge and behavior in stunting prevention. Most parents in this study had good knowledge (59.2%) and behavior (52.0%) in efforts to prevent stunting. Sociodemographic factors are known to have no significant relationship to parental knowledge and behavior. However, there is a tendency that younger parents, with a nuclear family type, and having more than 4 family members, have better knowledge and behavior in preventing stunting.Health education and counselling program is essential to enhance parental knowledge and behavior, thereby increasing community participation in stunting control programs. Keywords: Knowledge, Behavior, Parent, Stunting Prevention  ABSTRAK Stunting masih menjadi permasalahan yang hingga saat ini mengalami berbagai tantangan dan hambatan salah satunya diakibatkan oleh rendahnya partisipasi masyarakat. Partisipasi orangtua khususnya ibu sangat diperlukan mengingat peran penting mereka dalam menerapkan perilaku pencegahan stunting. Perilaku pencegahan stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya tingkat pengetahuan dan aspek sosiodemografi. Mengetahui hubungan faktor sosiodemografi terhadap pengetahuan dan perilaku orangtua yang memiliki balita dalam pencegahan stunting. Penelitian deskriptif korelasional ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik purposive sampling yang melibatkan 125 orangtua yang memiliki balita di Desa Sukamulya, Rancaekek. Instrumen kuesioner yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan perilaku pencegahan stunting terdiri dari 33 butir pertanyaan dan sudah teruji validitas reliabilitasnya. Analisis deskriptif terkait faktor sosiodemografi dilakukan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Sementara itu, analisis data dengan uji korelasi kontingensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dengan pengetahuan dan perilaku pencegahan stunting. Sebagian besar orangtua dalam penelitian ini memiliki pengetahuan (59,2%) dan perilaku (52,0%) yang baik dalam upaya pencegahan stunting. Faktor sosiodemografi diketahui tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan dan perilaku orangtua. Namun, terdapat kecenderungan bahwa orangtua yang lebih muda, dengan tipe keluarga inti, dan memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang, memiliki pengetahuan dan perilaku pencegahan stunting yang lebih baik. Pendidikan kesehatan dan konseling guna meningkatkan pengetahuan dan perilaku orangtua masih sangat diperlukan dalam rangka meningkatkat partisipasi masyarkat dalam program penanggulangan stunting. Kata Kunci: Pengetahuan, Perilaku, Orangtua, Pencegahan Stunting
“Gesit” Gerakan Edukasi Stunting Terpadu untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran Remaja Terkait Pencegahan Stunting di Desa Sukamulya Kabupaten Bandung Purnama, Dadang; Haroen, Hartiah; Witdiawati, Witdiawati
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 1 (2025): Volume 8 No 1 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i1.18090

Abstract

ABSTRAK Stunting merupakan suatu kondisi gangguan perkembangan atau pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh gangguan gizi kronis atau infeksi berulang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk di Desa Sukamulya, Kabupaten Bandung, Indonesia, dengan angka kejadian stunting sebanyak 107 balita dari 600 balita. Kurangnya kesadaran di kalangan remaja dan akses terhadap informasi kesehatan merupakan hambatan dalam mencegah stunting. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja terkait stunting dan pencegahannya. Kegiatan Gerakan Pendidikan Stunting Terpadu (GESIT) dilaksanakan dengan metode edukasi dan simulasi posyandu remaja. Hasil kegiatan menunjukan adanya peningkatan pengetahuan, dari target kehadiran 66 peserta dengan realisasi kehadiran 43 peserta, dengan hasil pre-test 69,473 dan hasil post-test 85,263. Hal tersebut dilihat dari rata-rata skor post-test 22,73% lebih tinggi dibandingkan pre-test. Kegiatan Gesit berhasil meningkatkan pengetahuan, kesadaran remaja tentang stunting dan pencegahannya. Simulasi posyandu juga dapat menjadi wadah latihan kader posyandu remaja dalam menjalankan posyandu remaja di kemudian hari. Kata Kunci: Stunting, Remaja, Pencegahan, Edukasi, Posyandu Remaja.  ABSTRACT Stunting is a condition of developmental or growth disorders in children caused by chronic malnutrition or repeated infections. Stunting is still a health problem in Indonesia, including in Sukamulya Village, Bandung Regency, Indonesia, with a stunting incidence rate of 107 children under five out of 600 toddlers. Lack of awareness among adolescents and access to health information are obstacles in preventing stunting. This activity aims to increase the knowledge and awareness of adolescents related to stunting and its prevention. The Integrated Stunting Education Movement (Agile) activities are carried out using educational methods and simulations of youth posyandu. The results of the activity showed an increase in knowledge, from the attendance target of 66 participants with the realization of the attendance of 43 participants, with pre-test results of 69,473 and post-test results of 85,263. This can be seen from the average post-test score of 22.73% higher than the pre-test. GESIT activities have succeeded in increasing the knowledge and awareness of adolescents about stunting and its prevention. Posyandu simulations can also be a forum for training youth posyandu cadres in running youth posyandu in the future. Keywords: Stunting, Prevention, Posyandu Remaja, Education, Adolescents
Pemberdayaan Kader Remaja Dalam Pencegahan HIV Witdiawati, Witdiawati; Hutomo, Wahyuni MP; Haroen, Hartiah; Purnama, Dadang
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 3 (2025): Volume 8 No 3 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i3.18515

Abstract

ABSTRAK Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia masih meningkat di tahun 2023. Partisipasi masyarakat merupakan aspek yang potensial untuk menunjang penanggulangan HIV/AIDS. Penting adanya kegiatan untuk meningkatkan, memperbaiki dan partisipasi kesadaran masyarakat dalam pencegahan HIV. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di RW 08 Kelurahan Ciwalen Kabupaten Garut dengan metode pemberdayaan remaja “GEMA RW PEDULI HIV melalui rangkaian kegiatan pembentukan kader remaja, pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada remaja, pembuatan dan pemasangan media edukasi. Hasil kegiatan diantaranya terbentuknya kader remaja, terbentuknya akun media edukasi dan komunikasi HIV, terpasangnya spanduk edukasi HIV di 2 titik lokasi dan terdapat peningkatan pengetahuan remaja dengan rata-rata nilai sebesar 67 sebelum pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 90 point. Kegiatan pemberdayaan remaja dapat menjadi salah satu strategi pencegahan dan pengendalian HIV. Diharapkan keberlanjutan program kegiatan dimasa yang akan datang melalui sinergitas program layanan kesehatan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Remaja, HIV/AIDS ABSTRACT Cases of Human Immunodeficiency Virus (HIV) in Indonesia are still increasing in 2023. Community participation is a potential aspect to support HIV/AIDS control. It is important to have activities to increase, improve, and participate in public awareness in HIV prevention. This community service activity was carried out in RW 08 Ciwalen neighborhood, Garut Regency, with the youth empowerment method "GEMA RW PEDULI HIV through a series of activities to form adolescent cadres, health education about HIV/AIDS in adolescents, and the manufacture and installation of educational media. The results of the activities included the formation of adolescent cadres, the formation of HIV education and communication media accounts, the installation of HIV education banners at 2 location points, and an increase in adolescent knowledge with an average score of 67 before health education and after health education increased to 90 points. Adolescent empowerment activities can be one of the strategies for HIV prevention and control. It is hoped that the sustainability of the program of activities in the future will be through the synergy of health service programs by involving community participation. Keywords: Community Empowerment, Adolescents, HIV/AIDS