Articles
Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai penyakit hipertensi pada komunitas wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya
Irawaty, Enny;
Novendy;
Shantika;
Tabitha, Ribka;
Saputra, William Wijaya Herlin
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v5i2.26711
Dinas Kesehatan Provinsi Banten mencatat bahwa Kabupaten Tangerang pada tahun 2019 menjadi salah satu tempat dengan jumlah kasus hipertensi tertinggi yaitu sebanyak 622.060 kasus. Puskesmas Sindang Jaya yang merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang juga mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam satu tahun terakhir. Peningkatan terjadi sebesar 61% kasus dari awal tahun 2021 hingga Desember 2021. Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang terhadap hipertensi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah risiko hipertensi. Pengetahuan, sikap, dan perilaku pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya masih belum diketahui dengan pasti, sehingga diperlukan kajian mengenai hal ini, yang nantinya dapat membantu Puskesmas dalam melakukan upaya pencegahan timbulnya penyakit hipertensi. Desain yang digunakan dalam studi ini ialah studi potong lintang dengan teknik sampling purposive non-random sampling. Sebanyak 137 responden berpartisipasi dalam studi ini. Hampir 60% responden tidak mengetahui faktor risiko dari penyakit hipertensi dan 67,9% responden tidak mengetahui cara mencegah penyakit hipertensi. Sebanyak 42,3% responden yakin tidak akan terkena hipertensi dan hanya 5,1% responden menganggap hipertensi ialah penyakit yang serius. Lebih dari setengah responden akan melakukan pemeriksaan rutin, olahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat untuk mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Hasil studi menunjukkan bahwa pengetahun dan sikap responden masih kurang terhadap penyakit hipertensi, namun dari segi perilaku, responden sudah melakukan upaya dalam mencegah timbulnya penyakit hipertensi.
UPAYA PENINGKATAN KEWASPADAAN PENYAKIT DIABETES MELITUS MELALUI EDUKASI DAN SKRINING GULA DARAH SEWAKTU
Novendy;
Renaldy;
Najiyah, Khilda Safinatin;
Fadhilah, Windy Hazmi;
Tan, Wendy
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 7 No. 3 (2024): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jbmi.v7i3.32515
Data from the International Diabetes Federation (IDF) in 2021 revealed that around 537 million people aged 20-79 years are living with diabetes mellitus. This number is projected to increase to 783 million sufferers by 2045. Indonesia is ranked fifth in the world for the most diabetes cases. At Puskesmas Cikupa, the prevalence of diabetes mellitus has increased from 0.31% in January-July 2023 to 0.59% in January-July 2024. Screening results indicate an increase in random blood sugar levels ≥ 200 mg/dL, rising from 18.7% to 39.3% in the 3rd and 4th weeks of July 2024. A survey conducted in early August 2024 found that nearly half of the visitors to Puskesmas had lack of knowledge about diabetes mellitus. The Sukamulya Subdistrict, part of puskesmas working area, is facing a significant diabetes mellitus problem that requires immediate attention. To address this issue, the team conducted a health service activity, which included random blood sugar screening and health education. The pretest and posttest scores were analyzed using the paired t test. It was found that 10% participants had random blood sugar levels ≥ 200 mg/dL. The analysis results indicated a significant difference between the pre-test and post-test scores from the educational activities (p value = 0.0001), with a 28% increase in knowledge. The health service activities successfully increased the knowledge of residents in Sukamulya Subdistrict regarding diabetes mellitus. Furthermore, the blood sugar screening results have helped the puskesmas in carrying out early detection to prevent the increase in diabetes mellitus ABSTRAK Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, sekitar 537 juta orang usia 20-79 tahun hidup dengan penyakit diabetes melitus. Penyakit ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga mencapai 783 juta penderita pada tahun 2045. Indonesia berada pada posisi kelima dengan kasus terbanyak di dunia. Prevalensi diabetes melitus di Puskesmas Cikupa mengalami peningkatan dari 0,31% pada Januari-Juli 2023 menjadi 0,59% pada Januari-Juli tahun 2024. Hasil skrining juga menunjukkan adanya peningkatan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL dari 18,7% menjadi 39,3% pada minggu ke-3 dan ke-4 Juli 2024. Sebuah survei pada awal Agustus 2024 mendapatkan bahwa hampir setengah pengunjung puskesmas memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit diabetes melitus. Kelurahan Sukamulya merupakan salah satu bagian dari wilayah kerja puskesmas memiliki masalah diabetes melitus yang perlu segera ditangani. Maka tim melakukan suatu kegiatan bakti kesehatan untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah skrining gula darah sewaktu dan kegiatan edukasi berupa penyuluhan. Nilai pretes dan postes dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan. Hasil skrining didapatkan 10% peserta memiliki gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL. Sedangkan hasil analisis menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil nilai pretest dan post test dari kegiatan edukasi yang telah diberikan (p value = 0,0001) dan terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 28%. Kegiatan bakti kesehatan telah berhasil meningkatkan pengetahuan warga di Kelurahan Sukamulya mengenai penyakit diabetes melitus. Selain itu hasil skrining gula darah sewaktu telah mampu membantu puskesmas dalam melakukan deteksi dini untuk mencegah meningkatnya penyakit diabetes melitus
Pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan berat badan ibu hamil dengan kurang energi kronis
Tirtasari, Silviana;
Novendy;
Hafidz, Rosya Aulia Fadhilah;
Mulyono, Halim Angga;
Murtawi, Siti Fatimah Ruchjayani
Tarumanagara Medical Journal Vol. 7 No. 1 (2025): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/tmj.v7i1.34125
Prevalensi Kurang Energi Kronis (KEK) pada perempuan usia 15-49 tahun di Indonesia, baik hamil maupun tidak, tercatat masih tinggi. Kkejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Kronjo mencapai 2,8% pada tahun 2021 dan terus meningkat. Walaupun program pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil dengan KEK di wilayah Kronjo mencapai 100% sesuai data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2021, kasus KEK tetap ditemukan. Pemantauan berat badan rutin dilakukan, tetapi belum ada kajian terkait efektivitas PMT dalam meningkatkan berat badan ibu hamil dengan KEK. Studi ini menganalisis efektivitas pemberian makanan tambahan dalam meningkatkan berat badan ibu hamil dengan KEK, khususnya di wilayah Puskesmas Kronjo, sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam penurunan angka KEK. Studi ini menggunakan desain kohort dengan pengumpulan data berat badan sebelum dan setelah 1 bulan pemberian PMT. Data dianalisis menggunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perubahan signifikan pada berat badan terhadap 73 responden. Rerata berat badan awal sebesar 43,64±4,812 kg, yang meningkat menjadi 44,04±4,848 kg setelah 1 bulan pemberian PMT. Uji t berpasangan menunjukkan perbedaan signifikan pada berat badan sebelum dan setelah pemberian PMT (p = 0,0001), dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,401 kg. Program PMT efektif dalam meningkatkan berat badan ibu hamil dengan KEK sehingga sisarankan agar program ini dilanjutkan dan dipantau pelaksanaanya untuk mengurangi prevalensi KEK, terutama pada ibu hamil.
Edukasi Etika Batuk sebagai Kegiatan Pengabdian Masyarakat di TK Stella Maris: Membangun Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sejak Dini
Lontoh, susy olivia;
Novendy;
Irawaty, Enny
Solusi Bersama : Jurnal Pengabdian dan Kesejahteraan Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2025): Solusi Bersama : Jurnal Pengabdian dan Kesejahteraan Masyarakat
Publisher : Lembaga Pengembangan Kinerja Dosen
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.62951/solusibersama.v2i3.1908
The application of proper cough etiquette is an essential part of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) and serves as a preventive measure in reducing the transmission of respiratory infectious diseases from an early age. Health education for young children is crucial, as this stage represents the formative period where foundational habits are developed, potentially influencing long-term individual and environmental health. This community service activity was conducted on May 9, 2025, at Stella Maris Kindergarten in Tangerang City, involving 29 Nursery group children. The main objective of the program was to enhance the knowledge and skills of early childhood students in practicing correct cough etiquette and to instill healthy behaviors that they can apply in their daily lives at home and school. The implementation of the activity followed the POAC approach (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) in a structured manner. Activities included storytelling (using engaging illustrations), screening of age-appropriate educational videos, practical simulations of cough etiquette, and fun, interactive games. These methods were designed to encourage active participation and ensure that children could understand and retain the health messages through enjoyable learning experiences. The results showed a notable improvement in the children's understanding and active involvement in practicing healthy coughing techniques, such as covering their mouths with a tissue or the inside of their elbows when coughing. Visual education combined with hands-on practice proved to be highly effective in conveying health messages to young children. The teachers responded positively to the program, emphasizing that the approach used was appropriate and should be widely implemented in other early childhood education institutions. They recognized it as a valuable promotive effort and a long-term health investment for children, laying the groundwork for healthier habits and environments in the future.
PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
Novendy;
Radiance, Shamyra;
Fransmanto, Fransiscus;
Khatimah, Gita Khusnul
Jurnal Serina Abdimas Vol 1 No 2 (2023): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jsa.v1i2.26106
According to research conducted in Indonesia, the frequency of anemia in young women ranges from 32.6% to 61.1%. The World Health Organization committed to halving the prevalence of anemia in women of childbearing age by 2025 during the 65th World Health Assembly, along with an action plan and global targets for maternal, infant, and child nutrition. In response to these recommendations, the government prioritized the distribution of iron supplements through school institutions to increase the prevention and control of anemia in adolescent girls and women reproductive age. Puskesmas Gembong conducted a survey in December 2022, and showed that 53% of junior high school students had anemia. The distribution of iron supplements has been done to lower the prevalence of anemia in Puskesmas Gembong working region. The evaluation of elevated hemoglobin level has not been completely done. Therefore, The Faculty of Medicine Universitas Tarumanagara health care team decided to measure the hemoglobin levels of students who had taken iron supplements. On 43 female students, the hemoglobin levels were measured. The measurement findings revealed a 1.01 gr/dL increase in hemoglobin levels. Additionally, 11 (25.6%) female students had hemoglobin levels that were back to normal. Hemoglobin levels have been able to rise when iron supplements were given to female students who had anemia. Therefore, it is recommended that these procedures continue, from screening through the distribution of iron supplements to individuals who require them. So that less young women in Indonesia would get anemia and will become healthier holistically. Prevalensi anemia pada remaja putri berdasarkan data dari berbagai penelitian di berbagai lokasi di Indonesia berkisar antara 32.4-61%. Badan Kesehatan Dunia dalam World Health Assembly ke-65 telah sepakat dan berkomitmen untuk dapat menurunkan setengah prevalensi kejadian anemia terutama pada wanita usia subur pada tahun 2025. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut, Indonesia melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri dan wanita usia subur dengan pemberian tablet tambah darah melalui sekolah. Hasil survei Puskesmas Gembong bulan Desember 2022 mendapatkan sebanyak 53% siswi SMP-SMA mengalami anemia dari ringan hingga berat. Pemberian tablet tambah darah telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian anemia di wilayah kerja Puskesmas Gembong. Namun hasil penilaian peningkatan nilai hemoglobin belum sepenuhnya dilakukan. Maka dengan itu, tim bakti kesehatan Fakulatas Kedokteran Universitas Tarumanagara melakukan kegiatan bakti kesehatan berupa pengukurun kadar hemoglobin pada remaja putri yang telah mendapatkan tablet tambah darah. Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan pada 43 orang siswi. Hasil pengukuran didapatkan adanya peningkatan kadar hemoglobin sebesar 1.01 gr/dL. Selain itu didapatkan sebanyak 11 (25,6%) siswi yang kadar hemoglobinnya kembali ke nilai normal. Tablet tambah darah yang diberikan pada siswi dengan anemia telah mampu meningkatkan nilai kadar hemoglobin. Maka dianjurkan kegiatan seperti tetap terus dilakukan mulai dengan kegiatan skrining hingga pemberian tablet tambah darah bagi mereka yang membutuhkan. Sehingga kasus kejadian anemia terutama pada remaja putri di Indonesia akan semakin berkurang dan remaja putri di Indonesia akan tumbuh semakin sehat.
PEMANTAUAN JENTIK NYAMUK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA TALUK
Novendy;
Magfironi, Eny;
Rekawati, Agnes;
Rosdiana, Sabrina Destya
Jurnal Serina Abdimas Vol 1 No 2 (2023): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jsa.v1i2.26107
Puskesmas Kresek recorded 12 cases of dengue fever in 2021 and 19 cases in 2022, but in January 2023, there were 12 cases of dengue fever found. The free larvae index for 2021 and 2022 is only discovered in two out of nine villages in Kresek Sub-District (> 95%). Seeing this situation, the Universitas Tarumanagara Faculty of Medicine health team decided to cooperate with Puskesmas Kresek to conduct larva monitoring activities in an effort to prevent and eradicate dengue hemorrhagic fever. It is hoped that this activity will help in the reduction of dengue hemorrhagic fever cases in Pukesmas Kresek working area. This health service activity involves the monitoring of mosquito larvae. The results of the monitoring are then determined how much the free larvae index is. Total of 25 residences Taluk Village, Kresek District participated in this activity. There were 5 (20%) positive residences for mosquito larvae, resulting in an 80% free larvae index from this activity. The free larvae index obtained in this activity was still below the stated target. This could be attributed to a lack of public awareness about the significance of monitoring mosquito larvae, as well as the inefficient 1 house 1 jumantik campaign. As a result, additional efforts must be carried out in order to improve public awareness about the importance of eliminating mosquito nests and optimizing the 1 house 1 jumantik movement. As a result, it is hoped that the incidence of dengue fever incidents in the Puskesmas Kresek working area will decrease. Data dari Puskesmas Kresek tahun 2021 tercatat sebanyak 12 kasus demam berdarah dan tahun 2022 tercatatnya sebanyak 19 kasus demam berdarah, namun pada bulan Januari 2023 sendiri saja sudah sebanyak 12 kasus demam berdarah ditemukan. Angka Bebas Jentik tahun 2021 maupun 2022 hanya didapatkan dua dari sembilan desa di Kecamatan Kresek yang angka bebas jentiknya > 95%. Melihat kondisi ini, maka tim bakti kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara berinisiatif melakukan kerja sama dengan Puskesmas Kresek untuk melakukan kegiatan pemantauan jentik sebagai salah satu upaya dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Diharapkan dengan kegiatan ini dapat membantu puskesmas dalam menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah dengue. Metode yang dilakukan pada kegiatan bakti kesehatan ini adalah melakukan pemantauan jentik nyamuk. Hasil pemantauan tersebut kemudian dihitung berapa besar angka bebas jentiknya. Total sebanyak 25 rumah di Desa Taluk, Kecamatan Kresek yang dilakukan pemantauan jentik nyamuk. Terdapat 5 (20%) rumah positif terdapat jentik nyamuk, sehingga didapatkan angka bebas jentik dari kegiatan ini adalah 80%. Angka bebas jentik yang didapatkan pada kegiatan ini masih dibawah target yang ditetapkan. Hal ini mungkin dikarenakan masih kurang pengetahuan masyarakat mengenai penting pemantauan jentik nyamuk, serta belum optimalnya Gerakan 1 rumah 1 jumantik. Maka dengan itu perlu dilakukan kegiatan selanjutnya untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk serta mengoptimalkan Gerakan 1 rumah 1 jumantik tersebut. Sehingga diharapkan jumlah kejadian penyakit demam berdarah di wilayah kerja Puskesmas Kresek dapat turun.
PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK PADATENAGA PENDIDIK MELALUI EDUKASI
Novendy;
Hartanto;
Naibaho, Elsa Mathica;
Anggraini, Jerica
Jurnal Serina Abdimas Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jsa.v2i1.29188
More than one-third of adults have metabolic syndrome risk factors. The prevalence of metabolic syndrome rises with age, and it is associated with a significant risk of morbidity and mortality due cardiovascular disease. People frequently are unaware of the symptoms of metabolic syndrome and are unconcerned about leading a healthy lifestyle, eating an unbalanced diet, and being physically active in daily life. For the purpose of preventing metabolic syndrome, preventive interventions connected to metabolic syndrome should be proposed. Educators are rarely informed about metabolic syndrome. They are rarely educated on how to manage risk factors for metabolic syndrome. As a result, health education are carried out to promote understanding of metabolic syndrome prevention through adjustments in risk factors and lifestyle. The method applied is metabolic syndrome education. Pretest and posttest findings indicate increased knowledge. This activity had a total of 22 participants. The average pretest score was 81.2, and the average posttest score was 87.7. There was an increase of 8% in pretest to posttest scores. Although there was no significant improvement in knowledge, this activity yielded fairly acceptable results. This could be because the participants in this activity are educators with prior understanding of metabolic syndrome. It is believed that the activities would raise awareness of metabolic syndrome and help to prevent the formation of heart disease in the future.
PREDIKSI PENYAKIT KARDIOVASKULER PADA TENAGA PENDIDIK DI SEKOLAH DASAR
Irawaty, Enny;
Novendy;
Iqram, Muhammad;
Amadea, Stephanie
Jurnal Serina Abdimas Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jsa.v2i1.29193
Cardiovascular disease is one of the leading causes of death in Indonesia. According to Global Burden of Disease and Institute for Health Metrics and Evaluation data from 2014 to 2019, cardiovascular disease is the leading cause of death in Indonesia. Basic Health Research data for 2018 also reveal an increase in cardiovascular disease, with an incidence of 1.5% higher than the previous year, with an incidence of 0.5% lower in 2013. Teaching is a wonderful vocation, but the welfare of teachers, especially their health, receives little attention from many parties. Teachers may be unable to perform routine health exams, including analyzing the risk of heart disease, due to a lack of funds. As a result, the Faculty Medicine Universitas Tarumanagara health service staff took the initiative to conduct cardiovascular disease screenings. The Framingham Risk Score is a tool for determining the risk of cardiovascular disease. The activity was attended by 21 members of teacher. The participants' average age was 40.24 years, with a range of 30 to 56 years. Females made up 66.7% of all participants. The cardiovascular disease risk assessment revealed that practically all participants (90.5%) were at low risk. This is a good result, but you must be careful not to get overly optimistic about it. Routine checkups are still recommended to ensure good outcomes and avoid potential health problems.
PENTINGNYA EDUKASI DAN SKRINING PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN LINGKAR PERUT DI ATISA DIPAMKARA KARAWACI
Lontoh, Susy Olivia;
Novendy;
Irawaty, Enny;
Dwi Putra, Muhammad Dzakwan;
Razaan, Muhammad Naufal
Jurnal Serina Abdimas Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jsa.v2i1.29198
Uncontrolled high blood pressure and obesity are global health challenges. Based on the initial survey, participants felt there was no need to carry out regular pressure checks and did not know the importance of measuring abdominal circumference. The Tarumanagara University Faculty of Medicine community service team carried out educational activities on the importance of measuring blood pressure and abdominal circumference for early detection and prevention of hypertension and obesity. The target of the blood pressure and abdominal circumference measurement activity was teaching staff Atisa Dipamkara who was suspected of having high blood pressure and whose family history included hypertension and obesity. The method of implementing the activity is checking blood pressure and waist circumference and direct education regarding the results of blood pressure and abdominal circumference. Screening activities for blood pressure, abdominal circumference and education on the importance of monitoring blood pressure and abdominal circumference measurements were carried out on Monday, September 25 2023, at 7.30-13.00 at Atisa Dipamkara. The service activity was attended by 24 participants consisting of 7 (29.2%) male participants and 17 (70.8%) female participants. The age range of participants is 23-56 years. The mean systolic blood pressure was 114.79 mmHg and the maximum systolic blood pressure was 150 mmHg. The mean diastolic blood pressure was 79.92 mmHg and the maximum diastolic blood pressure was 90 mmHg. Based on the results of the examination, the participants' systolic and diastolic blood pressure were categorized as hypertension. The average abdominal circumference measurement result was 88.33 cm and the maximum abdominal circumference was 113 cm, so based on the results above it was found that the participant's abdominal circumference was categorized as obese.
EDUKASI PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI CACING PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR
Tirtasari, Silviana;
Novendy;
Nugroho, Dodo;
Tjunaity, Stefany
Jurnal Serina Abdimas Vol 2 No 3 (2024): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24912/jsa.v2i3.31974
Worm infections can cause symptoms but are more often asymptomatic in infected individuals. Worm infections are a significant health issue that needs serious attention, especially in tropical areas, because they are not well detected. Primary school children are the largest population affected by worm infections, particularly soil-transmitted helminths (STH). Children aged 6-12 years are in the age group that is most vulnerable and frequently infected by worms. Based on field surveys, partners recommend materials on the prevention of worm infections because this issue has never been addressed at the school in question. Therefore, it is crucial to conduct health service activities related to this issue, with the hope that children will not be infected with worms in the future. The method used in this community service activity is education through direct health education session. The success of the activity is measured by the increase in knowledge by comparing the pre-test and post-test results. This activity was attended by fourth and fifth-grade students. A total of 88 students completed both the pre-test and post-test comprehensively. The average pre-test score before the health education session activity was 48.86 points. The post-test results after the health education session activity showed an average score of 88.26 points, indicating an 80.64% increase in knowledge. From this activity, it can be concluded that there was a significant improvement in the knowledge of fourth and fifth-grade students regarding worm infections. With these results, it is hoped that primary school students will become more aware of worm infections, preventing the occurrence of worm infections in the future. ABSTRAK Penyakit cacing dapat menimbulkan gejala namun lebih sering tanpa gejala pada seseorang yang terinfeksi. Masalah penyakit cacing menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius terutama untuk daerah tropis karena tidak terdeteksi dengan baik. Anak usia sekolah dasar menjadi populasi terbesar dalam infeksi penyakit cacing terutama soil transmitted helminths (STH). Usia 6-12 tahun termasuk pada usia yang rentan dan tersering terinfeksi cacing. Berdasarkan survei lapangan mitra merekomendaikan materi mengenai pencegahan infeksi cacing karena masalah ini belum pernah dilaksanakan di sekolah tersebut. Maka sangat perlu dilakukan kegiatan bakti kesehatan terkait masalah ini, sehingga diharapkan anak-anak tidak terinfeksi dengan penyakit cacing dikemudian hari. Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah edukasi dengan melakukan penyuluhan secara langsung. Keberhasilan kegiatan dinilai dengan ada tidaknya peningkatan pengetahuan dengan membandingkan hasil pretes dengan postes. Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi kelas 4 dan 5. Total sebanyak 88 oarang siswa-siswa yang mengisi pretes dan postes secara lengkap. Rerata nilai pretes dari sebelum kegiatan penyuluhan adalah 48,86 poin. Hasil postes setelah dilakukan penyuluhan adalah 88,26 poin, sehingga terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 80,64%. Melalui kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang sangat baik pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 mengenai penyakit infeksi cacing, Dengan hasil tersebut diharapkan siswa-siswi sekolah dasar dapat semakin mengenali mengenai penyakit infeksi cacing sehingga jangan sampai timbul penyakit cacing dikemudian hari.