Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PERAWAT DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR (Literature Review) Ruth Suantika, Putu Inge; Hermayanti, Yanti; Kurniawan, Titis
KEPERAWATAN Vol 6, No 1 (2018): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.506 KB)

Abstract

ABSTRAK Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita. Perawat (wanita) merupakan salah satu pihak yang berisiko mengalami kanker serviks. Disisi lain, upaya pencegahan melalui deteksi dini dengan pemeriksaan kanker serviks diketahui efektif menurunkan angka kejadian kanker serviks. Meski demikian, partisipasi masyarakat termasuk petugas kesehatan dalam melakukan pap smear masih rendah. Dengan demikian menjadi penting menelaah lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap partisipasi perawat dalam melakukan pap smear. Telaahan literature ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap partisipasi perawat dalam melakukan pap smear. Telaah literature ini dilakukan terhadap hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal elektronik baik dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris serta diterbitkan dalam tahun 2009-2016. Penelaah melakukan pencarian literature dimaksud melalui mesin pencari ProQuest, PubMed, google scholar dengan menggunakan kata kunci factor related, nurse, pap test dan cervical cancer. Dari literature tersebut ditemuukan 14 artikel yang memenuhi kriteria. Dari keseluruhan literature tersebut didapatkan bahwa faktor pengetahuan dan keyakinan merupakan faktor yang paling berhubungan dengan partisipasi perawat dalam melakukan pap smear. Pengetahuan yang rendah akan berhubungan dengan rendahnya perilaku pap smear pada peRawat. Demikian pula dengan faktor keyakinan dalam diri individu perawat. Adanya persepsi mengenai kerentanan dan hambatan menjadi faktor utama dalam membentuk keyakinan perawat untuk melakukan pap smear. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan keyakinan memiliki hubungan terhadap perilaku perawat dalam melakukan pap smear. Keyword: faktor, kanker serviks, pap smear, perawat.
PENGARUH MOTIVASI INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP DIABETES SELF MANAGEMENT DI WILAYAH KECAMATAN GOMBONG KABUPATEN KEBUMEN Ernawati, Ernawati; Setiawati, Elsa Pudji; Kurniawan, Titis
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.863 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i2.13005

Abstract

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik, oleh karena itu peran self-management sangat penting dalam perawatan maupun pencegahan komplikasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi diabetes self management yaitu motivasi. Tujuan menganalisis dimensi kebutuhan dan keyakinan yang menggambarkan motivasi internal, menganalisis dimensi penghargaan dan harga diri yang menggambarkan motivasi eksternal, menganalisis dimensi diet, aktivitas fisik, pemeriksaan rutin, konsumsi obat, perawatan kaki yang menggambarkan diabetes self management,  menganalisis pengaruh motivasi internal dan eksternal terhadap diabetes self management. Penelitian kuantitatif korelasional,dilaksanakan 12 Februari s.d 6 Juni 2015 di Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, sampel 92 responden, teknik proporsional sampling, pendekatan cross sectional. Menggunakan kuesioner karakteristik demografi, Treatment Self-Regulation Questionnaire (TSRQ), The Summary of Diabetes Self Care Activities (SDSCA).  Analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan software Smart-PLS. Hasil menunjukkan dimensi kebutuhan (0,989), keyakinan (0,989) mampu menggambarkan motivasi internal, dimensi penghargaan (0,925), harga diri (0,800) mampu menggambarkan motivasi eksternal. Dimensi diet, aktivitas fisik, pemeriksaan rutin, konsumsi obat,  perawatan kaki mampu menggambarkan diabetes self management. Ada pengaruh signifikan motivasi internal dan eksternal (t-statistik = 3,799 ; 3,117), memberikan pengaruh sebesar 43,10% terhadap diabetes self management (R²=0,431). Motivasi internal dan eksternal berpengaruh terhadap diabetes self management. Penting bagi perawat komunitas untuk melakukan pengkajian dan mengoptimalkan sumber motivasi internal dan eksternal dalam diabetes self management.                                 Kata kunci : Diabetes Mellitus Tipe 2, Diabetes Self Management, Motivasi Eksternal,  Motivasi Internal
PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP KADAR GULA DARAHPADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE IIDI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RS Tk II dr. SOEDJONO MAGELANG Masithoh, Robiul Fitri; Ropi, Helwiyah; Kurniawan, Titis
Journal Of Holistic Nursing Science Vol 3 No 2 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.763 KB)

Abstract

Pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus (DM) tipe II merupakan komponen penting dalam pengendalian komplikasi. Pengendalian kadar gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu self  management dan terapi komplemeter (terapi akupresur). Dengan demikian penting dilakukan penelitian pengaruh akupresur terhadap kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada klien DM tipe II.             Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan pendekatan pretest and posttest with control group design dengan melibatkan 52 klien DM tipe II yang berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RS Tk II dr. Soedjono Magelang yang diambil  secara consecutive sampling. Dua puluh enam pasien pertama masuk kelompok intervensi dan 26 pasien yang selanjutnya masuk ke kelompok kontrol.Kelompok intervensi mendapatkan terapi standar dari rumah sakit dan mendapatkan enam kali akupresur selama tiga minggu dengan pengukuran gula darah setiap sebelum dan sesudah dilakukan akupresur.Adapun kelompok kontrol menerima terapi standar dari rumah sakit tanpa dilakukan terapi akupresur, gula darah diukur pada minggu pertama dan minggu ketiga.Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.             Hasil penelitian menunjukkan median gula darah setelah akupresur (150,50) secara signifikan lebih rendah  dibandingkan sebelum akupresur (181 mg/dl). Adapun gula darah pada kelompok kontrol pada minggu ketiga pada post test (188 mg/dl) secara sigifikan lebih tinggi daripada kelompok intervensi. Kadar gula darah  pre test kelompok intervensi tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan  lebih rendah pre test pada kelompok kontrol (p=0,833) dan kadar gula darah kelompok intervensi setelah akupresur  (p=0,031) secara signifikan menurun dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan median (157,50 mg/dl).             Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II , dengan demikian menjadi penting bagi pihak rumah sakit untuk memasukan unsur terapi akupresur sebagai bahan kajian dalam pengelolaan pasien diabetes melitus tipe II.
Gambaran Persepsi Mahasiswa Terhadap Perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Lestari, Ranti Asri; Sari, Citra Windani Mambang; Kurniawan, Titis
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 4, No 1 (2018): Vol 4, No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v4i1.12345

Abstract

ABSTRAK  Perilaku pencegahan Diabetes Mellitus ditentukan oleh keyakinan dan persepsi seseorang mengenai ancaman kesehatan yang dirasakan. Gaya hidup tidak sehat yang dilakukan oleh mahasiswa cenderung dapat meningkatkan resiko terjadinya Diabetes Mellitus, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap perilaku Pencegahan Diabetes Mellitus. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 242 sampel yang ditentukan menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Health Belief Model (HBM), yang terdiri dari 5 domain yaitu, persepsi kerentanan dan keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat melakukan tindakan, dan self-efficacy. Data dianalisis dengan analisis deskriptif (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap perilaku pencegahan Diabetes Mellitus. Adapun persepsi berdasarkan 5 domain didapatkan seluruh responden (100%) memiliki persepsi positif terhadap manfaat pencegahan Diabetes Mellitus, hampir seluruh responden memiliki persepsi positif terhadap kerentanan dan keseriusan (92,6%), isyarat melakukan pencegahan (98,3%), self-efficacy dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (92,6%), dan lebih dari setengah responden memiliki persepsi positif terhadap hambatan melakukan pencegahan Diabetes Mellitus (59,5%). Walaupun demikian, terdapat kurang dari setengah responden (40,5%) yang memiliki persepsi negatif terhadap hambatan, yang berarti bahwa responden tersebut merasakan adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mempersepsikan perlunya melakukan pencegahan Diabetes Mellitus. Namun, adanya hambatan dalam melakukan pencegahan Diabetes Mellitus, perlu diadakannya promosi kesehatan yang memotivasi mahasiswa untuk mengatasi hambatan yang dirasakan dalam melakukan penegahan Diabetes Mellitus.ABSTRACTUnhealthy lifestyle undertaken by students tended to increase the risk of Diabetes Mellitus, so there should be the effort to prevent Diabetes Mellitus. Prevention behaviors are determined by belief and perception about perceived of threats. This study aimed to identify student's perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. This descriptive quantitative study involved 242 students were taken with stratified random sampling. Data collected by Health Belief Model (HBM) instrument that consisted of 5 domains; perceived susceptibility and severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy. Data analyzed with descriptive analysis (frequency and percentage). Result showed that all of respondent (100%) had positive perception towards prevention behavior of Diabetes Mellitus. The results of the perception based on 5 domains showed that all of respondent (100%) had positive perceived benefit, most of responden (92,6%) had positive perceived susceptibility and severity, cues to action (98,3%), self-efficacy (92,6%) and more than half of respondents (59,5%) had positive perceived barriers. However, less than half of respondent (40,5%) had negatively perceived barriers which indicated that respondent felt the barrier of Diabetes Mellitus prevention. To conclude, all of respondent perceived necessary to do Diabetes Mellitus prevention. Whereas, there was a barrier in Diabetes Mellitus prevention so, there should be health promotion to motivate students to overcome their perceived of the barrier to perform Diabetes Mellitus prevention
PENGETAHUAN CULTURAL COMPETENCE PADA MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS di BANDUNG Lumbantobing, Valentina; Susilaningsih, Fransisca Sri; Rasyiddin, Gyan; Kurniawan, Titis; Pratiwi, Atlastieka
Journal Nursing Care and Biomolecular Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : STIKes Maharani Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.151 KB) | DOI: 10.32700/jnc.v3i2.119

Abstract

Beragamnya latarbelakang klien yang menjalani perawatan di rumah sakit menjadi salah satu alasan dimana seorang perawat wajib memiliki kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan memperhatikan aspek budaya. Proses pembelajaran tentang keperawatan peka budaya pada tingkat akademik pendidikan keperawatan sudah diberikan pada semester satu, dan pelaksanaan pendidikan profesi ners berlangsung pada semester sembilan, maka perlu diidentifikasi lebih lanjut terkait kemampuan mahasiswa dalam malakukan asuhan keperawatan peka budaya sehingga dapat memberikan palayanan yang maksimal kepada pasien dan mencegah cultural shock pada mahasiswa. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang cultural competence pada mahasiswa program profesi Ners.Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada mahasiswa program profesi Ners di Bandung. Menggunakan teknik total sampling didapatkan 266 mahasiswa dalam 3 angkatan pendidikan profesi Ners. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan yang dikembangkan oleh team trusculturan nusing depertemen keperawatan dasar. Data dianalisis menggunakan analisis distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 204 (76,69%). Pengetahuan tentang cultural competency mahasiswa program profesi Ners perlu ditingkatkan, oleh sebab itu diharapkan adanya intergrasi yang berkesinambungan antara learning outcome dan topik cultural competence pada setiap mata kuliah keperawatan yang didapatkan mahasiswa selama program pendidikan sarjana. 
PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP KADAR GULA DARAHPADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE IIDI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RS Tk II dr. SOEDJONO MAGELANG Masithoh, Robiul Fitri; Ropi, Helwiyah; Kurniawan, Titis
Journal of Holistic Nursing Science Vol 3 No 2 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.763 KB)

Abstract

Pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus (DM) tipe II merupakan komponen penting dalam pengendalian komplikasi. Pengendalian kadar gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu self management dan terapi komplemeter (terapi akupresur). Dengan demikian penting dilakukan penelitian pengaruh akupresur terhadap kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada klien DM tipe II. Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan pendekatan pretest and posttest with control group design dengan melibatkan 52 klien DM tipe II yang berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RS Tk II dr. Soedjono Magelang yang diambil secara consecutive sampling. Dua puluh enam pasien pertama masuk kelompok intervensi dan 26 pasien yang selanjutnya masuk ke kelompok kontrol.Kelompok intervensi mendapatkan terapi standar dari rumah sakit dan mendapatkan enam kali akupresur selama tiga minggu dengan pengukuran gula darah setiap sebelum dan sesudah dilakukan akupresur.Adapun kelompok kontrol menerima terapi standar dari rumah sakit tanpa dilakukan terapi akupresur, gula darah diukur pada minggu pertama dan minggu ketiga.Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan median gula darah setelah akupresur (150,50) secara signifikan lebih rendah dibandingkan sebelum akupresur (181 mg/dl). Adapun gula darah pada kelompok kontrol pada minggu ketiga pada post test (188 mg/dl) secara sigifikan lebih tinggi daripada kelompok intervensi. Kadar gula darah pre test kelompok intervensi tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan lebih rendah pre test pada kelompok kontrol (p=0,833) dan kadar gula darah kelompok intervensi setelah akupresur (p=0,031) secara signifikan menurun dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan median (157,50 mg/dl). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II , dengan demikian menjadi penting bagi pihak rumah sakit untuk memasukan unsur terapi akupresur sebagai bahan kajian dalam pengelolaan pasien diabetes melitus tipe II.
Case Study: Evidence-Based Interventions Enhancing Diabetic Foot Care Behaviors among Hospitalized DM Patients Kurniawan, Titis; Petpichetchian, Wongchan
Nurse Media Journal of Nursing Vol 1, No 1 (2011): (JUNE 2011)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.318 KB) | DOI: 10.14710/nmjn.v1i1.746

Abstract

Background: Improving diabetic patients’ foot care behaviors is one of the most effective strategies in minimizing diabetic foot ulceration and its further negative impacts, either in diabetic hospitalized patients or outpatients.Purpose: To describe foot care knowledge and behaviors among hospitalized diabetic patients, to apply selected foot care knowledge and behaviors improvement evidence, and to evaluate its effectiveness.Method: Four diabetic patients who were under our care for at least three days and could communicate in Thai language were selected from a surgical ward in a university hospital. The authors applied educational program based on patients’ learning needs, provided diabetic foot care leaflet, and assisted patients to set their goal and action plans. In the third day of treatment, we evaluated patients’ foot care knowledge and their goal and action plan statements in improving foot care behaviors.Result: Based on the data collected among four hospitalized diabetic patients, it was shown that all patients needed foot care behaviors improvement and the educational program improved hospitalized patients’ foot care knowledge and their perceived foot care behaviors. The educational program that combined with goal setting and action plans method was easy, safe, and seemed feasibly applicable for diabetic hospitalized patients.Conclusion: The results of this study provide valuable information for improvement of hospitalized diabetic patients’ foot care knowledge and behaviors. The authors recommend nurses to use this evidence-based practice to contribute in improving the quality of diabetic care.Keywords: Intervention, diabetic foot care, hospitalized diabetic patients
Pengguna Air Rebusan sebagai Alternatif Pengganti Normal Saline pada Debridement Fraktur Terbuka Kurniawan, Titis; Mustamsir, Edi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 19, No 1 (2003)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1774.902 KB)

Abstract

Air rebusan selama ini masih dipakai sebagai cairan irigasi untuk debridement fraktur terbuka di IRD RSSA Malang, sedangkan cairan irigasi yang direkomendasikan adalah normal saline yang merupakan cairan fisiologis. Alasan memakai air rebusan ini adalah selain harga noemalsaline relatif mahal juga karena belum ada penelitian mengenai kejadian infeksi denganmenggunakan air rebusan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan air rebusan sebagai cairan irigasi terhadap risiko terjadinya infeksi dan inflamasi. Metode yang digunakan adalah eksperimental klinis. Pasien dengan fraktur kruris terbuka grade II yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Satu kelompok dilakukan debridement dengan cairan irigasi normal saline dan kelompok yang lain dengan air rebusan. Efek yang dipantau adalah kadar CRP, jumlah lekosit, angka pertumbuhan kuman dan angka reaksi inflamasi pada luka operasi. Hasil yang didapat berupa kecenderungan peningkatan kadar CRP, jumlah lekosit, angka pertumbuhan kuman dan angka inflamasi luka yang pada luka dilakukan debridement dengan air rebusan dibanding dengan yang dilakukan debridement dengan normal saline. Kesimpulan yang didapat adalah air rebusan tidak dapat dipakai sebagai cairan irigasi pada debridement fraktur terbuka karena secara klinis dan laboratories meningkatkan kejadian infeksi dan inflamasi.
Self Management Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Kardiovaskular dan Implikasinya terhadap Indikator Klinik Kurniawan, Titis; Sari, Citra Windani Mambang; Aisyah, Iis
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 6, No 1 (2020): VOL 6, NO 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v6i1.18256

Abstract

 ABSTRAKPenyakit kardiovaskular merupakan salah satu komplikasi utama diabetes melitus (DM) dan berisiko memperburuk prognosis, kualitas hidup serta meningkatkan risiko kematian. Self-management merupakan kunci utama dalam pengelolaan penyakit maupun pencegahan komplikasi dan dampak negatif yang diakibatkanya. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi self-management pada pasien DM dengan komplikasi kardiovaskular beserta dampaknya terhadap indikator klinik. Seluruh pasien (123 orang) diabetes mellitus yang didiagnosa menderita penyakit kardiovaskular (hipertensi, dislipidemia, dan/atau coronary artery diseases) dilibatkan dari unit rawat jalan salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung, Jawa Barat secara total sampling. Data self-management dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti yang mencakup 6 domain (pemantauan, aktivitas fisik, pencegahan komplikasi, diet, pengobatan, dan merokok) dan mencakup 28 item pernyataan dengan skor Alpha Chronbach 0,738 dan validitas (r 0,377-0,760). Adapun data tentang indikator klinik dikumpulkan berdasarkan data sekunder dari rekam medik yang mencakup tekanan darah, kadar gula darah sewaktu, dan kadar kolesterol. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji beda. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden (54,5%) berada pada kategori self-management rendah dimana domain pemantauan merupakan domain dengan persentase kategori rendah paling besar (62,6%). Rerata skor self-management yang lebih tinggi ditemukan pada pasien yang mencapai target indikator klinik; tekanan darah sistolik 140mmHg, kolesterol darah 200mg%, dan gula darah sewaktu 200mg%. Namun, perbedaan skor self-management yang signifikan hanya ditemukan pada indikator gula darah (p = 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DM dengan komplikasi kardiovaskular di tempat penelitian ini perlu meningkatkan perilaku self-management terutama dalam aspek pemantauan. Penting juga bagi pihak rumah sakit untuk mengintensifkan upaya yang sudah dijalankan guna memfasilitasi kebutuhan tersebut. ABSTRACTCardiovascular problem is one of the main diabetes mellitus complications that potentially worsen patients’ prognosis, quality of life as well as increase the patient mortality rate. Self-management in the other hand is a key success of diseases management and complication prevention. This descriptive study aimed to identify self-management of diabetic patients who diagnosed with cardiovascular diseases and its impact on clinical indicators. All 123 diabetic patients with cardiovascular diseases (hypertension, dyslipidaemia, dan coronary artery diseases) were involved in this study (total sampling) and recruited from an outpatient clinic of a private hospital in Bandung Municipality, West-Java. Data self-management were collected using questionnaire developed by the researcher covering 6 domains (monitoring, Physical exercise, complication management and prevention, diet, medication and smoking) consisted of 28 items with Alpha Chronbach 0,738 and inter-item correlation r 0.377 - 0.760. Data regarding clinical indicators were secondarily collected from patients’ medical record including current blood pressure, blood sugar level and cholesterol level. Collected data were analysed descriptively and comparatively with significance at p 0.05. The results suggested that more than half patients (54.5%) report low level of self-management where monitoring domain found as the domain with the biggest percentage of low self-management category (62.6%). In addition, respondents with higher mean score of self-management was found in patient who achieved the clinical outcomes; blood pressure 140mmHg, cholesterol 200mg%, and blood glucose 200mg%. However, statistically significant finding only identified in blood glucose indicator (p = 0.05). These results indicated that diabetic patients with cardiovascular problem in this setting need program or strategy to improve their capability in performing self-management particularly in the monitoring aspect. It also is significance for hospital to address those issues.  
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL OLEH PERAWAT DI RUANG GENERAL INTENSIVE CARE UNIT RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Romadoni, Siti; Ibrahim, Kusman; Kurniawan, Titis
Masker Medika Vol 1 No 1 (2013): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan spiritual merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia, salah satunya adalah pasien dalam kondisi kritis maupun terminal yang di rawat di ruang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam tentang pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di Ruang General Intensive Care Unit (GICU) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2012. Sebanyak sepuluh partisipan dilibatkan dalam penelitian deskriptif kualitatif eksploratif ini. Partisipan tersebut adalahperawat pelaksana yang bekerja di Ruang GICU RSHS Bandung, rentang usia antara 28- 47 tahun, dan bekerja selama 7-17 tahun. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam, dan analisis yang digunakan adalah content analysis. Hasil penelitian mendapatkan 18 tema yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu: 1) Makna spiritual yaitu: agama, keyakinan terhadap Tuhan, hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama Manusia. 2) Persepsi Kebutuhan Spiritual yaitu: Kebutuhan ibadah, semangat,nyaman, kasih sayang. 3) Bentuk-bentuk pemenuhan kebutuhan spiritual yaitu: membantu kegiatan ibadah pasien, melibatkan keluarga dan tokoh agama, memberikan semangat. 4) Hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yaitu: anggapan kurang penting bukan prioritas, kesibukan, perbedaan agama, agama hal privasi, dan kurang paham konsep spiritual. 5) Langkah-langkah untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual yaitu: ada petugas khusus (ustadz, pendeta, warois), dibuat Protap/SOP, penambahan fasilitas, dan peningkatan kualitas perawat melalui pelatihan dan pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual dalam penelitian ini berbentuk upaya-upaya dalam membantu kegiatan ibadah pasien, melibatkan keluarga dan tokoh agama, serta memberikan semangat. Dengan demikian penting bagi pihak rumah sakit mengadakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman atau pun kemampuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. Dan bagi pendidikan untuk menambahkan muatan aspek spiritual dalam materi-materi yang disampaikan dalam perkuliahan. Serta dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya terkait pemenuhan kebutuhan spiritual