cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya)
ISSN : 25488317     EISSN : 25488325     DOI : -
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) merupakan media untuk mempublikasikan hasil Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya (SNFA) yang diselenggarakan oleh Program Studi S2 Ilmu Fisika, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
Arjuna Subject : -
Articles 161 Documents
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK QUASI-LINEAR CONVECTIVE SYSTEM PADA MARET SAMPAI MEI 2017 DI WILAYAH PANGKALAN BUN BERBASIS RADAR CUACA Maulidyah, Meldisa Putri; Islamiardi, Rossian Nursiddiq; Maulana, Rezky Fajar; Tamba, Kristian Adi Putra; Nugraheni, Imma Redha; Wardoyo, Eko
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1926.609 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35918

Abstract

Abstract: Quasi Linear Convective System (QLCS) is one of the phenomena of meso-scale convective weather systems (MCS), which are linear in shape with an unspecified leftime and potentially bad weather in the form of heavy rain and strong winds. This research will identify, analyze, and characterize QLCS in the Pangkalan Bun region, Central Kalimantan, as a research location with a period of March to May 2017 using raw data radar data base of Pangkalanbun type C-Band single polarization type Selex SI Gematronik. Method of research was conducted in a descriptive analysis with a description of the QLCS temporally and spatially. The results showed the most duration was 30-60 minutes. The location of the QLCS formation is dominant in the coastal plain or lowland areas. The type of formation of QLCS is dominant broken line.Abstrak: Quasi Linear Convective System (QLCS) merupakan salah satu fenomena dari sistem cuaca konvektif skala meso atau Mesoscale Convective System (MCS) yang berbentuk linear dengan masa hidup tidak ditentukan dan berpotensi cuaca buruk berupa hujan lebat dan angin kencang. Pada penelitian ini akan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengarakteristikan QLCS di wilayah cakupan radar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah sebagai lokasi penelitian dengan jangka waktu bulan Maret sampai Mei tahun 2017 menggunakan raw data radar cuaca Pangkalan Bun tipe C-Band jenis polarisasi tunggal Selex SI Gematronik. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif produk Column Max (CMAX), Combined Moment (CM), Strom Structure Analysis (SSA), Severe Weather Indicator (SWI), dan Horizontal WInd (HWIND). Hasil penelitian menunjukkan durasi pembentukan QLCS terbanyak terjadi dalam rentang 30-60 menit dengan lokasi pembentukan QLCS dominan pada area coastal plain atau dataran rendah. Tipe pembentukan QLCS dominan broken line dan banyak terjadi di pagi hari.
Identifikasi Bidang Gelincir Menggunakan Metode Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner (Studi Kasus Dusun Sijeruk, Kabupaten Banjarnegara) Iman Suardi; Puji Ariyanto; Kautsar Nafi; Sigit Ariwibowo; Munawar Ali
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1518.149 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35913

Abstract

Abstract: Banjarnegara is landslide prone area. This research was conducted in area landslide in Dusun Gunung Raja in 2014. This research aims to identification slip surface in research location. This research used Geo-Electrical Method of Wenner. This research use 6 track. Data processing using Res2Dinv. Based on data processing, the interpretation results obtained are clay sand layer which is an aquifer, clay layer, limestone sandstone and building debris. Based on these results it is assumed that the slip plane is a clay layer with a resistivity value of 10.50 - 35.50 Ω.m. The depth of the slip plane is between 0 - 7 meters with a slope of 7.5 ° - 60 °. The type of soil movement in the study area is multi rotational.Abstrak: Banjarnegara merupakan daerah rawan longsor. Penelitian ini dilakukan di daerah sekitar longsoran di Dusun Gunung Raja pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bidang gelincir pada lokasi penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi Wenner. Penelitian ini sebanyak 6 lintasan. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Res2Dinv. Berdasarkan pengolahan data, hasil interpretasi yang didapatkan yaitu lapisan pasir lempungan yang merupakan akuifer, lapisan lempung, batu pasir gampingan dan bekas runtuhan bangunan. Berdasarkan hasil tersebut diduga bidang gelincir merupakan lapisan lempung dengan nilai tahanan jenis 10,50 – 35,50 Ω.m. Kedalaman bidang gelincir antara 0 – 7 meter dengan kemiringan lereng sebesar 7,5° – 60°. Tipe gerakan tanah pada daerah penelitian adalah multi rotasional.
Kajian Quasi Linear Convective System Di Bengkulu Pada Tanggal 10 November 2017 Menggunakan Wrf-Arw Amalia Khoirunnisa; Rizky Umul Nisa Fadillah; Marselinus Muaya; Fitria Puspita Sari
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1633.72 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35908

Abstract

Abstract: The Quasi Linear Convective System (QLCS) is a meso-scale convective weather system that has the potential to bring heavy rains and destructive strong winds. One of the Quasi Linear Convective Systems (QLCS) that have occurred in Indonesia is the QLCS that was formed in Bengkulu on November 10, 2017. QLCS can be identified using weather radar observations through maximum reflectivity imagery that forms long lines. WRF-ARW (Weather Research and Forecasting - Advanced Research) weather modeling is able to simulate meso-scale atmospheric conditions. This study aims to examine the phenomenon of QLCS using identification of weather radar observations and the results of WRF-ARW modeling. The results showed a QLCS with a length of 82 km, began to form at 09:30 UTC and reached its peak at 10.50 UTC with a maximum reflectivity of 63 dBz. Atmospheric dynamics conditions in the form of wind / streamline patterns, vertical velocity, relative humidity, Convective Available Potential Energy (CAPE) and cloud fraction from WRF-ARW model outputs show a suitable pattern and support the occurrence of convective systems around the scene. Wind patterns at the time of the event indicate a convergence region. Meanwhile the vertical velocity value reaches a peak of 0.8 Pa / s before QLCS starts entering the mature phase. The relative humidity is 95% - 100% and the CAPE value reaches 1000 J / Kg to 1500 J / Kg. Cloud fraction in the layer near the surface reaches 1%. Verification results with observational data show that rainfall parameters produce smaller errors compared to the results of verification reflectivity values. This shows that the WRF-ARW model is still inaccurate in modeling reflectivity data.Abstrak: Quasi Linear Convective System (QLCS) merupakan sistem cuaca konvektif skala meso yang berpotensi membawa hujan lebat dan angin kencang yang sifatnya merusak. Salah satu Quasi Linear Convective System (QLCS) yang pernah terjadi di Indonesia adalah QLCS yang terbentuk di Bengkulu pada tanggal 10 November 2017. QLCS dapat diidentifikasi menggunakan pengamatan radar cuaca melalui citra reflectivity maksimum yang membentuk garis memanjang. Pemodelan cuaca WRF-ARW (Weather Research and Forecasting – Advanced Research) mampu mensimulasikan kondisi atmosfer skala meso. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena QLCS dengan menggunakan identifikasi pengamatan radar cuaca dan hasil permodelan WRF-ARW. Hasil penelitian menunjukkan QLCS dengan panjang 82 km, mulai terbentuk pada pukul 09.30 UTC dan mencapai puncaknya pada pukul 10.50 UTC dengan reflectivity maksimum 63 dBz. Kondisi dinamika atmosfer yang berupa pola angin/streamline, vertical velocity, kelembapan relatif, Convective Available Potential Energy (CAPE) dan cloud fraction hasil keluaran model WRF-ARW menunjukan pola yang sesuai dan mendukung terjadinya sistem konvektif di sekitar lokasi kejadian. Pola angin pada waktu kejadian menunjukan adanya daerah konvergensi. Sementara itu nilai vertical velocity mencapai puncaknya 0.8 Pa/s pada saat sebelum QLCS mulai memasuki fase matang. Kelembaban relatif sebesar 95% - 100% dan nilai CAPE mencapai 1000 J/Kg hingga 1500 J/Kg. Cloud fraction di lapisan dekat permukaan mencapai 1 %. Hasil verifikasi dengan data observasi menunjukan parameter curah hujan menghasilkan error yang lebih kecil dibandingkan dengan error hasil verifikasi nilai reflectivity. Hal tersebut menunjukan bahwa model WRF-ARW masih kurang akurat dalam memodelkan data reflectivity.
Survei Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Materi Usaha dan Energi Sujiyani Kassiavera; A. Suparmi; Cari Cari; Sukarmin Sukarmin
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.298 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35928

Abstract

Abstract: This study aims to determine the critical thinking skills possessed by students. The Subject of this research were 131 students of physics education program from Bengkulu University and Indraprasta University. Subjects consist of 4th semester (56 students) and 6th semester (75 students) who have received the Basic Physics course previously. Instrument of this research using test concept. Based on the results of a survey conducted that students' critical thinking skills are still very low on business work- energy. This survey research will be the main basis for researchers to conduct further research with the same research location.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis yang dimiliki mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah 131 mahasiswa yang terdiri dari semester 4 (56 siswa) dan semester 6 (75 siswa) yang telah menerima materi Fisika Dasar sebelumnya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan bahwa keterampilan berpikir kritis mahasiswa masih sangat rendah pada materi usaha dan energi. Penelitian survei ini akan menjadi dasar utama bagi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan lokasi penelitian yang sama.
Perhitungan Perubahan Reaktivitas Pada Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy Akibat Pengoperasian Power Ramp Test Facility A Suparmi; Tuti Dwi Setyaningsih; Suharyana Suharyana; Fuad Anwar; Riyatun Riyatun
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2019
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1197.574 KB) | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v4i0.35919

Abstract

Abstract: Power Ramp Test Facility (PRTF) is one of the irradiation facility contained in the Multipurpose Reactor GA Siwabessy. This facility is used to test the reactor fuel element pin-type Pressurized Water Reactor. As a result of the entry of foreign bodies cause changes reactor conditions, one of which is expressed with the amount of reactivity to assess the safety of the reactor due to the operation PRTF. PRTF operation simulation and calculation is done using software neutronics MCNP6. Test UO2 fuel enriched assumed at 5% with constant power reactor operating at 15 MW and test fuel pin placed on PRTF within 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, and 140 mm from the centre of the reactor core. Change of reactivity values required in order to secure the reactor, maximal value is 0,5%.  The calculation were obtained at each position is (;  ;  ; ;; ; ; ). Change of reactivity values smaller than the safe limit. Therefore, the study of reactivity changes PRTF operation to test fuel pin is secure.Abstrak: Power Ramp Test Facility (PRTF) merupakan salah satu fasilitas iradiasi yang terdapat pada Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy. Fasilitas ini digunakan untuk menguji pin elemen bahan bakar reaktor tipe Pressurized Water Reactor. Akibat dari masuknya benda asing menyebabkan perubahan kondisi reaktor, salah satunya dinyatakan dengan besaran reaktivitas untuk mengkaji keselamatan reaktor akibat pengoperasian PRTF. Simulasi pengoperasian PRTF dan perhitungan netronik dilakukan menggunakan perangkat lunak MCNP6. Bahan bakar uji UO2 diasumsikan diperkaya sebesar 5% dengan daya operasi reaktor konstan sebesar 15 MW. Pin bahan bakar uji diletakkan pada PRTF berjarak 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140 mm dari arah pusat teras reaktor. Nilai perubahan reaktivitas yang dipersyaratkan agar reaktor aman adalah , sedangkan nilai perubahan reaktivitas dari penelitian pada masing-masing posisi dari pusat reactor adalah (;  ;  ; ;; ; ; ) . Nilai perubahan reaktivitas akibat masuknya pin bahan bakar di PRTF mempunyai nilai perubahan reaktivitas 1/10 kali lebih kecil daripada batas aman. Oleh karena itu, ditinjau dari kajian  nilai perubahan reaktivitas maka pengoperasian PRTF untuk uji pin bahan bakar adalah aman.
Persamaan Gelombang Gravitasi untuk Teori Proca yang Digeneralisasi Marliana Marliana; Agustina Widiyani; Azwar Sutiono; Agus Suroso; Freddy P. Zen
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v5i0.46604

Abstract

Abstract: The direct detection of gravitational waves from binary black holes and neutron stars have been taking a new oportunities to test teori of gravity.The gravitational wave is affected by the modification of a gravity theory during propagation at cosmological distances. By comparing general equation of gravtiational wave and modification of gravity theory, is obtained equation of gravitational wave for the generalized Proca theories. As a result, we find equation of gravitational wave for the generalized Proca theory. We conclude that the massive vector field affected propagation of gravitational wave.  we can use the result to test the generalized Proca theory.    Abstrak: Dengan terdeteksinya gelombang gravitasi secara langsung dari biner lubang hitam dan bintang neutron menjadi kesempatan untuk dapat menguji teori gravitasi yang sedang dikembangkan.Gelombang gravitasi secara umum dipengaruhi oleh modifikasi teori gravitasi selama penjalarannya pada jarak kosmologi. Dengan membandingkan persamaan gelombang gravitasi dengan teori modifikasi yang dikembangkan, diperoleh persamaan umum gelombang gravitasi dari teori gravitasi yang dikembangkan. Pada artikel ini diperoleh persamaan gelombang gravitasi untuk teori Proca yang digeneralisasi. Dapat disimpulkan bahwa fungsi yang mengandung vektor medan masif dapat mempengaruhi gelombang gravitasi. Persamaan ini dapat digunakan untuk menguji teori Proca yang digeneralisasi.
Efek Magnetoimpedansi pada variasi Ketebalan lapisan Cu sampel Multilapisan [Ni80Fe20(800nm)/Cu (x)nm ]4 Substrat Cu-PCB (Printed Circuit Board) Frendi Maulana; Erni Mariana
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v5i0.46598

Abstract

Abstract: Magnetoimpedance (MI) effect was observed on multilayer samples [Ni80Fe20(800)nm)/Cu(x)nm]4 Cu-Printed Circuit Board substrates. The multilayer system was grown through an electrodeposition process by modifying thickness of the Cu layer. The MI effect was analyzed by means of an impedance test under an external magnetic field at low frequency 100 kHz. The  results found that MI ratio increased ± 1.02 fold with the reduction Cu layer (800 nm until 0 nm) from 2.39% to 3.44%. This condition is believed by differences resistance of magnetic layer to conductive layer in the multilayers system. The measured sample resistance value is inversely proportional to the function of “x” as the thickness of the conductive layer. This means that the reduction conductive layer can be improve magnetic properties for a multilayer [Nife/Cu]N system. The analysis calculation of the sensitivity value also shows the potential  increase sample sensitivity to 0.9746% / mT.Abstrak: Magnetoimpedansi (MI) telah diamati untuk sampel multilapisan [Ni80Fe20(800)nm)/Cu(x)nm]4 substrat Cu-Printed Circuit Board. Sistem multilapisan ditumbuhkan melalui proses elektrodeposisi dengan memodifikasi ketebalan lapisan Cu. Efek MI dianalisis melalui pengujian impedansi dibawah medan magnet luar pada frekuensi 100 kHz. Hasil uji ditemukan rasio MI meningkat ±1.02 kali lipat dengan berkurangnya lapisan Cu (800 nm sampai 0 nm) dari 2,39 % menjadi 3,44 %. Kondisi ini diyakini oleh adanya perbedaan resistensi lapisan magnetik dengan lapisan konduktif pada sistem multilapisan. Nilai resistensi sampel yang terukur berbanding terbalik terhadap fungsi x sebagai ketebalan lapisan konduktif. Artinya berkurangnya lapisan konduktif dapat meningkatkan sifat magnetik sampel untuk sistem multilapisan [Nife/Cu]N. Analisa perhitungan nilai sensitifitas juga menunjukan potensi kenaikan sensitifitas sampel tertinggi sampai 0,9746 %/mT.
Pengaruh Perbandingan Komposisi ZnO dan TiO2 dalam Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) pada Dye Kangkung (Ipomoea aquatica) Agus Supriyanto; Deny Kurniawan; C Cari
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v5i0.46635

Abstract

Abstract: Zinc oxide has the chemical formula ZnO, while titanium oxide has the chemical formula TiO2. Zinc oxide and titanium dioxide are inorganic compounds. Zno and TiO2 are often used for Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC). This research was conducted by mixing ZnO and TiO2 as a photoanode. A mixture of ZnO and TiO2 is prepared by mixing ZnO and TiO2 in a ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and then dissolved in ethanol. The natural dye used is water spinach (Ipomoea aquatica) extract. The absorbance of natural kale dye has two quite high absorption spectra, ranging from 435-480 nm and 610-800. Each absorption spectrum has two photon absorption peaks at the wavelengths of 476 nm and 611 nm. The absorption values were 3.35724 a, u and 3.15647. Fabrication is carried out using FTO glass with a working area of 1 cm x 1 cm. The efficiency results obtained were ZnO/TiO2 (1:1) nanocomposites with an efficiency (η) of 0.08165%, ZnO/TiO2 (1:2) nanocomposites with an efficiency (η) of 0.20743% ZnO/TiO2 nanocomposites (1:3) with an efficiency (η) of 0.24044%.Abstrak: Seng oksida memiliki rumus kimia ZnO, sedangkan titanium oksida yang memiliki rumus kimia TiO2. Seng oksida dan titanium dioksida adalah senyawa anorganik. Zno dan TiO2 sering digunakan untuk Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC). Penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan ZnO dan TiO2 sebagai fotoanoda. Campuran ZnO dan TiO2 dibuat dengan mencampurkan ZnO dan TiO2 dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3 kemudian dilarutkan dalam etanol. Pewarna alami yang digunakan adalah ekstrak kangkung (Ipomoea aquatica). Absorbansi dari dye alami kangkung memiliki dua spektrum penyerapan yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 435-480 nm dan 610-800. Masing-masing spektrum penyerapan memiliki dua puncak penyerapan foton yaitu pada panjang gelombang 476 nm dan 611 nm. Nilai absorbasnsi berturut-turut yaitu 3.35724 a,u dan 3.15647. Fabrikasi dilakukan menggunakan kaca FTO dengan luas kerja 1 cm x 1 cm. Hasil efisiensi diperoleh nanokomposit ZnO/TiO2 (1:1) dengan efisiensi (η) sebesar 0,08165%, nanokomposit ZnO/TiO2 (1:2) dengan efisiensi (η) 0,20743% nanokomposit ZnO/TiO2 (1:3) dengan efisiensi (η) 0,24044%.
Sistem Kendali Penggerak Motor Stepper Pada Orbital Welding Menggunakan Perangkat Lunak LabVIEW Suhendro, Budi; Antoro, Landung Malik; Suroso, Suroso
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v5i0.46593

Abstract

Abstract: Orbital welding motion in welding for joining pipes or cylinders, has a circular or circular motion that includes horizontal or vertical motion. The orbital velocity for a welding gun is expected to have a steady and stable velocity. Therefore, the aim of this research is to design a control system to control the movement of a stepper motor in orbital welding using LabVIEW software and Arduino Mega 2560 hardware. , this system requires LabVIEW software and hardware in the form of an Arduino Mega 2560, and a TB6600 driver to control the movement of the actuator or stepper motor. The movement of the stepper motor in this welding is divided into 2 segments. Segment 1 moves from an angle of 0º-180º in a clockwise motion and segment 2 moves from an angle of 0º-180º in a counter clockwise motion. In this study, 10 variations of speed were used to determine the appropriate movement or speed for circular welding. This speed variation starts from a frequency of 1000-5500 Hz. From the RSME test that has been carried out, the results obtained with low error values at frequencies of 1000 Hz and 1500 Hz with error values of 0.325 and 0.175. Meanwhile, from the test of average speed or RPM, the results obtained successively from the frequency of 1000 Hz-5500 Hz, namely 3 rpm, 6 rpm, 6,024 rpm, 8.975 rpm, 9.897 rpm, 12.057 rpm, 15.09 rpm, 14.915 rpm, and 17.93 rpm.Abstrak: Gerak pengelasan orbital pada pengelasan untuk penyambungan pipa atau silinder, mempunyai arah gerak mengitari atau melingkar yang mencakup gerak horizontal atau gerak vertikal. Kecepatan gerak orbital untuk sebuah welding gun diharapkan mempunyai kecepatan yang tetap dan stabil. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah membuat rancangbangun sistem kontrol pengendalian pergerakan motor stepper pada orbital welding menggunakan software LabVIEW dan hardware Arduino Mega 2560. Sebagai sumber tenaga gerak dari aktuator berupa motor stepper, agar dapat mengendalikan kecepatan dan arah sesuai dengan kebutuhan gerak dari motor, sistem ini membutuhkan perangkat lunak LabVIEW dan perangkat keras berupa Arduino Mega 2560, dan driver TB6600 untuk mengatur gerakan pada aktuator atau motor stepper. Pergerakan motor stepper dalam pengelasan ini terbagi menjadi 2 segment. Segment 1 bergerak dari sudut 0º-180º dengan pergerakan searah jarum jam dan segment 2 bergerak dari sudut 0º-180º dengan pergerakan berlawanan arah jarum jam. Pada penelitian ini dilakukan 10 variasi kecepatan yang berguna untuk menentukan pergerakan atau kecepatan yang sesuai untuk pengelasan melingkar. Variasi kecepatan ini dimulai dari frekuensi 1000-5500 Hz. Dari pengujian RSME yang telah dilakukan didapatkan hasil dengan nilai error yang rendah pada frekuensi 1000 Hz dan 1500 Hz dengan nilai error sebesar 0,325 dan 0,175. Sedangkan dari pengujian kecepatan atau RPM rata-rata didapatkan hasil secara berturut-turut dari frekuensi 1000 Hz-5500 Hz yaitu 3 rpm, 6 rpm, 6,024 rpm, 8,975 rpm, 9,897 rpm, 12,057 rpm, 15,09 rpm, 14,915 rpm, dan 17,93 rpm.
Pemetaan Laju Dosis Radiasi-γ pada Pesawat Teleterapi 60Co Choiriyah, S; Sabrina, N; Riyatun, Riyatun; Suharyana, Suharyana; Muhtarom, Muhtarom; Arrozaqi, M I M
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020: Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2020
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prosidingsnfa.v5i0.46611

Abstract

Abstact: Radiotherapy 60Co is a method of therapy cancer by radiation γ.  Teletherapy 60Co at RSUD Dr. Moewardi, the collimator opening area can be adjusted to (10 x 10) cm and the distance between source and surface target (SSD) is 80 cm. γ- radiation emitted by the 60Co source will spread from the collimator to the target in a cone shape so that information about the dose rate receive by patient is needed to support the accuracy of the dose in radiotherapy. To support cancer radiotherapy at a certain depth, information is needed about the dose rate at various phantom depth, the average dose rate and the quality of the dose rate distribution. By using an ionization chamber detector placed at various phantom depth and positions, information can be recorded. PDD (percentage depth dose) of radiation with energy 1,3 MeV, the largest value is at a depth of 6,5 cm, at this depth the measured umbra area is (7,8 x 7,8)cm with an average dose rate of 0,6034 Gy/menit. As the depth of measuring instrument increases, the dose rate measured will decrease exponentially, while the umbra are at the phantom depth is relatively constant.Abstrak: Radioterapi 60co merupakan salah satu metode pengobatan kanker dengan cara menembakkan radiasi γ pada sel kanker. Pesawat teleterapi 60Co di RSUD Dr. Moewardi, luas bukaan kolimator dapat diatur menjadi (10 x 10) cm dan jarak sumber dengan permukaan target (SSD) adalah 80 cm. Radiasi- γ yang dipancarkan oleh sumber 60Co akan menyebar dari kolimator ke target dengan berbentuk konus sehingga informasi tentang laju dosis yang diterima pasien sangat diperlukan untuk mendukung ketepatan dosis dalam radioterapi. Untuk mendukung radioterapi kanker pada kedalaman tertentu, diperlukan informasi tentang laju dosis pada variasi kedalaman phantom, laju dosis rata-rata dan kualitas sebaran laju dosis. Dengan menggunakan detektor ionization chamber yang diletakkan pada berbagai kedalaman dan posisi phantom, informasi dapat direkam. PDD (percentage depth dose) dari radiasi-γ berenergi 1,3 MeV terbesar nilainya  pada kedalaman 6,5 cm, pada kedalaman ini luas umbra yang terukur yaitu (7,8 x 7,8) cm dengan laju dosis rata-rata 0,6034 Gy/menit. Dengan bertambahnya posisi kedalaman letak alat ukur, laju dosis yang terukur akan menurun secara eksponensial, sedangkan luas umbra pada kedalaman fantom relatif tetap.Â