cover
Contact Name
I Gede Purnawinadi
Contact Email
nutrixjournal@gmail.com
Phone
+6285256923813
Journal Mail Official
nutrixjournal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Arnold Mononutu, Kec. Airmadidi - 95371 Minahasa Utara - Sulawesi Utara
Location
Kab. minahasa utara,
Sulawesi utara
INDONESIA
Nutrix Journal
Published by Universitas Klabat
ISSN : 25794426     EISSN : 25806432     DOI : -
Nutrix Journal (NJ) is an official peer-reviewed research journal published by the Faculty of Nursing, Universitas Klabat (UNKLAB) in collaboration with the Indonesian National Nurses Association (INNA) of North Sulawesi Province. This journal aims to promote anhancement in nursing and health care through dissemination of the latest research findings. NJ covers a wide range of nursing topics such as nursing education, clinical practice, nursing information technology, advanced nursing issue and policy related to nursing profession. This journal publishes two issues per year in April and October. NJ intended readership includes nurse educator, researcher, manager, and nurse practitioner at all levels. Nurse (English: nurse, originating from Latin: nutrix which means caring for or nurturing), the role of nurses in general is to provide care providers, community leaders, educators, managers and researchers.
Articles 172 Documents
Drug Eruption Due to Antituberculosis Drugs: A Case Report Afida, Adinda Izzatul; Widiatma, Ridha Ramadina
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1403

Abstract

Drug eruptions due to anti-tuberculosis drugs (ATDs) can compromise treatment adherence and outcomes. Identifying the culprit drug within combination regimens is particularly challenging, especially in patients with comorbidities that may increase susceptibility to cutaneous adverse reactions. We report a case of pulmonary tuberculosis with diabetes mellitus and hypertension who developed a generalized drug eruption after two months of ATD therapy. Clinical data, laboratory findings, management, and follow-up were evaluated descriptively. A 67-year-old male developed a generalized pruritic maculopapular eruption with edema after two months of fixed-dose ATD therapy. Laboratory tests showed no systemic involvement. The regimen was modified by continuing isoniazid and ethambutol while discontinuing rifampicin and pyrazinamide. Supportive therapy with a short course of systemic corticosteroids, antihistamines, and topical agents led to marked improvement within one week. The cautious use of systemic corticosteroids in a tuberculosis patient with comorbidities facilitated rapid resolution without clinical deterioration. This case highlights the need for individualized management of ATD-induced drug eruptions in patients with comorbidities. Selective continuation of isoniazid and ethambutol, withdrawal of rifampicin and pyrazinamide, and careful corticosteroid use proved both effective and safe. This report adds to the limited clinical evidence on managing drug eruptions in high-risk TB patients. Erupsi obat akibat obat anti-tuberkulosis (OAT) merupakan efek samping yang dapat mengganggu keberhasilan terapi. Tantangan terbesar adalah menentukan obat penyebab di tengah terapi kombinasi, khususnya pada pasien dengan komorbid yang dapat memperberat risiko reaksi kulit. Dilaporkan laporan kasus seorang pasien TB paru dengan komorbid diabetes mellitus dan hipertensi yang mengalami erupsi kulit setelah dua bulan terapi OAT. Data klinis, pemeriksaan penunjang, serta tindak lanjut terapi dievaluasi secara deskriptif. Seorang pria 67 tahun mengalami erupsi makulopapular generalisata dengan pruritus dan edema setelah dua bulan terapi OAT kombinasi. Pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan keterlibatan sistemik. Regimen dimodifikasi dengan melanjutkan isoniazid dan etambutol serta menghentikan rifampisin dan pirazinamid. Terapi suportif berupa kortikosteroid sistemik jangka pendek, antihistamin, dan agen topikal menghasilkan perbaikan signifikan dalam satu minggu. Keputusan penggunaan kortikosteroid pada pasien TB dengan komorbid berhasil mempercepat resolusi gejala tanpa memperburuk kondisi dasar. Kasus ini menyoroti pentingnya pendekatan individual dalam menatalaksana erupsi obat akibat OAT, khususnya pada pasien dengan komorbiditas. Strategi selektif melanjutkan isoniazid dan etambutol sambil menghentikan rifampisin dan pirazinamid, ditambah penggunaan kortikosteroid secara hati-hati, terbukti efektif dan aman. Laporan ini menambah bukti klinis mengenai tata laksana erupsi obat pada pasien TB dengan risiko tinggi.  
Kualitas Tidur dan Keterhubungannya dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Klabat Pangajow, Agnes Lauren; Pitoy, Frendy Fernando
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1404

Abstract

One of the common problems faced by university students is academic stress. This condition can affect sleep quality through mechanisms such as increased levels of epinephrine, cortisol, and norepinephrine, which stimulate the cerebral cortex and the reticular activating system (RAS), leading to wakefulness and disrupted sleep quality. This study aimed to determine the relationship between academic stress and sleep quality among final-year students at Universitas Klabat. Using a descriptive correlational design with a cross-sectional approach, a total of 167 students were selected through purposive sampling. The results showed that 111 respondents (66.5%) experienced moderate academic stress, and 150 respondents (89.8%) had poor sleep quality. The Spearman correlation test revealed a significant relationship (p = 0.000 < 0.05) with a weak positive correlation (r = 0.282), indicating that higher academic stress is associated with poorer sleep quality. However, logistic regression analysis (p ≥ 0.05) across nine indicators of academic stress found no significant relationship between specific stress indicators and sleep quality. It is recommended that students manage their study schedules and rest time to reduce academic stress and improve sleep quality. Future researchers are encouraged to explore other variables that may influence poor sleep quality. Salah satu masalah yang sering dialami oleh mahasiswa adalah stres akademik. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas tidur melalui peningkatan hormon epinefrin, kortisol, dan norepinefrin yang menstimulasi korteks serebral serta sistem aktivasi retikular (RAS), sehingga menyebabkan sulit tidur dan menurunkan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres akademik dan kualitas tidur pada mahasiswa tingkat akhir di Universitas Klabat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 167 responden yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 111 responden (66,5%) mengalami stres akademik sedang dan 150 responden (89,8%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p = 0,000 < 0,05) dengan koefisien korelasi positif yang lemah (r = 0,282), yang berarti semakin tinggi stres akademik maka semakin buruk kualitas tidur. Namun, hasil uji regresi logistik (p ≥ 0,05) pada sembilan indikator stres akademik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara indikator stres akademik dengan kualitas tidur. Disarankan agar mahasiswa dapat mengatur waktu belajar dan istirahat untuk mengurangi stres akademik dan meningkatkan kualitas tidur, serta bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kualitas tidur yang buruk.
Edukasi Berbasis Keluarga Untuk Ibu Hamil Dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Kolongan Tendean, Angelia Friska; Wuisang, Metty; Ering, Cherol Nelson
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1406

Abstract

Anemia in pregnancy remains a public health problem, particularly in rural areas. Low adherence to Fe tablet consumption is a major contributing factor. This study aimed to analyze the effect of family-based education on improving hemoglobin levels in pregnant women with anemia in the working area of the Kolongan Community Health Center. A quasi-experimental research method with a two-group pretest-posttest non-equivalent design was used. A total of 30 anemic pregnant women in the Kolongan Community Health Center area were divided into an intervention group and a control group. The intervention group received family-based education via video, e-flipcharts, and WhatsApp messages for two months, while the control group received standard antenatal care. Data were collected through questionnaires and hemoglobin tests, analyzed using paired and independent t-tests. The research results showed the intervention group had an increase in hemoglobin levels from a mean of 9.42 g/dL to 11.49 g/dL (p = 0.000), which was higher than the control group (mean 9.55 g/dL to 10.39 g/dL, p = 0.003). A test of the difference between the control and intervention groups found a significant difference (p=0.000). Conclusion the family-based education model is significant in increasing the hemoglobin levels of anemic pregnant women. It is recommended to be integrated into maternal health programs to improve the effectiveness of anemia prevention efforts. Anemia pada kehamilan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Rendahnya kepatuhan konsumsi tablet Fe merupakan faktor penyebab utama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi berbasis keluarga untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Kolongan. Metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain two-group pretest-posttest non-equivalent. Sebanyak 30 ibu hamil anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Kolongan dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi menerima edukasi berbasis keluarga melalui video, e-flipchart, dan pesan WhatsApp selama dua bulan, sedangkan kelompok kontrol menerima pelayanan antenatal standar. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan pemeriksaan hemoglobin, dianalisis menggunakan uji t berpasangan dan independen. Hasil peneltian menunjukkan kelompok intervensi menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dari rerata 9,42 g/dL menjadi 11,49 g/dL (p = 0,000), lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (rerata 9,55 g/dL menjadi 10,39 g/dL, p = 0,003). Uji beda kelompok kontrol dan intervensi didapati ada perbedaan p=0,000, Kesimpulan model edukasi berbasis keluarga signifikan dalam meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil anemia. Direkomendasikan untuk diintegrasikan dalam program kesehatan ibu untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan anemia.
Penyesuaian Diri Dan Homesickness Pada Mahasiswa Rantau Orah, Keysie Debora; Purnawinadi, I Gede
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1409

Abstract

Homesickness is an emotional condition of an individual experiencing distress or discomfort due to separation from their living environment, which if prolonged will negatively impact the academic success and achievement of out-of-town students. Therefore, the ability to adapt becomes very important for out-of-town students in a new environment. The purpose of this study was to determine the relationship between adjustment and homesickness in first-year out-of-town students living in the dormitory of Klabat University. The research method used was quantitative through a cross-sectional approach, with the Spearman correlation test. The sampling technique used the total sampling method with a sample size of 90 respondents. The results of the study stated that 90 (100%) respondents had very high adjustment. For homesickness, the majority of 90 respondents were found to be in the high category, as many as 64 (71.1%). The results of the study showed a significant relationship between adjustment and homesickness in first-year out-of-town students with a low correlation, p-value = 0.000 (<0.05) with a correlation coefficient value of r = -0.411. Recommendations for further research include looking for other factors that can influence homesickness in students living away from home, such as gender factors. Homesickness merupakan suatu kondisi emosional dari individu dimana mengalami distress atau perasaan tidak nyaman karena terpisah dengan lingkungan tempat tinggal yang jika berlangsung lama akan berdampak negatif terhadap keberlangsungan dan pencapaian akademis mahasiswa rantau, oleh karena itu kemampuan menyesuaikan diri menjadi hal yang sangat penting bagi mahasiswa rantau dalam lingkungan yang baru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penyesuaian diri dengan homesickness pada mahasiswa rantau tingkat 1 yang tinggal di asrama Universitas Klabat. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif melalui pendekatan cross-sectional, dengan uji spearman correlation. Teknik pengambilan sampel menggunakan motode total sampling dengan jumlah sampel 90 responden. Hasil penelitian menyatakan bahwa 90 (100%) responden mempunyai penyesuaian diri sangat tinggi. Untuk homesickness dari 90 responden didapati mayoritas berada pada kategori tinggi sebanyak 64 (71,1%). Hasil penelitian terdapat hubungan signifikan antara penyesuaian diri dengan homesickness pada mahasiswa rantau tingkat 1 dengan korelasi rendah, p-value=0,000(<0,05) dengan nilai koefisein korelasi r = -0,411. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat mencari faktor lain yang dapat mempengaruhi homesickness pada mahasiswa rantau seperti faktor gender.
The Association of Parenting Styles with Premarital Sexual Behavior in Adolescents Lumolo, Merry Rosdiana; Shintya, Lea Andy
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1412

Abstract

One form of curiosity in adolescents is sexual behavior that can be misused, leading to premarital sexual behavior and resulting in teenage pregnancies, increased maternal and infant mortality rates, economic immaturity, mental development immaturity, and difficulty controlling emotions, ultimately leading to divorce. To prevent sexual behavior, proper parental upbringing is necessary to shape a child's behavior, and it also serves as proof of parental responsibility in the increasingly mature development and growth stages of a child. The purpose of this study is to determine the relationship between parental parenting styles and premarital sexual behavior in adolescents at SMA Negeri 1 Siau Barat. This research uses a quantitative research method and a cross-sectional research design with 130 research samples, employing convenience sampling as the sample collection technique. The research results show that 124 (95.4%) respondents have an authoritarian parenting style, 3 (2.3%) respondents have a permissive parenting style, and 3 (2.3%) respondents have a democratic parenting style. Premarital sexual behavior was found in 129 (99.2%) respondents who exhibited deviant behavior and 1 (0.8%) respondent who did not exhibit deviant behavior. The results of the Kruskal-Wallis statistical test showed a p-value of 0.009 < 0.05, indicating a significant relationship between parental parenting styles and premarital sexual behavior in adolescents at SMA Negeri 1 Siau Barat. Recommendations for future researchers to add other variables such as peers, social media use, and sex education in schools. Salah satu bentuk rasa ingin tahu pada remaja adalah perilaku seksual yang dapat disalahgunakan, mengarah pada perilaku seksual sebelum menikah dan mengakibatkan kehamilan remaja, peningkatan angka kematian ibu dan bayi, ketidakmatangan ekonomi, ketidakmatangan perkembangan mental, dan kesulitan mengendalikan emosi, yang pada akhirnya menyebabkan perceraian. Untuk mencegah perilaku seksual, pendidikan orang tua yang tepat diperlukan untuk membentuk perilaku anak, dan juga berfungsi sebagai bukti tanggung jawab orang tua dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan anak yang semakin matang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya pengasuhan orang tua dan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Negeri 1 Siau Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain penelitian cross-sectional dengan 130 sampel penelitian, menggunakan convenience sampling sebagai teknik pengumpulan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 124 (95,4%) responden memiliki gaya pengasuhan otoriter, 3 (2,3%) responden memiliki gaya pengasuhan permisif, dan 3 (2,3%) responden memiliki gaya pengasuhan demokratis. Perilaku seksual sebelum menikah ditemukan pada 129 (99,2%) responden yang menunjukkan perilaku menyimpang dan 1 (0,8%) responden yang tidak menunjukkan perilaku menyimpang. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan nilai p sebesar 0,009 < 0,05, yang mengindikasikan adanya hubungan signifikan antara gaya pengasuhan orang tua dan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Negeri 1 Siau Barat. Rekomendasi bagi peneliti di masa depan untuk menambahkan variabel lain seperti teman sebaya, penggunaan media sosial, dan pendidikan seks di sekolah.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Jenis Penyakit Degeneratif Loing, Atalarik Jonathan; Mandias, Reagen Jimmy
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1417

Abstract

Epidemiological transition in the causes of death from infectious diseases to non-communicable or degenerative diseases. This phenomenon is closely related to the adoption of prolonged unhealthy lifestyles, thereby increasing the risk of degenerative diseases in the community. The objective of this study was to analyse the relationship between physical activity, smoking behaviour, and alcohol consumption with the incidence of degenerative diseases in Rerer Village, Minahasa Regency, North Sulawesi, Indonesia. The present study adopted a quantitative design, employing a descriptive correlation approach through a cross-sectional method. The present study was conducted using a total sampling method, with 54 respondents participating. The data on patients with degenerative diseases was obtained from local health centre medical records, while data on physical activity, smoking behaviour, and alcohol consumption were collected using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), the Glover Nilsson Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ), and the Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT). The results demonstrated that, among the range of degenerative diseases examined, hypertension emerged as the most prevalent condition, affecting 30 individuals (55.6%). The majority of respondents (88.9%) were categorised as engaging in heavy physical activity, 85.2% were classified as light smokers, and 87.0% were identified as low risk for alcohol consumption. Chi-square analysis demonstrated that physical activity (p = 0.799), smoking behaviour (p = 0.367), and alcohol consumption (p = 0.002) were not associated with the outcome. The findings of this study suggest that, among the three risk factors examined, alcohol consumption emerged as the sole factor demonstrating a statistically significant correlation with the prevalence of degenerative diseases in Rerer Village. It is recommended that future studies explore the potential influence of other variables, such as diet, genetic factors, and obesity, on the incidence of degenerative diseases. Epidemiologis penyebab kematian di negara berkembang telah  beralih dari communicable ke penyakit degenerative. Fenomena ini erat kaitannya dengan adopsi gaya hidup tidak sehat yang berkepanjangan, sehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol dengan insidensi penyakit degeneratif di Desa Rerer Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara Indonesia. Desain kuantitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan pendekatan korelasi deskriptif melalui metode cross-sectional. 54 responden dengan menggunakan total sampling, terlibat dalam penelitian ini. Data mengenai pasien dengan penyakit degeneratif diperoleh dari catatan medis pusat kesehatan setempat, sementara data mengenai aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol dikumpulkan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Glover Nilsson Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ), dan Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari semua penyakit degeneratif yang diteliti, hipertensi merupakan kondisi yang paling umum, mempengaruhi 30 individu (55,6%). Sebagian besar responden (88,9%) dikategorikan melakukan aktivitas fisik berat, 85,2% diklasifikasikan sebagai perokok ringan, dan 87,0% diidentifikasi berisiko rendah untuk konsumsi alkohol. Analisis chi-square menunjukkan bahwa aktivitas fisik (p = 0,799), perilaku merokok (p = 0,367), dan konsumsi alkohol (p = 0,002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga faktor risiko yang dianalisis, konsumsi alkohol adalah satu-satunya yang menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan insidensi penyakit degeneratif di Desa Rerer. Disarankan penelitian berikutnya mengeksplorasi pengaruh potensial variabel lain seperti pola makan, faktor genetik, dan obesitas terhadap insidensi penyakit degeneratif.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Depresi Kecemasan Pada Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Advent Indonesia Sihombing, Gebryela Raquelina; Perangin-angin, Mori
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1422

Abstract

Final-year students are prone to stress, depression, and anxiety due to academic demands. Family support is believed to play an important role in helping students cope with academic pressure. This study aims to determine the relationship between family support and levels of stress, depression, and anxiety among third-year undergraduate nursing students at Advent University Indonesia. The research design used a descriptive quantitative correlation approach with a cross-sectional method. The sample size was 65 respondents selected using total sampling, with data collection through a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Data analysis used the Pearson Product Moment correlation test. The results showed that the majority of students (90.8%) received good family support. The highest level of stress was in the normal category (40%), depression in the moderate category (36.9%), and anxiety in the very severe category (32.3%). Statistical test results showed a significant relationship between family support and stress depression and anxiety (p = 0.028 < 0.05). This study concluded that family support plays a protective role in students' mental health, thereby reducing the risk of psychological disorders. It is recommended that students be more open with their families, educational institutions optimize counseling services, and future studies consider other variables such as peer support and coping strategies. Mahasiswa tingkat akhir rentan mengalami stres, depresi, dan kecemasan akibat tuntutan akademik. Dukungan keluarga diyakini berperan penting dalam membantu mahasiswa menghadapi tekanan akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres, depresi, dan kecemasan pada mahasiswa Keperawatan S1 tingkat III di Universitas Advent Indonesia. Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasi dengan metode cross-sectional. Besar Sampel berjumlah 65 responden yang dipilih menggunakan total sampling, dengan pengumpulan data melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa (90,8%) memperoleh dukungan keluarga yang baik. Tingkat stres terbanyak berada pada kategori normal (40%), depresi pada kategori sedang (36,9%), dan kecemasan pada kategori sangat parah (32,3%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan stres depresi dan kecemasan (p = 0,028 < 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dukungan keluarga memiliki peran protektif terhadap kesehatan mental mahasiswa, sehingga dapat menurunkan risiko gangguan psikologis. Disarankan agar mahasiswa lebih terbuka kepada keluarga, institusi pendidikan mengoptimalkan layanan konseling, serta penelitian selanjutnya mempertimbangkan variabel lain seperti dukungan teman sebaya dan strategi koping.
Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di RSA Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin Nela, Friskila; br. Perangin-angin, Mori Agustina
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1423

Abstract

Chronic kidney disease (CKD) is a global problem with an increasing incidence every year. Chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis experience lifestly changes and various complications that impact their quality of life, both physically, psychologically, socially, and environmentally. Gender is suspected to influence patients' quality of life. This study aims to compare the quality of life CKD patients undergoing hemodialysis at RSA Bandung based on gender. The research method used a quantitative design with a descriptive-comparative approach and a cross-sectional design. A sample of 63 respondents was selected using a purposive sampling technique according to inclusion and exclusion criteria. The instrument used was the WHOQOL-BREFF questionnaire that covers four domains of quality of life. Data analysis used the Independent t-test. The results of the study showed no significant difference in the quality of life of chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis at RSA Bandung based on gender with a p-value > 0,05, indicating that gender does not significantly affect quality of life. Therefore, research is needed to obtain more comprehensive results.   Gagal ginjal kronik merupakan masalah global dengan angka kejadian yang terus meningkat setiap tahun. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami perubahan gaya hidup dan berbagai komplikasi yang berdampak pada kualitas hidup baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun lingkungan. Faktor jenis kelamin diduga menjadi berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSA Bandung berdasarkan jenis kelamin. Metode penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan deskriptif-komparatif dan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 63 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner WHOQOL-BREFF yang mencakup empat domain kualitas hidup. Data analisis menggunakan uji Independent t-test. Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSA Bandung berdasarkan jenis kelamin dengan nilai p-value > 0,05, yang menunjukan jenis kelamin tidak mempengaruhi kualtias hidup secara bermakna. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian yang menggabungkan jenis kelamin dengan variabel lain agar hasil yang didapatkan lebih komprehensif.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Posyandu Kabupaten Pulang Pisau Anantha, Rizka Aqnesia; Widiyarti, Sapti Heru
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1426

Abstract

Mother’s understanding of nutrition plays a crucial role in maintaining and improving the nutritional status of toddlers. However, in Indonesia, cases of malnutrition among children remain prevalent, largely due to mothers’ limited awareness and insufficient knowledge about proper nutrition. This research aimed to examine the correlation between mothers’ nutritional knowledge and the nutritional status of toddlers at the Posyandu area in Pulang Pisau. The study employed a quantitative cross-sectional design, involving 55 mother–toddler pairs selected through convenience sampling. Mothers’ knowledge was assessed using a validated questionnaire that demonstrated strong reliability (Cronbach’s Alpha = 0.898). Meanwhile, the toddlers’ nutritional status was determined by measuring their body weight and classifying it according to the weight-for-age index. Data were analyzed using the Spearman Rho correlation test to determine the relationship between the two variables. Findings revealed that the majority of mothers possessed a high level of nutritional knowledge, and most toddlers were within the normal or good nutritional range. Nonetheless, statistical analysis indicated no significant correlation between maternal nutritional knowledge and toddlers’ nutritional status (p = 0.859; r = -0.025), suggesting that other factors beyond maternal knowledge may influence child nutrition outcomes. It is suggested that health cadres give more nutrition education so mothers can apply it in daily meals practices. Pengetahuan ibu tentang gizi berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan status gizi balita. Namun, di Indonesia, kasus gizi buruk pada anak masih marak, terutama karena terbatasnya kesadaran ibu dan kurangnya pengetahuan tentang gizi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita di wilayah kerja Posyandu Kabupaten Pulang Pisau. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dan pendekatan cross-sectional, yang melibatkan 55 pasangan ibu-balita yang dipilih melalui convenience sampling. Pengetahuan ibu dinilai menggunakan kuesioner tervalidasi yang menunjukkan reliabilitas tinggi (Cronbach's Alpha = 0,898). Sementara itu, status gizi balita ditentukan dengan mengukur berat badan mereka dan mengklasifikasikannya menurut indeks berat badan menurut usia. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rho untuk menentukan hubungan antara kedua variabel. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi, dan sebagian besar balita berada dalam kisaran gizi normal atau baik. Meskipun demikian, analisis statistik menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara pengetahuan gizi ibu dan status gizi balita (p = 0,859; r = -0,025), yang menunjukkan bahwa faktor lain di luar pengetahuan ibu dapat memengaruhi hasil gizi anak. Disarankan agar kader kesehatan meningkatkan edukasi gizi kepada ibu agar pengetahuan yang dimiliki dapat diterapkan dalam praktik pemberian makan sehari-hari.
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Remaja Di Surakarta Az-Zahra, Nafis Fatikhah; Firmansyah, Firmansyah; Isnaeni, Farida Nur
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1430

Abstract

Nutrition knowledge and physical activity play an important role in maintaining energy balance and supporting adolescent nutritional status. The findings of this study confirm that other factors such as diet, socioeconomic status, pocket money, and sedentary habits have a greater influence on adolescent nutritional status. This study aims to determine the relationship between nutrition knowledge and physical activity with adolescent nutritional status in Surakarta. This study used a cross-sectional design involving 155 students selected by simple random sampling. Data were collected through a nutrition knowledge questionnaire, an Adolescent Physical Activity Recall Questionnaire (APARQ) for physical activity, and anthropometric measurements for nutritional status. Data analysis was performed using the Chi-Square test and Spearman's rank correlation test. The results showed that 54.2% of students had good nutritional knowledge, 47.7% of students had heavy physical activity, and 75.5% of students had normal nutritional status. There was no significant relationship between nutritional knowledge (p=0.291) or physical activity (p=0.775) and nutritional status. Pengetahuan gizi dan aktivitas fisik berperan penting dalam menjaga keseimbangan energi serta mendukung status gizi remaja. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa faktor lain seperti pola makan, sosial ekonomi, uang jajan, serta kebiasaan sedentari turut berpengaruh terhadap status gizi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan aktivitas fisik dengan status gizi remaja di Surakarta. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan melibatkan 155 siswa yang dipilih secara simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner pengetahuan gizi, kuesioner Adolescent Physical Activity Recall Questionnaire (APARQ) untuk aktivitas fisik, sedangkan data status gizi dari hasil pengukuran antropometri. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan uji korelasi Spearman. Hasil menunjukkan 54,2% siswa memiliki pengetahuan gizi baik, 47,7% siswa memiliki aktivitas fisik berat, dan 75,5% siswa memiliki status gizi normal. Tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan gizi (p=0,291) maupun aktivitas fisik (p=0,775) dengan status gizi.