Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Asia Tenggara khususnya Indonesia prevalensi stunting pada anak masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara tenggara lainnya. Kalimantan Selatan juga termasuk dalam wilayah yang menjadi fokus utama dalam pengendalian stunting. Berdasarkan Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, angka prevalensi stunting nasional diperoleh sebesar 27,7%. Sementara itu, angka prevalensi stunting Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 31,75%, yang menandakan bahwa Kalimantan Selatan dapat dikatakan sebagai wilayah kronis. Pada tahun 2022 angka prevalensi stunting tertinggi antar kabupaten/kota di Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Barito Kuala. Kabupaten Barito Kuala mengalami stunting dengan prevalensi stunting mencapai 33,6%. Kabupaten Barito Kuala adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kotanya adalah Marabahan dengan luas wilayah 2.996,46 km² dan jumlah penduduk sebanyak 318.044 jiwa, Sensus Penduduk Indonesia 2022. Untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya stunting, diperlukan kerjasama dari berbagai stakeholder, terutama yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan anak Kader Kesehatan dan perangkat desa sebagai orang yang juga dekat dengan masyarakat dan merupakan perpanjangan tangan petugas kesehatan dalam hal menangani masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat bisa sangat strategis untuk dijadikan sebagai pihak yang bisa membantu mengatasi masalah stunting sesuai dengan kapasitasnya. Salah satu kader kesehatan yang aktif dalam kegiatan Batola adalah kader Kesehatan Dagusibu Batola. Tujuan dari PkM ini adalah untuk: (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampiran kader pencegahan dan deteksi dini stunting melalui teknologi PESO (2) Memberikan pelatihan dalam pembuatan produk inovasi tanaman lokal nanas sebagai biskuit sehat pencegah stuntin dan (3) memberikan pemasukan kas kader melalui inovasi biskuit sehat berlabel halal.