cover
Contact Name
Muhammad Ilham Akbar Alamsyah
Contact Email
231320043.muhammadilham@uinbanten.ac.id
Phone
+6285798995400
Journal Mail Official
hikmatul.luthfi@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Jl. Syekh Moh. Nawawi Albantani, Kemanisan, Kec. Curug, Kota Serang, Banten
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Al-Fath
ISSN : 19782845     EISSN : 27237257     DOI : https://doi.org/10.32678/alfath
Al-Fath: published twice a year since 2007 (June and December), is a multilingual (Bahasa, Arabic, and English), peer-reviewed journal, and specializes in Interpretation of the quran. This journal is published by the Alquran and its Interpretation Department, Faculty of Ushuluddin and Adab, Sultan Maulana Hasanuddin State Islamic University of Banten INDONESIA. Al-Fath focused on the Islamic studies, especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, and Theology. Editors welcome scholars, researchers and practitioners of Alquran and its Interpretation, Hadith, and Theology around the world to submit scholarly articles to be published through this journal. All articles will be reviewed by experts before accepted for publication
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 192 Documents
Kawin Kontrak dalam Perspektif Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-Dur Al-Manthur Abdul Aziz Hujatul Islam
Al-Fath Vol 11 No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v11i1.883

Abstract

Perbedaan pendapat yang berkembang dikalangan Shi’ah dan Sunni akan hukum nikah mut’ah, yaitu ketetapan tentang sebuah praktik pernikahan (nikah mut‘ah) yang pernah diizinkan oleh Rasulullah ketika dalam bepergian dan peperangan beberapa waktu sebelum stabilnya syariah Islam. Ini ternyata menimbulkan perselisihan dikalangan Shi’ah dan Sunni, apakah dibolehkannya itu masih berlaku sampai sekarang atau sudah ada nas yang me-Nāsikh hukum tersebut. (1) Shi’ah menghalalkan nikah mut‘ah berdasarkan ayat dari Alqur’an surat al-Nisā’ ayat 24, sedangkan Sunni mengharamkan nikah mut‘ah secara mutlak berdasarkan ayat dari Alqur’an surah al-Mu’minūn ayat 5-7, aṭ-Ṭalaq ayat 1 dan 4, al-Baqarah ayat 228, yang menghapus hukum dari surah al-Nisā’ ayat 4 tersebut. (2) Persamaannya adalah antara penafsiran Shi’ah dan Sunni, Q.S. al-Nisā’: 24 pernah dijadikan dasar dibolehkannya nikah mut‘ah beberapa waktu sebelum stabilnya syariah Islam. Adapun perbedaannya adalah Shi’ah tetap menghalalkan nikah mut‘ah sedangkan menurut Sunni karena telah di-mansūkh hukumnya.
Ash-Shahid dan Nuansa Haraki dalam Fi Zilal al-Qur’an Nurul Huda
Al-Fath Vol 9 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i1.3151

Abstract

Fi> Z}ila>l al - Qur’a>n , karya tafsir yang bernuansah}araki> (pergerakan) ini ditulis di dalam pengapnya jeruji besi kurun 1952-1965, dengan semangat pembebasan atas ketertindasan dari rezim dan peradaban jahiliah. Ash-Shahid Sayid Qutb, penulisnya, karenanya sangat bersemangat menguraikan persoalan u l u> a l - amr , penegakan hukum Alla>h, keadilan dan kezaliman, t {aghu>t sebagai musuh bersama yang niscaya diperangi, juga penegakan jihad. Baginya, u lu> al - amr adalah mukmin yang taat pada Alla>h dan Rasu>l-Nya. Ketaatan wajib diberikan kepadanya selagi dia taat pada keduanya, Allah dan RasulNya. Siapapun yang enggan atau bahkan abai menegakkan hukum Alla>h, berarti kafir, zalim dan fasik. Segala keputusan, semestinya hanya didasarkan pada manhaj dan ajaran Alla>h. Karenanya, ia menyerukan penegakan dan pengobaran jihad qita > l guna meninggikan kalimah Alla>h ( li i’la>’ kalimah Alla>h ).
Auguste Comte dan Ide Positivismenya Udi Mufradi Mawardi
Al-Fath Vol 3 No 1 (2009): Juni 2009
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v3i1.3293

Abstract

Sebagai ahli waris zaman renaissance, filsafat zaman modern memang bercorak “antroposentris”’, artinya yang menjadi pusat perhatian adalah alam, manusia, masyarakat, dan sejarah.' Hal ini kiranya dapat dilihat dalam perkembangan filsafat Prancis pada abad ke 19 M. Filsafat itu berhubungan erat dengan usaha-usaha idealistis untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Sesuai dengan cita-cita luhur revolusi Prancis “kebebasan, persamaan, dan persaudaraan”, dicanangkan suatu rencana“utopis’’ untuk masyarakat. Utopis berasal dari kata Yunani “utopia”,artinya suatu negara teladan yang belum ada, tetapi yang berfungsi sebagai model yang mau direalisasikan dengan usaha bersama-sama . Auguste Comte adalah filosof Perancis yang menekuni sosiologi. Bertotak dari sosiologi sebagai ilmu eksakta, ia melihat bahwa perkembangan intelektual intelektual manusia ada tiga tahap, yaitu teologis,metrafisis, dan positif. Yang pertama diibaratkan oleh Aguste Comte sebagai kanak-kanak, yang kedua sebagai pemuda, dan yang ketiga sebagai orang dewasa. Pada tahap yang terakhir inilah manusia menganggap bahwa yangberarti itu hanya proposisi analitik yang dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pendapatnya yang demikian, dikenal dengan ‘‘positivisme”’,yaitu. suatu teori yang menolak setiap bentuk metafisika. Teori ini berkembang di Inggris dan Mesir.
Arabisme dalam Pandangan Islam Perspektif Kebinekaan di Indonesia Ade Budiman
Al-Fath Vol 13 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v13i1.2895

Abstract

Muslims in Indonesia are faced with the problematic understanding that emerged recently as if a handful of circles of Muslims in Indonesia is the wrong and do not understand, by not necessarily in line with the conceptionof the Unitary State of the Republic of Indonesia, so it is very unfortunate once the emergence of differences in the principle of perceiving it among the level of the Ulama, Cendikia, Umara and Indonesian Muslims itself, while the noble values and idealism in religion during the classical period in Indonesia has been a source of cultural preservation and harmony in the relations of peer relations, namely Indonesia with Unity in Diversity. The description of religious history data in the classical period in Indonesia is considered important to reconstruct the plural and multicultural society of Indonesia in the present and future. The challenge for Muslims today is to be able to sort and vote on what the state law considers and sees as good, and its rules are clear in the teachings of the Qur'an and Al-Hadith. As we all know that to become a Muslim does not mean to be the araban, because to become araban not necessarily Islam. But remember, Rasulullah SAW is an Arab and the Quran is revealed in Arabic. "We love Islam, love Allah and Rasulullah SAW, love the Quran, therefore we also love Arabic, because it is impossible to understand Islam without Arabic”.
Jiwa dan Daya-dayanya Menurut Filosof Muslim Asep Furqonuddin
Al-Fath Vol 1 No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v1i1.3249

Abstract

Manusia memiliki tiga unsur yaitu Ruh, Jiwa dan Jasad walau terkadang para filosof menganggapnya sama antara ruh dan jiwa dan, ada pula yang mengaggap berbeda tetapi satu sama lain saling mempengaruhinya. Dengan unsur-unsur ini manusia memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan makhluk lainnya, bahkan manusia bisa mencapai dimensi tertinggi, jika manusia menggunakan kelebihannya dengan sebaik mungkin, sebaliknya, jika manusia tidak menggunakan kelebihannya atau malah menyalah gunakan kelebihannya maka manusia akan dianggap rendah dari binatang. Dan manusia memiliki kelebihan baik dari sisi jiwa maupun ruhnya. Kelebihan dari sisi jiwa umpamanya adalah daya berfikir yang dengan daya itu manusia memiliki akal, berilmu, hikmah (bijaksana) berfikir dan meramal, serta dapat menentukan kapan terjadinya suatu kejadian.
Problematika Pentashihan Mushaf Al-Qur'an: Anwar, Endang Saeful
Al-Fath Vol 10 No 1 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v10i1.3201

Abstract

Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah verbum dei (Kalam Allah), yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada diluar kemampuan apapun: Seandainya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, niscaya kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah karena gentar kepada Allah (QS. 59: 21). Kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya. Bahkan masyarakat muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah al-Qur’an. Itulah sebabnya, al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya, Tanpa pemahaman yang yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran, dan kebudayaan kaum muslimin tentunya akan sulit dipahami.
PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG HADIS Masrukhin Muhsin; syarif syarif
Al-Fath Vol 8 No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v8i2.3062

Abstract

Teori common link yang diajukan oleh sarjana barat untuk menelusuri asal usul periwayatan hadis dapat dimanfaatkan guna membuat penanggalan sebuah hadis. Penelitian ini akan menemukan perawi tertua yang meriwayatkan hadis kepada sejumlah murid hingga sampai kepada kolektor (mudawwin). Perawi tertua itulah yang kemudian disebut sebagai common link sebagai orang pertama yang mengedarkan hadis. Dengan mengabaikan interpretasi Juynboll mengenai seorang common link adalah pembuat atau pemalsu hadis, maka kita dapat menyimpulkan bahwa common link adalah tokoh yang pertama kali meriwayatkan sunnah secara verbal. Cara kerja dari teori Common Link ini ialah melalui langkah-langkah berikut: 1)menentukan hadis yang akan diteliti, 2)menelusuri hadis dalam berbagai koleksi hadis, 3)menghimpun seluruh isnad hadis. 4)menyusun dan merekonstruksi seluruh jalur isnad dalam satu bundel isnad (pohon sanad. 5)mendeteksi Common Link, periwayat yang dinilai paling bertanggung jawab atas penyebaran hadis. Kemudian metode tersebut telah mengenalkan apa yang disebut Common Link, yang menyebabkan lahirnya konsep-konsep lain seperti Partial Common Link, Spider, Single Strand dan Diving Strand.
Manhaj Imam At-Tirmidzi dalam Sunannya Sholahuddin Al Ayubi
Al-Fath Vol 1 No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v1i1.3266

Abstract

Signifikasi hadits sebagai sumber otoritatif kedua setelahalquran, menempati posisi sentral dalam kajian agama. FigurMuhammad tidak bisa dibantahkan lagi untuk menjadikan legitimasimelalui wahyu.Perunutan kembali peninggalan pesan-pesan nabi dilakukansemenjak sahabat hingga banyak ulama dalam kalangan muhaditsisin.Penulisan-penulisan (pentadwinan hadits nabi) tidak semudah yangkita lakukan. Salah satu ulama hadits, Al Tirmidzi adalah seorangpakar hadits dan konsisten, dengan pandangannya, apalagi denganmetode penjelasan hada hadits hasan, sohih, dan seterusnya merupakanmetode yang pertama bagi ilmuwan hadits pengungkapan pernyataandalam haditsnya. Sehinggaterlihat jelas kualitas hadits.
Israiliyat dalam Tafsir Al-Qur‘an Arma Arma
Al-Fath Vol 6 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v6i2.3221

Abstract

Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang mene-rangkan umat-umat masa lalu seperti kisah-kisah para nabi dan cerita tentang umat masa lalu.Kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak dikemukakan secara detail karena motifnya sebagai ibarat. Kitab-kitab Samawi yang lain seperti Taurat dan Injil kisah-kisah semacam ini dije-laskaan secara ter-perinci. Banyak ilmuan ahli kitab yang masuk Islam, mereka mendapatkan kesamaan antara isi kitab-kitab mereka dengan al-Qur’an. Mereka ikut menafsirkan al-Qur’an dengan cerita-cerita yang mereka kuasai dari kitab Taurat atau Injil. Cerita-cerita yang digunakan menafsirkan al-Quran ini disebut Israiliat, sekalipun dilakukan oleh mantan penganut agama Nasrani karena yang dominan adalah dari agama Yahudi, dan umat Nasrani juga menggunakan kitab orang Yahudi yang disebut Perjanjian Lama.
PROBLEMATIKA TERJEMAH DAN PEMAHAMAN AL-QUR’AN Udi Mufradi Mawardi; siti nurul fadilah
Al-Fath Vol 7 No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v7i2.3129

Abstract

Dalam penerjemahan Al-Quran Depag RI tahun 1989 surah al-Baqarah terdapat beberapa kesalahan dari segi gaya bahasa Indonesia yang benar di antaranya: mengandung pleonasme yaitu dua kata sinonim dan penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat. Adapun tim penerjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI dalam menerjemahkan Al-Qur’an menggunakan dua metode (harfiyah dan tafsiriyah). Dalam proses penerjemahan, tim Depag RI menggunakan metode terjemah harfiyah lebih dulu. Setelah terjemah kata perkata jadi dan dirasa ada hal yang perlu dijelaskan lebih jauh, diberi catatan kaki atau dalam kurung untuk menjelaskan lebih lanjut.

Page 3 of 20 | Total Record : 192