cover
Contact Name
Fauziah Laili
Contact Email
prodiseniteater19@gmail.com
Phone
+6285381857376
Journal Mail Official
red.cartjjournal@gmail.com
Editorial Address
Creativity And Research Theatre Journal Institut Seni Indonesia Padangpanjang Jln. Bahder Johan. Kel.Guguk Malintang. Kec. Padang Panjang Timur. Kota Padangpanjang Sumatera Barat Telepon : 0752 (82077)
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Creativity And Research Theatre Journal
ISSN : 27155404     EISSN : 27155412     DOI : http://dx.doi.org/10.26887/cartj
Creativity And Research Theatre Journal welcomes full research articles in the area of creativity and research on performing Art .following subject areas: Practice, Process, performing Art Discourse, Dramaturgy.
Articles 75 Documents
Teknik Alienasi dalam Pertunjukan “Setan Dalam Bahaya” di ISBI Bandung Reza Julianto; Jaeni Jaeni; Monita Precillia; Husin Husin
Creativity And Research Theatre Journal Vol 4, No 2 (2022): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v4i2.3219

Abstract

Alienasi adalah usaha untuk menggambarkan sebuah peristiwa ke dalam bentuk baru yang bertujuan untuk mencegah penonton menjadi katarsis. Alienasi merupakan salah satu teknik atau metode dalam mazhab teater yang diusung oleh Bertolt Brecht. Alienasi sendiri merupakan transisi dari menjadi ke tidak menjadi. Hal ini dilakukan oleh aktor-aktor yang memainkan naskah “setan dalam bahaya” dalam pertunjukan Tugas Akhir ISBI Bandung tahun 2022. Alienasi sangat terlihat oleh aktor yang memainkan peran sebagai Setan dan Alienasi sangat terlihat ketika tokoh dalam naskah “Setan Dalam Bahaya” interaksi dengan penonton dan antar tokoh itu berbeda. Efek keterasingan bekerja untuk menciptakan ruang kosong di antara penonton dengan tontonannya. Efek keterasingan tidak hanya ditunjukkan dalam keaktoran saja, tetapi keseluruhan pertunjukan, setting, ruang dan lighting menggambarkan keterasingan.  Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses alienasi antar tokoh dan interaksi antara tokoh dengan penonton itu terjadi. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode observasi dan wawancarara kepada aktor dan sutradara
Pemeranan Tokoh Banio dalam Naskah Barabah Karya Motinggo Busye dengan Menggunakan Metode Akting Stanislavsky Riantoni Pasaribu; Ikhsan Satria Irianto; Enrico Alamo
Creativity And Research Theatre Journal Vol 4, No 2 (2022): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v4i2.2903

Abstract

Pemeranan tokoh Banio dalam naskah Barabah karya Motinggo Busye merupakan bentuk penciptaan yang dilakukan oleh pemeran untuk mewujudkan tokoh Banio yang dipertunjukan di atas panggung, Perwujudan dan pencapaian tokoh Banio dalam naskah Barabah karya Motinggo Busye diwujudkan menggunakan metode akting Stanislavsky. Proses perwujudan tokoh Banio meliputi; observasi, mengidentifikasi tokoh, menumbuhkan tokoh, menjiwai tokoh, mengontrol emosi dan mendandani tokoh. Naskah Barabah karya Motinggo Busye menggangkat realitas kehidupan yang sering terjadi yaitu suatu kesalahpahaman. Banio seorang laki-laki tua berusia 70 tahun, rajin, pekerja keras, aktivitasnya pergi ke ladang bersuara lantang dan tegas, bentuk wajah berkerut, suka untuk tertawa, meskipun Banio sudah tua tetapi Banio masih kuat untuk hidup dan bekerja. Kata kunci :Pemeranan; Tokoh Banio; Naskah; Barabah; Stanislavsky 
Penyutradaraan Lakon Citra Karya Usmar Ismail Saduran Edy Suisno Tiara Larasati
Creativity And Research Theatre Journal Vol 4, No 2 (2022): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v4i2.2514

Abstract

Proses penciptaan lakon Citra karya Usmar Ismail dilakukan dengan menggunakan konsep Realisme, yakni aliran seni yang berusaha mencapai ilusi atas penggambaran kenyataan. Melalui pertunjukan realisme seorang sutradara mencoba untuk mengangkat realita kehidupan yang sebenarnya.Pertunjukan lakon Citra mengusung genre tragedi untuk menyempurnakan klimaks dalam garapan. Tragedi dikategorikan dalam drama serius dengan topik yang bermakna kemanusiaan sebagai temanya, dimana tokoh utama selalu melawan penderitaan, dan melibatkan keruntuhan atau kehancuran tokoh yang statusnya tinggi. Untuk menghadirkan tragedi lakon di atas panggung, maka seluruh tokoh harus bermain secara kolektif agar suasana kesedihan tersebut dapat dibangun secara utuh sehingga membuat penonton merasakan kesedihan dan duka yang nyata.Adapun metode penciptaan yang digunakan untuk mewujudkan garapan ke atas pangggung, melalui beberapa tahapan seperti; (1) Tahap pencarian, (2) Reading, (3) Tahap pemberian isi, (4) Tahap pengembangan, (5) Blocking,dan (6) Tahap pemantapan. Lakon Citra memiliki pesan moral yang tinggi, yang mengajarkan untuk berhati-hati dalam menaruh kepercayaan terhadap orang lain dan jangan pernah mau dibutakan oleh cinta. Apalagi sampai memberikan kehormatan kepada lelaki, dan hanya akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Pemeranan Tokoh Baitul Bilal pada Pertunjukan Orang Kasar Karya Anton Chekhov dengan Gaya Realisme Andre Irwantoni
Creativity And Research Theatre Journal Vol 4, No 2 (2022): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v4i2.2965

Abstract

Pemeranan tokoh Baitul Bilal dalam pertunjukan Orang Kasar karya Anton Chekhov saduran WS. Rendra merupakan penciptaan seni peran yang dilakukan untuk mewujudkan tokoh Baitul Bilal sebagai sebuah pertunjukan teater. Rumusan masalah dari penciptaan tokoh Baitul Bilal ini adalah seperti apa deskripsi tokoh Baitul Bilal dan bagaimana mewujudkan tokoh Baitul Bilal ke dalam pertunjukkan teater. Adapun tujuan pemeranan tokoh Baitul Bilal dalam naskah Orang Kasar, untuk mendapatkan deskripsi tokoh Baitul Bilal dan mewujudkan tokoh Baitul Bilal dalam naskah Orang Kasar dengan gaya realisme. Proses penciptaan tokoh Baitul Bilal menggunakan metode magic if dalam proses mewujudkan tokoh. Metode ini berpusat pada pertanyaan “Jika pemeran adalah tokoh Baitul Bilal, apa yang akan pemeran lakukan?”. Sehingga saat memerankan tokoh Baitul Bilal, pemeran akan memposisikan dirinya sebagai tokoh yang pemeran perankan. Bagaimana pemeran akan bersikap pada situasi yang dihadapi tokoh Baitul Bilal dan pemeran akan bertanya kepada dirinya sendiri apa yang harus ia lakukan, pada saat mengalami situasi yang dialami tokoh Baitul Bilal. Untuk memerankan tokoh tersebut pemeran harus jujur, logis dan masuk akal sesuai dengan tokoh yang pemeran perankan. Dalam memerankan tokoh, pemeran menggunakan realisme sebagai landasan untuk menciptakan tokoh. Proses penciptaan tokoh diawali dengan mengetahui deskripsi tokoh Baitul Bilal. Dalam proses mewujudkan tokoh Baitul Bilal, pemeran harus mempunyai rancangan pertunjukan kemudian memberitahukan kepada semua tim yang terlibat agar semua rancangan pemeran dapat diwujudkan di atas panggung. Akhirnya di pertunjukan ke hadapan penonton. Hingga pada akhirnya penonton dapat menikmati semua peristiwa yang ada di dalam naskah Orang Kasar.
Kreativitas Teater Rumah Mata di Bentara Kota Medan; Studi Kreativitas dalam Perspektif Czikszenmihalyi Ilham Rifandi; Lusi Handayani
Creativity And Research Theatre Journal Vol 4, No 2 (2022): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v4i2.3234

Abstract

Tulisan ini merupakan sebuah studi kreativitas Teater Rumah Mata (TRM), sebuah kelompok teater di Kota Medan yang masih berupaya eksis di tengah stagnasi kelompok-kelompok teater di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk merekam perjalanan kreatif TRM dalam perspektif teori kreativitas Mihaly Csikszenmihalyi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan kondisi yang terdapat di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah perjalanan kreatif TRM yang sering terbentur karena kurangnya dukungan sarana dan prasarana, sikap dari penghuni domainnya yang kerap mengalami fluktuasi sehingga memengaruhi proses kreatif dan individu-individu yang bergabung dalam kelompok TRM. Dalam menghadapi permasalahan tersebut TRM melakukan penampilan di tengah keramaian, di taman-taman kota, dan menggagas strategi saweran, raon teater dan donasi rumah mata agar TRM tetap hidup.
Transformasi Tradisi Lisan Onduo Ke Bentuk Teater Kontemporer Potatah Petitih Potang Fadhli, Syahrizal; Yusril, Yusril; Afrizal H, Afrizal H
Creativity And Research Theatre Journal Vol 5, No 1 (2023): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v5i1.3631

Abstract

This article describes the process of creating contemporary theater based on research on the local wisdom of Rokan Hulu, namely an oral tradition called Onduo. Onduo is one of the cultural assets of the Rokan Hulu community, old folklore, so it has a nobility that is passed down. The form of Onduo is a song-like poem with a distinctive Rokan tone and language with swinging tones. Onduo itself contains advice and teachings about life, a hum that is usually conveyed by a mother when she puts her child to sleep. This article explains the research journey and the creative process in transforming Onduo's oral tradition into contemporary theatrical forms based on the power of narrative text, actors' bodily expressions, and artistic elements, including sets, props, lighting, make-up, costumes, as well as music. The theatrical work entitled Potatah Petitih Potang is an attempt to bring back a form of a collective memory of the Rokan Hulu community about Ondua, whose existence today has begun to fade. The hope is that the younger generation can understand values, and  messages, which are implemented through narrative texts sung or spoken by actors in the show. TRANSFORMATION OF ONDUO'S ORAL TRADITION INTO CONTEMPORARY THEATER POTATAH PETITIH POTANGAbstrakArtikel ini menguraikan tentang proses penciptaan teater kontemporer yang didasari atas riset tentang kearifan lokal Rokan Hulu, yakni satu tradisi lisan bernama Onduo. Onduo merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Rokan Hulu, yakni folklore yang sudah berumur, sehingga memiliki keluhuran yang diturunkan. Bentuk Onduo sendiri berupa nyanyian seperti syair dengan nada dan Bahasa Rokan yang khas dangan nada yang mengayun-ayun. Onduo sendiri berisi nasehat dan ajaran-ajaran tentang kehidupan, senandung yang biasa disampaikan oleh seorang ibu dalam menidurkan anak. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan tentang perjalanan riset, dan proses kreatif di dalam mentransfromasikan tradisi lisan Onduo ke bentuk teater kontemporer, bertolak pada kekuatan teks narasi, ekspresi tubuh aktor, dan elemen artistik meliputi set, propeti, pencayaan, rias, kostum, sekalgus musik. Karya teater yang diberi judul Potatah Petitih Potang merupakan usaha untuk menghadirkan kembali bentuk memori kolektif masyakarat Rokan Hulu tentang Onduo, yang eksistensinya pada hari ini sudah mulai pudar. Harapannya, generasi muda mampu memahami nilai-nilai, pesan moral, yang diimplementasikan melalui teks narasi yang didendangkan atau diucapkan aktor di dalam pertunjukan.
Resepsi Atas Dokumentasi Opera Minangkabau Malin Nan Kondang: Suatu Kajian Penonton Teater Pemula Mustika, Novia; Hs, Wendy; Pramayoza, Dede
Creativity And Research Theatre Journal Vol 5, No 1 (2023): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v5i1.2561

Abstract

The Minangkabau Opera Malin Nan Kondang combines drama, dance, music, and visual arts performances, departing from the kaba Malin Kundang, a folklore from West Sumatra about a boy named Malin who is disobedient to his mother and is cursed to turn to stone. Contrary to the kaba version, Opera Minangkabau Malin Nan Kondang tells about Malin's loyalty and sacrifice to his mother and lover, Nilam. This research treats the reception of novice audiences as a formal object intended to see responses to the structure or texture of the performance, which is witnessed through documentation. Data was collected through questionnaires, direct observation, and interview techniques. Research data analysis is directed to see three things from the novice audience, namely: (1) the horizon of expectations; (2) body reaction; and (3) the segmentation effect. Based on these three things, a general conclusion is formulated, namely the reception of the novice audience. Research shows that structural aspects (plot, characters, and themes) attract more beginner audiences than the performance's texture (atmosphere, dialogue, and spectacle, be it music, dance, costumes, make-up, or lighting). The tendency to respond more to the structure than the texture of this performance through documentation shows that for novice audiences, the story aspect is more interesting than the spectacle aspect. But at the same time, it has also been proven that this performance style, called 'Minangkabau Opera,' tends to be effective in conveying stories to novice audiencesReception Of The Documentation Of Malin Nan Kondang Minangkabau Opera : A Studies Of Beginning Theater AudienceAbstrakOpera Minangkabau Malin Nan Kondang merupakan perpaduan antara pertunjukan drama, tari, musik serta seni visual, yang berangkat dari kaba Malin Kundang, sebuah cerita rakyat dari Sumatera Barat tentang seorang anak bernama Malin yang durhaka kepada ibunya, hingga dikutuk menjadi batu. Berkebalikan dengan versi kaba itu, Opera Minangkabau Malin Nan Kondang mengisahkan tentang kesetian dan pengorbanan Malin, baik kepada Ibunya, maupun kepada kekasihnya, Nilam. Penelitian ini menjadikan resepsi penonton pemula sebagai objek formal, yang ditujukan untuk melihat tanggapan atas struktur atau tekstur pertunjukan, yang disaksikan melalui dokumentasi. Data dikumpulkan melalui teknik kuisioner, pengamatan langsung, yang diteruskan dengan teknik wawancara. Analisis data penelitian diarahkan untuk melihat tiga hal dari penonton pemula, yakni: (1) horizon harapan; (2) reaksi tubuh; dan (3) pengaruh segmentasi. Berdasarkan ketiga hal tersebut, diformulasikan suatu kesimpulan umum, yakni resepsi penonton pemula. Penelitian menunjukkan bahwa aspek struktur (alur, karakter dan tema) lebih menarik perhatian penonton pemula ketimbang tektur pertunjukan (suasana, dialog dan spektakel, baik itu musik, tarian, kostum, rias, maupun pencahayaan). Kecenderungan untuk lebih menanggapi stuktur ketimbangan tekstur pertunjukan ini melalui dokumentasi menunjukkan bahwa bagi penonton pemula aspek cerita lebih menarik perhatian ketimbang aspek tontonan. Namun pada saat yang sama, terbukti pula bahwa pihan gaya pertunjukan yang dinamakan ‘Opera Minangkabau’ ini cenderung efektif untuk menyampaikan cerita kepada penonton pemula
Dinamika Institusi Pendidikan Seni: Antara Pendidikan Formal Dan Perkembangan Praktis Berkesenian Di Indonesia Rusmana, Tatang; Yuniarni, Yuniarni
Creativity And Research Theatre Journal Vol 5, No 1 (2023): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v5i1.3713

Abstract

Science and art provide humanity on complementary paths. Both contain creative thinking and problem solving. Science seeks answers to questions about the external, physical world; the answer to this forms the basis of our present technological progress. While art depicts the development of our inner world namely; intuitive, emotional, spiritual and creative aspects of human beings. The real world is explained through science and revealed through works of art. Humans need both science and art if they balance function with the meaning of life. Art is an activity that occurs by the process of "cipta - rasa - karsa". Cipta, in art, contains an integrated meaning between creativity, invention, and innovation which is strongly influenced by "sense" (emotion and feeling). Rasa, arises because of the impulse of instinct which is called "karsa". Karsa, can be personal or collective, depending on the environment and culture of society (But Muchtar, 1985).AbstrakIlmu pengetahuan dan seni menyediakan manusia pada jalan yang saling mengisi. Keduanya mengandung fikiran kreatif dan pemecahan masalahnya. Ilmu pengetahuan mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang aspek luar, dunia fisika; jawaban untuk ini menjadi bentuk dasar dari kemajuan teknologi kita sekarang. Sementara seni menggambarkan perkembangan dari dunia dalam kita yakni; intuisi, emosional, spiritual dan aspek kreatif dari manusia. Dunia nyata dijelaskan melalui ilmu pengetahuan dan diungkap melalui karya seni. Manusia membutuhkan keduanya yaitu ilmu pengetahuan dan seni apabila mereka menyeimbangkan fungsi dengan arti kehidupan. Seni merupakan kegiatan yang terjadi oleh proses “cipta - rasa - karsa”. Cipta, dalam seni mengandung pengertian terpadu antara kreativitas (creativity), penemuan (invention), dan inovasi (inovasion) yang sangat dipengaruhi oleh “rasa” (emotion and feeling). Rasa, timbul karena dorongan kehendak naluri yang disebut “karsa”. Karsa, dapat bersifat personal atau kolektif, tergantung dari lingkungan serta budaya masyarakat (But Muchtar, 1985).  Ilmu pengetahuan dan seni menyediakan manusia pada jalan yang saling mengisi. Keduanya mengandung fikiran kreatif dan pemecahan masalahnya. Ilmu pengetahuan mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang aspek luar, dunia fisika; jawaban untuk ini menjadi bentuk dasar dari kemajuan teknologi kita sekarang. Sementara seni menggambarkan perkembangan dari dunia dalam kita yakni; intuisi, emosional, spiritual dan aspek kreatif dari manusia. Dunia nyata dijelaskan melalui ilmu pengetahuan dan diungkap melalui karya seni. Manusia membutuhkan keduanya yaitu ilmu pengetahuan dan seni apabila mereka menyeimbangkan fungsi dengan arti kehidupan. Seni merupakan kegiatan yang terjadi oleh proses “cipta - rasa - karsa”. Cipta, dalam seni mengandung pengertian terpadu antara kreativitas (creativity), penemuan (invention), dan inovasi (inovasion) yang sangat dipengaruhi oleh “rasa” (emotion and feeling). Rasa, timbul karena dorongan kehendak naluri yang disebut “karsa”. Karsa, dapat bersifat personal atau kolektif, tergantung dari lingkungan serta budaya masyarakat (But Muchtar, 1985).
Naskah Lakon Siti Nurbaya (Wajah di Sebalik Punggung) sebagai Alih Wahana Roman Siti Nurbaya (Kasih tak Sampai) Karya Marah Rusli Suisno, Edy; Wenhendri, Wenhendri
Creativity And Research Theatre Journal Vol 5, No 1 (2023): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v5i1.3714

Abstract

The creation of the play script Siti Nurbaya (Wajag di Sebalik Punggung) as a replacement for the romance Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) by Marah Rusli is an attempt to design a play script by turning the romance genre into a drama or play script. This design is the result of a new interpretation in terms of content and literary genre, namely a transfer of vehicles from the romance genre to the drama genre, which will later become the starting point in theatrical creativity. critical analysis of Siti Nurbaya's romance (Kasih Tak Sampai) so that a new structure for the play is formed, both from the characterizations, plot and setting of the story. The new structure resulting from the re-interpretation is then formatted in scene after scene and dialogue between characters, some of which are 'opposite' to what is stated and told in the novel Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai). The play script was later given the title Siti Nurbaya (Wajah di Sebalik PunggungAbstrakPenciptaan naskah lakon Siti Nurbaya (Wajah di Sebalik Punggung) sebagai alih wahana roman Siti Nurbaya (Kasih tak Sampai) karya Marah Rusli merupakan upaya untuk merancang naskah lakon dengan menjadikan genre roman untuk dikreasi ulang ke dalam genre drama atau naskah lakon. Perancangan ini merupakankan hasil dari sebeuah penafsiran baru secara isian (content) maupun secara genre satra, yakni sebuah alih wahana dari genre roman menuju genre drama, yang kelak merupakan titik pijak dalam kreativitas teater.Penciptaan atau perancangan drama (naskah lakon) tersebut diawali dengan melakukan analisis kritis terhadap roman Siti Nurbaya (Kasih tak Sampai) sehingga terbentuk struturisasi naskah lakon yang baru, baik yang tergambar dari penokohan, alur dan latar cerita. Struktur baru dari hasil tafsir ulang tersebut kemudian diformat dalam pengadegan demi pengadegan dan dialog antar tokoh yang di antaranya ‘berkebalikan’  dengan yang tertuang dan dituturkan dalam roman Siti Nurbaya (Kasih tak Sampai). Naskah lakon itu yang kemudian diberi judul Siti Nurbaya (Wajah di Sebalik Punggung)
Ketoprak Dor: Jejak Para Kuli Kontrak di Deli Serdang hingga Aceh Tengah Susandro, Susandro
Creativity And Research Theatre Journal Vol 5, No 1 (2023): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v5i1.3718

Abstract

This article explores how contract laborers in Deli, North Sumatra, amidst the repression they received, played a role in developing the Mataraman ketoprak art into a new style of ketoprak called ketoprak dor, a staging style that was born by accident or without planning. Nevertheless, this art was still favored by overseas Javanese contract laborers until the performance was held in the village of Paya Tumpi, Central Aceh, marked by the emergence of several ketoprak dor groups there. This paper also describes how the form of ketoprak dor is in the two regions so that the differences or similarities in the staging styles can be read. This research approach is qualitative with descriptive analysis method. The techniques applied are in-depth interviews, literature studies, observation, documentation (videos, photos/pictures, audio during interviews), video searches on various YouTube accounts and other sources deemed relevant. The results obtained are ketoprak dor in Central Aceh originating from Deli, North Sumatra. The development of the Mataraman ketoprak art into ketoprak dor clearly took place there due to the limited transportation capacity that existed during the Dutch colonial period. This lack of power has encouraged contract workers to play ketoprak bang with makeshift musical instruments. Meanwhile, the existence of ketoprak dor in Central Aceh was encouraged by the existence of the Ketoprak Dor art group from Deli performing in Central Aceh, to be precise in Bies District in the decade of the 1950s. Another view is that Medan people moved to Bies and brought some Ketoprak Dor musical instruments and wanted to sell them when they got there. Because none of the Bies residents were able to redeem them, the Paya Tumpi residents agreed to this and the Ketoprak Dor arts group was formed named Sanggar Ketoprak Rahayu Cipto Rukun in the following decadeKeywords: Ketoprak Dor; Traces Of Contract Laborers ABSTRAKArtikel ini mengemukakan bagaimana para kuli kontrak di Deli, Sumatra Utara, di tengah represi yang diterima turut berperan mengembangkan kesenian ketoprak Mataram-an menjadi ketoprak gaya baru yang disebut ketoprak dor, suatu gaya pementasan yang lahir dari ketidaksengajaan atau tanpa direncanakan. Kendati demikian, kesenian tersebut tetap saja disukai oleh para kuli kontrak beretnis Jawa perantauan hingga pertunjukannya digelar di gampong (kampung) Paya Tumpi, Aceh Tengah, ditandai dengan bermunculannya beberapa grup ketoprak dor di sana. Tulisan ini juga mendeskripsikan bagaimana bentuk kesenian ketoprak dor di kedua wilayah tersebut sehingga dapat terbaca perbedaan atau persamaan gaya pementasannya. Pendekatan penelitian ini ialah kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Teknik yang diterapkan ialah wawancara mendalam, studi kepustakaan, observasi, dokumentasi (video, foto/gambar, audio saat wawancara), penelusuran video di berbagai akun youtube dan sumber lainnya yang dianggap relevan. Hasil yang didapat ialah ketoprak dor yang ada di Aceh Tengah berasal dari Deli, Sumatra Utara. Perkembangan kesenian ketoprak Mataraman menjadi ketoprak dor jelas terjadi di sana bersebab keterbatasan daya transportasi yang ada di masa kolonial Belanda. Minimnya daya tersebut mendorong para kuli kontrak untuk bermain ketoprak dor dengan alat musik yang seadanya. Sedangkan keberadaan ketoprak dor di Aceh Tengah didorong adanya kelompok kesenian Ketoprak Dor asal Deli berpentas ke Aceh Tengah, tepatnya di Kecamatan Bies di kisaran dekade 50-an. Pandangan lainnya ialah adanya orang Medan yang pindah ke Bies sekaligus membawa beberapa alat musik Ketoprak Dor lalu ingin menjualnya sesampai di sana. Karena warga Bies tidak ada yang mampu menebus, maka warga Paya Tumpi menyanggupinya hingga terbentuklah kelompok kesenian Ketoprak Dor bernama Sanggar Ketoprak Rahayu Cipto Rukun pada dekade berikutnyaKata Kunci : Ketoprak Dor; Jejak Kuli Kontrak