Articles
479 Documents
Perlindungan Hukum terhadap Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dihubungkan dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Sartika Dewi
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.133
Rumah tangga seharusnya adalah tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Namun, pada kenyataannya, justru banyak rumah tangga menjadi tempat penderitaan dan penyiksaan karena terjadi tindakan kekerasan. Pengertian KDRT dalam UU No 23/2004 PKDRT “Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikplogos, dan atau pelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengertian dari KDRT dan bagaimana Perlindungan Hukum korban KDRT. Metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji atau menganalisis data skunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder dengan memahami hukum sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. Dampak yang diakibatkan karena KDRT berimbas pada kesehatan dan kebahagiaan individu yang berefek pada kesejahteraan perempuan dalam komunitas. Dampak perempuan yang mengalami kekerasan menunjukan adanya yang serius pada kesehatan perempuan. Segala bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami baik secara fisik maupun psikis dapat berdampak serius bagi kesehatan seorang perempuan.
Determinan Pemeriksaan Payudara pada Mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung
Tuti Surtimanah;
Irfan Nafis Sjamsuddin;
Metha Dwi Tamara
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.134
Background: In 2018 global data showed 24.2% new cases of breast cancer in women with 15% died, while in Indonesia 58,256 new cases of breast cancer with 22,692 died. Breast cancer at a young age has a unique clinical and biological picture is more aggressive with an unfavorable prognosis, so the breast examination at a young age is very important. Institute of health students are young people as prospective health workers need to give examples in breast examination, where it didn’t known how the breast examination is done so far. Objective: To determined the determinant factors and practiced of breast examination.. Methods: A cross-sectional study design with data collection through filled out questionnaires about breast examination, breast cancer literacy, individual characteristics. Data were analyzed univariate, bivariate, and multivariate. Results: As much 55.6% students had a high level of literacy about breast cancer. Literacy and gender are determinants of breast self-examination, literacy and family cancer history are determinants of clinical breast examination, age is a determinant of breast ultrasound practiced. Path analysis shows the direct effect of literacy on breast examination at the intermediate level. Research results are expected to be useful in compiling messages to increase breast cancer literacy as a determinant that can be sought to change
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kabupaten Sukabumi Tahun 2019
Yeni Suryamah
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.135
Setiap makanan selalu mengalami proses penyediaan bahan mentah, pengolahan, penyimpanan dan distribusinya sampai di meja makan yang berisiko terjadinya keracunan, baik keracunan karena pangan itu sendiri beracun atau adanya bahan racun yang mencemari makanan. Keracunan pangan sering dikaitkan dengan pengelolaan atau penyimpanan makanan yang tidak atau kurang higienis. Faktor perilaku merupakan hal yang berperan penting dalam berbagai kasus. selain itu faktor lingkungan dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai atau kurang memenuhi syarat kesehatan juga berpengaruh dengan berbagai kejadian keracunan pangan. Tujuan penyeldikan epidemiologi ini adalah untuk memperoleh gambaran dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian KLB Keracunan pangan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. Desain studi ini menggunakan deskriptif Cohort Historical dengan waktu pengumpulan data dimulai pada Jumat 15 Nopember 2019 hingga 19 Nopember 2019. Populasi penelitian adalah seluruh kasus keracunan makanan di Wilayah Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. sedangkan sampel terdiri dari kasus yang memenuhi kriteria kasus dan kontrol yang memenuhi kriteria control yaitu orang yang memakan makanan syukuran namun tidak menjadi sakit. Hasil penyelidikan epidemiologi didapatkan bahwa Attack rate KLB keracunan pangan terbesar pada jenis kelamin perempuan (0.041%) dan kelompok umur 15->60 tahun (0.029%). Case Fatality Rate pada KLB Keracunan Pangan sebesar 0.027. Gejala terbanyak pada kejadian KLB keracunan pangan ini adalah gejala mual 77.9% (60 orang) dan diare 67.5% (52 orang). Kurva epidemik pada kejadian KLB ini berbentuk common source dengan rentang masa inkubasi 30 menit sampai dengan 79.5 jam, dengan mean inkubasi 12,51 jam. Berdasarkan masa inkubasi diperoleh informasi bahwa agent penyebab penyakit yang memungkinkan adalah bakteri E.colli. Berdasarkan jenis makanan yang dimakan, dicurigai bahwa makanan yang berisiko menyebabkan keracunan adalah bihun, dengan selisih attack rate sebesar 0.12. Hasil pemeriksaan rapid test pada alat masak didapatkan hasil positif mengandung residu glukosa dan residu protein. Rekomendasi antara lain diperlukan adanya penguatan Program sanitasi lingkungan, Peningkatan kembali sosialisasi dari perangkat daerah yang menangani kesehatan lingkungan serta meningkatkan kembali pola partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
Persepsi Terhadap Penyakit pada Pasien Hemodialisis di Bandung
Sri Hartati Pratiwi;
Eka Afrima Sari;
Titis Kurniawan
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.136
Gagal ginjal terminal yang dialami pasien hemodialisis dapat menimbulkan berbagai perubahan dalam kehidupannya. Persepsi yang positif terhadap penyakit dapat membantu pasien hemodialisis dalam menerima keadaannya dan meningkatkan motivasi untuk menjalankan berbagai tindakan pengobatan. Apabila pasien hemodialisis memiliki persepsi yang negatif terhadap penyakit, maka akan cenderung mudah mengalami berbagai masalah psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi terhadap penyakit pada pasien hemodialisis di Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada pasien hemodialisis di salah satu Rumah Sakit di Bandung. Teknik sample yang digunakan adalah consecutive sampling sebanyak 126 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dan memiliki tanda-tanda vital yang stabil. Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap penyakit adalah kuesioner persepsi penyakit singkat (Brief-IPQ) yang dikembangkan oleh Broadbant, et.al. tahun 2005, dan sudah dilakukan back translate ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis memiliki persepsi terhadap penyakit yang negatif (50,4%). Sebagian besar pasien merasakan berbagai dampak penyakit terhadap kehidupannya dan mengalami perubahan secara emosional semenjak mengalami gagal ginjal terminal. Persepsi terhadap penyakit yang negatif pada pasien hemodialisis dapat mempengaruhi kualitas hidup, angka kesakitan dan capaian pengobatan yang dijalaninya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan keluarga dan sosial. Petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat memberikan edukasi dan konseling pada pasien hemodialisis untuk meningkatkan persepsi pasien terhadap penyakit.
Perbandingan Kualitas Air Mata Antara Pengguna Dan Non Pengguna Lensa Kontak
Arief Witjaksono;
Ranie Khairunnisa
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.146
The use of contact lenses can cause dry eyes, it is caused by mechanical irritation of the meibomian gland. The meibomian gland produces a layer of fat which functions to inhibit evaporation of the tear layer. Disruption of the function of the meibomian gland causes the tear layer to evaporate quickly. Contact lenses also reduce the sensitivity of the eye surface so that the tear layer production reflex decreases. Increased evaporation accompanied by a decrease in tear production causes most contact lens users to experience dry eyes. The purpose of this study is to find out the difference in the quality of tears between users and non-contact lens users. Case control design with observational techniques has been conducted. This study used a schirmer test and observational sheet. The results of the study showed that of the 20 active contact lens users 14 (70.0%) had dry eyes and 3 (15.0%) of 20 non-contact lens users had dry eyes. Statistically Independent T-Test r = 0.00 <0.005 there is a difference between the quantity of tears of users and non contact lens users. It is recommended to pay attention to the use of contact lenses for long usage, usage period and lubricant on contact lenses so as not to cause complications in the use of contact lenses and dry eyes.
Deskripsi Tata Letak Proyektor Dan Pencahayaan Di Ruang Kelas Serta Keluhan Kelelahan Mata Mahasiswa/i
Anggit Nugroho;
faisal Syahrian
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.148
Kelelahan mata ( asthenopia ) merupakan gangguan fungsi penglihatan. penyebab dan gejalanya sangat majemuk yang melibatkan faktor fisik , fisiologis, psikologis, faktor sosial. Ruang kelas yang ergonomis merupakan hal penting dalam menciptakan proses belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi aspek ergonomis dari layar proyektor, meliputi sudut pandang (visual angle) dan kecerahan. Tujuan penelitian ini untuk Deskripsi Keluhan Kelelahan Mata Mahasiswa/i Terhadap Tata Letak Proyektor, Pencaayaan di Ruang Kelas STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2019. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data primer, melalui instrumen kuesioner, Jumlah sample 100. Data terkumpul dianalisis secara univariat. Hasil penelitian di 7 ruang kelas STIKes Dharma Husada Bandung, pencahayaannya belum memenuhi standar(144 lux). Pengukuran letak proyektor sudut horizontal dan vertikal masih di bawah standar. Keluhan Kelelahan mata yang terjadi di STIKes Dharma Husada Bandung tertinggi diantaranya bahu terasa nyeri sebanyak 84 responden (84 %) dan paling sedikit keluhan pusing disertai mual sebanyak 28 responden (28 %). Pencahayaan ruang kelas sesuai standar serta tata letak proyektor sesuai dengan sudut vertikal dan horiontal sehingga dapat mengurangi keluhan kelelahan mata mashasiswa/i STIKes Dharma Husada Bandung.
Chronic Sorrow Dan Quality Of Life Pada Pasien Dengan Diabetic Foot Ulcer (DFU)
Putri Puspitasari
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.149
Pendahuluan : Diabetic Foot Ulcer (DFU) merupakan komplikasi jangka panjang yang umum ditemukan pada pasien Diabetes Mellitus (DM). Penurunan kualitas kesehatan, proses penyembuhan yang lambat, ancaman amputasi, serta ancaman kematian berdampak terhadap keadaan psikologis yang buruk bagi penderita DFU. Keadaan emosi yang mungkin timbul pada pasien dengan penyakit kronis seperti DFU adalah perasaan chronic sorrow dan Quality Of Life yang kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat keadaan chronic sorrow dan quality of life pada pasien dengan DFU serta secara spesifik melihat hubungan antara chronic sorrow dengan quality of life pasien dengan DFU Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analytic correlative dan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional study. Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis hubungan antara chronic sorrow dan kualitas hidup pada pasien dengan DFU. Sampel penelitian adalag 46 Responden. Hasil dan kesimpulan: hasil penelitian menunjukan dari 46 responden 29 (63,04 %) mengalami keadaan chronic sorrow dan diantara 46 responden 27 (58,7 %) mengalami keadaan kualitas hidup yang kurang baik. Responden yang mengalami chronic sorrow memiliki kualitas hidup yang kurang baik sebesar 78,13 % dan kualitas hidup yang baik sebesar 21,87 % dengan p= 0,000 lebih kecil dari α= 0,05, yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara keadaan chronic sorrow dan quality of life.
Perbandingan antara Visus Hasil Pemeriksaan Refraksi pada Tingkat Pencahayaan Optimal, Rendah, dan Tinggi di Ruang Laboratorium Refraksi Optisi STIKes Dharma Husada Bandung
Suparni Suparni;
Benita Erma Indriyani
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v14i2.150
Visual acuity are influenced by several factors such as age, lighting, glare, pupil size, working period, and duration of work. The purpose of the research was to determine the differences in the results of refraction test at each level of lighting in the refraction optic laboratory room of STIKes Bandung Dharma Husada in 2019. The research’s design was descriptive, with measurements visual acuity and visual correction at optimal (300 lux), low (150 lux), and high (750 lux) lighting levels. The sample of this research used accidental sampling technique, first and second grade regular students of Diploma III Refractionist Optician of STIKes Dharma Husada Bandung, amounting to 35 people. Data processing is done automatically, then analyzed univariately to see the distribution of the variables research. The result found a comparison of visual acuity differences at optimal, low and high lighting levels is as much as 27%. Comparison of differences in visual correction at optimal, low and high lighting levels is 25%. The writer recommends lighting in the laboratory to be renewed because the existing lighting is far from the standard for conducting refraction test.
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Minum Tablet Tambah Darah
Silvia Mona;
Maharawati Maharawati
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 1 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v15i1.154
Anemia turns into a widespread public health problem associated with an increased risk of morbidity and mortality particularly in pregnant women. Based on data from the District of Karimun Health Office in 2018, there was 74.54% expectant mothers got Fe 3 supplements in Karimun recorded in 2017, with mainly 88.52% in Meral and 54.37% in Tebing that was noted to be the lowest number. This research is an analytical survey research with cross sectional study design. The univariate analysis result indicates 69.0% respondents possess poor level of knowledge of the benefit of Fe 3 tablet for pregnant mother, besides, 67.9% of them show negative attitudes and 64.3% have no compliance in taking Fe supplement routinely. Furthermore, bivariate analysis shows a correlation between the knowledge levels of respondents and their agreement in having iron booster tablets with p value of 0.000 (<0.05). On the other hand, it is also confirmed a correlation between the attitudes of respondents and their compliance in consuming iron booster supplements with p value of 0.000 (<0.05). As suggestion, it is hoped all parties, especially the Puskesmas as the public health center, to be able to provide and assist the pregnant mothers about information of the advantages of Fe supplements for both the pregnant mother and the baby.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di RSUD Muhammad Sani Karimun
Prasida Yunita
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 1 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38037/jsm.v15i1.155
Preeclampsia and eclampsia are estimated to be the major causes of maternal death of 14% laboring mothers per year,in which at the same time, are also associated with high neonatal and maternal mortality as well as morbidity rates. Referring to the data of the RSUD Muhammad Sani Karimun that 102 babies were born with normal delivery, whereas the other 574 births were through C-section surgery andthere also 38 deliveries with vacuum labor. From the total of all deliveries stated, there were 121 cases of preeclampsia and 10 cases of eclampsia. The purpose of this study is to investigate the potential factors that trigger the occurrence of preeclampsia during labors. This study is a quantitative research with analytic survey of case control design. The population of this study was 218 laboring mother in Muhammad Sani Karimun Hospital dated from January to March 2018 with a total sample of 60 respondents. The result shows 37 respondents (61.7%) aged <20 years or>35 years experienced preeclampsia, 56 respondents (93.3%) had single pregnancy, the other 57 respondents (95%) did not experience diabetes, and 31 respondents (51 7%) were parity mothers with small preeclampsia. Form the findings, it is concluded that age and parity are associated with the incidence of preeclampsia, while multiple pregnancies and diabetes are not associated with the incidence of preeclampsia. Finally, it is suggested for future researchers to use other research method such as qualitative and to add more variables such as hydatidiform mole or pregnancy distance in their future research.