cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur
ISSN : -     EISSN : 26226847     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 31 Documents
Evaluasi Fasilitas Sisi Udara Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur Dian Ayu Wicahyani; Ervina Ahyudanari
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.847 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i2.5488

Abstract

Bandara Halim Perdanakusuma berfungsi sebagai bandara mliter, yang mana di desain untuk kegiatan militer. Lokasi Bandara Halim Perdanakusuma terletak di Jakarta Timur dengan elevasi 26 mdpl (=85,3 ft) yang memiliki 1 buah landasan pacu (runway) dengan arah 06-24. Pada tanggal 10 Januari 2014, untuk mengurangi kepadatan penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma dibuka untuk beroperasi sementara menjadi bandara komersial hingga saat ini. Dengan adanya penambahan fungsi bandara, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah desain Bandara Halim Perdanakusuma sudah memenuhi ketentuan standard penerbangan sipil seperti yang diisyaratkan pada ICAO Annex 14 serta FAA. Berdasarkan kondisi eksisting, Bandara Halim Perdanakusuma memiliki panjang runway sebesar 3000 x 45 meter dengan arah runway 06 – 24. Lebar taxiway ±25 meter, memiliki 2 buah exit taxiway dengan sudut 90º dan 1 buah exit taxiway dengan sudut 45º. Untuk lamanya penggunaan runway/ROT maksimum sebesar 36 detik. Dari evaluasi pada Studi ini didapatkan arah runway sama seperti eksisting, yaitu 06 – 24, tetapi utilisasi runwaynya menurun menjadi 98,16% karena adanya komponen crosswind. Panjang runway setelah dievaluasi didapatkan sebesar 3180 meter dengan lebar runway 45 meter. Lebar taxiway sesuai dengan ICAO dan FAA sebesar 15 meter, memiliki 2 buah exit taxiway dengan sudut 90º dan 1 buah exit taxiway dengan sudut 45º. Adanya penambahan panjang runway pada Runway 24 sebesar 180 meter. Kapasitas runway eksisting di lapangan sebesar 17 operasi/jam. Secara matematis sebesar 38 operasi/jam, sedangkan yang disimulasikan dengan time – space diagram sebesar 35 operasi/jam. Berarti lokasi exit taxiway eksisting mampu menampung pergerakan pesawat eksisting.
Analisa Karakteristik Traksi serta Redesign Rasio Transmisi pada Mobil Mitsubishi Strada Triton GLX Nyoman Angga Adwitya Kirana; I Nyoman Sutantra
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (966.041 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i2.5704

Abstract

Bandara sam Ratulangi berlokasi di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Evaluasi yang dilakukan terhadap ini adalah evaluasi panjang dan lebar runway, evaluasi kawasan keselamatan operasi penerbangan terhadap topografi, dan evaluasi pola pergerakan pesawat terhadap topografi. Selain itu dilakukan juga evaluasi kapasitas dan berat masing-masing pesawat terbang yang beroperasi berkaitan dengan penentuan jarak tempuh optimum pesawat yang digunakan untuk penentuan potensi rute tambahan. Terdapat 4 kesimpulan dalam Studi ini. Pertama, Untuk pesawat kritis Boeing 737 – 900, runway yang tersedia di Bandara Sam Ratulangi Manadomasih memenuhi dimana TORA pesawat Boeing 737 – 900 adalah 2580 m dan lebar runway dibutuhkan sesuai kriteria pesawat adalah 45 m. Sedangkan panjang runway yang tersedia adalah 2650 m dengan lebar 45m. Kedua, untuk evaluasi KKOP terhadap topografi, pada potongan memanjang topografi bandara masih memenuhi batasan KKOP. Sedangkan pada potongan melintangnya, terdapat topografi dimana ketinggiannya melebihi batas KKOP. Ketiga, pola pergerakan pesawat Boeing 737 – 900 tidak mengalami gangguan saat melakukan lift off. Sehingga untuk pola pergerakan pesawat selanjutnya tidak terjadi gangguan keselamatan operasi penerbangan akibat topografi. Sampai saat ini, Pesawat Boeing 737 – 900 beroperasi dengan jarak tempuh paling jauh 1790 nautical miles yaitu dari Bandara Sam Ratulangi Manado menuju Bandara Shanghai Pudong Tiongkok dengan konsumsi bahan bakar sebesar 18475.60 liter. Dari hasil jarak tempuh optimum yang bisa ditempuh pesawat diperoleh untuk jarak tempuh optimum pesawat Boeing 737 – 900 adalah 3544 km atau 1920 nautical miles dengan konsumsi bahan bakar sebesar 18720 liter.
Kualitas Indeks Track Geometri Sebagai Indikator Penilaian Kualitas Track Melalui Metode Yang Berbeda (Studi Kasus: Cirebon-Cikampek) Dyni Indar Karunianingrum; Hera Widyastuti
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.566 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i1.5386

Abstract

Untuk mengatasi pergerakan pertumbuhan lalu lintas jaringan kereta api di Indonesia, khususnya di Jalur Cirebon-Cikampek dimana rute tersebut merupakan rute tersibuk di utara Pulau Jawa, hal itu dapat mempengaruhi kondisi geometri lintasan. Beberapa parameter geometri yang berpengaruh diantaranya adalah angkatan, listringan, lebar spur, dan pertinggian. Perlu adamya suatu pemeliharaan untuk mengukur suatu kondisi dan kualitas lintasan dengan menggunakan kereta ukur EM-120. Dibutuhkan pemeliharaan untuk mengukur kondisi dan kualitas lintasan menggunakan kereta ukur EM-120. Hasil kereta ukur menunjukkan nilai standar deviasi dari setiap parameter sehingga hasil kualitas segmen secara keseluruhan disebut Indeks Kualitas Track (TQI). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Indeks Kualitas Track berdasarkan Standar Kereta Api Indonesia, Polandia Koefisien J-Sintetis dan Perkeretaapian India. Untuk mengetahui perbedaan hasil analisa indeks kualitas lintasan, digunakan metode tabulasi silang dan regresi linier berganda. Hasil yang didapatkan dari tabulasi silang yaitu selisih perbedaan pengukuran secara statistik sedangkan regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa besar parameter yang mempengaruhi nilai kualitas lintasan.
Kajian Jalur Ganda Kereta Api Stasiun Blitar -Stasiun Kertosono Sta 122 +895 – 215 +479 Alkahfian Ramadhani Wiasanto; Wahju Herijanto; Budi Rahardjo
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.847 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i2.5485

Abstract

Di Pulau Jawa, saat ini sistem perkeretaapian dapat dikatakan sudah baik. Hal ini terlihat dari jalur rel kereta api lintas utara Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya sejauh 727 km yang sudah berupa jalur ganda. Dengan adanya jalur ganda ini dapat mengurangi waktu tempuh karena tidak perlu lagi adanya persilangan antar kereta api. Akan tetapi di jalur selatan proyek jalur ganda belum seluruhnya dapat terlaksana. Sehingga dengan beberapa alasan tersebut dibutuhkan pembangunan jalur ganda kereta api. Hal ini juga sesuai dengan pengembangan jaringan dan layanan kereta api regional untuk wilayah Pulau Jawa yang ada dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) yang direncanakan pengerjaanya pada tahun 2026-2030. Metodologi dalam perencanaan ini dimulai dengan pengumpulan data primer berupa pengamatan langsung ke lapangan. Dan data sekunder berupa peta topografi dan peraturan terkait jalan rel. Kemudian mengidentifikasi permasalahan, studi literatur, dan analisis perencanaan. Hasil dari studi ini adalah adanya jalan rel baru yang berupa jalur ganda menghubungkan Blitar dan Kertosono dengan trase mengikuti dari jalan rel yang sudah ada. Dan juga emplasemen baru yang menyesuaikan dengan jalur ganda. Serta rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk membangun jalan rel baru sebesar Rp 565,308,000,000.00.
Konfigurasi Gerbang Tol Pemalang – Batang Videla Denastyan Agpenta Putra; Wahju Herijanto; Catur Arif P.
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (959.59 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i1.5490

Abstract

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan untuk membayar tol. Pembuatan jalan tol bertujuan untuk mempersingkat waktu tempuh perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh sebab itu, sebagaimana fungsinya jalan tol harus menyediakan arus yang bebas hambatan agar tujuan jalan tol untuk mempersingkat waktu tempuh perjalanan tercapai. Untuk menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Perencanaan Konfigurasi Gerbang Tol Pemalang – Batang merencanakan gerbang tol untuk tahun 2019 dan 2034. Metode yang digunakan yaitu Multi Channel Single Phase sebagai struktur dasar proses antrian dan First In First Out sebagai pelayanan antrian. Perencanaan ini diharapkan dapat menghasilkan gerbang tol yang dapat bekerja dengan optimal. Hasil dari Perencanaan Konfigurasi Gerbang Tol Pemalang – Batang pada tahun 2019 untuk gardu tol otomatis khusus terdapat 1 gardu pada setiap arah masuk dan keluar. Untuk gardu tol otomatis gerbang Pemalang terdapat 2 arah masuk dan 3 arah keluar. Gerbang Beji arah masuk dan keluar terdapat 4 gardu. Gerbang Bojong arah masuk dan keluar terdapat 4 gardu. Gerbang Tulis arah masuk dan keluar terdapat 3 gardu. Gerbang Batang arah masuk dan keluar terdapat 2 gardu. Sedangkan untuk gardu tol On Board Unit terdapat 1 pada semua arah masuk dan arah keluar gerbang tol. Pada tahun 2034 terdapat peningkatan jumlah gardu tol sesuai dengan pertumbuhan volume kendaraan.
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Terhadap Kinerja Jalan di Koridor Jalan Raya Ki Ageng Gribig Kota Malang Oktatetavino Yusufi Putra; Sardjito Sardjito
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.241 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i2.5038

Abstract

Jalan Raya Ki Ageng Gribig merupakan salah satu kawasan dengan lalu lintas yang cukup tinggi karena digunakan sebagai salah satu tumpuan utama lalu lintas dan merupakan jalur dari jalan lingkar timur, serta akses utama menuju tol Malang-Pandaan. Maka dapat disimpulkan bahwa di wilayah penelitian memiliki nilai lokasi dan nilai lahan yang tinggi karena aksesibilitas yang juga tinggi. Hal tersebut memicu adanya perubahan pemanfaatan ruang menjadi kegiatan komersil yang memiliki angka bangkitan tinggi sehingga berpotensi menurunkan kinerja jalan tersebut. Tingginya bangkitan juga menimbulkan volume lalu lintas yang meningkat sehingga menyebabkan adanya kepadatan lalu lintas. Apabila kepadatan lalu lintas dan penurunan kinerja jalan di Jalan Raya Ki Ageng Gribig terjadi maka masalah kelancaran lalu lintas akan timbul dengan sendirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang terhadap kinerja jalan di koridor Jalan Raya Ki Ageng Gribig Kota Malang. Dalam mencapai tujuan penelitian maka dilakukan empat tahapan, menganalisis tingkat pelayanan jalan, menganalisis bangkitan lalu lintas dari penggunaan lahan, menganalisis pengaruh bangkitan lalu lintas dari penggunaan lahan terhadap tingkat pelayanan jalan, serta menentukan arahan pengendalian pemanfaatan ruang terhadap kinerja jalan di koridor Jalan Raya Ki Ageng Gribig Kota Malang menggunakan simulasi dan komparasi Peraturan Zonasi. Berdasarkan hasil analisis, pengaruh bangkitan lalu lintas dari penggunaan lahan terhadap kinerja jalan pada segmen 1 memiliki intensitas pengaruh sebesar 0,91 smp/jam. Angka intensitas tersebut melebihi batas maksimal yaitu 0,9, sehingga pada segmen 1 dilakukan simulasi dengan merubah kegiatan yang tidak diizinkan dan tanah kosong menjadi kegiatan yang diizinkan dengan tujuan dapat menurunkan angka intensitasnya. Sedangkan pengaruh bangkitan lalu lintas dari penggunaan lahan terhadap kinerja jalan pada segmen 2 memiliki intensitas pengaruh sebesar 0,57 smp/jam (bagian kiri jalan/barat) dan 0,52 smp/jam (bagian kanan jalan/timur). Sehingga tanah kosong dan perumahan pada segmen 2 dapat dirubah dan dikembangkan menjadi kegiatan perdagangan dan jasa yang diizinkan.
Analisis Pemilihan Jenis Perkerasan Jalan untuk Perbaikan Kerusakan Perkerasan Jalan di Jalan Harun Thohir, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Stella Tannia Daksa; Catur Arif Prastyanto
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.492 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i1.5705

Abstract

Jalan Harun Thohir di Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur adalah salah satu akses menuju kawasan Pelabuhan Gresik dengan kelas jalan kabupaten. Jalan sepanjang kurang lebih 1,2 km ini mengalami kerusakan berupa jalan yang bergelombang, berlubang, dan konstruksi beton yang hancur. Kerusakan-kerusakan ini ditengarai disebabkan oleh muatan berlebih dari kendaraan yang melalui jalan tersebut, yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. Kerusakan-kerusakan ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengendara dan masyarakat sekitar, sehingga perlu dilakukan perbaikan konstruksi perkerasan jalan. Saat ini, jalan menggunakan perkerasan kaku dan ingin dilakukan perencanaan perbaikan kerusakan perkerasan jalan dengan membandingkan penggunaan perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan paving block pada seksi yang sama. Perencanaan tebal struktur perkerasan lentur menggunakan metode Bina Marga 2017 dengan usia rencana 20 tahun. Perencanaan tebal struktur perkerasan kaku menggunakan metode Bina Marga 2017 dengan usia rencana 40 tahun. Sedangkan perencanaan tebal struktur perkerasan paving block menggunakan metode modifikasi perkerasan lentur, metode australian empiris, dan mechanistic design dengan usia rencana 20 tahun. Dalam perencanaan perbaikan kerusakan perkerasan jalan ini hanya digunakan data sekunder, berupa data jumlah penduduk, data PDRB, data PDRB per kapita, data lalu lintas, data curah hujan, dan data HSPK. Data tersebut diolah kemudian dilakukan analisis. Pertama, dilakukan peninjauan karakteristik lalu lintas pada saat ini dan pada umur rencana. Kemudian, dilakukan perencanaan tebal struktur perkerasan jalan dan dilakukan pula analisis biaya. Terakhir, dipilih jenis perkerasan jalan yang paling sesuai ditinjau dari segi biaya konstruksi dan pemeliharaan. Berdasarkan hal di atas, diperoleh hasil perkerasan kaku sebagai perbaikan kerusakan perkerasan jalan di Jalan Harun Thohir, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dengan tebal lapis drainase 15 cm, lapis pondasi LMC 10 cm, dan tebal pelat beton 30,5 cm.
Analisis Dampak Pembangunan Kra Canal terhadap Industri Kepelabuhanan di Indonesia Dio Mukti Kuncoro; I Gusti Ngurah Sumanta Buana; Achmad Mustakim
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.748 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i1.5700

Abstract

Selat Malaka selama ini menjadi jalur terpenting di dunia karena merupakan rute tercepat bagi kapal dari barat (westbound) ke timur (eastbound). Sehingga tiga negara di pesisir Selat Malaka (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) berlomba-lomba untuk mengambil keuntungan dengan menyediakan fasilitas pelayanan kapal yang melintas, seperti, pemanduan, bunkering, dan hub port. Namun pada tahun 2017 diberitakan bahwa akan dibangun Kra Canal yang akan menjadi alternatif jalur pelayaran Selat Malaka. Apabila dibangun maka akan terjadi perubahan rute yang mengakibatkan kapal tidak lagi melalui Selat Malaka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan Kra Canal terhadap industri kepelabuhanan di Indonesia dengan memperhatikan biaya transportasi laut kapal mainliner petikemas internasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata perubahan biaya per unit ($/TEUs) kapal mainliner internasional jika melalui Kra Canal (meningkat) sebesar 30,58%, 21,96%, dan 13,08% berturut-turut dibanding Tanjung Perak, Tanjung Priok, dan Belawan. Sedangkan throughput petikemas transhipment internasional pada masing-masing pelabuhan utama Indonesia terdampak tidak signifikan, yaitu hanya berpindah sebesar, Tanjung Perak 0,24%, Tanjung Priok 2,03%, dan Belawan 1,56%. Penurunan penggunaan fasilitas kepelabuhanan pada masing–masing pelabuhan direpresentasikan dalam pendapatan ($), yaitu, Tanjung Perak sebesar $ 129.592,72, Tanjung Priok sebesar $ 376.943,91, Belawan sebesar $ 344.731,75, dan Selat Malaka sebesar $ 8.163.226,68 untuk jasa pemanduan dan $ 110.338.169,02 untuk jasa bunkering.
Analisis Kebutuhan Ruang Parkir (Off Street Parking) di Kawasan Pasar Pucang Surabaya Zaldy Purwa; Hera Widyastuti; Cahya Buana
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.522 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i2.5706

Abstract

Kota Surabaya adalah Ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk yang hampir 3 juta jiwa (Sumber: Badan Pusat Statistik). Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Salah satu kegiatan perekonomian di Surabaya berada di kawasan pasar Pucang Surabaya. . Wilayah Pasar Pucang yang berpotensi menjadi salah satu pasar yang diminati sebagian besar masyarakat Surabaya tidak diimbangi dengan fasilitas parkir kendaraan (off street parking) yang memadai. Masyarakat yang ingin datang ke kawasan Pasar Pucang khususnya yang menggunakan mobil harus memarkirkan kendaraannya di badan jalan sehingga lebar efektif jalan menjadi berkurang dan dapat mengakibatkan kepadatan arus lalu lintas. Untuk itu dibutuhkan perencanaan ulang gedung parkir agar dapat menampung volume kendaraan yang parkir di badan jalan. Data yang dibutuhkan untuk perencanaan ini adalah data primer yaitu dengan melakukan pencatatan pelat nomor kendaraan yang parkir dan juga survei volume arus lalu lintas (counting). Dari analisa ini, dapat diperoleh volume kendaraan dan juga karakteristik pengguna parkir. Tahap perencanaan, perencanaan beberapa layout rencana ruang parkir termasuk sirkulasi kendaraan dan tata cara untuk parkir. Dari hasil analisis, didapatkan volume puncak arus lalu lintas di Jalan Pucang Anom sebesar 1088 skr/jam dengan tingkat derajat kejenuhan sebesar 0,99. Sementara untuk analisis karakteristik parkir didapatkan volume total kendaraan mobil sebesar 301 mobil dengan akumulasi parkir maksimal sebesar 41 mobil sementara untuk motor sebesar 412 motor dengan akumulasi parkir maksimal sebesar 80 motor.
Kajian Geometrik Interchange Waru Ramp Mojokerto-Sidoarjo Alyssa Dewiputri Herdiana; Wahju Herijanto
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.608 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i1.5486

Abstract

Mojokerto dan Sidoarjo merupakan dua kabupaten yang tergabung dalam sebuah kawasan metropolitan di Provinsi Jawa Timur, yaitu Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan) yang bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar Daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan jalan tol yang dilengkapi akses keluar-masuk yang memadai dan tidak menyulitkan para pengendara. Dalam tugas akhir ini penulis mencoba merencanakan ulang interchange yang menghubungkan Mojokerto dan Sidoarjo di kawasan Waru yang sebelumnya pada akhir interchange dinilai berpotensi menyebabkan konflik lalu lintas atau weaving conflict karena pendeknya jarak dari ramp satu ke ramp yang lainnya. Perencanaan ulang ini meliputi desain geometri interchange dan ramp yang baru sehingga diharapkan akan mengurangi weaving conflict dan mengurangi potensi kemacetan yang mungkin terjadi. Dalam prosesnya, metodologi yang digunakan adalah dengan menganalisis pemilihan alternatif ramp dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process kemudian merencanakan desain geometrik interchange dan ramp menggunakan Peraturan Bina Marga No.007/BM/2009. Perencanaan marka dan rambu lalu lintas berdasarkan Peraturan Menteri No. 13 tahun 2014 dan No. 34 tahun 2014. Dari hasil perencanaan geometrik yang dilakukan, dihasilkan 5 tikungan, yaitu 4 tikungan tipe S-C-S dan satu tikungan tipe S-S dengan jari-jari sebesar 200 m dan panjang lengkung peralihan sebesar 25,397 m. Sedangkan untuk perencanaan ramp dihasilkan ramp on dengan jari-jari sebesar 400 m tipe taper dan ramp off dengan jari-jari sebesar 250 m tipe parallel. Rambu lalu lintas direncanakan terdapat 15 buah dan 3 macam marka.

Page 3 of 4 | Total Record : 31