Claim Missing Document
Check
Articles

Organizing Skills For Zakat Utilisation Dynamics In Faith-Based Organization Machdum, Sari Viciawati
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v10i1.11117

Abstract

This article discusses the implementation of the microfinance program in one of the zakat institutions in Indonesia, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) as Faith-Based Organization (FBO). Utilization of zakat through microfinance requires the community workers to be able to be adaptive to the dynamics of the existing system within himself, organization, community and the organization environment. The dynamic of the social system in the process of microfinance will provide its challenges, both for change agents and service recipients. Based on a qualitative approach, this study describes the organizing skills that Community workers needed to have in implementing microfinance program. The data were collected through in-depth interviews, participant observation, and literature study. This study illustrates organizing skills --that could help community workers to be more adaptive to organizational and environmental dynamics in the process of microfinance-- are organizational restructuring based on environmental needs and changes, flexible direction to develop a supportive organizational climate, and the development of organizing skills down to the grassroots.
ELEMEN-ELEMEN PENDUKUNG PROSES ASESMEN DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT UNTUK LINGKUNGAN KONDUSIF BAGI ANAK Agastya, Ni Luh Putu Maitra; Hati, Getar; Machdum, Sari Viciawati
Sosio Konsepsia Vol 8, No 1 (2018): Sosio Konsepsia (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/ska.v8i1.1458

Abstract

Tahap identifikasi kebutuhan dan permasalahan (assessment) adalah tahapan kedua dalam pemberdayaan masyarakat setelah melakukan “menjalin relasi” (engagement). Tahapan identifikasi kebutuhan dan permasalahan merupakan tahapan yang penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Tanpa hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang memadai, tujuan pengembangan masyarakat menjadi sulit tercapai.Tahapan identifikasi kebutuhan dan permasalahan dalam proses pemberdayaan masyarakat seyogyanya tidak menjadi salah satu langkah awal yang kaku dalam sebuah proyek kegiatan. Sebaliknya, tahapan tersebut merupakan salah satu langkah yang ada dalam siklus kegiatan program berkelanjutan dalam rangka upaya pembelajaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahannya.Artikel ini mendeskripsikan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia (Puska Kesos UI) di salah satu wilayah binaannya di Kelurahan Cinangka, Depok. Proses pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan sejak tahun 2014 sampai saat ini memperlihatkan bahwa keberlangsungan program pemberdayaan membutuhkan siklus pemberdayaan yang dinamis dan tidak linear. Upaya identifikasi terus dilaksanakan oleh Puska Kesos UI. Berdasarkan hasil tahap identifikasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di komunitas (anak, pemuda, orang tua dan tokoh masyarakat), artikel ini menemukan bahwa identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang komprehensif sangat penting untuk perencanaan dan implementasi kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Selain itu, rasa memiliki dari anggota anggota komunitas--walaupun masih berusia remaja, bahkan anak-anak, membantu pengembangan cakupan program dengan menggandeng pemangku kepentingan yang lebih luas di komunitasnya. Pada saat ini, komunitas di Kelurahan Cinangka, Depok, memiliki pusat belajar komunitas kini yang telah beroperasi penuh dengan berbagai kegiatan untuk anak-anak dan keluarga. Kata Kunci: pemberdayaan masyarakat, pelayanan sosial, pembangunan sosial, kesejahteraan anak, pemuda. 
DUKUNGAN SOSIAL BAGI PEREMPUAN PRA-SEJAHTERA MELALUI PROGRAM KEUANGAN MIKRO: STUDI KASUS PADA KOPERASI MITRA DHUAFA CABANG CIKALONGKULON Cahyawan, William; Machdum, Sari Viciawati
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Jurnal Psikologi Ulayat (Forthcoming)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.054 KB) | DOI: 10.24854/jpu02019-253

Abstract

Abstract – Microfinance is one of the popular strategies to eradicate poverty and achieve gender equality. In practice, microfinance must not only focus on economic aspects, but also on the social ones. For this reason, the researcher seeks to examine the forms of support carried out by microfinance in an attempt to achieve its mission. The main theory of this research is social support theory from Lord and Hutchison (1993), consists of practical, mentoring, and moral support. This research use qualitative method with the type of case study. Study was conducted on Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Cikalongkulon. Six participants participated in this research. Research explained that the practical support provided training to members and also provided in the form of diverse savings and loan services. Meanwhile, the mentoring support is analysis capability members to repayment and monitoring the use of them. Finally, the moral support is in the form of visiting activities for members with problems and not problems. Moral support is one of the important elements that distinguish Komida from others. Abstrak — Keuangan mikro adalah salah satu strategi populer dalam upaya pengentasan kemiskinan dan mencapai kesetaraan gender. Dalam praktiknya, keuangan mikro tidak boleh hanya berfokus pada aspek ekonomi, namun juga aspek sosial. Untuk itu, peneliti berupaya mengkaji bentuk-bentuk dukungan yang sebaiknya dilakukan oleh keuangan mikro dalam upaya mencapai misinya. Teori utama dalam penelitian ini adalah teori dukungan sosial dari Lord dan Hutchison (1993), meliputi dukungan praktikal, mentoring, dan moral. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus. Studi dilakukan pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Cikalongkulon. Partisipan dalam penelitian berjumlah enam orang. Hasil riset menunjukkan bahwa dukungan praktikal dalam bentuk pelatihan dan tersedianya layanan simpanan, serta pinjaman yang beragam. Sementara itu, dukungan mentoring berupa analisis kemampuan pengembalian pinjaman, serta monitoring terhadap kegunaan pinjaman. Terakhir, dukungan moral berupa kegiatan kunjungan kepada anggota bermasalah dan tidak bermasalah. Dukungan moral menjadi salah satu elemen penting yang membedakan dari Lembaga Keuangan Mikro yang lainnya. 
Restorasi Tingkat Mikro Dalam Sistem Sosial Budaya Indonesia Untuk Mencegah Kematian Ibu Sari Viciawati Machdum; Sofyan Cholid; Annisah .; Johanna Debora Imelda
Antropologi Indonesia Vol 37, No 2 (2016): Antropologi Indonesia
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kompleksitas budaya dan wilayah di Indonesia membuat pelaksanaan perlindungan sosial menjadi tidak mudah. Para ibu memiliki faktor internal yang membuat mereka belum dapat mengetahui dan/atau bersedia memanfaatkan program perlindungan sosial di bidang kesehatan secara optimal, sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015 yang tidak menurun. Penelitian ini menemukan bahwa ada permasalahan faktor internal yang menjadi kekhasan ibu yang usianya masih muda. Selain mereka terhambat oleh perihal administrasi karena belum cukup usia, ibu yang berumur remaja menjadi rentan karena aspek psikologis-nya yang belum matang. Di tengah kondisi sosial dan budaya yang tidak mendukung, kerentanan terhadap para ibu di usia muda menjadikan mereka berada pada posisi yang semakin lemah. Padahal pertumbuhan dan perkembangan para ibu yang sedang mengandung tidak hanya membutuhkan dukungan untuk kebutuhan fisiknya semata. Aspek psikologis juga penting. Bahkan kedua aspek tersebut dapat memberikan implikasi terhadap kesehatan fisik secara langsung. Dalam kaitannya dengan kerentanan ibu di usia remaja, tataran mikro dalam sistem sosial budaya yang kompleks di Indonesia pun menjadi perhatian yang menentukan.Kata Kunci: Jaminan Kesehatan, Kematian Ibu, Kehamilan Tidak Diinginkan, Perlindungan Sosial, Pemasaran Sosial.
PENDEKATAN INSTITUTIONALIST DALAM KEUANGAN MIKRO DAN PERANNYA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI Cahyawan, William; Machdum, Sari Viciawati
Sosio Informa Vol 5, No 1 (2019): Sosio Informa
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v5i1.1685

Abstract

Praktik keuangan mikro selama ini dipercaya sebagai salah satu strategi efektif untuk mengatasi kemiskinan. Saat ini, model dari praktik keuangan mikro tumbuh dalam bentuk yang sangat beragam. Salah satunya adalah dengan pendekatan institutionalist atau diistilahkan pula sebagai bentuk komersialisasi dalam keuangan mikro. Keuangan mikro diyakini perlu mencapai kecukupan secara finansial supaya dapat berjalan secara mandiri dan tidak bergantung pada kehadiran donor atau subsidi. Sayangnya, banyak bukti yang menunjukkan bagaimana pendekatan ini menghasilkan berbagai masalah, utamanya bagi masyarakat miskin sebagai anggota dan juga bagi lembaga. Banyak masyarakat miskin menjadi terbebani karena mempergunakan program keuangan mikro. Fokus yang terlalu besar pada profit dan pertumbuhan menyebabkan keuangan mikro abai terhadap misi originalnya untuk membantu masyarakat miskin keluar dari jebakan kemiskinan. Melalui kajian studi literatur, artikel ini mencoba menguraikan masalah yang terjadi pada pendekatan institutionalist dalam keuangan mikro. Berdasarkan permasalahan yang selama ini terjadi, ada tiga hal utama yang menjadi solusi. Pertama, penulis merekomendasikan praktik pendekatan institutionalist untuk tidak memberikan layanan kepada masyarakat paling miskin. Kedua, keuangan mikro perlu melakukan pembentukan kelompok sebagai upaya memperkuat kapital sosial antar anggota dan anggota dengan lembaga, serta sebagai bentuk mitigasi risiko. Ketiga, lembaga keuangan mikro sebaiknya menyediakan layanan tambahan, baik dalam bentuk layanan finansial dan non-finansial untuk melindungi dan meningkatkan kemampuan anggota.
A CROSSROADS IN MANAGING SOCIAL INTERVENTION AT TWO LEVEL OF PRACTICE: LESSON LEARNED FROM COMMUNITY ENGAGEMENT IMPLEMENTATION Annisah, Annisah; Agus, Anna Amalyah; Ramzy, Fardhan Zaka; Machdum, Sari Viciawati
Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial
Publisher : Babes Litbang Yankessos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6710.915 KB) | DOI: 10.31105/jpks.v19i1.1811

Abstract

The complexity of health problems in society cannot be viewed partially. The process of social intervention needs to get studied from a variety of perspectives and synergize with various parties. The development of comprehensive and integrated social interventions with the stakeholders has various challenges, especially in the social interventions that involve nutritional needs problems for low-income families. Through action research conducted in Sawangan Baru Village from 2017 until 2018, these challenges are real but can be solved easily. The 26 participants consisting of doctors, midwives, nutritionists, village officials, NGOs, community health worker (kader), beneficiaries, and academics, were very supportive and made the barriers in the social intervention are well managed. The research results showed that in an implementation of social interventions in the community level, social workers need to be flexible in applying the three levels of intervention and using various relevant theories as reference. The focus of research is on practice within the scope of the group (mezzo) level but used a variety of practices and theories in its implementation, that are often applied in the individual (micro) level. Moreover, this research also connected individual needs with resources on the broader community and environment (macro). The author argues that behavioral changing in the individual level is one of the keys to success in attempts to overcome complex health problems.
MEMBANGUN HUBUNGAN PADA PROSES FUNDRAISING DI LEMBAGA AMIL ZAKAT Rahmalia, Meita Rizki; Machdum, Sari Viciawati
Sosio Informa Vol 6, No 1 (2020): Sosio Informa
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v6i1.1970

Abstract

Berbeda dengan organisasi profit dan sektor publik, organisasi non-profit seperti Lembaga Amil Zakat sangat bergantung pada fundraising untuk mendukung program dan mensukseskan misinya. Lembaga ini melakukan antara lain pengumpulan uang ZIS yaitu zakat, infaq dan shodaqoh. Faktor penghambat dalam pelaksanaan program penghimpunan dana zakat antara lain kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan dana zakat, adanya kompetisi yang kurang baik dengan lembaga lain, masalah kemisikinan yang sangat parah dan cakupan wilayah yang sangat luas. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kepercayaan donatur merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam fundraising. Salah satunya adalah para muzakki cenderung ragu untuk mengamalkan hartanya antara lain karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang amal dan minimnya pengetahuan tentang organisasi manajemen zakat serta pengelolaan dana zakat itu sendiri, serta kurangnya akses dan informasi. Lebih jauh lagi, terdapat satu hal yang juga sangat krusial dalam fundraising, yaitu keterampilan staf dalam membangun serta menjaga hubungan dengan donatur, karena membangun hubungan adalah hal pertama yang harus dilakukan dalam proses fundraising. Dalam menjaga hubungan dengan donatur juga dapat dilakukan dengan memberikan apresiasi secara langsung. Untuk itu diperlukan keterampilan mikro dari para staf yang diwujudkan dalam komunikasi verbal maupun non-verbal. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan mikro memiliki peranan besar dalam sebuah proses penghimpunan dana dalam sebuah oganisasi non-profit.
Dukungan sosial bagi perempuan pra-sejahtera melalui program keuangan mikro: Studi kasus pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Cikalongkulon Cahyawan, William; Machdum, Sari Viciawati
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 6 No 2 (2019)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu94

Abstract

Keuangan mikro adalah salah satu strategi populer dalam upaya pengentasan kemiskinan dan mencapai kesetaraan gender. Dalam praktiknya, keuangan mikro tidak boleh hanya berfokus pada aspek ekonomi, namun juga aspek sosial. Untuk itu, peneliti berupaya mengkaji bentuk-bentuk dukungan yang sebaiknya dilakukan oleh keuangan mikro dalam upaya mencapai misinya. Teori utama dalam penelitian ini adalah teori dukungan sosial dari Lord dan Hutchison (1993), meliputi dukungan praktikal, mentoring, dan moral. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus. Studi dilakukan pada Koperasi Mitra Dhuafa Cabang Cikalongkulon. Partisipan dalam penelitian berjumlah enam orang. Hasil riset menunjukkan bahwa dukungan praktikal dalam bentuk pelatihan dan tersedianya layanan simpanan, serta pinjaman yang beragam. Sementara itu, dukungan mentoring berupa analisis kemampuan pengembalian pinjaman, serta monitoring terhadap kegunaan pinjaman. Terakhir, dukungan moral berupa kegiatan kunjungan kepada anggota bermasalah dan tidak bermasalah. Dukungan moral menjadi salah satu elemen penting yang membedakan dari Lembaga Keuangan Mikro yang lainnya.
POTENSI PENDUKUNG PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR: STUDI KASUS DI KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON Meiynana; Sari Viciawati Machdum
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2020)
Publisher : usat Standar dan Kebijakan Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpkp.v13i2.381

Abstract

The study aims to determine the potential support for the implementation of PIP policies in an effort to improve access to education for school-age children who come from underprivileged families. This research is a case study in Babakan subdistrict which based on preliminary observations shows an indication of successful PIP implementation. This research uses a descriptive qualitative approach. The data is collected through document review by analyzing the PIP report data and in-depth interviews with relevant stakeholders. The results show that the successful implementation of PIP was supported by four interrelated aspects, including good communication and coordination between the stakeholders involved in tiered, adequate resources, and a good bureaucracy based on their roles and functions. It is hoped that the research results can inspire and motivate other regions to implement PIP.
KEPEKAAN TERHADAP HUBUNGAN EMOSI ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN GUNA MEMPERKUAT PERAN PEKERJA SOSIAL Faisal Grahadi Wibowo; Qonita Hasna'ul Aini; Antonius Eko Sunardi; Naiva Urfi Layyinah; Sari Viciawati Machdum
Sosio Informa Vol 3 No 2 (2017): Sosio Informa
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v3i2.718

Abstract

Desa Bojongkoneng merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang rentan terhadap bencana longsor. Penelitian sebelumnya menyebutkan adanya kearifan lokal yang pernah dipergunakan oleh warga setempat sehingga mereka lebih waspada terhadap kerentanan di wilayah tempat tinggalnya. Namun oleh karena perubahan sosial yang terjadi, kearifan lokal di Bojongkoneng telah mulai dilupakan. Dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, seperti membangun rumah tinggal dan mencari nafkah, warga masyarakat yang tinggal di Bojongkoneng mulai melupakan hubungannya dengan lingkungan. Hal ini membuat kerentanan risiko bencana longsor bagi warga Desa Bojongkoneng meningkat. Intervensi sosial sangat diperlukan untuk mencegah warga masyarakat dari resiko bencana longsor. Dalam intervensi sosial tersebut, peran pekerja sosial sangat penting. Pengetahuan pekerja sosial dalam melaksanakan praktiknya tidak hanya terkait dengan pengetahuan mengenai metode praktik pekerjaan sosial dan teori yang mendasari praktik, beserta nilai-nilai profesional dalam melakukan intervensi sosial. Pekerja sosial harus memperkaya diri dengan pengetahuan yang khas terkait dengan kliennya. Dalam kaitannya dengan Desa Bojongkoneng, konsep ‘sense of place’ menjadi salah satu konsep penting untuk memahami lunturnya kearifan lokal di Bojongkoneng. Artikel ini membahas urgensi pemahaman ‘sense of place’ dalam menjalankan peran pekerja sosial dalam merancangintervensi sosial untuk kawasan rawan bencana seperti di Desa Bojongkoneng. Melalui analisis ‘sense of place’, pekerja sosial dapat terbantu untuk memahami bagaimana warga Desa Bojongkoneng merasakan wilayah tempat tinggal, bagaimana warga mempersepsikan diri mereka dan memiliki keterikatan pada tempat tinggal mereka dengan resiko tanah longsor. Kata kunci: Sense of place, kearifan lokal, mitigasi bencana, peran pekerja sosial