cover
Contact Name
Laila Uthomah
Contact Email
lailauthomah248@gmail.com
Phone
+622678403140
Journal Mail Official
jurnal.psikologi@ubpkarawang.ac.id
Editorial Address
Jalan Ronggo Waluyo Sirnabaya, Puseurjaya, Kec. Telukjambe Tim., Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41361
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
ISSN : 25281038     EISSN : 25809598     DOI : https://doi.org/10.36805/psikologi
Jurnal Psychopedia Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang is a peer-reviewed scientific journal in psychology published by the faculty of Psychology, UBP Karawang. JPUBP: Jurnal Psychopedia Psikology UBP Karawang contains the results of research with quantitative or qualitative approaches that seek to understand the psychological process of individuals, groups, and communities the psychological process of individuals, groups, and the communities, in the context of psychology.
Articles 181 Documents
KELEKATAN DAN ALEXITHYMIA SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP NOMOPHOBIA PADA DEWASA AWAL Wina Lova Riza; Dinda Aisha; Shenni Rahma Sari
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 9 No 2 (2024): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v9i2.8313

Abstract

This study aims to analyze the influence of attachment and alexithymia on nomophobia in early adults in Karawang. Using a quantitative approach with a correlational design, data were collected from 150 early adult respondents (aged 20-40 years) through convenience sampling. Research instruments included the Nomophobia Questionnaire Scale (NMP-Q), Revised Adult Attachment Scale (RAAS), and Toronto Alexithymia Scale-20 (TAS-20). Multiple regression analysis revealed that attachment (p < 0.05) and alexithymia (p < 0.05) significantly influenced nomophobia both partially and simultaneously, contributing 40% (R² = 0.40). Individually, attachment contributed 13% and alexithymia contributed 27%. This study concludes that attachment and alexithymia are significant predictors of nomophobia. he implications include developing psychological interventions to manage emotional relationships and health technology usage. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelekatan dan alexithymia terhadap nomophobia pada dewasa awal di Karawang. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain korelasional, data dikumpulkan dari 150 responden dewasa awal (usia 20-40 tahun) melalui convenience sampling. Instrumen penelitian meliputi Nomophobia Questionnaire Scale (NMP-Q), Revised Adult Attachment Scale (RAAS), dan Toronto Alexithymia Scale-20 (TAS-20). Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kelekatan memiliki nilai p < 0,05) dan alexithymia memiliki nilai p < 0,05) secara parsial maupun simultan signifikan memengaruhi nomophobia, dengan kontribusi sebesar 40% (R² = 0,40). Secara individu, kelekatan memberikan sumbangan efektif sebesar 13% dan alexithymia sebesar 27%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelekatan dan alexithymia adalah prediktor penting untuk memahami nomophobia. Implikasi penelitian mencakup pengembangan intervensi psikologis untuk mengelola hubungan emosional dan penggunaan teknologi secara sehat.
PERAN SELF-EFFICACY PADA WORK ENGAGEMENT ATAS PEMENUHAN KONTRAK PSIKOLOGIS YANG DIPERSEPSIKAN SEBAGAI FUNGSI MODERASI Afdaliza
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 1 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v6i1.1463

Abstract

This study examines the factors of Self Efficacy in Work Engagement and the perceived fulfillment of the Psychology Contract as a moderator function concerning these two factors. In addition, this study determines the intervention program to be implemented. The success of an organization depends on its approach to developing human resources effectively. The research subjects were employees of PT. X in Jakarta with a final sample determination of 199 respondents. The data analysis technique used moderate regression analysis (MRA) through an instrument in a questionnaire. The results showed that the Self Efficacy variable had a significant effect on Work Engagement with a contribution of 71.5 percent, Fulfillment of Relational Psychological Contracts by 74.8 percent, and Transactional by 69.3 percent. The role of Self-Efficacy in Work Engagement, then the Fulfillment of Psychological Contracts Perceived in Relational Relationships, significantly moderates Self-Efficacy and Work Engagement. Perceived Psychological Contract scores to increase the strength of the relationship between Self-Efficacy and Work Engagement. Keywords: Self Efficacy, work engagement, perceived psychological contract fulfillment Penelitian ini mengkaji faktor self efficacy dalam work engagement dan persepsi pemenuhan kontrak psikologi sebagai fungsi moderator terkait kedua faktor tersebut. Selain itu, studi ini menentukan program intervensi yang akan dilaksanakan. Keberhasilan sebuah organisasi bergantung pada pendekatannya untuk mengembangkan sumber daya manusia secara efektif. Subjek penelitian adalah karyawan PT. X di Jakarta dengan penentuan sampel akhir 199 responden. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi sedang (MRA) melalui instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self efficacy berpengaruh signifikan terhadap work engagement dengan kontribusi 71,5 persen, pemenuhan kontrak psikologis relasional sebesar 74,8 persen, dan transaksional sebesar 69,3 persen. peran selfefficacy dalam work engagement, kemudian pemenuhan kontrak psikologis yang dirasakan dalam hubungan relasional, secara signifikan memoderasi self-efficacy dan work engagement. nilai kontrak psikologis yang dipersepsikan tinggi untuk meningkatkan kekuatan hubungan antara self-efficacy dan work engagement. Kata Kunci: Self Efficacy, Work Engagement, Pemenuhan Kontrak Psikologis yang Dipersepsikan
SUBJECTIVE WELL-BEING DRIVER GOJEK DITINJAU DARI WORK LIFE BALANCE DAN SELF-ESTEEM Cempaka Putrie Dimala; Arif Rahman Hakim; Haekal Mauludin
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 1 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v6i1.1469

Abstract

Well-being is something that humans always want to achieve because it is considered as an important thing in life. Everyone will strive to achieve their welfare with all the efforts made, one of which is undergoing the profession of being a Gojek driver. Employees can be said to have high subjective well-being if they are satisfied with their work and more often experience positive emotional experiences and rarely experience negative emotions. Drivers choose this profession because of work-life balance, besides the factors that affect subjective well-being, namely selfesteem. This research was conducted to see the effect of work-life balance and self-esteem on the subjective well-being of motorbike taxi drivers in Karawang. The method used in this research is quantitative method. The sampling technique uses incidental sampling. The number of participants as many as 220 driver participants in Karawang, data collection using a questionnaire which consists of three scales, namely the work-life balance scale, self-esteem scale, and satisfaction with life scale. Hypothesis testing in this study used multiple regression analysis, based on the results of data analysis showing Sig.F 0.005 <0.05 (p <0.05) so that there is an influence between worklife balance and self-esteem variables on subjective well being. The amount of influence is 10.4% (R2 = 0.104) and the remaining 89.6% is influenced by other factors. Keywords: Gojek driver, work-life balance, self-esteem, subjective well-being. Kesejahteraan (well-being) merupakan hal yang selalu ingin dicapai oleh manusia, karena dianggap sebagai hal yang penting dalam kehidupan. Setiap orang akan berupaya untuk mencapai kesejahteraannya dengan segala upaya yang dilakukan, salah satunya menjalani profesi menjadi driver Gojek. Karyawan dapat dikatakan memiliki subjective well-being yang tinggi jika mereka puas dengan pekerjaannya dan lebih sering mengalami pengalaman emosi yang positif dan jarang mengalami pengalaman emosi yang negatif. Driver memilih profesi tersebut karena keseimbangan kehidupan kerja atau disebut juga work-life balance, selain itu faktor yang mempegaruhi subjective well-being yaitu self-esteem. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari work-life balance dan self-esteem terhadap subjective well-being pada driver gojek yang ada di Karawang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, teknik pengambilan sampling menggunakan insidental. Jumlah partisipan sebanyak 220 partisipan driver di Karawang, pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga skala, yaitu skala work life balance, self-esteem scale, dan satisfaction with life scale. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, berdasarkan hasil analisis data menunjukan Sig.F 0,005<0,05 (p<0,05) sehingga terdapat pengaruh antara variabel work-life balance dan selfesteem terhadap subjective well-being. Besarnya pengaruh sebesar 10,4% (R2=0,104) dan selebihnya 89,6% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: Driver gojek, work-life balance, self-esteem, subjective well-being.
GAMBARAN WORK-FAMILY CONFLICT PADA IBU SINGLE PARENT DI KABUPATEN SIKKA Debi Angelina Br. Barus
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 2 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v6i2.2017

Abstract

The aim of this research is to determine the work-family conflict of single parent mother in their family life. The research approach used is a descriptive qualitative approach. This research was conducted in two different places, namely Wairita and Waidoko, using two informants as primary informants. The sampling technique used accidental sampling. The criteria used in this study are: Single parent women who are deceased or divorced; Have an income/ work; Having children; Live in a private house. The data collection techniques used were observation, dept-interview and documentation study. The results of this study found that for the first informant, the most prominent form of conflict was strain-base conflict and for the second informant, time-based conflict was dominant. As a single parent, both subjects love their work because it is one of the main economic sources. Keywords: Work-family conflict, single parent Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui workfamily conflict pada Ibu single parent dalam kehidupan keluarganya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yakni daerah Wairita dan Waidoko dengan menggunakan dua informan sebagai informan primer. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Wanita single parent yang ditinggal mati atau bercerai; Memiliki penghasilan/ bekerja; Memiliki anak; Tinggal di rumah pribadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan pada informan pertama, bentuk konflik yang paling menonjol ialah strain-based conflict dan pada informan kedua yang lebih dominan ialah time-based conflict. Sebagai single parent kedua subjek ini mencintai pekerjaannya karena salah satu sumber ekonomi utama. Kata Kunci: Work-family conflict, single parent.
ATTACHMENT DAN SELF-DISCLOSURE SEBAGAI PREDIKTOR DARI KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH SECARA TA’ARUF Wina Lova Riza; Puspa Rahayu Utami Rahman; Dimas Tri Fajri
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 2 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v6i2.2018

Abstract

Get to know each other in short time with ta’aruf married considered to increase dissatisfaction in one marriage. Dissatisfaction in marriage can caused by insecure attachment and not able to self-disclosure to each other as a spouse. The purpose of this nonexperimental quantitative study was to determine attachment and self-disclosure as predictors of marital satisfaction in ta’aruf married couples, with 101 respondents have been ta’aruf married. Sampling in this study used non-probability sampling with snowball sampling. The analysis technique used is multiple regression. From the results of the analysis using SPSS version 25, a significant value of the two independent variables is 0.000 <0.05, then Ha is accepted and H0 is rejected, which means that attachment and selfdisclosure are simultaneously predictors of marital satisfaction in married couples ta'aruf. Out of 101 respondents, 77 people or 69.3% had high marital satisfaction, 22 people or 21.8% had marital satisfaction in the medium category, while 2 people had low marital satisfaction.Keywords: Attachment, self-disclosure, marriage satisfaction, ta'aruf Waktu yang sebentar untuk mengenal pasangan pada mereka yang menikah secara ta’aruf dianggap akan meningkatkan ketidakpuasan dalam pernikahannya, hal ini disebabkan karena tipe kelekatan tidak aman dan individu tidak mampu membuka diri kepada pasangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui attachment dan selfdisclosure sebagai prediktor terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah secara ta’aruf. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan bentuk penelitian kausal dengan melibatkan 101 responden dari individu dalam rentang usia dewasa awal yang telah menikah secara ta’aruf. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan snowball sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Dari hasil analisis menggunakan bantuan SPSS versi 25 diperoleh nilai signifikan dari kedua variabel independen sebesar 0.000<0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya attachment dan self-disclosuresecara simultan merupakan prediktor terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah secara ta’aruf. Dari 101 responden, 77 orang atau 69.3% memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi, 22 orang atau 21.8% memiliki kepuasan pernikahan dalam kategori sedang, sedangkan 2 orang dalam kepuasan pernikahan yang rendah.Kata Kunci: Attachment, self-disclosure, kepuasan pernikahan, ta’aruf.
RESILIENSI SEBAGAI MEDIATOR PENGARUH BULLYING TERHADAP PSYCHOTIC LIKE EXPERIENCE PADA REMAJA DI KABUPATEN KARAWANG Cempaka Putrie Dimala; Arif Rahman Hakim; Riki Aprijal; Indah Nur Azizah; Ahmad Fuad Fadhil
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 2 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v6i2.2024

Abstract

Psychotic Like Experiences (hereinafter abbreviated as PLEs) are understood as changes in the way a person perceives and thinks about reality, which presents certain peculiarities and thoughts, which are characterized by unconventional logic (Pedero, 2011). One of the factors that cause PLEs are victims of bullying or victims of bullying which can affect mental health (Campbella & Morrisona, 2007). However, most of the studies mentioned do not take into account possible protective factors such as resilience (Georgiades, Farquharson, & Ellett, 2015), and may have the potential to reduce the risk of developing psychotic symptoms. This study aims to test the suitability of the theoretical model of bullying against PLEs with Resilience as a moderator. The measuring instrument used is the CAPE Psychotic-Like Experiences Scale, the CD-RISC Scale, and the Bullying Scale. The sample of this study was 422 teenagers in Karawang, which were obtained through the Nonprobability technique with the snowball sampling technique. The results of the analysis using JASP version 15.0, with the results of the direct effect of the bullying variable on PLEs with a p value of 0.001 <0.05, which means that the bullying variable directly has a significant influence on the psychotic like experience. While the results of the indirect effect calculation between the bullying variable and the psychotic like experience variable and the resilience variable as a mediator, obtained a p value of 0.219> 0.05, which means that the resilience variable cannot be a mediator between the bullying and psychotic like experience variables. Keywords: Psychotic-like experience, bullying, resilience, adolescents, Karawang. Psychotic Like Experiences (yang selanjutnya disingkat PLEs) dipahami sebagai perubahan dalam cara seseorang memandang dan berpikir tentang realitas, yang menghadirkan keanehan dan pemikiran tertentu, yang ditandai oleh logika non-konvensional (Pedero, 2011). Salah satu faktor yang menyebabkan PLEs adalah korban penindasan atau korban bullying yang dapat mempengaruhi kesehatan mental (Campbella & Morrisona, 2007). Namun sebagian besar penelitian yang disebutkan tidak memperhitungkan kemungkinan faktor pelindung seperti resiliensi (Georgiades, Farquharson, & Ellett, 2015), dan mungkin memiliki potensi untuk mengurangi resiko terjadinya gejala psikotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh bullying terhadap PLEs dengan Resiliensi sebagai moderator. Alat Ukur yang digunakan adalah Skala CAPE Psychotic-Like Experiences, Skala CDRISC, dan Skala Bullying. Sampel penelitian ini adalah 422 remaja di Kabupaten Karawang, yang diperoleh melalui teknik Nonprobability dengan teknik snowball sampling. Hasil analisis menggunakan JASP versi 15.0, dengan hasil direct effect variabel bullying terhadap PLEs dengan nilai p 0.001<0,05 yang berarti secara langsung variabel bullying memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychotic like experience. Sedangkan hasil perhitungan secara indirect effect antara variabel bullying dengan variabel psychotic like experience dan variabel resiliensi sebagai mediator, diperoleh nilai dari p sebesar 0,219>0,05 yang berarti variabel resiliensi tidak bisa menjadi mediator antara variabel bullying dan psychotic like experience. Kata Kunci: Psychotic-like experience, bullying, resiliensi, remaja, Kabupaten Karawang
EFEKTIFITAS FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK SPEECH DELAY Epifania M. Ladapase
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 7 No. 1 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v7i1.2368

Abstract

This study aims to improve the speaking ability of speech delay children by using flash card media. This research is a classroom action research with 4 stages, namely planning, implementing action, observing and reflecting. The research was carried out by providing action in two cycles. The research subject is a 4-year-old boy in Maumere Kindergarten/Paud Children with Special Needs who has speech delay. Data collection techniques using performance tests and observation. Data analysis used quantitative descriptive analysis. The results showed that the flash card media was effective in improving the speaking ability of speech delay children. The ability to speak which consists of clarity of articulation, fluency of speech, choice of words and making simple sentences increased by 27.5%. Keywords: Flashcard, speaking ability, speech delay Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak speech delay dengan menggunakan media flash card. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan 4 tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dengan memberikan tindakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah anak lakilaki berusia 4 tahun di TK/Paud Anak Berkebutuhan Khusus “Karya Ilahi” Maumere yang mengalami speech delay. Teknik pengumpulan data menggunakan tes unjuk kerja serta observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media flash card efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak speech delay. Kemampuan berbicara yang terdiri dari kejelasan artikulasi, kelancaran berbicara, pilihan kata dan membuat kalimat sederhana meningkat sebesar 27.5%. Kata Kunci: Flashcard, kemampuan berbicara, speech delay
PARENT DAN PEER ATTACHMENT SEBAGAI PREDIKTOR DARI KECENDERUNGAN INTERNET ADDICTION PADA REMAJA PENGGUNA SMARTPHONE Puspa Rahayu Utami Rahman; Wina Lova Riza; Ryan Gunawan
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 7 No. 1 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v7i1.2369

Abstract

Smartphones have the ability to be used in various kinds of activities related to the internet, not only looking for entertainment, but also like computers, namely accessing various information in the world. High intensity of smartphone use can result in internet addiction which is characterized by spending a lot of time (uncontrolled) in using internet-related activities such as social media, pornography, online gambling, online games, chatting and others to disrupt social relationships at real world. The purpose of this study was to find out that parent and peer attachment can be predictors of internet addiction tendencies in smartphone users. This study uses a quantitative method involving 254 male and female adolescent respondents aged 12 to 19 years, junior and senior high school students, who actively use smartphones with internet access for academic and daily needs. The sampling method uses non-probability with the quota technique. The data analysis technique used is multiple regression test. The results of the study prove that parent and peer attachment can be predictors of internet addiction tendencies in smartphone users. The magnitude of the influence of parent attachment and peer attachment on internet addiction is 11.5% while the rest is influenced by other variables that have not been studied. Keywords: Parent attachment, peer attachment, internet addiction, smartphone. Smartphone memiliki kemampuan untuk digunakan pada berbagai macam aktivitas yang berhubungan dengan internet, bukan hanya mencari hiburan, tetapi juga layaknya komputer yaitu akses berbagai informasi di dunia. Intensitas yang tinggi dalam penggunaan smartphone dapat menghasilkan adiksi internet yang ditandai dengan menghabiskan waktu yang banyak (tak terkendali) dalam menggunakan kegiatan yang berhubungan dengan internet seperti media sosial, pornografi, perjudian online, game online, chatting dan lain-lain hingga mengganggu hubungan sosialnya di dunia nyata. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui parent dan peer attachment dapat sebagai prediktor dari kecenderungan internet addiction pada remaja pengguna smartphone. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melibatkan 254 responden remaja laki-laki dan perempuan yang berusia 12 hingga 19 tahun, berpendidikan SMP-SMA, yang secara aktif menggunakan smartphone dengan akses internet untuk kebutuhan akademik maupun sehari-hari. Metode pengambilan sampel menggunakan nonprobability dengan teknik kuota. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa parent dan peer attachment dapat sebagai prediktor dari kecenderungan internet addiction pada remaja pengguna smartphone. Besaran pengaruh parent attachment dan peer attachment terhadap internet addcition sebesar 11.5% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang belum diteliti. Kata Kunci: Kelekatan orang tua, kelekatan teman sebaya, adiksi internet, gawai.
SELF-CONTROL DAN MONEY ATTITUDE SEBAGAI PREDIKTOR DARI IMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWI DI KARAWANG Lania Muharsih; Riswati
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 7 No. 2 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v7i2.3423

Abstract

Students have daily needs that to be consumed every day. Beside those daily needs that have to be fullfilled, students also have the desire to purchase a certain product. The products seen on the market are various increasingly, therefore so many students want to buy or just collect those products, even though they actually don't need them. This study aims to determine the effect of selfcontrol and money attitude as predictors of impulsive buying in students in Karawang. The research method used is a quantitative research method with associative research type, that is research that aims to determine the effect or relationship between two or more variables. The population in this study were female students in Karawang and the sampling technique used was quota sampling with 159 respondents. The data collection method was carried out using an impulsive buying scale of 22 items, a self-control scale of 24 items, and a money attitude scale of 28 items. Based on the Alpha Cronbach formula, the impulsive buying scale reliability coefficient is 0.926, the self-control scale is 0.828, and the money attitude scale is 0.913, meaning that these three scales are very reliable. The results of data analysis show that self-control and money attitude can have an effect as predictors of impulsive buying on female students in Karawang with significance value of 0.000 <0.05. The influence of self-control and money attitude on impulsive buying in female students in Karawang is 48.2% and another 51.8% is influenced by other variables outside of this study. Keywords: Impulsive buying, self-control, money attitude, karawang students Mahasiswa mempunyai kebutuhan hidup yang perlu dikonsumsi setiap harinya, Selain kebutuhan yang harus terpenuhi, mahasiswa juga memiliki keinginan untuk memiliki suatu produk tertentu. Produk-produk yang terlihat di pasaran semakin beraneka ragam bentuknya, sehingga banyak mahasiswa yang ingin membeli ataupun hanya sekadar mengoleksi produk tersebut, walaupun sebenarnya mahasiswa tersebut tidak membutuhkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-control dan money attitude sebagai prediktor terhadap impulsive buying pada mahasiswi di Karawang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi di Karawang dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota samplingdengan jumlah responden 159. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala impulsive buying sebanyak 22 item, skala self-control sebanyak 24 item, dan skala money attitude sebanyak 28 item. Berdasarkan rumus Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas skala impulsive buying sebesar 0,926, skala self-control sebesar 0,828, dan skala money attitude sebesar 0,913, artinya ketiga skala ini sangat reliabel. Hasil analisis data menunjukkan bahwa self-controldan money attitude dapat berpengaruh sebagai prediktor terhadap impulsive buying pada mahasiswi di Karawang dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Adapun pengaruh self-control dan money attitude terhadap impulsive buying pada mahasiswi di Karawang sebesar 48,2% dan 51,8% lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. Kata Kunci: Impulsive buying, self-control, money attitude, mahasiswi Karawang
PENERAPAN VERIFIKASI DALAM PROSES PENGEMBANGAN ALAT UKUR PSIKOLOGI Haryanti Mustika
PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 8 No. 2 (2023): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v8i2.6156

Abstract

Verifikasi artinya pemeriksaan tentang suatu kebenaran atas laporan, pernyataan, dan lain-lain. Verifikasi dalam pengembangan ini tetap memiliki makna yang sama namun pemeriksaan dalam konteks pengembangan alat ukur ini lebih spesifiknya yaitu melakukan pengujian pada alat ukur yang dikembangkan sehingga alat ukur psikologi tersebut dapat dipercaya keabsahannya. Menurut penjelasan tersebut maka dalam tahap penyusunan skala psikologi, verifikasi ini berada dalam tahapan analisis item. Karena analisis item merupakan proses pengujian parameter-parameter item guna mengetahui apakah item memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Dalam prosedur konstruksi atau penyusunan tes, diawali dengan pengujian karakteristik masing-masing item (daya diskriminasi item, kesukaran item, dan efektivitas distraktor) yang akan menjadi bagian tes yang bersangkutan kemudian diakhiri pengujian estimasi terhadap validitas dan reliabilitas. Secara singkat, pengujian-pengujian tersebut atau analisis item yang dilakukan tersebut adalah salah satu implikasi dalam penerapan pandangan filsafat positivisme yaitu verifikasi dalam pengembangan alat ukur psikologi. Verification means checking the truth of reports, statements, and others. Verification in this development still has the same meaning, but the examination in the context of the development of this measuring instrument is more specific, namely testing the measuring instrument developed so that the psychological measuring instrument can be trusted for its validity. According to this explanation, in the stage of preparing the psychological scale, this verification is in the item analysis stage. Because item analysis is the process of testing item parameters to find out whether the item meets the psychometric requirements to be included as part of the scale. In the construction procedure or test preparation, it begins with testing the characteristics of each item (item discrimination power, item difficulty, and distractor effectiveness) which will be part of the test concerned and then ends with testing estimates of validity and reliability. In short, the tests or item analysis carried out is one of the implications in the application of the positivist philosophical view, namely verification in the development of psychological measuring tools.

Filter by Year

2016 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 10 No. 1 (2025): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 9 No. 2 (2024): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 9 No 2 (2024): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 9 No 1 (2024): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 9 No. 1 (2024): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 8 No. 2 (2023): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 8 No 2 (2023): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 8 No 1 (2023): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 7 No 2 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 7 No. 2 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 7 No 1 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 7 No. 1 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 6 No 2 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 2 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol. 6 No. 1 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 6 No 1 (2021): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 5 No 2 (2020): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 5 No 1 (2020): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 4 No 2 (2019): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 4 No 1 (2019): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 3 No 2 (2018): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 3, No 2 (2018): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 3, No 1 (2018): PSIKOLOGI Vol 3 No 1 (2018): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 2, No 2 (2017): PSIKOLOGI Vol 2 No 2 (2017): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 2, No 1 (2017): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 2 No 1 (2017): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 1, No 2 (2016): Psychopedia Vol 1 No 2 (2016): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 1 No 1 (2016): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 1, No 1 (2016): Psychopedia More Issue