Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

The Analysis of Slope Stability using The Simplified Bishop Method and Geometry of Retaining Walls in Palaran District, Samarinda City, East Kalimantan Province Ilham, Akbar; Trides, Tommy; Hasan, Harjuni; Oktaviani, Revia; Pontus, Albertus Juvensius
Nusantara Civil Engineering Journal Vol 2 No 1 (2023): Nusantara Civil Engineering Journal
Publisher : Civil Engineering Dept, Balikpapan State Polytechnics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32487/nuce.v2i1.450

Abstract

Landslide is one of the natural disasters that often occurs on natural and artificial slopes. This landslide occurs due to an imbalance of forces acting on the slope or the actuator in the slope area is greater than the resisting force on the slope. Handling needs to be done to avoid landslides, one of which is making a retaining wall. Based on the data obtained from the results of the tests and calculations that have been carried out, the value of the slope safety factor at the research location is 0.397. This value is the value of the unsafe factor of safety (Avalanche). So it is necessary to design a retaining wall with dimensions in between, namely for H = 7 m, H1 = 0.7 m, H2 = 6.3 m, H3 = 1.6 m, H4 = 0.7 m, H5 = 4.9 m, H6 = 2.6 m, H7 = 0.5 m, H8 = 2.5 m, H9 = 3.8 m, and D = 2.5 m. And the results of calculating the stability of the retaining wall that has been designed are obtained for Stability Against Overturning, namely 4.37 > 1.5 (Safe), Stability Against Shifting, namely 2.21 > 2 (Safe), and Stability Against Soil Bearing Capacity, namely 4.14 > 3 (Safe).
Studi Penirisan Tambang Pada Pit Alam 4, Pt. Muara Alam Sejahtera Sub. PT. Bina Sarana Sukses, Kec. Lahat, Kab. Bandar Agung, Sumatera Selatan Wiradhana, Ni Made Ayu Dwi Kartika; Hasan, Harjuni; Pontus, Albertus Juvensius; Devy, Shalaho Dina; Trides, Tommy
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 12, No 1 (2024): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2024
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v12i1.14250

Abstract

AbstrakAir adalah Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan penambangan. Air yang menggenangi lokasi penambangan merupakan masalah yang penting untuk ditangani bagi perusahaan penambangan. Hal ini dikarenakan air yang masuk ke lokasi penambangan dapat mengganggu aktivitas penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi, Akibatnya terjadi penurunan produktivitas batubara yang dihasilkan. Permasalahan PT. Bina Sarana Sukses (PT.BSS) site PT. Muara Alam Sejahtera (PT.MAS) dalam kegiatan penirisan tambang yang mengakibatkan lamanya proses pemindahan air pada area sump yang meluap sehingga memperlambat kegiatan produksi, maka perlu adanya kajian ulang mengenai sistem penirisannya. Oleh karena itu, dilakukannya penelitian ini adalah mengkaji lebih lanjut dimensi sump, jumlah debit air, hingga jumlah pompa yang direkomendasikan. Pengumpulan data dilakukan untuk mengidentifikasi serta melakukan perbandingan antara data perencanaan dan data aktual di lapangan. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi permodelan dan Microsoft Excel.Luas daerah tangkapan hujan (catchment area) PT.BSS seluas 60,02 hektar, dengan sumber air yang masuk pada area penambangan berasal dari air hujan, dilakukan perhitungan curah hujan rencana dengan PUH 10 tahun maka didapatkan debit limpasan sebesar m3/jam dan volume limpasannya sebesar 26.710,26 m3/hari. Menggunakan pompa multiflo MF 583HP dengan head total sebesar 83,85 m, debit pemompaan aktual sebesar 450,38 m3/jam, bekerja pada efisiensi 71% dan putaran pompa 1550RPM.Kata Kunci: Penirisan Tambang, Catchment Area, Debit Limpasan, Head Total, RPM.
Identifikasi Tindakan Tidak Aman Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Tambang Pada Area Crushing Plant PT. X Riskianto, Achmad; Respati, Lucia Litha; Pontus, Albertus Juvensius; Winarno, Agus; Nugroho, Windhu
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 11, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2023
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v11i1.12870

Abstract

Keselamatan Pertambangan (KP) adalah suatu upaya atau tindakan yang bertujuan untuk melindungi para pekerja dan operasional pertambangan, tindakan ini meliputi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3P) dan Keselamatan Operasional Pertambangan (KOP). Bekerja di area pertambangan merupakan pekerjaan yang memiliki resiko kecelakaan cukup tinggi. Berbagai resiko kecelakaan kerja di pertambangan kerap mengintai dan bisa sampai menyebabkan nyawa melayang. Berdasarkan data kementrian Energi dan Sumber Daya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengangkat judul ini. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Sumber datanya primer dan sekunder. Sumber data berasal dari hardcopy atau data lain dan 21 responden area coal crushing plant dengan wawancara, dan dengan observasi dilapangan. Berdasarkan survei tentang Tindakan Tidak Aman (TTA), penanggulangan kecelakaan kerja dan penanggulangan Penyakit Akibat Kerja (PAK) di PT. X dapat di simpulkan bahwa hasilnya baik.
Studi Pemanfaatan Batubara Menggunakan Asam Fospat Tunggal Menjadi Karbon Aktif di Formasi Pulau Balang dan Formasi Balikpapan di Kota Samarinda Putri, Agita Kendari; Winarno, Agus; Pontus, Albertus Juvensius; Devy, Shalaho Dina; Nugroho, Windhu
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 11, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2023
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v11i1.12959

Abstract

Batubara merupakan salah satu komoditas bahan tambang yang jumlahnya melimpah di Indonesia, tetapi untuk pemanfaatan batubara sebagai karbon aktif relatif tinggi dalam dunia industri Indonesia. Batubara Bituminus sangat berpotensi jika dimanfaatkan sebagai karbon aktif karena mempunyai kandungan Fixed Carbon cukup tinggi, yaitu sekitar 54%-80%. Proses pembuatan karbon aktif dilakukan dengan cara karbonisasi menggunakan bahan aktifasi kimia (H3PO4) dan akuades. Perbandingan yang digunakan adalah 50 g batubara, dengan konsentrasi molaritas yang berbeda yaitu 1M; 1,5M dan 2M dengan masing-masing 100 ml larutan asam fospat.Karbon aktif yang dihasilkan dari proses karbonisasi akan diuji kandungan air, kadar abu, kadar zat terbang, dan karbon aktif murni pada sampel setiap formasi.Hasil analisis uji karbon aktif pada batubara diperoleh yaitu pada uji kadar air sampel FPB1 23,0347%, FPB2 21,6975, FPB3 22,7728%, FB1 22,9148, FB2 25,5351, FB3 28,5954, FKB1 25,2824%, FKB2 26,2235% dan FKB3 17,2911% .Pada uji kadar abu sampel FPB1 7,5725, FPB2 6,8703, FPB3 5,1709, FB1 16,8405, FB2 7,1604, FB3 3,9695%, FKB1 6,9336%,FKB2 9,3561 dan FKB3 11,6932%. Pada uji zat terbang sampel FPB1 23,7277%, FPB2 20,0113%, FPB3 267661%, FB1 23,7610%, FB2 18,6258%, FB317,7130%, FKB1 22,1996%, FKB2 19,5844% dan FKB3 25,9126. Pada uji karbon aktif murni sampel FPB1 45,6651%, FPB2 51,4209%, FPB3 45,2909%, FB1 36,4837%, FB2 48,6787%, FB3 49,7221%, FKB1 45,5842%, FKB2 44,8270%, dan FKB3 32,3417%. Kata Kunci: Asam Fospat, Batubara, Formasi, Karbonisasi dan Karbon Aktif
Efektivitas Penggunaan Arang Batang Eceng Gondok dalam Penurunan Kadar Logam Besi (Fe) dan Mangan (Mn) pada Air Asam Tambang PT. Anugerah Krida Utama Jaba, Yafet; Nugroho, Windhu; Oktaviani, Revia; Devy, Shalaho Dina; Pontus, Albertus Juvensius
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Desember 2023
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v11i2.13316

Abstract

Air asam tambang (AAT) merupakan permasalahan lingkungan yang membutuhkan penanganan yang efektif karena dapat menimbulkan dampak bagi masyarakat serta dapat merusak lingkungan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan arang aktif eceng gondok dalam menurunkan kadar logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada PT Anugerah Krida Utama. Penelitian dilakukan melalui metode adsorpsi dengan menggunakan arang aktif eceng gondok tanpa aktivasi dan aktivasi kimia yang divariasikan dengan perbedaan penggunaan massa yaitu 1, 2, 3, dan 5 gram dengan waktu kontak 60 menit, untuk ukuran 100 mesh serta kecepatan pengadukan 100 rpm. Hasil dari perlakuan digunakan untuk mengamati pengaruh massa arang aktif yang digunakan terhadap hasil penurunan kadar logam. Pengukuran kadar logam Fe dan Mn dilakukan sebelum dan setelah perlakuan konsentrasi awal logam Fe (90,57) dan konsentrasi awal logam Mn (31,516 mg/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah arang aktif eceng gondok yang semakin bertambah mampu menurunkan kadar logam  Fe dan Mn pada AAT. Hasil penurunan logam Fe terbaik pada arang aktif tanpa aktivasi sebesar 0,1827mg/L dan logam Mn sebesar 20,138 mg/L hal ini dipengaruhi ketidak stabilan ikatan adsorben dengan ion logam, penyerapan antara adsorben itu sendiri yang memperebutkan dinding pori pada adsorben dan juga dinding pori yang tidak luas, sedangkan pada arang aktif aktivasi kimia penurunan logam Fe terbaik sebesar 0,2285 mg/L dan logam Mn sebesar 1,160 mg/L.
Studi Klasifikasi Sifat Tahan Lekang Batuserpih Formasi Balikpapan dan Formasi Pulaubalang di Samarinda Sitepu, Joe Vandame; Oktaviani, Revia; Hasan, Harjuni; Trides, Tommy; Pontus, Albertus Juvensius
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 11, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2023
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v11i1.11427

Abstract

AbstrakBatuserpih merupakan batuan sedimen yang sangat banyak di lapisan kulit bumi. Penelitian tentang batuserpih akhir – akhir ini semakin banyak dilakukan, karena banyaknya infrastruktur yang berada di atas batuserpih dengan komposisi yang rumit, bertekstur sangat halus dan sulit diamati. Batuserpih umumnya memliki daya tahan rendah, namun beberapa batuserpih memiliki daya tahan yang tinggi. Oleh sebab itu sangat diperlukan pengujian terhadap daya tahan batuserpih, salah satu metode untuk menguji ketahanan batuan adalah uji sifat tahan lekang (Id2). Pada pengujian sifat tahan lekang (Id2) batuserpih Formasi Balikpapan didapatkan 19,36% sampai 53,48%. Berdasarkan nilai tersebut maka batuserpih formasi Balikpapan memiliki ketahan sangat rendah hingga rendah. Sedangkan nilai Id² pada formasi Pulaubalang 29,15% sampai 62,48%, sehingga klasifikasi ketahanannya rendah hingga menengah.Kata Kunci : batuserpih, sifat tahan lekang
Analisis Penurunan Muka Tanah (Subsidens) Menggunakan Metode Numerik Di Terowongan Endportal PLTA Kerinci Merangin, Provinsi Jambi. Jawil, Anshar Abdullah; Saputra, Apriadi; Pontus, Albertus Juvensius
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 12, No 1 (2024): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2024
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v12i1.16186

Abstract

Indonesia mempunyai banyak potensi energi baru terbarukan, seperti tenaga air, panas bumi, biomassa, tenaga bayu dan surya yang bersih dan ramah lingkungan. Salah satu potensi energi baru terbarukan yaitu PLTA Kerinci Merangin yang berada di kabupaten kerinci, provinsi jambi. Pada konstruksinya PLTA ini menggunakan terowongan sepanjang 12 km sebagai jalur air (waterway) dengan beda elevasi awal terowongan sampai akhir terowongan End Portal adalah 400 meter dan ditargetkan akan menghasilkan tenaga listrik berkapasitas 350 MW (4 X 87,5 MW). Salah satu permasalahan yang di hadapi adalah terowongan merupakan terowongan dangkal (burden ± 35 M), dengan massa batuan yang terkekarkan (jointed rock). Kompleksitas yang terjadi di terowongan Endportal tersebut sangat memungkinkan terjadinya subsidens. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemodelan numerik dengan menggunakan perangkat lunak phase2. Hasil pemodelan didapatkan tiga model yaitu model 1 kondisi terowongan tanpa penyangga dengan meperhitungkan faktor kegempaan didapatkan nilai subsiden maksimum sebesar 60,58 mm. kemudian model 2 terowongan dengan penyangga shotcrete, wiremesh dan rockbolt subsiden maksimum sebesar 57,13 mm. dan model 3 terowongan dengan penyangga shotcrete, wiremesh, rockbolt dan h-beam subsiden maksimum sebesar 47,83 mm. Dari hasil numerik pada penelitian dan dengan mempertimpangkan anjuran SNI 8460:2017 yang membatasi batas subsiden < 50 mm maka yang memenuhi kriteria adalah kondisi terowongan dengan penyangga shotcrete, wiremesh, rockbolt dan H- Beam. Kata Kunci: Subsidens, Metode Numerik, PLTA Kerinci.
Analisis Penurunan Muka Tanah (Subsidens) Menggunakan Metode Empirik Di Terowongan Penstock Sta 10+150 PLTA Kerinci Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Jawil, Anshar Abdullah; Pontus, Albertus Juvensius
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 11, No 1 (2023): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Juni 2023
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v11i1.11455

Abstract

Analisis subsidens pada penelitian ini dilakukan di pembangunan terowongan pentstock PLTA Kerinci Merangin sta 10+150. Kedalaman terowongan di lokasi penelitian berkisar ± 35 m sehingga termasuk kategori terowongan dangkal dengan batuan penyusun terowongan yaitu batu sabak (foliated metamorphic rock) dengan kondisi massa batuan tergolong batuan terkekarkan dengan nilai RMR berkisar 23. Memprediksi adanya subsidens pada penelitian ini dilakukan untuk menilai dan mengetahui rekomendasi akibat resiko  penurunan muka tanah berdasarkan SNI 8460:2017. Perhitungan nilai subsidens menggunakan metode empirik Peck (Peck, 1969) dengan menggunakan data primer berupa koordinat berdasarkan lokasi sta, identifikasi massa batuan dan geometri terowongan sedangkan data sekunder berupa peta kontur dimaksudkan untuk mengetahui jarak kedalaman terowongan. Perhitungan subsidens menggunakan metode peck memerlukan titik inclination (i) berdasarkan rekomendasi Mair (1993), dan rasio penurunan muka tanah VL didapatkan dari table hasil penelitian Goldsapand (1993). Berdasarkan hasil penelitian diketahui besaran nilai subsidens maksimum adalah 0,97 mm dan tepat berada pada titik pusat terowongan. Selanjutnya nilai i atau titik inflection 17,5 m dari sumbu terowongan dengan nilai subsidens 0,11 mm dan daerah pengaruh maksimum pada jarak 20,6 m dari sumbu terowongan. Berdasarkan table SNI 8460:2017 subsidens di daerah penelitian masuk dalam kategori 1 dengan rekomendasi berdasarkan 
Optimalisasi Pola Peledakan Dan Delay Peledakan Terhadap Ground Vibration Akibat Aktivitas Peledakan Di Pit Blok Osor Timur Pt. Kartika Selabumi Mining Kabupaten Kutai Kartanegara L. Tobing, Ciko Gratio Parkletos; Trides, Tommy; Nugroho, Windhu; Oktaviani, Revia; Pontus, Albertus Juvensius
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 12, No 2 (2024): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Desember 2024
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v12i2.17843

Abstract

Blasting adalah salah satu dari kegiatan penambangan yang bertujuan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya. Peledakan akan menimbulkan sejumlah bahaya yang salah satunya adalah ground vibration. Selama ini ground vibration dianggap sebagai waste energy yang dapat merusak dan menjadi atensi terhadap lingkungan dan area sekitar.Sehingga pada lokasi penelitian di Pit Blok Osor Timur yang dekat dengan perkampungan dengan jarak kurang lebih 300-700 m sangat pentung dilakukan pengukuran tingkat getaran yang mengarah ke perkampungan sehingga didapatkan hasil getaran yang ditimbulkan dari hasil proses peledakan yang dilakukan. Data diperoleh dengan pengambilan data lapangan dan sekunder. Hasil analisis dan simulasi pola echelon dengan waktu tunda yang digunakan adalah 67 ms surface delay dan control delay surface 176 ms dengan isian 36 kg menghasilkan nilai PPV 0,279 mm/s dengan jarak 500 m. Hubungan nilai scaled distance dan PPV aktual di lapangan dengan regresi power didapatkan nilai K = 47148 dan e = -2,399 dan pola row by row dengan waktu tunda 394 ms control surface delay, 176 ms surface delay, dan 67 ms surface delay dengan isian 36 kg menghasilkan nilai PPV 0,542 mm/s dengan jarak 500 m. Hubungan nilai scaled distance nya mendapatkan nilai K = 2047,2 dan e = -1,787. Rekomendasi untuk perusahaan adalah menggunakan pola echelon denggan adalah 67 ms surface delay dan control delay surface 176 ms
Analisis Pengaruh Kenaikan Temperatur Batubara Sebagai Indikator Awal Terjadinya Swabakar (Spontaneous Combustion) Di Product Coal Stockpile Pada Pt. Mahakam Sumber Jaya Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Yolanda, Agnes; Nugroho, Windhu; Pontus, Albertus Juvensius; Winarno, Agus; Trides, Tommy
JURNAL TEKNOLOGI MINERAL FT UNMUL Vol 12, No 2 (2024): Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL Desember 2024
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jtm.v12i2.17815

Abstract

Swabakar atau self-combustion pada batubara terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah pada saat penyimpanan batubara di area stockpile, batubara akan kontak dengan udara maka akan terjadi oksidasi antara kandungan ini dengan oksigen, semakin lama batubara tertimbun akan semakin banyak panas yang tersimpan di dalam timbunan, karena volume udara yang terkandung di dalam timbunan semakin besar sehingga kecepatan oksidasi semakin tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kenaikan temperatur batubara terhadap potensi terjadinya swabakar karena apabila suhu batubara terus meningkat yang disebabkan oleh self-heating akan mengakibatkan pembakaran spontan batubara yang sangat tidak diinginkan karena pastinya akan merugikan. Pengamatan dilakukan sebanyak 11 hari untuk mengetahui pengaruh dimensi timbunan terhadap kenaikan suhu batubara di product coal stockpile dan untuk mengetahui pengaruh lama penimbunan batubara terhadap kenaikan temperatur suhu batubara dengan menggunakan gabungan antara teori dengan data-data yang akan diambil di lapangan.. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa titik yang mengalami swabakar yaitu di ketinggian 4,5 meter di arah selatan dengan kelipatan kenaikan temperatur yang cukup signifikan, serta disebabkan oleh arah angin dominan dari sebelah selatan-utara, umur timbunan sebelum dilakukan pengukuran suhu lebih dari 1 bulan. Sehingga pada saat dilakukan pengukuran, suhu batubara cepat meningkat dikarenakan batubara sudah lama terkontaminasi dengan udara dan panas sehingga mencapai titik terbakar batubara mencapai 542°C.