cover
Contact Name
Tristanti Apriyani
Contact Email
tristanti.apriyani@idlitera.uad.ac.id
Phone
+628111773473
Journal Mail Official
tristanti.apriyani@idlitera.uad.ac.id
Editorial Address
Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Jalan A. Yani (Ring Road Selatan), Tamanan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia Telp. (0274) 563515
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Mimesis
ISSN : 2715744X     EISSN : 2721916X     DOI : 10.12928
Mimesis is an academic, open access, and peer-reviewed journal founded and first published in 2020 by Indonesian Literature Department, Faculty of Culture, Literature, and Communication, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia. Focusing on culture, language, and literature as it is viewed from the Indonesian perspective, Mimesis provides a platform for the presentation, analysis, and criticism of provocative work, publishing articles that transcend disciplines and advance the study of humanities. Issues are published two times per year (in January and July) and all articles are published exclusively in Bahasa and English. Submissions are open year-around. However, before submitting, please ensure that the manuscript fits within Mimesis focus and scope, and is written in English and follows our author guidelines. Please note that only research articles or book review are accepted.
Articles 103 Documents
Bahasa Slang dalam Media Sosial: Studi Kasus pada Takarir Unggahan Akun Instagram @gojekindonesia Sitorismi, Aninda Ayu
MIMESIS Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i1.11979

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan fungsi penggunaan bahasa slang dalam takarir unggahan akun Instagram @gojekindonesia. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui teknik simak dan catat dalam takarir unggahan akun @gojekindonesia selama Juli hingga Oktober 2024. Penelitian ini melibatkan teori dari Chaer & Agustina (2014). Berdasarkan hasil penelitian, dari 35 data yang diperoleh, teridentifikasi berbagai bentuk dan fungsi bahasa slang. Bentuk bahasa slang terbagi dalam tujuh variasi, di mana neologisme (penciptaan kata baru) menjadi bentuk terbanyak yang ditemukan, yakni 11 data. Ada juga bentuk kontraksi sebanyak 7 data, peminjaman bahasa asing 7 data, peminjaman bahasa lokal 4 data, akronim 4 data, pemenggalan 1 data, dan singkatan 1 data. Penelitian ini juga mengidentifikasi tiga fungsi utama penggunaan bahasa slang, yaitu fungsi direktif, fungsi fatis, dan fungsi referensial. Fungsi bahasa slang yang paling dominan digunakan adalah fungsi fatis. Temuan ini menghasilkan bahwa penggunaan bahasa slang merupakan strategi komunikasi yang efektif untuk membangun kedekatan antara perusahaan baik dengan pengikut akun media sosialnya maupun pengguna Instagram secara luas, serta dapat menunjukkan kreativitas dalam berkomunikasi di media sosial.
The Role of Digital Literacy in Social Media Isnaini, Isnaini; Nasyiriyah, Tiflatun Nasyiriyah; Aulia Istighfari, Novita; Rohmah, Susilatur Rohmah
MIMESIS Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i1.12242

Abstract

The increasing spread of false information (hoaxes) in the post-truth era highlights the urgent need to enhance digital literacy. Digital literacy aims to empower audiences to critically interpret the vast array of messages circulating in digital media. This study explores the significance of digital literacy, its impact, and strategies for improving digital literacy skills to combat hoaxes. This research employs a library research method with a descriptive qualitative approach, analyzing a variety of relevant literature, including journals, books, and reports. The study focuses on the evolving media ecology and introduces novel insights into digital literacy, particularly in the Indonesian context. Findings reveal that the low level of digital literacy in Indonesia evidenced by a limited ability to critically analyze information contributes significantly to the widespread dissemination of hoaxes via social media. The study identifies five essential components of digital literacy: technical proficiency, critical thinking, visual literacy, social awareness, and adaptive skills. These components play a crucial role in enabling users to detect fake news, verify information, and minimize misinformation. Moreover, the research highlights the role of digital literacy as a sustainable solution for reducing hoaxes by fostering self-regulation and informed behavior. Recommendations include integrating digital literacy into educational curricula, conducting public awareness campaigns, and encouraging collaborative efforts between government and technology platforms. By addressing these challenges, this study contributes to a deeper understanding of digital literacy as a vital tool for navigating the complexities of the digital age and fostering a more informed society.
The Potential of Mystification in The Jakarta Post Articles toward Human Right Violation Issue Fitriyani, Vita Muflihah
MIMESIS Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i1.12265

Abstract

This paper tries to unfold the potential of mystification in the Jakarta Post Articles toward human right violation issues during 2014 and 2023. This study focuses on nominalization and passivization. The method of this study is the identification of mystifying and non-mystifying texts in passives based on Lingle's (2023) framework criteria. It aims to find whether the agent or patient (Hart 2021) is potentially mystified by passivization (Langacker 2008) or nominalizations (Fairclough 2003; Halliday & Matthiessen 1999). The results suggest that the agent is the most potential mystified in articles for 2014 and 2023. Agents are potentially mystified by nominalizations such as killing, kidnapping, death, disappearance, massacre, and atrocities. Meanwhile, the patient is potentially mystified by its impact, for example, insubordination, violators, and cases, also through the impersonality. The dismissing agency in nominalization means that the writer tries to reduce the information. Besides, reifying verbs to nouns indicates the existence of such entities.
Bentuk Kepasrahan dan Resistansi Tokoh Karyamin dalam Cerpen “Senyum Karyamin” Karya Ahmad Tohari Lestari, Selvi Triana; Rabbani, Ilham
MIMESIS Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i1.12494

Abstract

Cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari menceritakan kepasrahan Karyamin akibat terdampak kebijakan pemerintah untuk membayar iuran dana bagi orang-orang kelaparan di Afrika. Senyum kepasrahannya tidak harus selalu dilihat sebagai sikap pasif, melainkan berpotensi memunculkan resistansi. Penelitian ini berusaha menjawab: pertama, bagaimanakah bentuk kepasrahan yang ditunjukkan tokoh Karyamin dan masyarakat di dalam cerpen?; dan kedua, bagaimanakah senyum kepasrahan yang diperlihatkan Karyamin dapat membentuk resistansi? Teori psikoanalisis Zizek dengan melibatkan Bartleby politics dipilih sebagai pisau analisis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Metode yang digunakan ialah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kepasrahan Karyamin dan rekan-rekannya ditandai dengan adanya sikap nrima yang bertransformasi menjadi kesadaran-sinis, dan memuncak pada momentum kekosongan dan tindakan-radikal. Klimaks kepasrahannya adalah gelak tawa yang dapat dilihat sebagai resistansi berupa pengacauan tatanan lewat tindakan-radikal.
Ketidaksadaran Trauma Martin Aleida pada Cerpen Dendang Perempuan Pendendam: Perspektif Tafsir Mimpi Freud Dhawuh Abdullah, Risen
MIMESIS Vol. 6 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i2.12403

Abstract

Tragedi politik yang mengiringi Peristiwa 1965 di Indonesia meninggalkan luka traumatik yang mendalam bagi para penyintas, termasuk sastrawan Martin Aleida. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana cerpen Dendang Perempuan Pendendam menjadi media ekspresi trauma bawah sadar Aleida, dengan menggunakan kerangka teori tafsir mimpi Sigmund Freud. Fokus utama penelitian adalah menganalisis bagaimana pengalaman psikologis Aleida, khususnya yang berkaitan dengan penangkapan dalam Operasi Kalong, termanifestasi dalam struktur naratif dan elemen simbolik cerpen tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Data primer diperoleh dari pembacaan teks cerpen, sementara data sekunder berupa sumber-sumber biografis digunakan untuk membangun psikobiografi pengarang. Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga mekanisme mimpi dalam cerpen, kondensasi, pengalihan, dan simbolisasi, yang merepresentasikan memori bawah sadar Aleida. Representasi tersebut mencakup suasana teror dan ketidakadilan pasca-1965, trauma yang belum terselesaikan, serta simbol kekerasan negara dan marjinalisasi. Studi ini menyimpulkan bahwa cerpen tersebut bukan hanya menjadi media katarsis pribadi, tetapi juga bentuk perlawanan simbolik yang menegaskan peran sastra sebagai saksi sejarah traumatik dan sarana pemulihan atas kebenaran yang dibungkam.
The Message of Peace in the Poem Nuhibbu Al-Bilad by Anis Chouchene: (Roland Barthes’s Semiotic Analysis) Ahsan Rasyid, Muhammad
MIMESIS Vol. 6 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i2.12621

Abstract

This study aims to reveal the message of peace embedded in Nuhibbu al-Bilad, a poem by Anis Chouchene, using Roland Barthes’s semiotic analysis. The poem holds significant relevance in addressing humanitarian issues in post-Arab Spring Tunisia. The research employs a descriptive qualitative method, with the primary data drawn from the poem’s text and analyzed through Barthes’s three layers of meaning: denotation, connotation, and myth. The findings show that, at the denotative level, the poem portrays patriotism as the foundation for stability after political upheaval. At the connotative level, the text evokes themes of reconciliation, tolerance, and national reconstruction. At the mythic level, the poem constructs a narrative of harmonious national identity and a collective longing for peace. It also functions as a critique of authoritarian regimes and structural inequality in Tunisia. The poem reflects the poet’s call for justice and unity through a complex network of symbolic language. In conclusion, Nuhibbu al-Bilad not only conveys a profound message of peace but also articulates the collective aspirations of the Tunisian people for a better future through a meaningful system of signs. This study contributes to the fields of modern Arabic literature and peace studies by demonstrating how poetry serves as a medium of ideological expression, social critique, and the construction of national discourse in the context of socio-political transformation.
Dinamika Komunitas Gotong Royong dalam Pelestarian Budaya Macapat di Desa Glagahwero (1960-1998) Islami Kun'ana, Untsa; Hasna Auliya, Nafisah; Afidah, Dahimatul
MIMESIS Vol. 6 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i2.12842

Abstract

Krisis identitas budaya di kalangan generasi muda Indonesia tampak dari lunturnya apresiasi terhadap warisan budaya lokal. Namun, secercah harapan muncul dari Desa Glagahwero, Jember, Jawa Timur, melalui kiprah Komunitas Gotong Royong dalam menjaga tradisi Macapat. Penelitian ini bertujuan mengungkap dinamika pelestarian budaya Macapat pada periode 1960–1998 yang dilakukan komunitas tersebut. Komunitas Macapat Gotong Royong memainkan peran sentral dalam mempertahankan kesenian lisan Jawa melalui berbagai strategi seperti pertemuan rutin, pembentukan kelompok seni tradisional, serta penyelenggaraan festival budaya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas tahapan heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Sumber data diperoleh dari wawancara dengan tokoh komunitas dan dokumen arsip lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semangat gotong royong, peran tokoh agama, serta dukungan pemerintah daerah menjadi faktor kunci dalam menjaga eksistensi Macapat di tengah tantangan modernisasi dan perubahan sosial. Selain itu, penelitian ini menegaskan pentingnya keberadaan komunitas sebagai agen pelestarian budaya lokal yang berkelanjutan. Temuan ini memberikan kontribusi signifikan terhadap kajian sejarah sosial dan pelestarian budaya serta dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain di Indonesia. Penelitian ini merekomendasikan kolaborasi antarpemangku kepentingan.
Analisis Pola Penamaan Orang Jawa di Dusun Srepeng, Semanu, Gunungkidul: Kajian Antropolinguistik Cahyati, Sri; Hanyu, Li; Suswandi, Irwan
MIMESIS Vol. 6 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i2.13387

Abstract

Nama memiliki peran penting dalam identitas budaya dan sosial. Penelitian ini mengkaji pola penamaan tradisional di Dusun Srepeng, Semanu, Gunungkidul dengan fokus pada awalan nama “Tu”, “Mar”, dan “Nga”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola silabel awal nama berdasarkan tahun lahir dan mengidentifikasi perkembangan pola penamaan di masyarakat Jawa. Data diperoleh dari wawancara dengan 10 informan yang menghasilkan 30 data nama. Teori onomastik digunakan untuk menganalisis asal-usul, bentuk, dan makna nama. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik cakap tansemuka. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode padan. Hasil penelitian menunjukkan nama dengan silabel awal “Mar” digunakan oleh 10 orang dari tahun 1948–1996 dengan puncaknya pada 1981. Nama dengan silabel awal “Tu” digunakan oleh 13 orang antara tahun 1946–1992 dengan puncaknya pada 1960-an. Nama dengan silabel awal “Nga” digunakan oleh 7 orang dengan puncaknya pada 1970-an. Penelitian ini menemukan bahwa pola penamaan tradisional lebih banyak digunakan oleh generasi yang lahir antara 30–70 tahun lalu dan mulai berkurang pada generasi yang lebih muda. Modernisasi dan globalisasi memengaruhi perubahan pola penamaan, dengan banyak orang tua kini memilih nama-nama modern. Studi ini memberikan wawasan tentang bagaimana perubahan.
Peluang dan Tantangan Riset Studi Sastra Arab dengan Menggunakan Pendekatan Semiotika Charles Sanders Peirce Munawwar, Muhammad Agil
MIMESIS Vol. 6 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i2.13836

Abstract

Fokus penelitian ini adalah unutuk menginvestigasi alasan terbatasnya penggunaan teori semiotika Charles Sanders Peirce dalam studi sastra Arab, dan untuk mengidentifikasi tantangan serta peluang penerapannya. Metode yang digunakan adalah systematic literature review kualitatif dengan analisis terhadap artikel terindeks Scopus, SAGE Journal, dan SINTA 2 periode 2020-2025, menggunakan kata kunci "semiotika Peirce sastra Arab". Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori Peirce masih jarang diaplikasikan dalam kajian sastra Arab, dengan hanya 12,5% artikel di Scopus yang secara eksplisit menggunakannya. Sebagian besar peneliti lebih memilih pendekatan semiotika umum atau teori Roland Barthes dan Ferdinand De Saussure yang dianggap lebih sederhana. Ruang lingkup kajian mencakup sastra Arabdalam konteks puisi, prosa, kartun, dan simbol visual, tetapi belum banyak menyentuh aspek linguistik. Minimnya referensi empiris dan kompleksitas konsep triadic Peirce (representamen-objek-interpretan) menjadi kendala utama. Namun, peluangnya terletak pada potensi teori ini untuk mengungkap makna simbolik yang dinamis, terutama dalam teks-teks sufistik atau karya kontemporer. Secara internasional, penelitian berbasis Peirce juga masih terbatas, dengan dominasi studi dari Rusia, Amerika, dan Tiongkok. Temuan ini merekomendasikan perlunya kolaborasi interdisipliner dan pengembangan panduan operasional untuk memaksimalkan penerapan teori Peirce dalam studi sastra Arab.
Analisis Tindak Tutur Ilokusi Puisi “Tuhan, Aku Cinta pada-Mu” Karya W.S. Rendra Octaviani Putri, Dwi; Purwanugraha, Andri
MIMESIS Vol. 6 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mms.v6i2.13843

Abstract

Setiap penyair menghasilkan karya-karya sastra yang mengandung pemaknaan mendalam di dalamnya. Termasuk juga para penyair puisi yang menciptakan puisi indah penuh makna melalui diksi-diksi di dalamnya. Salah satunya adalah W.S. Rendra yang melalui karya terakhirnya berjudul “Tuhan, Aku Cinta pada-Mu” mencoba untuk menyampaikan makna-makna mendalam terkait hubungannya dengan Tuhan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis makna dalam puisi “Tuhan, Aku Cinta pada-Mu” melalui pendekatan tindak tutur. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan teknik pengumpulan data berupa simak catat, kemudian dilanjutkan dengan teknik analisis data berupa padan pragmatis. Teori yang digunakan adalah teori tindak tutur dari Searle (1969). Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dalam puisi “Tuhan, Aku Cinta pada-Mu” terdapat 8 (delapan) data kontruksi klausa yang terindikasi mengandung tindak tutur. Kedelapan data tersebut dikategorikan sebagai tindak tutur asertif, dengan jumlah 6 (enam) berjenis menyatakan, 1 (satu) data berjenis mengklaim, dan 1 (satu) berjenis mengeluh. Dapat disimpulkan, W.S. Rendra melalui puisi “Tuhan, Aku Cinta pada-Mu” menyampaikan makna terkait hubungannya dengan Tuhan secara asertif dan didominasi menyatakan. Hal ini dapat dimaknai bahwa saat membahas tentang hubungannya dengan Tuhan, itu bersifat personal karena selalu menggunakan subjek aku.

Page 10 of 11 | Total Record : 103