Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KAYU MANIS DALAM PENURUNAN KADAR GULA DARAH SETELAH 2 JAM PEMBERIAN Novendy, Novendy; Budi, Erwin; Kurniadi, Benita Arini; Chananta, Truelly Juniette; Lontoh, Susi Olivia; Tirtasari, Silviana
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v4i2.9029

Abstract

Diabetes Mellitus patients are predicted to reach 592 million in 2035 (Indonesia to grow from 9.1 million in 2014 to 14.1 million in 2035). Traditional plants and spices are easily found within society, some of which are used to control blood sugar level, eg. cinnamon. Cinnamon was known for its effectiveness in controlling blood sugar level, both on healthy and people with Diabetes Mellitus. So that blood sugar level reduction effect using cinnamon is worth to consider as a medication for Diabetes Mellitus. The goal of this research is to learn if there will be a reduction in blood sugar level with cinnamon consumption in a short period. Design that is used in this research is quasi experimental study. Respondents are given a brew of 6 gr cinnamon powder and 100 ml of hot water. Blood sugar levels are measured before and after the given cinnamon brew. 52 respondents participated in this research. Statistical analysis used is the Wilcoxon test. Blood sugar level median before given cinnamon brew is 142,71±66,11 mg/dL, while 2 hours after given cinnamon brew, blood sugar level reduced to 113,97±54,95 mg/dL. There is a reduction in blood sugar level by 28,74 mg/dL (20,14%). Wilcoxon test result indicated that there is a significant correlation with p-value = 0,0001. It is concluded that consuming 6 gram of cinnamon powder could reduce blood sugar level after 2 hours of consumption. Keywords: blood sugar; cinnamon; diabetes melitusABSTRAKDiperkirakan penderita diabetes melitus akan meningkat mencapai 592 juta orang pada tahun 2035. Indonesia diperkirakan dari 9,1 juta pada tahun 2014 akan menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Tanaman tradisional dan rempah-rempah mudah dijumpai di dalam masyarakat dan dapat dijadikan obat, beberapa diantaranya digunakan untuk mengontrol kadar gula darah, salah satunya adalah kayu manis. Kayu manis diketahui memiliki efektivitas dalam mengontrol gula darah, baik pada orang sehat maupun pada orang dengan diabetes melitus. Sehingga efek penurunan kadar gula darah dengan kayu manis patut dipertimbangkan sebagai pengobatan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah terjadi penurunan kadar gula darah sewaktu dengan Pemberian kayu manis dalam waktu yang cukup singkat. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kuasi eksperimental. Responden diberikan seduhan serbuk kayu manis sebanyak 6 gram dalam air panas sebanyak 100 ml. Kadar gula darah sewaktu diukur sebelum dan setelah Pemberian seduhan kayu manis. Sebanyak 52 responden berpartispasi dalam penelitian ini. Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Rerata nilai gula darah sewaktu sebelum diberikan kayu manis adalah 142,71±66,11 mg/dL. Sedangkan rerata nilai gula darah sewaktu setelah 2 jam adalah sebesar 113,97±54,95 mg/dL. Terdapat penurunan nilai kadar gula darah sewaktu sebanyak 28,74 mg/dL (20,14%).  Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan p-value = 0,0001. Dapat disimpulkan bahwa pemberian kayu manis dengan dosis 6 gram dapat menurunkan nilai kadar gula darah sewaktu setelah 2 jam pemberian.
Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada mahasiswa kedokteran Nugroho, Dodo; Tirtasari, Silviana
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i2.24509

Abstract

Perilaku  hidup  bersih  dan  sehat  (PHBS) dapat diterapkan dalam  kehidupan  sehari-hari  baik  dirumah,  kampus maupun  fasilitas  umum.  Perilaku  hidup  bersih  dan  sehat  dapat  dilakukan  dalam  setiap  sisi kehidupan  kapan  saja  dan  dimana  saja. Cuci  tangan (handwashing)  merupakan  bagian  dari  salah  satu  perilaku  hidup  bersih  dan  sehat  (PHBS)  yang  berguna  untuk  sanitasi tangan  dengan  membersihkan  tangan  dan  jari  jemari  menggunakan  air  untuk  menjadi  bersih  dan  memutus  rantai  kuman.  Studi ini ialah studi deskriptif dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada mahasiswa Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini ditujukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mencuci tangan pakai sabun.  Partisipan  studi  berjumlah  103  partisipan.  Data  gambaran  pengetahuan,  sikap,  dan  perilaku  yang  diperoleh  melalui  kuisioner. Hasil studi didapatkan tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan pakai sabun sebanyak 60 (52,2%) partisipan, sikap positif terhadap tentang cuci tangan pakai sabun 112 partisipan (97,4%), dan berperilaku baik terhadap tentang cuci tangan pakai sabun hanya 20 partisipan (17,4%). Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik dan sikap yang positif belum tentu mencerminkan perilaku yang baik dalam mencuci tangan pakai sabun pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.
Studi deskriptif tingkat stres dan kecemasan mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara Tjahjono, Clarence Miracle; Tirtasari, Silviana
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i2.26599

Abstract

Mahasiswa kedokteran dihadapkan dengan beberapa bentuk kegiatan pembelajaran seperti keterampilan klinis dasar, praktikum, ujian komprehensif, yang kemungkinan memicu terjadinya stres dan kecemasan. Tujuan studi ini untuk mengetahui karakteristik, gambaran tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini menggunakan deskriptif cross sectional. Sampel penelitiannya ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan total 107 mahasiswa sebagai responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode kuota sampling (teknik non random sampling). Untuk tingkat stres menggunakan skala Perceived Stress Questionnaire (PSQ) dan untuk tingkat kecemasan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Hasil penelitian didapatkan kesimpulan karakteristik responden rata-rata berusia 20 tahun, 68 responden (63.6%) berjenis kelamin perempuan dan 39 responden (36.4%) laki-laki. Mahasiswa yang memiliki tingkat stres berat sebanyak 57 responden (53.3%) dan yang memiliki tingkat stres ringan 50 responden (46.7%). Tingkat kecemasan sangat berat dialami oleh 6 responden (5.6%), kecemasan berat 12 responden (11.2%), kecemasan sedang 12 (11,2%), dan kecemasan ringan 77 responden (72%). Gambaran tingkat stres tidak selalu sejalan dengan gambaran tingkat kecemasan. Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat lebih memahami penyebab stres dan kecemasan, serta berusaha dapat merespon normal tekanan lingkungan akademik.
Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu di Puskesmas Jurumudi Baru terkait 1000 hari pertama kehidupan Tjunaity, Stefany; Tirtasari, Silviana
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i1.30367

Abstract

Seribu hari pertama kehidupan seseorang anak diawali pada saat embrio terbentuk di dalam rahim serta berakhir waktu anak menggapai umur 2 tahun. Kesalahan pada 1000 hari pertama kehidupan seseorang anak bisa membatasi pertumbuhan serta perkembangannya secara maksimal, sehingga masa ini krusial untuk tumbuh kembang seorang anak. Para ibu butuh mempunyai pengetahuan, sikap, serta perilaku yang baik sepanjang seribu hari pertama kehidupan demi menjaga mutu kehamilan serta keturunannya. Studi ini merupakan studi deskriptif menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data menggunakan total sampling pada 111 ibu yang memiliki balita di Puskesmas Jurumudi Baru. Tujuan studi ini untuk mengenali pengetahuan, sikap, serta perilaku ibu terkait 1000 hari pertama kehidupan. Informasi mengenai perilaku, sikap dan pengetahuan dikumpulkan melalui kuesioner langsung. Data yang didapatkan pada tingkat pengetahuan ibu mengenai 1000 hari pertama kehidupan, 27 (24,3%) partisipan berpengetahuan baik, sikap ibu mengenai 1000 hari pertama kehidupan sebanyak 69 (62,2%) partisipan bersikap baik dan perilaku ibu mengenai 1000 hari pertama kehidupan sebanyak 80 (72,1%) partisipan berperilaku baik. Hasil studi ini menunjukkan walaupun rata-rata pengetahuan ibu cukup, tetapi dapat memberikan sikap serta perilaku baik terhadap anak.
Studi deskriptif pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan masker pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara Lou, Michell Veronica; Tirtasari, Silviana
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i1.31115

Abstract

Semenjak kejadian global emergency akibat pandemi Covid-19, pemakaian masker menjadi kebiasaan adaptasi baru bagi masyarakat yang ditujukan untuk melindungi diri dari kontaminasi virus dan mengurangi penyebaran infeksi. Perilaku ini masih diterapkan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku pemakaian masker pada mahasiswa kedokteran. Studi deskriptif dilakukan selama bulan Desember 2023 hingga Maret 2024. Studi dirancang menggunakan pendekatan potong lintang. Responden studi berjumlah 154 orang menggunakan teknik quota sampling. Sebesar 96,1% responden memiliki pengetahuan baik, 94,2% memiliki sikap yang positif dan 92,2% memiliki perilaku patuh dalam menggunakan masker untuk mencegah penyebaran virus. Mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara memahami dengan baik penggunaan masker sebagai salah satu protokol kesehatan.   
Upaya Penurunan Jumlah Kasus Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Teluknaga Dengan Diagnosis Komunitas Nadia, Sabina Ayu; Oktavia , Anissya Rima; Mulyadi, Ezra Michael; Dewanti, Puspa; Tirtasari, Silviana
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i2.25830

Abstract

Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang, dimana dapat mempengaruhi jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan. Berdasarkan WHO, anemia pada kehamilan ditegakkan apabila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dL. Pada tahun 2019, World Health Organization (WHO) menyatakan sebesar 37% (32 juta) wanita hamil berusia 15–49 tahun menderita anemia. Berdasarkan data Puskesmas Teluknaga, dalam wilayah kerja Puskesmas Teluknaga pada Januari - November 2022 sampai Januari - November 2023 menunjukkan peningkatan sebesar 107,8% kasus dengan nilai Hb <11 mg/dL. Melihat masih tingginya kasus Anemia Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Teluknaga, maka perlu dilakukan diagnosis komunitas. Diturunkan angka kejadian anemia ibu hamil dengan cara meningkatkan pengetahuan di Wilayah kerja Puskesmas Teluknaga. kegiatan dilakukan dengan pendekatan diagnosis komunitas. Dilakukan analisis situasi untuk menentukan masalah identifikasi masalah menggunakan Paradigma Blum. Prioritas masalah dengan metode non-scoring technique Delphi. Diagram Fishbone untuk menentukan akar penyebab masalah. Rencana intervensi technique dengan log frame goals. Intervensi dilakukan melalui penyegaran materi anemia ibu hamil ke kader, penyuluhan mengenai anemia ibu hamil kepada ibu hamil. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakit Anemia Ibu Hamil >80% pada kader serta ibu hamil Desa Teluknag. Kesimpulan: setelah dilakukan pendekatan diagnosis komunitas, didapatkan Desa Teluknaga sebagai desa dengan jumlah kasus Anemia Ibu Hamil terbanyak, telah diketahui penyebab serta dilakukan intervensi. Setelah penyuluhan, didapatkan peningkatan pengetahuan ibu hamil Desa Teluknaga mengenai Anemia Ibu Hamil.
Laporan Kegiatan Diagnosis Komunitas Dalam Upaya Menurunkan Jumlah Kasus Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Teluknaga Putri, Adinda Zhafira Dyanti; Sirait, Anggi Cahaya Millenia S; Sadewa, Mahardika Maghfirani; Latiza, Shania; Tirtasari, Silviana
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i2.26207

Abstract

Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan menurut usia yang rendah akibat kekurangan nutrisi kronik. Di Indonesia, prevalensi stunting pada tahun 2022 mencapai 21,6%, jauh dari target 14% pada tahun 2024, menjadikan penanganan stunting prioritas utama. Pada Agustus 2023, Puskesmas Teluknaga mencatat 119 kasus stunting, dengan kasus tertinggi di Desa Kampung Melayu Barat. Mini survei menunjukkan pengetahuan mengenai stunting masih kurang. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai stunting di wilayah kerja Puskesmas Teluknaga. Pendekatan diagnosis komunitas menggunakan Paradigma Blum dilakukan. Prioritas masalah ditentukan dengan teknik non-skoring Delphi dan akar penyebab masalah diidentifikasi melalui fishbone diagram. Data intervensi diperoleh dari pre- dan post-test, serta pengukuran antropometri. Pemantauan dilakukan dengan siklus plan-do-check-action (PDCA). Analisis menggunakan fishbone diagram menunjukkan masalah utama berupa gaya hidup. Hasil penyuluhan menunjukkan 10 kader (100%) mendapatkan nilai post-test > 85 dan 24 masyarakat (89%) mendapatkan nilai post-test > 80, dengan peningkatan nilai > 10 poin dari nilai pre-test pada kedua kelompok. Intervensi menunjukkan 9 anak (90%) mengalami peningkatan berat dan tinggi badan. Berdasarkan intervensi yang dilakukan, terdapat peningkatan pengetahuan pada kader dan masyarakat mengenai stunting di wilayah kerja Puskesmas Teluknaga.
A Descriptive Study about Students’ Symptoms and Knowledge of Computer Vision Syndrome Irawaty, Enny; Rasyid, Meriana; Tirtasari, Silviana; Novendy, Novendy; Lontoh, Susy Olivia
Muhammadiyah Medical Journal Vol 2, No 2 (2021): Muhammadiyah Medical Journal (MMJ)
Publisher : Faculty of Medicine and Health Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.701 KB) | DOI: 10.24853/mmj.2.2.41-48

Abstract

Background: The COVID-19 pandemic has had many impacts on various aspects of life, one of which is education. The education system has changed from face-to-face to online learning methods. Online learning methods make students more likely to use digital media such as computers, laptops or mobile phones. The use of digital media that occurs continuously and without being balanced with sufficient knowledge can certainly have impacts on eye health. One form of eye health problems that often arise due to the use of digital media is computer vision syndrome (CVS). Purposes: Therefore, it is necessary to conduct a study to see the picture of students' knowledge about this disorder. Methods: The method used in this research is cross-sectional descriptive. Result: The mean age of the respondents was 19.91±1.648 years. A total of 82.7% of respondents complained of having more than 5 symptoms and as many as 98.5% had CVS. 90.6% of respondents complained about fatigue eyes, followed by 80.5% complained about eye strain symptoms and 80.5% complained about headaches, 42.9% of respondents have a lack of knowledge about CVS and only 15.4% of respondents have a good level of knowledge about CVS. Conclusion: It can be concluded that respondents’ lack of knowledge about CVS is the cause of the high prevalence of CVS in students, so they don’t know how to prevent this CVS. Therefore, it is necessary to take actions to increase students' knowledge about this disorder, so that it doesn’t cause negative impacts on eye health in the future.
Hubungan Penggunaan APD Dengan Infeksi Covid-19 Pada Bidan Di Sekertariat IBI Ranting Tigaraksa Zefiro Letius, Fairuz; Tirtasari, Silviana; Hendrawan, Siufui
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2399

Abstract

Coronavirus Disease (COVID-19) first reported in Wuhan, China On December 31, 2019. In January 2020, World Health Organization (WHO) declared COVID-19 as a global health emergency. Confirmed cases of COVID-19 in Indonesia until September 21, 2021, amounted to 4 million cases, with death rate of 140 thousand people. This study determine the correlation between the use of PPE with COVID-19 infection in midwives. Analytical research with a cross-sectional design. subjects of this study are midwives who actively treated patients and is an active members of Tigaraksa IBI branch who met inclusion and exclusion criteria totaling 153 respondents, data were collected on March 4, 2022. Average age of respondents was 29 years old. 69 respondents (45.1%) have an education level of D3 and 84 respondents (54.9%) have an education level of S1. The average work experience of each respondent is 6 years, the longest work experience is 32 years and the most recent is 1 year. majority of midwives implemented PPE. 129 out of all respondents (84.3%) implemented PPE and only 24 respondents (15.7%) did not. There were 99 respondents (64.7%) infected with COVID-19 and 54 respondents (35.3%) who were not infected. There were 13 respondents (54.2%) who did not use PPE and were not infected with COVID – 19 and 11 respondents (45.8%) who did not use PPE and were infected with COVID-19. 41 respondents (31.8%) use PPE and are not infected with COVID-19, and there were 88 respondents (68.2%) who use PPE and are infected with COVID-19. The relationship between the use of PPE with COVID-19 infection obtained a significant value of 0.061, there no relationship between the implementation of PPE and COVID-19 infection in midwives at the IBI Branch Tigaraksa secretariat
Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pentingnya APD Pada Tenaga Kesehatan Selama Pandemi Covid-19 Bayu Ifana, Shomadya; Tirtasari, Silviana; Hendrawan, Siufui
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2400

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2), which first appeared in Wuhan, China and was reported in December 2019. In early October 2021, it was reported According to the World Health Organization (WHO), there are approximately 233 million people in the world who have confirmed COVID-19, while the number of patients who died has been recorded at approximately 4 million people. This study was to describe the knowledge, attitudes, and behavior of the importance of PPE for health workers in hospitals. This research is a descriptive cross-sectional design. In this study, all health workers at Sunan Kudus Islamic Hospital who met the inclusion and exclusion criteria were 169 respondents. In the study, the average age of respondents was 35 years, 135 respondents (79.9%) were women and 34 respondents (20.1%) were men. The average length of work of respondents is 10 years, the longest working respondent is 30 years and the new one is 1 year. The majority who worked in the inpatient room were 109 respondents (64.5%), outpatient room 31 respondents (18%), intensive care room 8 respondents (4.7%), emergency room 21 respondents (12.4%). The picture of the majority of good knowledge on the importance of PPE 168 respondents (99.4%), less good one respondent (0.6%), good attitude towards the importance of PPE 167 respondents (98.8%), bad attitude 2 respondents (1,2 %), good behavior on the importance of PPE 167 respondents (98.8%), bad behavior 2 respondents (1.2%). Health workers have good knowledge, attitude and behavior overall about the importance of PPE