Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Principles Of Actio Paulina In Bankkruptcy Regarding The Deed Of Trasfer Of Rights Made In Front Land Tittles Registrar Maryano maryano; Syafri Hariansah
Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Vol. 23 No. 2 (2024): Pena Justisia
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pj.v23i2.4716

Abstract

The legal principle of actio pauliana is the right given to creditors to request the cancellation of all acts of transfer of rights carried out by the debtor. The curator is the only party who can cancel legal actions carried out by the bankruptcy debtor based on the legal principle of actio pauliana through the Court, so that the deed of transfer of rights made by PPAT can be canceled using the legal principle of actio pauliana through a court decision. The aim of this research is to analyze the concept of the actio pauliana principle in the legal system in Indonesia and find out the legal position of the deed of transfer of rights made before the PPAT which is submitted for actio pauliana legal action in bankruptcy in Indonesia. The method used in research is normative juridical. Based on the research results, it is concluded that the concept of the actio pauliana principle in the legal system in Indonesia has been regulated in Article 1341 of the Civil Code and Articles 41 to Article 49 of Law Number 37 of 2004 concerning Bankruptcy and Postponement of Debt Payment Obligations with the aim of protecting interests of creditors from bad actions carried out by debtors. This must go through a process by filing a lawsuit with the Commercial Court to obtain a decision to cancel the transfer of property or assets to a third party. A lawsuit for the transfer of property or assets can only be directed against a party who within 1 year before the bankruptcy occurred transferred their assets. The legal status of the deed of transfer of rights made before the PPAT which is submitted for actio pauliana legal action in bankruptcy in Indonesia is binding for both parties when the transfer of rights is carried out in good faith in accordance with the provisions required in the Law.
Pengelompokan Usia Warga Binaan dan Kepatuhan Hak Asasi Manusia dalam Sistem Pemasyarakatan Gusron Gusron; Syafri Hariansah
JURNAL USM LAW REVIEW Vol. 8 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v8i1.11799

Abstract

This study aims to analyze the conformity of the age-based classification of prison inmates in Indonesia with human rights (HR) principles, evaluate the state's responsibility, and assess the potential use of Public Private Partnership (PPP) schemes in the development of age-based correctional facilities. The background of the research is based on the ongoing practice of housing juvenile, adult, and elderly inmates together in Indonesian correctional institutions, which contradicts Law Number 22 of 2022 on Corrections and international standards such as the Nelson Mandela Rules and the Convention on the Rights of the Child. The urgency of this study lies in the need to protect vulnerable groups and provide equitable, humane, and rehabilitative correctional services. This research uses a normative legal method with statutory, human rights, and international comparative approaches, supported by qualitative data analysis. The findings reveal a significant gap between legal norms and field practices, inadequate fulfillment of state obligations, and high potential for PPP schemes as an alternative solution. The novelty of this study lies in its multidimensional approach and its proposal to apply PPP in age-based correctional institution management. The study concludes that the Indonesian state has yet to fully fulfill its constitutional and international obligations concerning the treatment of vulnerable inmate groups. Therefore, it recommends strengthening implementing regulations, enhancing institutional capacity, reforming legal culture, and applying a transparent, human rights-based PPP model as a strategic solution.   Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian pengelompokan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan usia dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM), serta mengevaluasi tanggung jawab negara dan potensi pemanfaatan skema Public Private Partnership (PPP) dalam pembangunan lembaga pemasyarakatan (Lapas) berbasis usia. Latar belakang penelitian didasari oleh masih terjadinya penggabungan warga binaan anak, dewasa, dan lansia di Lapas Indonesia, yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan serta prinsip-prinsip internasional seperti Nelson Mandela Rules dan Convention on the Rights of the Child. Urgensi penelitian ini terletak pada perlunya perlindungan terhadap kelompok rentan dan penyediaan fasilitas pemasyarakatan yang adil, manusiawi, dan rehabilitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, HAM, dan komparatif internasional, serta analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya diskrepansi antara norma hukum dan praktik lapangan, lemahnya pemenuhan tanggung jawab negara, serta potensi besar skema PPP sebagai solusi alternatif. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada pendekatan multidimensional serta usulan penerapan PPP dalam konteks pemasyarakatan berbasis usia. Kesimpulannya, negara belum sepenuhnya memenuhi kewajiban konstitusional dan internasional dalam perlakuan terhadap warga binaan usia rentan. Oleh karena itu, disarankan adanya penguatan regulasi, peningkatan kapasitas kelembagaan, reformasi budaya hukum, serta penerapan PPP berbasis prinsip transparansi dan HAM sebagai solusi strategis.
Legal Uncertainty in Coastal Area Regulation: Its Impact on Economic Rights of Tourism Actors in Bangka Belitung Yournawan, Hendra; Hariansah, Syafri
Journal of Law, Politic and Humanities Vol. 5 No. 5 (2025): (JLPH) Journal of Law, Politic and Humanities
Publisher : Dinasti Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jlph.v5i5.1858

Abstract

Legal uncertainty in coastal regulation in Bangka Belitung has caused multidimensional impacts, particularly on the economic rights of tourism actors and the protection of coastal communities’ environmental rights. This study aims to examine how the lack of harmonization between national and regional regulations especially concerning zoning plans and mining permits creates conflicts of authority and undermines legal protection for tourism-based livelihoods. Using a normative-empirical legal research method, this research integrates doctrinal analysis of statutory regulations with a socio-legal approach to understand the lived experiences of affected stakeholders. Data were obtained through document review, field observations, and in-depth interviews with tourism operators, community members, and environmental advocates. The study finds that the inconsistency between regional zoning (RZWP3K) and centrally issued mining permits (WIUP) has enabled illegal mining in tourism zones, causing severe environmental degradation and diminishing tourism investment interest. This situation has led to income loss, social tensions, and the criminalization of environmental defenders. The study concludes that legal ambiguity does not only threaten environmental sustainability but also violates constitutional guarantees to a healthy environment and decent livelihood. Harmonization of central and regional policies, strengthening of institutional enforcement mechanisms, and inclusive community participation are essential to ensure that the law effectively supports environmental justice and economic resilience in coastal areas.
Mengkaji Ulang Pertanggungjawaban Sistem Pembebasan Bersyarat Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Prasetya, Anggi; Hariansah, Syafri
DIVERSI : Jurnal Hukum Vol 11 No 1 (2025): DIVERSI: Jurnal Hukum
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/diversi.v11i1.6545

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang sistem pembebasan bersyarat merupakan bagian dari kebijakan pemidanaan pembebasan bersyarat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ulang aspek aspek yuridis dalam penerapan sistem pembebasan bersyarat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian ini merupakan penelitian hukum Empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembebasan bersyarat di wilayah tersebut masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam aspek kepatuhan terhadap regulasi, mekanisme pengawasan, serta peran lembaga pemasyarakatan dan Balai Pemasyarakatan dalam memastikan narapidana yang dibebaskan tetap menjalani kewajiban hukumnya. Selain itu, ditemukan bahwa terdapat kesenjangan antara aturan hukum dan praktik di lapangan, yang dapat memengaruhi efektivitas sistem ini dalam menekan angka residivisme. Oleh karena itu, diperlukan penguatan regulasi serta peningkatan koordinasi antarinstansi terkait guna menjamin akuntabilitas dan efektivitas sistem pembebasan bersyarat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Reformulasi Hukum KIK: Menyeimbangkan Kepentingan Kolektif dan Individual dalam Perlindungan Hukum Tenun Cual Bangka Belitung Marlinda, Marlinda; Hariansah, Syafri
Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum Vol 19, No 1 (2025): March Edition
Publisher : Law and Human Rights Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30641/kebijakan.2025.V19.69-86

Abstract

Penetapan Tenun Cual sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Bangka Belitung menimbulkan permasalahan hukum dan sosial, terutama mengenai ketegangan antara perlindungan kolektif dan hak individu perajin. Pengrajin merasa status KIK mengurangi pengakuan kontribusi individu dan kreativitas pemasaran Tenun Cual. Persepsi masyarakat mengenai larangan penggunaan istilah "Tenun Cual" di luar kelompok perajin menambah kompleksitas isu ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek yuridis untuk menjawab pertanyaan bagaimana konstruksi hukum yang ideal dalam menyeimbangkan perlindungan komunal dan hak individual dalam kasus Tenun Cual. Metode penelitian yuridis normatif menggunakan data skunder dan studi kepustakaan. Penelitian ini mengidentifikasi celah regulasi dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2022 tentang KIK dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang belum mengakomodasi hak individu perajin dalam sistem komunal, serta merumuskan model perlindungan hukum inovatif yang menyeimbangkan kolektif dan individual. Menawarkan model perlindungan sistem berlapis, menggabungkan perlindungan kolektif dan individual dengan mekanisme lisensi melalui komunitas dan pengakuan inovasi pengrajin. Fokus utamanya adalah mengembangkan mekanisme hukum yang dapat menjembatani kepentingan pelestarian budaya dan pemenuhan hak ekonomi dan kreatif pengrajin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerangka hukum yang ada belum mampu menyeimbangkan perlindungan komunal dengan pengakuan terhadap kontribusi individu. Untuk itu, diperlukan rekonstruksi hukum yang lebih inklusif untuk menjamin perlindungan komunal tanpa mengabaikan hak ekonomi dan inovasi individu, serta merekomendasikan pembentukan regulasi, termasuk pengaturan hak pakai dan model perizinan berbasis komunitas, guna menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan kepentingan pengrajin. Pendekatan hukum adaptif diperlukan agar Tenun Cual terlindungi sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi sumber kesejahteraan melalui mekanisme perlindungan paralel dan model benefit-sharing yang adil.
An Analysis of the State’s Role in Regulating and Supervising E-Money Providers as a Form of Digital Consumer Protection Wibowo, Andi Wisnu; Hariansah, Syafri
Law Development Journal Vol 7, No 2 (2025): June 2025
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/ldj.7.2.182-195

Abstract

This research analyzes the state's role in regulating and supervising e-money providers in Indonesia as a form of digital consumer protection. The rapid development of financial technology has introduced various digital payment innovations, but also creates regulatory challenges and risks for consumers. This study evaluates the effectiveness of the regulatory framework implemented by Indonesian financial authorities in supervising e-money providers and identifies gaps in digital consumer protection mechanisms. The research employs a normative juridical approach with a comparative analysis of e-money regulations in other countries. The findings indicate that despite various regulations governing e-money, weaknesses remain in transactional supervision, consumer education, and digital dispute resolution. The research recommends strengthening the supervisory capacity of financial authorities, establishing integrated complaint handling mechanisms, and enhancing consumer digital literacy. These findings contribute to the development of a more adaptive regulatory framework centered on consumer protection within the evolving digital financial ecosystem.
SOCIO-LEGAL ANALYSIS OF INDUSTRIAL RELATIONS DISPUTE RESOLUTION DUE TO MASS EMPLOYMENT TERMINATION Rianza, Riri; Hariansah, Syafri
JCH (Jurnal Cendekia Hukum) Vol 10, No 1: JCH (JURNAL CENDEKIA HUKUM)
Publisher : LPPM STIH Putri Maharaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33760/jch.v10i1.1064

Abstract

The closure of five companies in Central Bangka Regency in May 2024 has resulted in mass layoffs of 675 workers. This fact reflects the social and legal reality (dass sein), which shows the weak protection of workers in a corporate crisis triggered by the Attorney General's Office's policy of blocking company accounts to enforce the tin trade law. On the other hand, this condition emphasizes the importance of a fair and crisis-adaptive mechanism for protecting and resolving industrial relations disputes (dass sollen). This study uses a socio-legal approach to evaluate local government interventions' effectiveness in dealing with the' impact of layoffs, including facilitating the disbursement of Old Age Security (JHT) through BPJS Ketenagakerjaan. However, these efforts are still temporary and have not touched on the long-term needs of affected workers. This study highlights the importance of holistic law enforcement, considering cross-sectoral impacts, and encouraging maximising the Job Loss Guarantee (JKP) program and job training as short-term solutions. These findings are expected to contribute to the development of an industrial relations dispute resolution model that is more responsive to the socio-economic context in Central Bangka.
Analisa pertimbangan hakim mengabulkan permohonan pra peradilan dengan dalil sah atau tidaknya penghentian penyidikan (Studi putusan nomor 1/PID.PRA/2025/PN PGP) Miranti, Miranti; Hariansah, Syafri; Pratama, M.Ilham Wira
Cessie : Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 4 No. 3 (2025): Cessie: Jurnal Ilmiah Hukum (In progress)
Publisher : ARKA INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55904/cessie.v4i3.1662

Abstract

Praperadilan merupakan instrumen hukum yang dirancang untuk melindungi hak tersangka maupun masyarakat dari potensi penyalahgunaan kewenangan aparat penegak hukum. Namun, secara empiris, terdapat kesenjangan antara konsep normatif dengan praktik, sebagaimana terlihat dari 19 perkara praperadilan di Pengadilan Negeri Pangkalpinang periode 2022–2025, hanya 6 permohonan yang dikabulkan sementara sisanya ditolak, gugur, atau tidak diterima. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan tersebut dengan mengkaji secara yuridis normatif dan menggunakan pendekatan analisis kualitatif terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Objek penelitian difokuskan pada Putusan Nomor 1/Pid.Pra/2025/PN Pgp terkait sah atau tidaknya penghentian penyidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakim mengabulkan permohonan praperadilan dengan pertimbangan bahwa putusan perdata terkait kepemilikan tanah tidak dapat dijadikan dasar penghentian penyidikan perkara pidana pemalsuan surat. Temuan ini memperlihatkan pentingnya kecermatan dalam merumuskan dalil permohonan praperadilan agar berfokus pada aspek prosedural. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa praperadilan akan lebih efektif apabila pemohon mampu menguraikan secara detil kekeliruan prosedur penyidik, sehingga mekanisme ini dapat berfungsi optimal sebagai kontrol terhadap penegakan hukum pidana.
Analisis Penegakan Hukum Terhadap Praktik Penangkapan Ikan Tidak Ramah Lingkungan: Studi Kasus Penggunaan Muro Ami di Perairan Bangka Belitung Betty, Lea; Hariansah, Syafri; Yuliana, Sri
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities Vol 8, No 4 (2025): Oktober, In proggress
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jr.v8i4.49735

Abstract

Fishing using the Muro Ami method is one of the destructive fishing practices that severely harms marine ecosystems. This study aims to analyze the legal framework and the effectiveness of law enforcement against the use of Muro Ami in the Bangka Belitung waters. The research employs a normative juridical approach with field case studies, referring to national legislation and international legal instruments related to marine environmental protection. The results show that the Muro Ami practice is explicitly prohibited by various regulations, such as Law Number 31 of 2004 concerning Fisheries as amended by Law Number 45 of 2009, along with its derivative regulations. However, law enforcement implementation faces obstacles such as limited supervision, weak inter-agency coordination, and the persistence of offenders engaging in this illegal practice. Therefore, strengthening law enforcement capacity, enhancing monitoring, and continuous community education are necessary. This research is expected to contribute academically to the development of environmental and fisheries law in Indonesia.Penangkapan ikan dengan metode Muro Ami merupakan salah satu praktik perikanan destruktif yang berdampak buruk terhadap ekosistem laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan hukum dan efektivitas penegakan hukum terhadap penggunaan metode Muro Ami di perairan Bangka Belitung. Penelitian menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan studi kasus di lapangan, serta mengacu pada peraturan perundang-undangan nasional dan instrumen hukum internasional terkait perlindungan lingkungan laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik Muro Ami secara tegas dilarang dalam berbagai regulasi, seperti Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 serta peraturan turunan lainnya. Namun, implementasi penegakan hukum masih menghadapi kendala seperti keterbatasan pengawasan, lemahnya koordinasi antar-instansi, serta masih adanya pelaku yang melakukan praktik ilegal ini. Oleh karena itu, diperlukan penguatan kapasitas penegakan hukum, peningkatan pengawasan, serta sosialisasi yang berkelanjutan kepada masyarakat pesisir. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis dalam pengembangan hukum lingkungan dan perikanan di Indonesia.
Analisis Penerapan Protokol Kesehatan Selama Pandemi Covid 19 di Lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Pertiba Pangkalpinang Ditinjau Dari Perspektif Budaya Hukum Sunggara, M. Adystia; Hariansah, Syafri
Jurnal Legalitas (JLE) Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERTIBA PANGKALPINANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58819/jle.v1i1.59

Abstract

Salah satu persoalan yang perlu dikaji secara akademis untuk menemukan jawaban akademis adalah persoalan budaya hukum dosen terhadap kepatuhan protokol kesehatan selama pandemi COVID 19 khususnya dilingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Pertiba Pangkalpinang. Dalam dua tahun terakhir COVID 19 membawa dampak serius hampir diseluruh aspek kehidupan. Meskipun ditengah pandemi seperti saat ini pendidikan merupakan hal terpenting dan tidak dapat dikesampingkan bagi sebuah negara. Pandangan ini tentu sejalan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Pasal 31 ayat (1) yang secara eksplisit menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan. Sebagai satuan pendidikan Tinggi, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Pertiba Pangkalpinang merupakan sektor pendidikan yang terkena imbas kebijakan pembelajaran selama pandemi COVID 19. Kebijakan-kebijakan baik dari KEMDIKBUD maupun Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah II telah diaplikasikan kedalam sistem pendidikan sebagai bentuk penyesuaian kebijakan. Dalam merespon kebijakan pusat ini ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum mengeluarkan surat keputusan Nomor 171/ST.01.1/III/2021 tentang pembelajaran tatap muka di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Pertiba Pangkalpinang selama pandemi COVID 19. Meskipun ketua Sekolah Tinggi telah menginstruksikan 5 point tersebut, faktanya civitas akademika mengenyampingkan instruksi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang menekankan pada aspek legal. Selain itu, penelitian ini melihat sejauhmana kepatuhan civitas akademika dalam memahami dan menaati sebuah aturan melalui pendekatan Lawrance Friedman.