cover
Contact Name
Doni Septian
Contact Email
doni.septian@stainkepri.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
doni.septian@stainkepri.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. bintan,
Kepulauan riau
INDONESIA
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu
ISSN : 26567202     EISSN : 26556626     DOI : -
Jurnal Perada fokus pada kajian keislaman di kawasan Melayu. Kajian utama jurnal Perada meliputi: Studi Islam di Melayu: meliputi kajian Alquran dan tafsir, hadis, syariah, tarbiyah, dakwah, sosiologi agama, sejarah serta disiplin ilmu lain yang terkait kajian kawasan Melayu. Pemikiran Islam: meliputi kajian tentang pemikiran tokoh-tokoh Islam di Melayu. Kajian Kemelayuan: meliputi adat istiadat, sejarah, khazanah dan lainnya yang berkembang di Melayu.
Arjuna Subject : -
Articles 115 Documents
REDUCING THE POLITICIZATION OF RELIGION AND DISCRIMINATION AGAINST MINORITY GROUPS AHEAD OF THE 2024 POLITICAL YEAR IN INDONESIA FROM THE PERSPECTIVE OF DIGITAL MEDIA Ridho, Ali; Suja, Aidillah; Rifa'i, Akhmad; Masri, Muhammed Sharin Haji
PERADA Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesian people have lived together in a socio-religious context in a peaceful atmosphere, full of tolerance within the framework of diversity, and prioritizing religious values. However, this peace and harmony turned into conflict, hostility, and discrimination, which was triggered by political elites using religion through identity politics and the politicization of religion to gain power in the 2019 legislative and presidential elections, which started with the fire that was ignited in the 2017 DKI Pilkada. This article uses a qualitative type virtual ethnographic method and literature review in obtaining main data derived from the search results, collection, and processing of sixty reputable national and international scientific journals, general and religious-based online news websites, to social media platforms. Digital media has become a battle arena that legitimizes narratives of the politicization of religion and identity politics which ultimately lead to social turmoil with political and religious nuances so that a series of strategies are needed by the government, religious leaders, and a plural society that are concerned about these conditions in moderating the digital world and digitalization-based cross-cultural religious literacy in the form of positive-inclusive content that is massive and has a large flow so that it exalts the political narrative of humanity which becomes the spirit of politics until finally a soothing social and digital media climate is created without any negative tendencies that become seeds of discrimination and conflict when elections come.
KOLABORASI GEN Z DAN GEN X DALAM MENGELOLA MASJID NURUL FIRDAUS PADANG RANJAU JORONG BINJAI TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Marh, Noor Fadli; Gusmawati, Rina
PERADA Vol 5 No 2 (2022)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan Islam di Nusantara ditandai dengan berdirinya masjid sebagai episentrum kegiatan keagamaan di samping tempat ibadah. Dalam pembangunannya pada masa dahulu banyak diinisiasi oleh kerajaan pembangungannya berdekatan dengan pusat pemerintahan dan posisi masjid sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan kerajaan. Dalam penelitian kali ini pengabdian berbasis riset dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Masjid Nurul Firdaus Padang Ranjau Jorong Binjai Nagari Tigo Kota Kabupaten Pasaman, informan penelitian menggunakan purposive sampling Gen Z Gen X dan Tokoh Masyarakat. Pendampingan yang dilakukan oleh Gen Z untuk mengaktifkan masjid sangat membantu gen X dalam menjalankan kegiatan. Sangat terasa sekali perkembangan di masjid setelah Gen Z turut serta dalam mengawal keberlangsungan kegiatan.
DEFRAGMENTASI BUDAYA POLITIK ARISTOKRAT MELAYU: STUDI TERHADAP MANUSKRIP SEJARAH PALEMBANG Komaruddin Komaruddin; Ahmad Syukri
PERADA Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/perada.v6i1.877

Abstract

Palembang sebagai salah satu pusat peradaban Islam di dunia Melayu pada abad ke-19. Manuskrip adalah salah satu bentuk peradaban Islam di Palembang yang masih bisa dikaji sampai saat ini. Manuskrip yang dikaji dalam riset ini adalah manuskrip Sejarah Palembang, manuskrip yang berisikan histori dan budaya politik penguasa Palembang pada abad ke 18 dan 19 Masehi. Isu yang dikaji dalam riset ini berkenaan dengan defragmentasi historis dan tipologi budaya politik Aristokrat Melayu abad ke XVIII – XIX M dalam Manuskrip Sejarah Palembang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data utamanya hasil transliterasi Manuskrip Sejarah Palembang Cod.Or. 2276c dengan analisis kontekstual manuskrip. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa bentuk defragmentasi historis budaya politik aristokrat Melayu Palembang pada periode abad 18 dan 19 Masehi, yaitu: Perang Saudara, Perjanjian Politik VOC -Palembang, Perjanjian Politik, Konflik Inggris Palembang, Konflik Palembang Belanda Inggris, Konflik Palembang Belanda (Muntinghe), Konflik Palembang Belanda (De Kock). Mengenai tipologi budaya politik aristokrat Melayu yang terdeskripsi dalam manuskrip berupa; Pola Suksesi, Dinasti, Putera Raja tertua menggantikan ayahnya, Peperangan, Wasiat dari raja sebelumnya dan Penunjukan oleh pihak eksternal, Politik Pembangunan, Politik Ekonomi, Tradisi Penghormatan Perjanjian Politik, Pelanggaran Perjanjian Politik Palembang Belanda, Tragedi Loji Belanda, Diplomasi Gratifikasi, dan, Epilog Kekuasaan Aristokrat Melayu di Palembang.
POLITICAL DYNAMICS OF MALAY ISLAM: A CONCEPTUAL-HISTORICAL STUDY Arditya Prayogi; Singgih Setiawan; Jilma Dewi Ayu Ningtyas
PERADA Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/perada.v6i1.860

Abstract

Historically-politically, Islam has become part of the traditional Malay states (palities). The Islamic-Malay relationship is manifested in a political conception of the legitimacy of the kingdom/sultanate, especially referring to the sultanate of Malacca. Since the time of the Malacca sultanate, the role of Islam has become something that cannot even be contested. Politically, Islam has become a unifying factor for the Malays. In short, the Islamic discourse has penetrated and embedded itself into the identity of the Malay community so that it also gave rise to the political variant of Malay Islam. The article aims to describe the political conception of Malay Islam starting from its background, political relations between Islam and Malays, to the dynamics and political concepts adopted by the Malay (Islam) community. This article was written using a qualitative approach based on a literature review using descriptive analytical techniques. This article shows that there is a close natural relationship between Islamic and Malay political identity. The journey of Malay-Islamic political relations which began during the Islamic sultanate continued to be dynamic until the colonialism and revivalism period which marked the change in Malay cultural identity through identity politics with the nation state channel. Malay which originally meant race/ethnicity was then delimited by regional boundaries which made it impossible for the emergence of a pan-Malay political identity.
KONTEKSTUALISASI MAKNA IBNU SABIL DALAM AL-QUR’AN DI ERA MODERN-KONTEMPORER Kusroni Kusroni; Shiela Al-Maulidia; Mas'ud Abdillah
PERADA Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/perada.v6i1.881

Abstract

The premodern context places classical commentators on a single interpretation of the term ibn sabil in the Qur'an. They only interpret ibn sabil as a traveler (musafir) who has run out of supplies. This limited meaning can no longer be maintained, because the social, economic, and political context in the modern-contemporary era has changed. This research seeks to contextualize the verses of ibnu sabil in the Qur'an in the modern-contemporary era. This research is a qualitative type by utilizing library data collected through the maudhu'i method, with a focus on verses that offend ibn sabil. Meanwhile, Abdullah Saeed's contextual approach is used as an analytical tool. This research compiles eight verses about ibnu sabil in the Qur'an which are spread over seven surahs, consisting of two makkiyah surahs and six madaniyyah. The finding is that the verses of ibn sabil are included in the second hierarchy of values, namely fundamental values. Contextualization of ibn sabil's verses in the modern-contemporary era places ibn sabil in a broader meaning than just travelers, as in premodern interpretations. Ibnu sabil currently includes “anak jalanan” and those who do not have a permanent residence (homeless). Therefore, zakat management institutions, both from the private sector and the government, should be able to expand the scope of zakat recipients (mustahik) from the ibnu sabil cluster, as found in this study.
CHARACTERISTICS OF ISLAMIC EDUCATION IN WEST ACEH AS A SHARIA AUTONOMOUS REGION khairuddin hasan
PERADA Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/perada.v6i1.883

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengungkap karakteristik pendidikan Islam di Aceh Barat. Sebagai wilayah yang menerapkan syariat Islam secara konstitusional, pendidikan Islam di Aceh Barat memiliki corak yang berbeda. Pertama, struktur kelembagaan pendidikan Islam di Aceh Barat memiliki Dinas Pendidikan Dayah yang khusus membina dayah sebagai lembaga pendidikan Islam yang original Aceh. Dayah adalah lembaga pendidikan Islam yang mirip pesantren namun lebih kompleks dalam sejarah dan kulturnya. Lembaga lain yang dibentuk pemerintah untuk menangani pendidikan Islam adalah Majelis Pendidikan Daerah yang berfungsi memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada eksekutif dalam pengambilan kebijakan. Majelis Pendidikan Daerah diisi oleh para praktisi dan pakar pendidikan. Mazhab syafi’iyah yang digunakan oleh masyarakat juga menjadikan pola pendidikan Islam yang lebih preventif terhadap hal-hal yang dianggap berpotensi maksiat. Pendidikan Islam di Aceh Barat juga lebih aplikatif dengan diskusi terbuka pada aspek jinayah dan politik Islam, lebih dari diskusi pada bagian pernikahan, warisan, dan ibadah. Hal ini disebabkan hukum Islam sudah ditegakkan dalam aspek jinayah sehingga diskusi materi pendidikan Islam terkait hal tersebut lebih mudah diamati langsung dari penerapannya di lapangan.
AGAMA DAN MAKNA SOSIAL EKONOMI DAN POLITIKNYA: STUDI KASUS PENGELOLAAN ZAKAT DI SUMATERA BARAT delmus puneri salim
PERADA Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/perada.v6i1.968

Abstract

Agama merupakan way of life bagi umat Islam. Agama mengandung makna social ekonomi dan politik. Di Indonesia, pasca-Suharto era, agama telah dimanifestasikan dalam berbagai aspek, termasuk salah satunya hukum zakat. Pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan peraturan-peraturan terkait pengelolaan zakat, baik sebagai sarana untuk mendistribusikan kesejahteraan kepada masyarakat maupun sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya keuangan pemerintah. Di Sumatera Barat, zakat adalah bagian penting dari strategi daerah untuk mengumpulkan dana untuk program-program yang berkaitan dengan kemiskinan, untuk program pengendalian bencana alam, serta untuk menangani akibat social dari krisis keuangan regional dan global. Artikel ini mengeksplorasi makna social ekonomi dan politik zakat di Sumatera Barat. Zakat telah menyediakan sumber pendapatan daerah yang memungkinkan pemerintah daerah mengakumulasi sumber daya alternatif dengan cara memanfaatkan peningkatan nilai-nilai agama di masyarakat dan secara selektif mendistribusikannya untuk meningkatkan popularitas mereka.
Revitalization of the role of mosques and local wisdom in facing the rising of fintech lending in urban society Tantowi, Ali
PERADA Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

FinTech Lending atau lebih dikenal dengan PINJOL di Indonesia telah menjeadi trend baru. Trend ini kemudian memunculkan ribuan PINJOL ilegal yang membuat banyak masyarakat Muslim terjebak dengan penyedia pinjaman illegal. Mereka depresi karena diteror terus menerus dengan secara tidak manusiawi. Walaupun Majlis Ulama Indonesia telah mengharamkan Fintech Lending konvensional, akan tetapi masih banyak yang menggunakan jasa ini. Selain itu, jumlah dan layanan FinTech Lending shariah sangat kurang memadai. Tulisan makalah ini bermaksud untuk mengelaborasi peran yang bisa dimbil oleh masjid dalam menghadapi fenomena ini. Sejauh mana masjid bisa berperan mengatasi masalah di atas dalam rangka membangun keadilan sosial dalam hal ekonomi. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode studi kasus dan analisis konten melalui penelurusan kepustakaan dan studi lapangan. Berdasarkan penulusuran awal penulis,  dapat disimpulkan bahwa semua FinTech Lending  Syariah hanya menawarkan pembiayaan untuk tujuan komersil, bukan memberikan pinjaman uang secara sosial. Walaupun MUI sudah mengharamkan FinTech konvensional, jumlah konsumennya semakin banyak dan sebaliknya perkebangan perkembangan Fintech Lending Syariah tidak menjadi lebih baik, bahkan menurun. Untuk mengatasi masalah banyaknya umat Muslim korban yang terjerat hutang FinTech Lending, masjid memiliki tiga peran penting dalam mengantisipasinya: edukasi literasi keuangan digital, menghimpun dana sosial, dan menyalurkannya kepada yang membutuhkan melalui pinjaman dengan akan Qardh.
Jejak Peradaban Islam dan Tamadun Melayu di Brunei Mariana, Abdul Halim; Pelawi, Afrio Ifaldo
PERADA Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The history and civilization in Brunei has deep roots in Islam and Malay Civilization, creating a rich and complex cultural and religious framework. This research aims to analyze the traces of Islamic civilization and Malay civilization in shaping identity in Brunei through historical, philosophical, sociological, and geographical approaches. This research uses qualitative methods through historical, sociological and philosophical approaches whose data collection instruments use library research. The data in this study were taken from various literature studies related to the traces of Islamic civilization and Malay civilization in Brunei. The results of the study show that the history of the entry of Islam in Brunei is researched by paying attention to the role of Muslim traders and intellectuals in the spread of this religion. Meanwhile, Malay Civilization in Brunei is understood through art, traditions, and cultural values that reflect Malay identity. Philosophical reviews delve into the roots of Islamic thought and Malay philosophy in Brunei society, while sociological reviews observe the impact of this civilization on the social structure and life of the community. Geographical analysis considers how geographical factors affect the culture and religious sites in Brunei. This research investigates the complex interactions between Islam and Malay Civilization in Brunei, providing in-depth insights into the cultural heritage and spirituality that shapes Brunei's identity.
Pergulatan Sufi Melawan Tirani: Ratib Samman Sebagai Gerakan Kultural dan Perlawanan pada Abad 19 Khotijah, Siti; Aminudin, Aminudin
PERADA Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article aims to find out how the Sufi struggle against tyranny, especially in Ratib Samman as a cultural movement effort in the 19th century. In the author's opinion, this title is interesting because, as is already known, Sufism in the archipelago has been developing for a long time and has colored more varied patterns of religious thought. There are religious styles that are extrinsic and there are also those that are intrinsic. What is meant by an extrinsic religious style is viewing religion as something that can be utilized or can be said to be only external. Meanwhile, intrinsic religious style is a way of religion that incorporates within itself the values of religious teachings. This research is research based on library research. The Ratib Samman manuscript is a prose text but has poetry and is a religious text that is considered sacred. The contents of Ratib Samman regarding Wahdatul Wujud Sufism, namely about the unity of humans with God, will show how capable humans are in the field of spirit. Researchers will explain more comprehensively about Ratib Saman as a cultural movement and resistance to tyranny in the following discussion.

Page 9 of 12 | Total Record : 115