cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
METANA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 220 Documents
Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit menggunakan Katalis Kalsium Oksida (CaO) menjadi Biodiesel Eka Putri, Presyta Chalida; Supriyo, Edy
METANA Vol 16, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v16i2.34193

Abstract

Bioedisel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak nabati maupun lemak hewani melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol. Minyak nabati mempunyai potensi yang cukup besar untuk bahan bakar alternatif mesin diesel dengan dilakukan reaksi transesterifikasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu (550C dan 650C), konsentrasi katalis (3% dan 5%) dan %berat metanol (30% dan 50%) terhadap yield metil ester yang dihasilkan dan dilakukan optimasi proses dengan variasi variabel suhu transesterifikasi untuk menentukan besar yield biodiesel minyak kelapa sawit. Dari penelitian didapatkan suhu transesterifikasi optimum adalah 600C dengan yield sebesar 89,98% untuk konsentrasi katalis 3% dan 50% berat metanol. Biodiesel yang didapatkan memiliki densitas sebesar 838 kg/m3 (standar Pertamina815-860 kg/m3), viskositas sebesar 4,01 mm2/sec (standar Pertamina 2,0 – 4,5 mm2/sec), bilangan asam sebesar 0,45 mgKOH/gr (standar Pertamina maks 0,6), flash point sebesar 630C (standar Pertamina min 520C) dan angka setana sebesar 48,45 (standar Pertamina min 48). Serta pengaplikasian biodiesel dengan uji kebisingan biodiesel (B30) minyak kelapa sawit pada mesin fogging sebesar 79,9 dB dan pada kebisingan solar pada mesin fogging sebesar 81,6 dB.
Pembuatan Bioetanol dari Pati Umbi Uwi (Discorea alata) melalui Proses Fermentasi dan Distilasi Hargono, Hargono
METANA Vol 16, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v16i2.34136

Abstract

Bioetanol adalah nama lain etanol yang dapat dibuat dari  bahan baku biomasa. Tanaman Uwi (Discorea alata) mudah tumbuh di lereng-lereng gunung, hutan sebagai tanaman liar, namun tanaman ini ada yang sengaja ditanam orang. Tanaman Uwi mengandung karbohidrat cukup tinggi (32,64%) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan  bioetanol. Pada penelitian ini umbi Uwi  terlebih dulu dibuat pati agar  memudahkan terjadinya proses hidrolisis dan fermentasi. Proses pembuatan pati Uwi adalah dengan mengekstrak bubur  (hasil parutan)  Uwi menggunakan air. Proses  hidrolisis dan fermentasi dilakukan secara serentak atau Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF). Konsentrasi pati  Uwi 200 g/L, konsentrasi enzim (Stargen TM 002) 1,5% (w/w), konsentrasi yeast 1,10% (w/w) dan  pada suhu 30°C. Hasil proses SSF adalah konsentrasi bioetanol kadar rendah, sehingga agar kemurnian bioetanol meningkat perlu dilakukan distilasi. Proses distilasi menggunakan distilasi 2 tahap, terdiri dari 2 kolom, meliputi kolom 1 tanpa bahan isian dilengkapi pipa pendingin yang berbentuk spiral, sedangkan kolom 2 berisi bahan isian yaitu packing. Proses distilasi 2  tahap masing-masing  ini dioperasikan pada suhu 78°C. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu SSF terhadap konsentrasi bioetanol dan  mempelajari waktu distilasi tahap 1 dan 2 terhadap konsentrasi bioetanol.  Proses SSF dilakukan selama 90 jam. Hasil terbaik proses SSF dicapai selama 72 jam yang menghasilkan konsentrasi bioetanol 12,30%. Proses distilasi 1 dan 2 dilakukan masing-masing selama 105 menit. Hasil terbaik dari distilasi tahap 1 dan tahap 2dicapai selama waktu masing-masing 90 menit, yaitu konsentrasi bioetanol  27,93% dan 85,30%. Perancangan alat distilasi 2 tahap ini layak digunakan sebagai alat pemunian bioetanol  hasil SSF.
Penyisihan Fluoride dan COD Air Limbah Industri Asam Fosfat Menggunakan Kombinasi Presipitasi dan Elektrokoagulasi Setiawan, Adhi; Arianingtyas, Nadya Ayu; Mayangsari, Novi Eka; Dewi, Tanti Utami
METANA Vol 16, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v16i2.32775

Abstract

Proses produksi asam fosfat menghasilkan air limbah dengan kandungan fluoride dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang berpotensi mencemari lingkungan jika tidak diolah secara tepat. Kandungan ion fluoride di dalam air dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia karena menyebabkan kerusakan pada gigi dan tulang. Kombinasi presipitasi dan elektrokoagulasi merupakan salah satu alternatif yang efektif untuk menurunkan kandungan fluoride dan COD. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pH presipitasi, tegangan, dan waktu kontak terhadap penyisihan fluoride dan COD pada limbah industri fosfat menggunakan metode presipitasi dan elektrokoagulasi. Proses presipitasi dan elektrokoagulasi dilakukan secara batch. Presipitan menggunakan bahan berupa Ca(OH)2 sedangkan proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminium yang tersusun secara monopolar. Pengaturan pH presipitasi menggunakan pH 5, 7, dan 9. Elektrokoagulasi menggunakan variasi waktu kontak 40, 50, dan 60 menit. Variasi tegangan listrik 17, 22, dan 27 V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pH meningkatkan efisiensi penyisihan pada proses presipitasi. Peningkatan nilai tegangan listrik dan waktu kontak menyebabkan peningkatan efisiensi penyisihan fluoride dan COD. Efisiensi tertinggi pada proses penyisihan fluoride dan COD diperoleh pada kondisi pH 9, waktu kontak 60 menit dan tegangan 27 volt dengan nilai efisiensi penyisihan fluoride sebesar 99,84% dan efisiensi penyisihan COD sebesar 56,35%. The production process of phosphoric acid produces wastewater containing fluoride and COD which has the potential to pollute the environment if not treated properly. The content of fluoride ions in water can be a serious threat to human health because it causes damage to teeth and bones. The combination of precipitation and electrocoagulation is an effective alternative to reduce fluoride and COD content. This study aims to analyze the effect of pH of precipitation, voltage, and contact time on fluoride and COD removal in industrial phosphate waste using precipitation and electrocoagulation methods. The precipitation and electrocoagulation processes are carried out in batches. Precipitant uses a material in the form of Ca (OH) 2, while the electrocoagulation process uses aluminum electrodes that are arranged monopolarly. Setting the pH of the precipitation using pH 5, 7, and 9. Electrocoagulation using a variation of contact time 40, 50, and 60 minutes. Electric voltage variations 17, 22, and 27 V. The results showed that increasing pH increased the removal efficiency in the precipitation process. Increasing the value of the power supply voltage and contact time led to an increase in the efficiency of fluoride and COD removal. The highest efficiency in fluoride and COD removal process was obtained at conditions of pH 9, contact time of 60 minutes and a voltage of 27 volts with a fluoride removal efficiency value of 99.84% and COD removal efficiency of 56.35%.
Kajian Sifat Morfologi dan Mekanis Biofoam dari Tepung Tapioka dan Serat Limbah Batang Jagung Sumardiono, Siswo; Pudjihastuti, Isti; Amalia, Rizka
METANA Vol 17, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i1.37911

Abstract

Styrofoam atau polystyrene (PS) foam yang diolah, umumnya digunakan sebagai kemasan makanan. Rendahnya tingkat daur ulang pada polystyrene menyebabkan adanya polusi lingkungan yang merupakan ancaman serius terhadap kehidupan dan kesehatan manusia. Penggunaan styrofoam harus dihentikan dan dilakukan upaya alternatif bahan pengemas lain yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pengganti styrofoam adalah biofoam yang menggunakan bahan baku utama limbah batang tanaman jagung sebagai sumber serat utama dan tepung tapioka sebagai sumber pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi produksi biofoam biodegradabel dari tepung tapioka dan limbah batang jagung sebagai pengganti styrofoam sintetis di pasaran. Pengaruh penambahan bahan baku limbah batang jagung, tepung tapioka, dan polivinil alcohol (PVA) terhadap sifat fisis produk biofoam telah dipelajari dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian biofoam terbaik diperoleh dari komposisi pati tapioka 56,25 g, serat jagung 18,75 g dan PVA 25 g. Hasil pengujian SEM, menunjukkan bahwa bahwa permukaan biofoam tidak lebih rata dibandingkan styrofoam. Pada hasil foto SEM masih terlihat adanya sedikit granula pati utuh karena pada proses gelatinisasi mengalami pembengkakan (swelling) tetapi belum terdisintegrasi (breakdown). Namun, sebagian besar granula lain mengalami retrogradasi akibat gelatinisasi. Biofoam hasil penelitian memiliki nilai kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan Styrofoam komersial dengan nilai kuat tekan sebesar 14.162 MPa.
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Aktivator HCl terhadap Karakteristik Karbon Aktif dari Ampas Kopi Oko, Syarifuddin; Mustafa, Mustafa; Kurniawan, Andri; Palulun, Ega Sthefani Bara
METANA Vol 17, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i1.37702

Abstract

Berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 2019, luas perkebunan kopi Provinsi Kalimantan Timur yaitu 2.529 Ha dengan produksi 223 ton. Ampas kopi memiliki kadar total karbon sebesar 47,8-58,9%, total nitrogen sebesar 1,9- 2,3%, abu sebesar 0,43- 1,6%, dan selulosa 8,6%. Kandungan karbon tersebut berpotensi sebagai karbon aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi aktivator HCl terhadap karakteristik karbon aktif menurut standar SNI No. 06-3730–1995. Karbon aktif diperoleh melalui 4 tahapan yaitu preparasi bahan baku, karbonasi dengan variasi suhu 400oC, 500 oC, 600 oC dan 700 oC selama 20 menit, aktivasi kimia menggunakan aktivator HCl dengan variasi konsentrasi 0,5 M, 1 M dan 1,5 M selama 48 jam, kemudian diaktivasi fisika pada temperatur 800 oC selama 1 jam. Hasil terbaik didapatkan pada variasi suhu 400 oC dan konsentrasi HCl 1 M dengan hasil daya serap I2 sebesar 797,46 mg/g, kadar abu 2,15%, kadar air 1,49%, dan kadar volatile matter 9,89%.
Optimasi Proses Mikroenkapsulasi Minyak Kelapa Murni dengan Bahan Penyalut β-Cyclodextrin Sapatra, Enrico Fendy; Paramita, Vita
METANA Vol 17, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i1.35650

Abstract

Virgin Coconut Oil (VCO) atau biasa kita kenal dengan minyak kelapa murni memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan manusia. Selain bagus untuk kesehatan kulit, mengonsumsi VCO dapat mencegah dan mengobati penyakit diabetes. Namun terdapat permasalahan dari segi rasa dan tingkat kestabilan ketika harus mengonsumsi VCO secara langsung. Maka dari itu dibutuhkan proses lanjutan berupa pembentukan kompleks inklusi dari minyak kelapa itu sendiri melalui proses mikroenkapsulasi menggunakan spray drying. Bahan penyalut yang digunakan dalam proses mikroenkapsulasi ini adalah β-siklodekstrin.  Minyak kelapa murni akan tersalutkan dalam β-siklodekstrin melalui proses film forming. Dalam spray drying variabel bebas untuk optimasi proses yang dilakukan adalah suhu (80°C, 100°C, 120 °C), laju alir (8mL/menit, 10 mL/menit, 12 mL/menit), dan perbandingan jumlah bahan antara β-cyclodekstrin:VCO (1:1, 1,5:1, dan 2:1). Berdasarkan hasil yang diperoleh, massa produk tertinggi dari proses mikroenkapsulasi di spray drying diperoleh dengan kondisi operasi suhu 100°C, laju alir 10 mL/menit, dan perbandingan antara β-cyclodextrin : VCO adalah sebesar 2,0. A Virgin Coconut Oil (VCO) or usually known as virgin coconut oil has many benefits for human health. Besides being good for skin health, consuming VCO can prevent and treat diabetes. However, there are problems in terms of taste and level of stability when it comes to consuming VCO directly. Therefore, a further process is needed in the form of the formation of an inclusion complex from coconut oil itself through a microencapsulation process using spray drying. The coating material used in this microencapsulation process is β-cyclodextrin. In spray drying, the independent variables for process optimization are temperature (80°C, 100°C, 120°C), flow rate (8mL/min, 10 mL/min, 12 mL/min), and the ratio of the number of ingredients between β -cyclodextrins: VCO (1: 1, 1,5: 1, and 2: 1). Based on the results obtained, the highest product mass from the microencapsulation process in spray drying was obtained under operating conditions with a temperature of 100° C, a flow rate of 10 mL/min, and the ratio between β-cyclodextrin: VCO is 2:1. maximum 200 word abstract in English in italics with Times New Roman 11 point. Abstract should be clear, descriptive, and should provide a brief overview of the problem studied. Abstract topics include reasons for the selection or the importance of research topics, research methods and a summary of the results. Abstract should end with a comment about the importance of the results or conclusions brief.
Sifat Fisik Pati Ganyong Hasil Modifikasi Cross Linking Menggunakan Natrium Asetat Khikmah, Nur; Muflihati, Iffah; Affandi, Arief Rakhman; Nurdyansyah, Fafa
METANA Vol 17, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i1.38851

Abstract

Ganyong adalah salah satu jenis umbi yang memiliki kadar pati sebanyak 90% dengan kadar gula hanya 10%. Pati ganyong miliki kandungan amilosa sebanyak 24% dengan amilopektin 76%. Pemanfaatan pati ganyong secara alami masih terbatas, dimana memiliki ukuran granula yang besar, swelling power yang rendah, tidak tahan terhadap pH tinggi serta tekanan tinggi. Modifikasi pati bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik ataupun kimia pati secara alami. Modifikasi pati dapat dilakukan dengan 3 cara yakni fisik, kimia serta enzimatik. Modfikasi kimia dapat dilakukan dengan cara esterifikasi, enterifikasi, oksidasi, hidrolisis serta cross linking. Modifikasi cross linking dapat memperbaiki sifat dari pati ganyong menjadi tahan terhadap tekanan mekanis dan asam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modifikasi cross linking pati ganyong dengan menggunakan natrium asetat terhadap sifat fisik dan kemampuan dalam menyerap air dan minyak. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor yakni konsentrasi dan lama pencampuran natrium asetat. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yakni sineresis, OBC, WBC, densitas kamba serta pH. Modifikasi cross linking pati ganyong berpegaruh terhadap parameter yang diukur, dimana semakin tingginya konsentrasi natrium asetat maka pH pati modifikasi meningkat. Begitupula parameter WBC, OBC, sineresis serta  densitas kamba. Selain itu, perlakuan terbaik dari modifikasi cross linking didapatkan oleh konsentrasi natrium asetat sebanyak 23,5% dan lama waktu 20 menit dengan nilai OBC 10,9 dan pH 11,81. Peningkatan nilai OBC pada pati modifikasi menunjukan adanya komponen penyusun yang bersifat lipofilik pada komponen penyusunya. Sementara itu, peningkatan nilai pH tidak berdampak pada sifat gelatinisasi pada pati modifikasi.  Canna is one type of tuber that has a starch content of 90% with a sugar content of only 10%. Canna starch contains amylose as much as 24% with amylopectin 76%. The utilization of natural canna starch is still limited, which has a large granule size, low swelling power, is not resistant to high pH and high pressure. Modification of starch aims to improve the physical or chemical properties of starch naturally. Modification of starch can be done in 3 ways, namely physical, chemical and enzymatic. Chemical modification can be done by esterification, enterification, oxidation, hydrolysis and cross linking. Modification of cross linking can improve the properties of canna starch to be resistant to mechanical stress and acid. The purpose of this study was to determine the effect of modifying the cross linking of canna starch using sodium acetate on the physical properties and the ability to absorb water and oil. This study used a completely randomized design with 2 factors, namely the concentration and duration of mixing sodium acetate. The analyzes carried out in this study were syneresis, OBC, WBC, kamba density and pH. Modification of cross linking canna starch has an effect on the measured parameters, where the higher the concentration of sodium acetate, the pH of the modified starch increases. Likewise parameters WBC, OBC, syneresis and density of kamba. In addition, the best treatment of modified cross linking was obtained by sodium acetate concentration of 23.5% and a duration of 20 minutes with an OBC value of 10.9 and a pH of 11.81. The increase in OBC value in modified starch indicated the presence of lipophilic constituents in the constituent components. Meanwhile, increasing the pH value did not affect the gelatinization properties of modified starch.
Analisis Pertumbuhan Tanaman Cabai Keriting dalam Polybag menggunakan Pupuk Fermentasi Urin Sapi Juhariah, Jujuk; Aulia, Margaretha Praba
METANA Vol 17, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i2.42565

Abstract

Tahun 2020 merupakan tahun yang cukup sulit bagi masyarakat Indonesia. Adanya virus corona jenis baru memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi adalah dengan adanya kebijakan lockdown  yang menyebabkan sulitnya distribusi bahan pangan. Oleh sebab itu edukasi masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan secara organik dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitar pekarangan rumah perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon tanaman cabai keriting dengan menggunakan pupuk fermentasi urin sapi. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan perlakuan variasi pemupukan dengan mencampur urin sapi dan EM4 (perlakuan A); urin sapi, EM4, dan batang pohon pisang (perlakuan B); urin sapi, EM4, dan sabut kelapa (perlakuan C); dan urin sapi, EM4, dan akar kacang tanah (perlakuan D). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan bobot biomassa kering tanaman.  Perlakuan penambahan sabut kelapa pada fermentasi urin sapi memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman. Sedangkan penambahan akar kacang tanah pada fermentasi pupuk urin sapi meningkatkan bobot biomassa kering tanaman secara signifikan. Penambahan batang pohon pisang pada fermentasi urin sapi secara nyata memberikan pengaruh terhadap diameter batang tanaman cabai keriting. Akan tetapi, jumlah daun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari semua jenis pemupukan. The year 2020 is quite a difficult year for the people of Indonesia. The existence of a new coronavirus type forces people to adapt to new habits. One of the biggest problems faced is the lockdown policy which makes it difficult for food distribution. Therefore, it is necessary to educate the public to utilize the yard organically by optimizing the existing resources around the yard of the house. This study aimed to determine the response of curly chili plants using cow urine fermentation fertilizer. The research was conducted by giving various fertilization treatments by mixing cow urine and EM4 (treatment A); cow urine, EM4, and banana tree trunks (treatment B); cow urine, EM4, and coconut husk (treatment C); and cow urine, EM4, and groundnut root (treatment D). Parameters observed in this study were plant height, number of leaves, stem diameter, and dry biomass weight of the plant. The addition of coconut fiber in cow urine fermentation has a significant effect on plant height parameters. Meanwhile, the addition of groundnut roots to fermented cow urine fertilizer increased the dry biomass weight of the plant significantly. The addition of banana tree trunks to cow urine fermentation significantly affected the stem diameter of curly chili plants. However, the number of leaves did not show a significant difference between all types of fertilization.
Jenis dan Teknik Pengemasan Terhadap Kualitas Bakso Aci dengan Penyimpanan Suhu Dingin Silvia, Deli; Dewi, Adinda Prila; Zulkarnain, Zulkarnain
METANA Vol 17, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i2.40677

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh jenis material kemasan vakum dan non-vakum terhadap kualitas kadar air, dan organoleptik bakso aci pada penyimpanan suhu dingin. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kemasan bakso aci dengan penggunaan plastik Polietilen (PE) dan plastik nilon yang dikemas melalui teknik pengemasan vakum dan non-vakum pada penyimpanan suhu dingin. Serta untuk mendapatkan jenis kemasan yang tepat dalam penggunaannya terhadap kualitas bakso aci. Pengujian yang dilakukan meliputi uji kadar air dan uji organoleptik. Metode analisa statistik yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan tidak terjadi kesalahan yang signifikan. Penelitian yang dilakukan menggunakan RAL dengan 4 perlakuan dan 2 kali pengulangan. Pengolahan data yang dilakukan dengan software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) menggunakan metode ANOVA ( Analysis of Variance) dan uji lanjut Duncan untuk Uji kadar air dan menggunakan Kruskall Walls dan uji lanjut dengan Mann- Whitney untuk uji organoleptik terhadap kenampakan, aroma dan tekstur. Pengujian organoleptik mengikuti standar SNI untuk Bakso dengan 10 orang panelis tak terlatih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa kadar air terendah yaitu dengan penggunaan kemasan  polietilen (PE) teknik pengemasan Vakum dengan nilai 2,35. Hasil untuk pengujian Organoleptik, yang dapat disimpulkan dari segi kenampakan, aroma dan tekstur perlakuan yang terbaik adalah dengan penggunaan jenis kemasan polietilen, dengan teknik pengemasan vakum dan jenis kemasan nilon dengan teknik pengemasan vakum yang mampu meyimpan dengan baik hingga hari ke-8. Research has been carried out on the effect of vacuum and non-vacuum packaging materials on the quality of water content and organoleptic properties of tapioca meatballs in cold storage. The purpose of this study was to determine the effect of meatball tapioca packaging with the use of polyethylene (PE) plastic and Nilon plastic packaged through vacuum and non-vacuum packaging in cold storage. As well as to get the right type of packaging in its use on the quality of tapioca meatballs. The tests carried out included water content tests and organoleptic tests. The statistical analysis method used was a completely randomized design (CRD) to get better results and there were no significant errors. The study was conducted using RAL with 4 treatments and 2 treatments. Data processing was carried out using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) software using the ANOVA (Analysis of Variance) method and Duncan's further test for moisture content testing and using Kruskall Walls and further testing with Mann-Whitney for organoleptic tests on appearance, aroma and texture. The organoleptic followed the SNI standard for Meatballs with 10 panelists not being tested. Based on the research conducted, it was found that the lowest water content was the use of polyethylene (PE) packaging with a vacuum packaging technique with a value of 2.35. The results for organoleptic testing, which can be guaranteed in terms of appearance, smell and treatment are the best by using polyethylene packaging, with packaging techniques and Nilon packaging types with vacuum packaging techniques which are able to store well until the 8th day. 
Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah Plastik PET (Polyethylene terephthalate) Menggunakan Aktivator KOH Oko, Syarifuddin; Mustafa, Mustafa; Kurniawan, Andri; Norfitria, Lintang
METANA Vol 17, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i2.40204

Abstract

 Pengunaan plastik setiap hari mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan dan menjadi salah satu masalah serius yang harus ditangani karena plastik tidak dapat terdegradasi. Plastik merupakan senyawa yang unsur penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen. Sehingga limbah plastik berpotensi sebagai pembuatan karbon aktif dan akan membuat limbah plastik menjadi lebih bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi aktivator dan waktu aktivasi terhadap proses aktivasi fisika kimia sehingga menghasilkan produk karbon aktif yang sesuai dengan SNI 06-3730-1995. Plastik PET terlebih dahulu dikarbonasi pada temperatur 480oC selama 2 jam menggunakan furnace hingga membentuk arang. Lalu, direndam dalam aseton selama 24 jam. Setelah itu disaring dan dikeringkan menggunakan oven pada temperatur 110oC selama 3 jam dan dilanjutkan dengan proses aktivasi fisika pada temperatur 750oC selama 2 jam. Karbon yang telah teraktivasi fisika selanjutnya diaktivasi secara kimia dengan menggunakan KOH konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M, dan 4M dengan variasi waktu  2 jam dan 4 jam. Diperoleh hasil terbaik yaitu pada karbon aktif dengan konsentrasi KOH 4 M dan waktu aktivasi 2 jam dengan nilai daya serap iod sebesar 980,17 mg/g, kadar abu 0,28%, kadar air 7,55%, dan kadar volatile matter 3,47%. Karbon aktif yang diperoleh telah memenuhi SNI 06-3730-1995.The use of plastic every day results in the accumulation of plastic waste that can pollute the environment and was a serious problem that must be addressed because plastic cannot be degraded. Plastic was a compound whose main constituent elements were carbon and hydrogen. So that plastic waste has the potential to produce activated carbon and will make plastic waste more useful. This study aims to determine the effect of activator concentration and activation time on the physical-chemical activation process so as to produce activated carbon products in accordance with SNI 06-3730-1995. PET plastik was first carbonated at a temperature of 480oC for 2 hours using a furnace to form charcoal. Then, soaked in acetone for 24 hours. After that it was filtered and dried using an oven at a temperature of 110oC for 3 hours and continued with the physical activation process at a temperature of 750oC for 2 hours. The physically activated carbon was then chemically activated using KOH concentrations of 1 M, 2 M, 3 M, and 4 M with time variations of 2 hours and 4 hours. The best results were obtained on activated carbon with a concentration of KOH 4 M and an activation time of 2 hours with an iodine absorption value of 980.17 mg/g, 0.28% ash content, 7.55% water content, and volatile matter levels 3,47%. Activated carbon obtained has complied with SNI 06-3730-1995.