Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERTUMBUHAN BIBIT SATU MATA TUNAS YANG BERASAL DARI NOMOR MATA TUNAS BERBEDA PADA TANAMAN TEBU ( Saccaharum officinarum L. ) VARIETAS BULULAWANG DAN PS862 Anindita, Devina Cinantya; Sebayang, Husni Thamrin; Tyasmoro, Setyono Yudo
Jurnal Produksi Tanaman Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/399

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tebu dan rendemen adalah kualitas bibit tebu yang kurang baik. Alternatif untuk meningkatkan kualitas bibit dengan sistem single bud planting. Salah satu metode dari single bud planting yaitu bud chip. Single Bud Planting merupakan perbanyakan bibit tebu yang menggunakan satu mata tunas yang dipindahkan ke kebun pada umur 2,5 – 3 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan interaksi nyata antara letak mata tunas dengan dua varietas tebu (Saccharum officinarum L.), dan memperoleh letak mata tunas terbaik pada setiap varietas. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2015 di kebun percobaan P3GI, Pasuruan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi dengan faktor pertama varietas dan faktor kedua letak mata tunas. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan varietas dengan letak mata tunas pada pembibitan tebu. Varietas Bululwang nomor mata tunas 7, 8, 9 dan Varietas PS862 nomor mata tunas 7, 8, 9, 10 dan 11 pada parameter bobot kering total tanaman menunjukkan interaksi nyata terhadap perlakuan lainnya. Nomor mata tunas terbaik pada varietas Bululawang ialah 7, 8, 9 dan Varietas PS862 terdapat pada nomor mata tunas yang sama yaitu 7, 8, 9, 10 dan 11 pada parameter bobot kering total tanaman
Edukasi Bahaya Covid-19 dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Dusun Ngampel, Desa Selodono, Kabupaten Kediri Devina Cinantya Anindita; Nina Lisanty; Ayu Nur Aliza
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v2i1.2553

Abstract

The education and socialization of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) is a program for the community regarding cleanliness. It is to reduce exposure to the virus during a pandemic by living a clean and healthy life. The efforts to implement PHBS can be made by the habit of washing hands prior to and after activities. The Ngampel hamlet residents are still negligent in implementing the health protocol. Based on this phenomenon, education is needed regarding the risks of Covid-19 and the proper method of washing hands. The team conducted a survey and socialization with the residents. The media used for education were WhatsApp groups and flyers designed using a simple and easy-to-be-understood campaign. The community and students were enthusiastic about participating in the socialization activities. The community service program provided experience and knowledge to the participated community about the risks of Covid-19 to implement PHBS.Upaya pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih peduli akan kebersihan akhir-akhir ini dengan menggalakkan program Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Program ini disinyalir dapat mengurangi risiko paparan virus di masa pandemi Covid-19. Upaya menerapkan PHBS bisa dilakukan dengan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sesudah maupun sebelum beraktivitas. Warga Dusun Ngampel, Desa Selodono masih abai dalam menerapkan protokol kesehatan. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu adanya edukasi terkait metode yang benar dan baik dalam mencuci tangan dan kaitannya dengan resiko terpaparnya Covid-19. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat yang digunakan adalah survey awal dan sosialisasi kepada masyarakat Dusun Ngampel. Media yang digunakan untuk edukasi berupa whatsapps group dan flyer yang sudah dirancang dengan menggunakan metode kampanye dengan kalimat yang mudah ditangkap dan dipahami. Sosialisasi diikuti oleh warga dan pelajar yang berada di Dusun Ngampel, Desa Selodono. Warga dan pelajar sangat antusias dalam mengikuti kegiatan sosialisasi. Program pengabdian masyarakat terkait edukasi bahaya covid-19 dan cuci tangan pakai sabun (CTPS) memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat tentang resiko Covid-19 dan salah satu bentuk pencegahannya dengan kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebagai bagian penerapan PHBS. 
Pemberdayaan Masyarakat Desa Wonorejo, Kec. Pagerwojo, Kabupaten Tulung Agung Menuju Masyarakat Desa Ekologi Nugraheni Hadiyanti; Devina Cinantya Anindita; Adam Mahardika
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v2i1.2556

Abstract

Integrated and sustainable rural management according to the function of natural resources, carried out based on local values and wisdom. It aims to maintain the sustainability and balance of nature for the sustainability of life from generation to generation. The realization of an ecological village is not without technology and mechanization, but it is adjusted to local needs and conditions. The community service team initiated the community empowerment program in Wonorejo Village, Pagerwojo District, Tulungagung Regency, toward an ecological village from the Faculty of Agriculture, Kadiri University. This activity is a form of the team's concern for the conditions in Wonorejo Village, which is experiencing a decline in forest function, soil productivity, and water sources. The activities carried out include improving soil structure with organic materials, producing vegetable pesticides, and conserving soil and water. Farmers who participated in the extension and training welcomed this activity and entirely understood the concept of an ecological village globally. This activity is beneficial for increasing agricultural land productivity and the surrounding environment. The positive impact of this activity is the community's interest in applying organic materials in their agrarian business to maintain the sustainability and balance of nature. Pengelolaan pedesaan yang terpadu dan berkelanjutan sesuai fungsi sumberdaya alam diselenggarakan berdasarkan nilai-nilai dan kearifan lokal setempat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam demi keberlangsungan kehidupan dari generasi ke generasi. Terwujudnya desa ekologi bukan tanpa teknologi dan mekanisasi akan tetapi pemakaiannya disesuaikan kebutuhan dan kondisi setempat. Program pemberdayaan masyarakat Desa Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung menuju desa ekologi diinisiasi tim pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian Universitas Kadiri. Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian tim terhadap kondisi di Desa Wonorejo yang mengalami penurunan fungsi hutan, produktivitas tanah, dan sumber air. Kegiatan yang dilaksanakan adalah perbaikan struktur tanah dengan bahanbahan organik, pembuatan pestisida nabati, konservasi tanah dan air. Petani peserta penyuluhan dan pelatihan menyambut dengan baik kegiatan ini dan cukup memahami konsep desa ekologi secara global. Kegiatan ini bermanfaat untuk peningkatakan produktivitas lahan pertanian dan lingkungan sekitarnya. Dampak positif dari kegiatan ini adalah ketertarikan masyarakat dalam mengaplikasikan bahan-bahan organik dalam usaha pertanian mereka demi menjaga kelestarian dan keseimbangan alam.
Sosialisasi Pemanfaatan Pekarangan Sebagai Sumber Pangan Dan Desa Ramah Lingkungan di Kabupaten Kediri Irene Ratri Andia Sasmita; Devina Cinantya Anindita; Zupri Nur Cahyono
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2023): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v3i1.4557

Abstract

Horticultural is one of the cultivation of plants utilizing yards. Horticultural commodities that can be planted in the yard include vegetables, fruits, biopharmaceuticals and ornamental plants. The use of yard land as a place for the cultivation of horticultural commodities has good benefits for meeting the food and nutritional needs of families. This is in line with the government program, Sustainable Food Courts (P2L). Activities that must be carried out by the government, both at the central and regional levels to fulfill family nutrition are to support activities that have the potential to improve healthy lifestyles with a variety of local foods so that people are healthier and more productive. The Sustainable Pangan Pekarangan Program is one of the activities to support stunting prevention to improve the quality of life. The socialization activity was carried out in Banjarejo Village, Ngadiluwih District, Kediri Regency. The aim of socializing the use of yards as a source of food and an environmentally friendly village is to empower residents in Banjarejo village to fulfil nutritious food by planting horticultural crops in their yards so that they can help prevent stunting and increase household income. From the results of the socialization, residents in Banjarejo Village were able to understand the process of planting lemon seeds and cultivating horticultural crops in their yards. Tanaman hortikultura merupakan salah satu budidaya tanaman dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Komoditas hortikultura yang dapat ditanam di lahan pekarangan antara lain tanaman sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias. Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai tempat untuk budidaya komoditas hortikultura memiliki manfaat yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Hal ini selaras dengan program pemerintah, yaitu Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Kegiatan yang wajib dilakukan oleh pemerintah, baik di tingkat pusat ataupun daerah untuk pemenuhan gizi keluarga adalah mendukung adanya kegiatan yang berpotensi meningkatkan pola hidup sehat dengan aneka ragam pangan local supaya masyarakat lebih sehat dan produktif. Program Pekarangan Pangan Lestari merupakan salah satu kegiatan dalam mendukung pencegahan stunting untuk meningkatkan kualiatas hidup. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Tujuan sosialiasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dan desa ramah lingkungan adalah memberdayakan warga di desa Banjarejo dalam pemenuhan pangan yang bergizi dengan menanam tanaman hortikultura dilahan pekarangan, sehingga dapat membantu dalam pencegahan stunting serta dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dari hasil sosialisasi, warga di Desa Banjarejo mampu memahami proses penanaman bibit lemon dan budidaya tanaman hortikulutura dilahan pekarangan.
SOSIALISASI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) DI KTH TANI MAKMUR, DESA NGLURUP, KECAMATAN SENDANG, KABUPATEN TULUNGAGUNG Devina Cinantya Anindita; Aptika Hana P. Nareswari; Yudha Saputra
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i3.17236

Abstract

ABSTRAKPermasalah pada tanaman budidaya salah satunya yaitu pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT dapat menyebabkan kerugian pada tanaman budidaya hingga 100%. Masyarakat Desa Nglurup, Kecamatan Sendang sebagai besar adalah peternak dan petani kopi. Permasalah yang ada pada lahan kopi milik Kelompok Tani Hutan (KTH) Tani Makmur adalah serangan hama. Salah satu hama utama pada tanaman kopi adalah Hypotenemus hampei atau lebih dikenal dengan PBKo. PBKo dapat menyebabkan biji buah kopi rusak dan menurunkan kualitas biji kopi. Upaya pengendalian tanaman kopi yaitu dengan menggunakan pengendalian secara terpadu. Pengendalian secara terpadu dapat dimulai dengan melakukan penyiangan gulma, pemangkasan cabang tanaman kopi serta pengendalian dengan menggunakan perangkap PBKo. Kegiatan pengendalian hama secara terpadu dilaksanakan melalui proses sosialisasi terkait cara pengendalian hama yang tepat dan dilanjutkan dengan praktek pemasangan perangkap, sanitasi dan pemangkasan cabang tanaman kopi. Pelaksanaan pengabdian dengan sosialisasi terkait pengendalian hama terpadu sangat membantu petani dalam mengendalikan serangan hama PBKo dan sebagian KTH Tani Makmur sudah memahami cara pengendalian hama secara terpadu. Kata kunci: hypotenemus hampei; kopi; pengendalian, ABSTRACTOne of the problems with cultivated plants is the control of Plant Pest Organisms (OPT). OPT can losses to cultivated plants up to 100%. Nglurup Village, Sendang District, mostly are coffee breeders and farmers. The problem with the coffee plantation belonging to “forest farmer group Tani Makmur is pest attacks. One of the main pests on coffee plants is Hypotenemus hampei or PBKo. PBKo can damage the coffee cherries and reduce the quality of the coffee beans. Efforts to control coffee plants are by using integrated control. Integrated management can be started by weeding, pruning coffee plant branches and using PBKo traps. Integrated pest management activities are carried out through a socialization process regarding proper pest control methods and continued with the practice of setting traps, sanitation and pruning coffee plant branches. Implementation of service with socialization related to integrated pest management helps farmers in controlling PBKo pest attacks and as KTH Tani Makmur already understands how to control pests managenent. Keywords: coffee; hypotenemus hampei; management
Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian POC Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan Luluk Yuliana; Edy Kustiani; Junaidi; Devina Cinantya Anindita
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 2 (2024): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i2.5706

Abstract

Baby Kailan has good market prospects, so it would be good if it were developed. However, kailan production is decreasing due to low soil productivity. One way to overcome this is using cow urine POC. This study aims to test whether there is an interaction between the dose and frequency of administration of cow urine POC on the growth and results of baby kailan. This research used a factorial Completely Randomized Design (CRD), which was repeated three times. The first factor is dose, with three treatment levels: 30 ml/polybag (D1), 60 ml/polybag (D2), and 90 ml/polybag (D3). The second factor is the frequency of administration of cow urine POC, with three levels of treatment: 1 administration (F1), two administrations (F2), and three administrations (F3). Parameters observed included plant height, number of leaves, leaf area, stem diameter, plant wet weight, plant dry weight, and root dry weight. The data collected was then analyzed using factorial analysis of variance, and if there were significant differences, the Honestly Significant Difference (BNJ) test was continued at the 5% level. The study's final results showed no significant interaction between the dose and frequency of administration of cow urine POC on all observed parameters. However, the dose treatment significantly affected the number of leaves at 30 DAP, especially in treatment D2 (60 ml dose/polybag). In addition, treatment doses of D1 (dose 30 ml/polybag) and D2 (dose 60 ml/polybag) significantly affected root dry weight. There was also a significant difference in the frequency of administration of cow urine POC on root dry weight, with the highest root dry weight occurring in the F3 treatment (administration frequency three times). Baby Kailan memiliki prospek pasar yang bagus sehingga baik jika dikembangkan. Namun produksi kailan semakin menurun, hal ini disebabkan oleh produktifitas tanah yang rendah. Salah satu upaya penanggulangan yaitu dengan menggunakan POC urine sapi. Penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui interaksi dosis terhadap aplikasi frekuensi pemberian Pupuk Organik cair Ubrine sapi terhadap pertumbuhan dan hasil baby kailan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah dosis, dengan tiga tingkat perlakuan: 30 ml/polybag (D1), 60 ml/polybag (D2), dan 90 ml/polybag (D3). Faktor kedua adalah frekuensi pemberian POC urine sapi, dengan tiga tingkat perlakuan: 1 kali pemberian (F1), 2 kali pemberian (F2), dan 3 kali pemberian (F3). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, berat basah tanaman, berat kering tanaman, dan berat kering akar. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam faktorial, dan jika terdapat perbedaan yang signifikan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi signifikan antara dosis dan frekuensi pemberian POC urine sapi terhadap semua parameter pengamatan. Namun, perlakuan dosis menunjukkan pengaruh signifikan terhadap jumlah daun pada umur 30 HST, khususnya pada perlakuan D2 (Dosis 60 ml/polybag). Selain itu, perlakuan dosis D1 (Dosis 30 ml/polybag) dan 2 (Dosis 60 ml/polybag) secara signifikan mempengaruhi berat kering akar. Terdapat perbedaan signifikan juga pada perlakuan frekuensi pemberian POC urine sapi terhadap berat kering akar, dengan berat kering akar tertinggi terjadi pada perlakuan F3 (frekuensi pemberian 3 kali).                                                                     
Hubungan antara Durasi Penyimpanan Umbi dan Kinerja Pertumbuhan serta Hasil Dua Varietas Bawang Merah M. Anio Arista Mandala; Supandji; Saptorini; Devina Cinantya Anindita; Aptika Hana Prastiwi Nareswari
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 2 (2024): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i2.5710

Abstract

Bulb storage is a crucial post-harvest treatment in shallot (Allium ascalonicum L.) farming because suboptimal storage duration can reduce the quality of the bulbs, making them difficult to replant. Identifying the optimal storage duration specifically for shallots can be apractical guide for farmers in increasing shallot productivity. In addition, understanding the effects of storage on the quality and suitability of shallot bulbs can be used to minimize losses due to improper storage. This study aims to evaluate the effect of bulb storage duration on the growth performance and yield of two shallot varieties, namely Bauji and Thailand. The study used a two-factor, completely randomized design (CRD). The first factor was the duration of bulb storage (30, 45, and 60 days), and the second was the shallot variety (Bauji and Thailand). Each treatment was designed as a combination of storage duration and variety, resulting in 6 treatment combinations. The results showed that the Thai variety, with a storage duration of 45 days, produced the best growth and yield compared to other treatments. The Bauji variety showed less than optimal results at all storage durations, especially at 60 days of storage. This study concludes that Thai varieties and 45 days of storage duration are the best combination to obtain optimal shallot harvests.   Penyimpanan umbi merupakan perlakuanpascapanen yang krusial dalam pertanian bawang merah (Allium ascalonicum L.), karena durasi penyimpanan yang tidak optimal dapat menurunkan kualitas umbi sehingga sulit ditanam kembali. Identifikasi durasi penyimpanan optimal yang spesifik untuk bawang merah dapat menjadi panduan praktis bagi petani dalam meningkatkan produktivitas bawang merah. Selain itu, pemahaman mengenai efek penyimpanan terhadap kualitas dan kelayakan tanam umbi bawang merah dapat digunakan untuk meminimalisir kerugian akibat penyimpanan yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyimpanan umbi terhadap kinerja pertumbuhan dan hasil panen dua varietas bawang merah, yaitu Bauji dan Thailand. Penelitian dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama berupa durasi penyimpanan umbi (30, 45, dan 60hari) serta faktor kedua adalah varietas bawang merah (Bauji dan Thailand).Setiap perlakuan dirancang dalam bentuk kombinasi dari durasi penyimpanan dan varietas sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Thailand dengan durasi penyimpanan 45 hari menghasilkan pertumbuhan dan hasil panen terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Varietas Bauji menunjukkan hasil yang kurang optimal pada semua durasi penyimpanan, terutama pada penyimpanan 60 hari. Kesimpulan penelitian ini adalah varietas Thailand dan durasi penyimpanan 45 hari merupakan kombinasi terbaik untuk mendapatkan hasil panen bawang merah yang optimal.
Sosialisasi Minat Pertanian Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Di SD Negeri Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri Anindita, Devina Cinantya; Sari, Difa Pramudita; Ambarwati, Duwi; Priyanto, Aji
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2022): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v2i2.3484

Abstract

The tropical climate gives Indonesia sunshine all around, which has the potential for agricultural development. In line with the development of time, there has been a change in land use from agricultural land to non-agricultural land. Land use changes occur due to an increase in high population and rapid growth in the economic sector. The impact of land conversion is a decrease in food production which can cause food imports to occur. Land conversion impacts economic changes and the composition of labor requirements. Many young people are not interested in working in the agricultural sector and prefer to work in the service sector. The efforts to invite people back to work in the farming sector by socializing the introduction of the farm industry from an early age. The socialization was carried out at Banjarejo Public Elementary School, Ngadiluwih District, Kediri. The socialization target was elementary school students in grades 4, 5, and 6. The socialization method was direct practice related to eggplant and tomato cultivation. The socialization materials included an introduction to the world of agriculture, the practice of direct planting of eggplant and tomatoes, and socialization on the use of organic and inorganic waste. Banjarejo Public Elementary School students were enthusiastic in practicing eggplant and tomato cultivation. Iklim tropis membuat Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, hal ini berpotensi baik untuk perkembangan pertanian. Sejalan dengan berkembangnya waktu, terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non-pertanian. Alih fungsi lahan terjadi karena peningkatan pertumbuhan penduduk yang tinggi serta pertumbuhan sektor ekonomi yang cepat. Dampak alih fungsi lahan adalah menurunnya produksi pangan yang dapat menyebabkan terjadi impor bahan pangan. Alih fungsi lahan berdampak pada perubahan ekonomi dan perubahan komposisi kebutuhan tenaga kerja, banyak masyarakat usia muda tidak tertarik bekerja di sector pertanian dan lebih memilih bekerja di sektor jasa. Upaya untuk mengajak kembali masyarakat bekerja dibidang pertanian dengan cara sosialisasi pengenalan sektor pertanian sejak usia dini. Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di SD Negeri Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. Target sosialiasasi adalah siswa sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6. Metode sosialisasi yang digunakan yaitu praktik secara langsung terkait budidaya tanaman terong dan tomat. Materi sosialisasi meliputi, pengenalan dunia pertanian, praktik penanaman langsung tanaman terong dan tomat serta sosialisasi pemanfaatan sampah organik dan anorganik. Murid-murid SD Negeri Banjarejo sangat antusias saat praktik langsung budidaya tanaman Terong dan Tomat.
Sosialisasi Pestisida Nabati Ramah Lingkungan Di Desa Joho, Kabupaten Kediri Anindita, Devina Cinantya; Sutiknjo, Tutut Dwi; Pawani, Rena Eksa
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v3i2.5115

Abstract

One of the problems the agricultural sector faces is the control of plant pest organisms (OPT). OPT control usually carried out by farmers is the use of chemical pesticides. Excessive use of chemical pesticides harms the environment. Environmentally friendly pest control efforts can be carried out by using vegetable pesticides. The use of botanical pesticides to control pest attacks still needs to be widely used by farmers. One effort to introduce plant-based pesticides is by carrying out outreach to introduce and manufacture environmentally friendly plant-based pesticides. The outreach was carried out directly with residents in Joho Village, Semen District, and Kediri Regency, and the practice of making vegetable pesticides was continued. The outreach was conducted to familiarize Joho Village residents with plants that can be used as essential ingredients for making vegetable pesticides. Plants used as pesticides can be taken from the roots, seeds, and leaves. Plants used as essential ingredients for vegetable pesticides include garlic, shallots, neem leaves, seeds, papaya leaves, roto wali, and various spices. The results of making vegetable pesticides will be distributed to residents in Joho Village, most of whom are farmers. Apart from that, plant seeds were also distributed to residents. The plant used as a botanical pesticide is garlic. This is because garlic contains allicin, tannin, saponin, and flavonoids. These compounds can cause a decrease in appetite in insects, inhibit molting, inhibit reproduction of female insects, cause larval death, suppress pupa formation, increase mortality, and disrupt insect metabolism. Garlic-based vegetable pesticides can be applied to horticultural crops such as chilies and eggplants. Through socialization, village residents understand how to make vegetable pesticides Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengendalian OPT yang biasa dilakukan oleh petani yaitu penggunaan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia secara berlebihan memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Upaya pengendalian OPT yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati. Penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan serangan OPT masih belum banyak digunakan oleh petani. Salah satu upaya pengenalan pestisida nabati yaitu dengan cara pelaksanaan sosialisasi pengenalan dan pembuatan pestisida nabati ramah lingkungan. Sosialisasi dilaksanakan secara langsung dengan warga di Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri dan dilanjutkan praktek pembuatan pestisida nabati. Sosialisasi dilakukan dengan tujuan agar warga Desa Joho lebih mengenal tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pestisida nabati. Tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida dapat diambil dari bagian akar, biji dan daun. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pestisida nabati antara lain: Bawang putih, bawang merah, daun dan biji mimba, daun papaya, rotowali dan berbagai rempah-rempah. Hasil pembuatan pestisida nabati akan dibagikan kepada warga di Desa Joho, yang sebagian besar adalah petani. Selain itu juga dibagikan bibit tanaman kepada warga setempat. Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah bawang putih. Hal ini karena kandungan bawang putih yaitu, allicin, tannin, saponin dan flavonoid. Senyawan tersebut dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan pada serangga, menghambat pergantian kulit, menghambat reproduksi serangga betina, menyebabkan kematian larva, menekan pembentukan pupa, meningkatkan mortalitas, serta menggangu metabolisme serangga. Pestisida nabati berbahan dasar bawang putih dapat diaplikasi pada tanaman hortikultura seperti cabai dan terong. Melalui sosialisasi warga desa memahami pembuatan pestisida nabati
Aplikasi Mulsa Bawah Tanah Pada Budidaya Jagung Manis (Zea mays L. Saccharata) Nareswari, Aptika; Anindita, Devina Cinantya; Alhaviz, Alhaviz
MEDIAGRO Vol 20, No 1 (2024): MEDIAGRO
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/mediagro.v20i1.9900

Abstract

Traditional mulching practices primarily involve the surface application of mulch materials. However, underground mulching offers a novel approach to enhance weed control, moisture retention, and nutrient management while optimizing crop yields. This research aims to explore the implementasion of underground mulch in sweet corn cultivation within Kediri Regency, Indonesia from April to July of 2022. We conducted field experiments to evaluate the impact of underground mulch on sweet corn growth compared it to conventional surface mulching with randomized complete block design (RCBD) with three treatments (i) non mulch, (ii) conventional plastic mulch, (iii) underground mulch  and four repetitons in cultivationg sweet corn Talenta F1. This research contributes to the advancement of sustainable corn farming practices and provides insight into innovative mulching techniques. Our findings reveal significant advantages of using underground mulch in terms of increasing water availability as observed from the soil moisture content on a scale 1-10, reduce evaporation (Eo), support vegetative growth (plant height), accelerate total chlorophyll level, and increase the ear’s fresh weight.Keywords: crop yields, moisture retention, weed control