cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
ISSN : 20874855     EISSN : 26142872     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) merupakan media untuk publikasi tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang hortikultura. Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) terbit tiga kali setahun (April, Agustus, dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 322 Documents
Evaluasi Keragaman Fenotipik Pisang Cv. Ampyang Hasil Iradiasi Sinar Gamma di Rumah Kaca Reni Indrayanti; Nurhajati A. Mattjik; Asep Setiawan; , Sudarsono
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.6 KB) | DOI: 10.29244/jhi.3.1.24-34

Abstract

ABSTRACTBanana  and plantain   are  important  for  food  security.   Increase  of genetic variability  is  difficult because  most  of  edible  bananas  are  triploid,  sterile and  parthenocarpy.   Therefore,  breeding  through convetional  method are difficult.  The objective of  this research were to evaluate  phenotypic variation of banana  cv.  Ampyang  (Musa  acuminata,  AAA,  subgroup  non-Cavendish) regenerated  from  in  vitro induced  mutation  by  gamma  irradiation  in  a greenhouse.   The  objectives  of  this  research  were  to characterize and evaluate phenotypic diversity of banana cv. Ampyang plant, in vi tro regenerated from gamma irradiated plantlet in a greenhouse. The phenotypes (both quantitative and qualitative characters) were evaluated when the plants were at six months after acclimatization. Result indicated banana plant sregenerated from gamma irradiated explants exhibited lower plant height, shorter leaf, and leaf length by leaf width ratio than from non-irradiated ones. Population of banana cv. Ampyang gamma irradiated at30, 40, 45 and 50 Gy showed broader variation in  qualitative characters than those  treated with 0 Gy. Banana cv. Ampyang originated from explants treated with 0 Gy showed similar stomatal density than those from explants treated with 45 and 50 Gy. On the other hand, those originated from explants treated with 20, 25, 30 or 40 Gy showed lower stomatal densities than those treated with 0 Gy.  The results have demonstrated  that  mutation  breeding  with  in vitro  technique could produce morphological changes as well as increase in variability of  quantitative traits.  A number of these  parameters were supposed to be applicable for characterization of variation in other banana cultivars.Key words:  Musa acuminata (AAA), stomata density, doses of gamma irradiationABSTRAKPisang  penting  untuk  keamanan  pangan.   Peningkatan keragaman  genetik   pada  pisang  sulit dilakukan  karena  sebagian  besar  pisang  yang  dapat dimakan  bersifat  triploid,  steril  dan  partenokarpi.Oleh sebab itu, pemuliaan tanaman secara konvensional sulit dilakukan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi variasi fenotipik pisang cv. Ampyang (Musa acuminata, AAA, subgroup non-Cavendish)yang diregenerasikan dari kultur in vitro dan diinduksi mutasi dengan sinar gamma.  Fenotipe (karakter kualitatif dan kuantitatif) dievaluasi ketika tanaman berumur 6 bulan setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa  tanaman  pisang  yang  diregenerasikan dari  eksplan  yang  diiradiasi  sinar  gamma memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah, daun yang lebih pendek, dan rasio panjang dan lebar daun yang lebih  rendah  dibanding  tanaman  non-iradiasi.  Populasi  pisang  cv. Ampyang hasil  iradiasi  sinar gamma  30, 40, 45  dan  50 Gy  menunjukkan variasi yang lebih lebar dalam karakter kualitatif dibanding tanaman kontrol (0 Gy). Pisang cv. Ampyang asal eksplan kontrol (0  Gy) menunjukkan densitas stomata yang sama dengan tanaman eksplan yang diiradiasi sinar gamma 45 dan 50 Gy. Tanaman yang berasal dari eksplan yang diiradiasi sinar gamma  20, 25, 30 or 40 Gy  menunjukkan densitas stomata yang lebih rendah dari tanaman kontrol (0 Gy).  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemuliaan mutasi dengan teknik in vitro dapat menghasilkan perubahan morfologi dan juga peningkatan variabilitas sifat kuantitatif dan  sejumlah  parameter  tersebut diharapkan  dapat  diaplikasikan  untuk  karakterisasi  variasi  kultivar pisang lainnya.Kata kunci : Musa acuminata (AAA), densitas stomata, dosis iradiasi sinar gamma
Mulsa Organik: Pengaruhnya terhadap Lingkungan Mikro, Sifat Kimia Tanah dan Keragaan Cabai Merah di Tanah Vertisol Sukoharjo pada Musim Kemarau Puji Harsono
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.508 KB) | DOI: 10.29244/jhi.3.1.35-41

Abstract

ABSTRACTRed  chilli  is  commercial  crop  and  has  high  economic  values.  Experiments were  conducted  to improve  red  chilli’s  cultivation  technique,  by  applying organic  mulches  to  increase  plant  growth  and yield.   The  experiment  was set  up  in  a  completely  randomized  block  design  with  three  replications to evaluate the effects of organic mulches on microclimate, soil chemical properties, red chilli growth and yield. Mulch treatment consisted of silver-black polyethylene plastic, rice straw, rice husk, corn litter and without mulch as a control. The application of organic mulches at the rate of 6 ton  ha-1in the dry season increased soil temperature, soil moisture, cation exchange capacity, pH, C organic, soil organic matter, N total, K availability and C/N ratio. The application of organic mulches in dry season increased plant growth in terms of number of dichotome branches, leaf area, and dry weight of plant, net assimilation rate, relative growth rate, fruit length and better fruit yields. The highest production was achieved by rice straw, i.e, 1.29 kg fruit fresh weight per plant. Plant treated with organic mulches produced fruit per plot 18% greater than those treated with plastic polyethylene.Keywords: cation exchange capacity, leaf area, growth, yieldABSTRAKCabai  merah  merupakan tanaman  komersial dan  memiliki  nilai ekonomi yang tinggi. Percobaan dilakukan untuk memperbaiki teknik budidaya cabai merah dengan  pengaplikasian mulsa organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak dengan 3 ulangan untuk mengevaluasi pengaruh mulsa organik terhadap iklim mikro, sifat kimia tanah, pertumbuhan dan hasil cabai merah. Mulsa yang digunakan adalah plastik polietilen hitam perak, jerami padi, sekam padi, serasah jagung dan tanpa gulma sebagai kontrol. Aplikasi mulsa organik adalah sebesar 6 ton/ha pada musim kering meningkatkan suhu tanah, kelembaban tanah, kapasitas tukar kation, pH, C organik, bahan organik tanah, N total, ketersediaan K dan C/N rasio. Aplikasi mulsa organik pada musim kering meningkatkan pertumbuhan tanaman dilihat dari jumlah cabang dikotomus, luas area daun, bobot kering tanaman laju  asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, panjang buah dan hasil buah yang lebih  baik.  Produksi tertinggi  diperoleh  pada  perlakuan  mulsa  organik  jerami  padi  dengan bobot  buah segar,  sekitar  1.29  kg  per  tanaman.  Tanaman  dengan perlakuan  mulsa  organik  meng hasilkan  buah  per plot 18% lebih besar dibandingkan tanaman dengan perlakuan mulsa plastik polietilen hitam perak.Kata kunci : kapasitas tukar kation, area daun, pertumbuhan, hasil
Perbandingan Pola Pita Isoenzim 15 Aksesi Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Berbiji dan Tidak Berbiji dan Hubungan Kekerabatannya Arifah Rahayu; Slamet Susanto; Bambang S. Purwoko; Iswari S. Dewi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.202 KB) | DOI: 10.29244/jhi.3.1.42-48

Abstract

ABSTRACTThere are many pummelo accessions in Indonesia, some of them are seedless. The objective of this work  was  to  compare  isoenzyme  banding  patterns  and to  assess  the  genetic  similarity  of  seeded  and seedless pummelo accessions. Electrophoresis analysis of proteins extracted from leaf tissues was uti lized to detect polymorphisms i.e. five isoenzymes  (esterase (EST), peroxidase (PER), malate dehydrogenase (MDH), acid phosphatase (ACP) and aspartate amino transferase (AAT). Based on principal component analysis, characters having the  main role in classifying pummelo accessions were MDH (Rf 0.14 and Rf 0.27)  and  ACP  (Rf  0.24  and  Rf  0.33). The accessions  showed  high  range  genetic  similarity  (28.6-94.7%), and at similarity coefficient 0.53  they  were classified into seeded and seedless  groups. It was concluded  that  isoenzymes  can  be  used  as  markers  in  differentiating seeded  and  seedless  pummelo accessions.Key words: genetic similarity, electrophoresis, marker, principal component analysis, polymorphismABSTRAKIndonesia memiliki banyak aksesi pamelo, baik yang berbiji maupun tidak berbiji. Penelitian ini bertujuan  untuk  membandingkan  pola  pita  isoenzim dan  mengetahui  keanekaragaman  genetik  antar aksesi  pamelo  berbiji  dan tidak  berbiji.  Analisis  isoenzim untuk  mendeteksi  polimorfisme dilakukan dengan  cara  elektroforesis  menggunakan  lima  sistem  enzim, yaitu  esterase  (EST),  peroksidase  (PER), malat dehidrogenase (MDH), asam fosfatase (ACP) dan aspartat amino transferase (AAT). Hasil analisis komponen utama  menunjukkan  bahwa  karakter  yang  berperan  penting  dalam pengelompokan  aksesi pamelo adalah MDH (Rf 0.14 dan Rf 0.27) dan ACP (Rf 0.24 dan Rf  0.33). Tingkat kesamaan genetik aksesi pamelo berkisar antara 28.6-94.7%, dan pada koefisien kemiripan 0.53 aksesi pamelo dibedakan atas kelompok berbiji dan tidak berbiji.  Dengan demikian isoenzim dapat digunakan sebagai penanda dalam membedakan aksesi pamelo berbiji dan tidak berbiji.Kata kunci: kemiripan genetik, elektroforesis, penanda, analisis komponen utama, polimorfisme
Sidik Jari DNA Plasma Nutfah Mangga Berdasarkan Analisis Fragmen Marka SSR (Simple Sequence Repeat) Berlabel Dwinita W. Utami; Tri J. Santoso; N. Hidayatun
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.162 KB) | DOI: 10.29244/jhi.3.1.49-57

Abstract

ABSTRACTDNA fingerprinting technology can be used for understanding the diversity of germplasm. The purpose of this preliminary study was to analyze the genetic diversity based on DNA fingerprints of mango germplasm using 15 fluorescent-labeled SSR markers. Nineteen Mango accessions from KP Cukurgondang collection, Pasuruan, East  Java and 15 SSR markers for mangoes  were used in this study. Development of  multiplex  sets of M13-labeled  primer  used  in the analysis  aimed  at  improving  the  effectiveness  and  efficiency  of molecular marker technology  in   mango  DNA  fingerprint  analysis.  The  analysis  of genetic  diversity  of  19  accessions  of  mango germplasm using 15 SSR markers resulted in 7 groups where four groups separated from the other three. Each of the four groups consisted of one accession, while the  three other groups consisted of some accessions. The results may represent the diversity of shape and color of fruit characters. However, further study is needed to get specific marker for each mango accession.Key word  : DNA fingerprint, Mango, fluorescent   SSR labeled.ABSTRAKTeknologi  sidik  jari  DNA  dapat  digunakan  untuk  memahami keanekaragaman  suatu  plasma nutfah.  Tujuan  dari  penelitian  awal  ini adalah  menganalisis  keragaman  genetik  berdasarkan  sidikjari DNA  plasma nutfah  mangga  menggunakan  15  marka  SSR  yang  berlabel  fluorescent. Sembilan  belas aksesi plasma nutfah mangga dari koleksi KP Cukurgondang, Pasuruan, JawaTimur dan 15 marka SSR untuk  mangga  digunakan  dalam penelitian  ini.  Pengembangan  set  multiplex  primer  berlabel  M13 digunakan dalam  analisis  bertujuan  untuk  meningkatkan  efektivitas  dan  efisiensi teknologi  marka molekuler dalam analisis sidikjari DNA mangga. Analisis keragaman genetik 19 aksesi plasma nutfah mangga menggunakan 15 marka SSR dapat menghasilkan 7 kelompok yang terdiri atas 4 kelompok yang masing-masing  beranggotakan  satu  aksesi  dan  3  kelompok  lainnya yang  terdiri  atas  beberapa  aksesi. Hasil  pengelompokan  dapat  mewakili keragaman  karakter  bentuk  dan  warna  buah.  Namun  demikian perlu dilakukan  analisis  lebih  lanjut  untuk  mendapatkan  penciri  spesifik  masing-masing  aksesi  plasma nutfah mangga.Kata kunci : Sidikjari DNA, mangga, SSR berlabel fluorescent
Optimasi Pertumbuhan dan Multiplikasi Lini Klon PLBs Anggrek Spathoglottis plicata Blume melalui Modifikasi Komposisi Medium MS dan Sitokinin Atra Romeida; Surjono Hadi Sutjahjo; Agus Purwito; Dewi Sukma; , Rustikawati
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.907 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.1-8

Abstract

ABSTRACTIn order to enhance the multiplication of  Protocorm Like Bodies (PLBs)  of Spathoglottis  plicataorchid  in vitro, several combinations of vitamin, sucrose concentration, and cytokinin were tested.   Thisexperiment was arranged in Completely Randomized Design (CRD) with two factors. The first factor was combination  of  vitamin  composition  and  sugar  concentrations  in  the medium  which  consisted  of  four different  combinations  (J1 = vitamin  MS + sucrose 30 g  L-1, J2 = vitamin B5 + sucrose 30 g  L-1, J3= vitamin  MS  + sucrose  40  g  L-1,  J4  =  vitamin  B5  +  sucrose  40  g  L-1).  The  second factor  was  seven combinations  of  cytokinin types and its  concentrations (S0 = without cytokinin (control), S1 =    20  μM BA, S2 = 40  μM BA, S3 = 20 μM kinetin,   S4 = 40  μM  kinetin, S5 = 75  ml L-1 coconut milk, and S6 = 150 ml L-1 coconut milk).  PLBs  were used as  explant  and were  grown on MS  solid medium containing various vitamin, sucrose, and cytokinin combinations  as mentioned above.  Growth and multiplication of PLBs were based on  the number of PLBs per explant, number of plantle ts per explant, number of roots formed, plantlet height and visual appearance and performa nce of the observations at 6  MST.  The best growth  and  multiplication  of  PLBs  orchid S.  plicata  was  produced  on  MS  medium  modified  with  B5 vitamins  and 30 g  L-1 sucrose, followed by those and  on MS medium enriched  with  75 ml  L-1 coconut milk and on MS medium supported by 20 μM BA.Key words : B5, benzyl adenine, coconut water, in vitro , orchid, sugar concentration,  vitamin compositionABSTRAKPercobaan ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi kom posisi vitamin dan konsentrasi gula medium,serta jenis dan  konsentrasi sitokinin terbaik dalam menginduksi pertumbuhan dan  multiplikasi  lini klon PLBsanggrek Spathoglottis plicata dalam jumlah yang besar  secara  in vitro. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial.  Eksplan yang digunakan adalah PLBs  yang ditanam pada  medium Murashige dan  Skoog  (MS)  yang  telah   dilakukan  modifikasi  sesuai  dengan  perlakuan.  Faktor  pertama  adalah  formulasi komposisi vitamin dan konsentrasi gula yang terdiri dari empat macam formulasi yaitu J1 = vitamin  MS + gula 30 g L-1, J2 = vitamin B5 + gula 30 g  L-1, J3= vitamin MS + gula 40 g L-1, J4 = vitamin B5 + gula 40 g  L-1. Faktor kedua adalah penambahan sitokinin (3 jenis dengan 2 taraf konsentrasi) yang terdiri dari 7 kombinasi perlakuan yaitu S0 = tanpa sitokinin (kontrol), S1 = BA 20 μM, S2 = BA 40 μM, S3 = kinetin 20 μM,  S4 = kinetin 40 μM, S5 = air kelapa 75 ml L- 1, dan S6 = air kelapa 150 ml  L-1. Pertumbuhan dan multiplikasi PLBs anggrek S. plicataterbaik  dihasilkan   pada medium  MS  dengan  modifikasi  vitamin  B5  dan  konsentrasi  gula  30  g  L-1dan  pada medium MS dengan penambahan air kelapa 75 ml L- 1 serta pada medium MS dengan penambahan BA 20  μMdengan  kriteria  jumlah  PLBs akhir dan  jumlah  planlet  akhir  tertinggi,  jumlah  akar  dan  tinggi  tanaman serta penampilan visual hasil pengamatan pada 6 minggu setelah tanam.Kata kunci : air kelapa, anggrek, B5, benzyl adenin, in vitro, komposisi vitamin, konsentrasi gula
Pengendalian Getah Kuning Buah Manggis dengan Irigasi Tetes dan Pemupukan Kalsium I Nyoman Rai; I.W. Wiraatmaja; C.G.A. Semarajaya; I.G.K. Dana Arsana
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.187 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.9-15

Abstract

ABSTRACTMangosteen is the largest exported fresh fruit from Indonesia, but only 20% of the total production can be exported due to low quality. Yellow latex or gamboge disorder is the main cause of low quality mangosteen fruit. This  study aimed  to  control  the  yellow  latex  of  the  mangosteen  fruit  by  using  drip irrigation  and  calcium fertilization. The study was conducted at farmer’s mangosteen garden in Munduk Bestala village, Seririt Subdistrict, Buleleng Regency, from February to November 2009. The research was arranged as split plot design which  consisted  of  two  factors  in  a  randomized  block  design. The  main  treatments  were  two  levels  of  drip irrigation:  drip  irrigation and control,  while  the  sub  plot  treatments  were  three  levels  dosage  of calcium  or gypsum:  0,  3,   and  6  kg  gypsum  tree-1.  The  experiment was replicated  nine  times.  The  result  of  experiment indicated that interaction between drip irrigation and gypsum dosage has no significant different on yellow latex of mangosteen fruit. In contrast, drip irrigation decreased significantly yellow latex both  at outer fruit skin and aril.  The aril without yellow latex on drip irrigation treatment was 83.70%, whereas in control only 36.30%. Gypsum also  increases  the  percentage  of  fruit  aril  without  yellow  latex.  The highest  percentage  of  fruit  aril without yellow latex was obtained on 6 kg gypsum tree-1(70.00%), whereas the lowest  was on 0  kg  gypsum tree- 1( 54.44%).Key words: fruit quality,  Garcinia  mangostana ,  gypsum,  relative water content, sugar contentABSTRAKManggis merupakan buah yang terbesar diekspor oleh Indonesia, namun hanya 20% dari total produksi dapat diekspor dikarenakan  kualitas  yang rendah. Getah  kuning  atau  gambode  disorder  merupakan penyebab utama rendahnya  kualitas  buah  manggis.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengendalikan  getah  kuning  pada tanaman  manggis  menggunakan  irigasi tetes  dan  pemupukan  kalsium.  Penelitian  ini  dilaksanakan  di kebun manggis milik petani di desa Munduk Bestala, kecamatan Seririt, kabupaten Buleleng dari bulan Februari sampai November 2009. Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi dengan dua faktor dalam rancangan kelompok teracak. Perlakuan petak utama adalah dua tingkat irigasi tetes: irigasi tetes dan kontrol, sedangkan perlakuan anak petak  adalah  tiga  dosis pemupukan  kalsium  atau  gipsum:  0,   3,  dan  6  kg  gipsum  pohon- 1. Percobaan  diulang sebanyak sembilan kali. Hasil mengindikasikan tidak ada pengaruh nyata interaksi antara irigasi tetes dan dosis gipsum  terhadap getah kuning. Sebaliknya, irigasi tetes secara nyata mengurangi getah kuning  baik pada bagian luar kulit dan bagian daging buah. Daging buah tanpa getah kuning pada irigasi tetes adalah sebanyak 83.7%, sedangkan pada perlakuan kontrol hanya 36.30%. Gipsum juga meningkatkan persentasi daging buah tanpa getah kuning.  Persentase  tertinggi  daging  buah  tanpa  getah  kuning diperoleh  pada  perlakuan  6  kg  gipsum   pohon-1(70.00%), sedangkan persentase terendah diperoleh pada perlakuan 0 kg gipsum  pohon-1(54.44%).Kata kunci: Garcinia mangostana, gipsum, kandungan air relatif, kandungan gula, kualitas buah
Induksi Tanaman Haploid Dianthus sp. melalui Pseudofertilisasi Menggunakan Polen yang Diiradiasi dengan Sinar Gamma , S. Kartikaningrum; , A. Purwito; G. A. Wattimena; B. Marwoto; D. Sukma
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.089 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.16-25

Abstract

ABSTRACTHaploid plants of  Dianthus sp. were obtained by pseudofertilization using irradiated pollen. Gamma ray of 100 gray was used to inactivate pollen. Crossing were made using 131 female of Dianthus chinensis Dchi-11 as  pod parents. After  pollination 59%  fruits  were harvested,  41%  were dropped and only  51  ovaries  were cultured on the medium. Ovaries were explanted 1 – 2 weeks after pollination and cultured on solid MS medium containing 400  mg L-1glutamine + 103. 77 mg L- 1 proline  and growth regulator including 1-Naphthalene acetic acid  (NAA)  and  6-Benzylaminopurine  (BAP).  The  first ploidy  seedling  observation  was  made  by  number  of chloroplast in each side of guard cells of stomata. Four haploid plants were obtained from this screening, but based  on  chromosome  counting  and  DNA  analysis  using flow cytometry  only  three  haploid  plants  and  two haploid plants revealed respectively.Key words: BAP, medium, pollination, proline, stomataABSTRAKTanaman  haploid  Dianthus  sp  diperoleh  melalui  pseudofertilisasi menggunakan  serbuk  sari  yang diiradiasi. Sinar gamma dari senyawa cobalt 60Co pada dosis 100 Gy digunakan untuk menonaktifkan serbuk sari. Persilangan semu dilakuan menggunakan 131 bunga betina dari Dianthus chinensis Dchi- 11 sebagai donor ovul. Setelah penyerbukan 41% buah gugur dan hanya 51 ovari dapat dikulturkan pada medium.  Ovari ditanam pada umur 1  –  2 minggu setelah penyerbukan dan dikulturkan pada dua media MS yang mengandung  400  mg  L-1glutamin  +  103. 77  mg  L-1 prolin  dan  dengan  penambahan  1-Naphthaleneacetic  acid  (NAA)  dan 6-Benzylaminopurine (BAP). Observasi ploidi awal dilakukan dengan melihat jumlah kloroplas pada sel penjagastomata  pada  daun.  Berdasarkan  pengamatan  ini  empat tanaman  haploid  diperoleh,  namun  berdasarkan penghitungan  jumlah kromosom  hanya  tiga  tanaman  yang  haploid,  dan  berdasarkan  an alisis DNA  dengan flowcytometer diperoleh dua tanaman haploidKataKunci:  BAP, media, penyerbukan, prolin, stomata
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi Tiga Sayuran Indigenous Faiqotul Himma; Bambang Sapta Purwoko
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.561 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.26-33

Abstract

ABSTRACTThe purpose this research was to determine the effects of plant spacing (population) on growth and yield of  three  indigenous  vegetables  (kemangi, kenikir,  and  katuk).  The  research  was  conducted  at Cikabayan experimental  farm  in  Darmaga,  Bogor  from  April  until November  2010.  The  experiment  design  was  a Randomized  Complete Block  Design  one  factor  with  four  treatments  of  plant  spacing  or population: 25  cm  ×  13. 33  cm  (population  300  000  plants  ha- 1),  25 cm  ×  16  cm  (population  250  000  plants  ha-1), 25 cm × 20 cm (population  200  000 plants  ha- 1), and  25 cm × 26.67 cm (population 150  000 plants  ha- 1), with three replications. Observations included plant height, number of leaves, number of branches, weight yields  per plant and weight yield  per plot. The experiment showed that plant spacing of kemangi did not influence vegetative growth, weight yields  per plant and weight yield  per plot. Plant spacing of kenikir influenced number of leaves, number of branches, weigth yields  per plant.   Plant spacing of katuk did not influence  vegetative growth,  weight yields  per plant and weight yield  per plot.Key words: katuk,   kemangi, kenikir, population, vegetative growth,  yieldABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jarak tanam dalam populasi terhadap pertumbuhan dan hasil dari tiga sayuran indigenous (kemangi, kenikir, dan katuk). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga Bogor dari April hingga November 2010. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor dengan empat perlakuan jarak tanam: 25 cm × 13:33 cm (populasi 300 000 tanamanha-1),  25 cm × 16 cm (populasi 250  000 tanaman  ha-1),  25 cm × 20 cm (populasi 200  000 tanaman  ha-1), dan 25 cm × 26.67 cm (population 150 000 tanaman ha-1), dengan tiga ulangan. Pengamatan meliputi  tinggi tanaman, jum lah daun, jumlah cabang, bobot hasil per plot. Jarak tanam kenikir berpengaruh terhadap jumlah daun, jumlah cabang, hasil per tanaman . Jarak tanam tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif , hasil  per tanaman dan hasil  per plot kemangi dan katuk.Kata kunci: katuk, kemangi, kenikir, populasi, pertumbuhan vegetatif, hasi
Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Varietas Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro Sadewi Maharani; Nurul Khumaida
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.754 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.34-43

Abstract

ABSTRACTThe  research  objective  were  to  study  the  effect  of  gamma  irradiation doses  on  Chrysanthemum (Dendranthema  grandiflora  Tzvelev) and increasing the genetic diversity.  The research were conducted at  IPB Tissue  Culture Laboratory,  BATAN  Laboratory,  and  IPB  Micro  Tehnique  Laboratory, February–November2010.  This  research  used  completely  randomized  design with  two  factors.  The  first  factor  was  variety  of Chrysanthemum, i.e. Dewi Ratih and Puspita Nusantara.  The second factor was  dosage of gamma irradiation (0, 20, 40, 60,  and  80 Gy).  The result showed that  interaction between    variety  with dosage  of gamma  irradiationaffected  growth  of plants.  LD50of  Chrysanthemum  plantlets  were   obtained  at  22.22  Gy  for Dewi  Ratih  and22.85 Gy for Puspita Nusantara. The gamma radiation 20 Gy produced  13 potential mutants on Dewi Ratih and Puspita  Nusantara  varieties. Putative mutants  characteristic showed small  and  no serrated  leaves , reddish  and stunted stems, rosette, and  variegated leaves.Key words: Dewi Ratih, Puspita Nusantara, gamma irradiation,  mutationABSTRAKPenelitian  ini  bertujuan  untuk  mempelajari  pengaruh  dosis  iradiasi  sinar gamma  terhadap   krisan (Dendranthema grandiflora  Tzvelev), meningkatkan keragaman genetik serta mendapatkan mutan krisan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pemuliaan krisan lebih lanjut. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium  Kultur  Jaringan  Tanaman  dan  Laboratorium Mikro  Teknik  Departemen  Agronomi  dan Hortikultura  IPB  serta Laboratorium  BATAN  pada  bulan  Februari  hingga  November  2010. Penelitian menggunakan  Rancangan  Acak Lengkap dengan dua  faktor.  Faktor pertama  adalah dua  varietas  krisan,  yaitu Puspita Nusantara dan Dewi Ratih. Faktor kedua adalah lima dosis iradiasi sinar gamma, yaitu 0 (kontrol), 20, 40, 60, dan 80 Gy. Hasil penelitian menunjukkan iradiasi sinar gamma menghambat pertumbuhan krisan.  Nilai LD50planlet krisan varietas Dewi Ratih berada pada dosis 22.22 Gy, sedangkan varietas Puspita Nusantara pada dosis 22.85 Gy. Dosis iradiasi sinar gamma 20 Gy menghasilkan 13 mutan putatif pada varietas Dewi Ratih dan Puspita Nusantara.  Ciri  mutan  yang dihasilkan  adalah  daun  kecil  dan  pinggir  daun  tidak  bergerigi,  perubahan warna batang menjadi kemerahan, kerdil, membentuk roset, dan menghasilkan daun variegata.Kata kunci: Dewi Ratih, Puspita Nusantara, iradiasi sinar gamma, mutasi
Pengaruh Sukrosa dan Fotoperiode terhadap Embriogenesis Somatik Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus reticulata Blanco.) Wahyu Widoretno; C. Martasari; Nirmala FD
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.809 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.44-53

Abstract

ABSTRACTThis  study  aimed  at  determining  the  effect  of  sucrose  and  photoperiod treatment  on  the  growth  and development of  somatic embryos   in citrus Keprok Batu 55.  Citrus somatic embryos were induced from  nusell us explants cultured on  MT  (Murashige and Tucker)  medium +  146 mM  sucrose  +  500 mg  L- 1malt extract. After 3 times subcultures, somatic embryos were cultured on medium with several concentrations of sucrose (146, 171, 196,  and  246 mM) or treated with different  photoperiod  (8, 12,   and 16 hours). Treated somatic embryos  were regenerated  into plantlets.  The research  results showed  that   the addition of sucrose on medium   did not affect on fresh weight  of  somatic  embryo  at  2  weeks  of  culture  but  decreased  the fresh weight  of  somatic  embryos  at 4 weeks of culture. The higher the sucrose added to the medium, the more  embryo somatic fresh weight decrease.Induction  and  growth  of  s omatic  embryo  was  also  influenced by culture  conditions.   Fresh  weight  of  somatic embryos  was  cultured with photoperiod  12  hours  day- 1for  2  and  4  weeks  higher  than  the fotoperiode 8  hours  day- 1.  However,  the  fresh  weight  of  somatic embryos  decreased  if  photoperiod  was  increased  to 16 hours day- 1. Induced somat ic embryos on medium containing high sucrose ( 246 mM) produced more plantlets with higher size than those with low sucrose.  Somatic embryos cultured with photoperiod 12 hours day-1produced more plantlets than those of   photoperiod  8 and 16 hours day-1. Nevertheless, the somatic embryos were cultured with  photoperiod  16  hours  day-1produced  plantlets with  higher  sizes  than  photoperiod  8  and 12 hours day- 1.Keywords: medium, Murashige and Tucker, nuselus, plantletABSTRAKPenelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  pengaruh  perlakuan  sukrosa  dan fotoperiode  terhadap pertumbuhan dan perkembangan embrio somatik jeruk Keprok Batu 55.  Embrio somatik diinduksi dari eksplan nuselus yang dikultur pada medium MT (Murashige dan Tucker) + sukrosa 146 mM  + ekstrak malt 500 mg  L-1. Setelah  3  kali  subkultur,  embrio  somatik  dikultur  pada media  MT  dengan  penambahan  beberapa  konsentrasi sukrosa  (146,  171, 196,  dan  246  mM)  atau  diperlakukan  dengan  fotoperiode  yang  berbeda (8,  12,  dan 16  jam  hari- 1).  Embrio  somatik  hasil  perlakuan  selanjutnya diregenerasikan  menjadi  planlet.  Hasil  penelitian menunjukkan penambahan sukrosa pada medium tidak berpengaruh terhadap bobot basah embrio somatik pada umur  kultur 2  minggu  tetapi  menurunkan bobot basah  embrio somatik pada  umur  kultur  4  minggu.  Semakin tinggi  sukrosa  yang  ditambahkan dalam  medium ,   penurunan  bobot  basah  embrio  somatik  juga semakin meningkat. Induksi dan pertumbuhan embrio somatik juga dipengaruhi oleh kondisi kultur. Bobot basah embrio somatik yang dikulturkan selama 2  dan 4 minggu dengan fotoperiode 12 jam  hari- 1lebih tinggi dibandingkan dengan fotoperiode 8 jam  hari-1. Namun demikian apabila fotoperio de ditingkatkan menjadi 16 jam  hari- 1, bobot basah embrio somatik mengalami penurunan. Embrio somatik yang diinduksi pada medium yang mengandung sukrosa  tinggi (246  mM)  mampu  beregenerasi  menjadi  planlet  lebih  banyak  dan berukuran  lebih  tinggi dibandingkan  dengan  sukrosa  rendah.  Embrio somatik  yang  dikultur  dibawah  fotoperiode  12  jam  hari- 1menghasilkan planlet  lebih  bany ak  dibandingkan  fotoperiode  8  dan  12  jam  hari-1. Namun  demikian,  embrio somatik yang dikultur dengan fotoperiode 16 jam hari- 1mampu menghasilkan planlet yang berukuran lebih tinggi dibandingkan dengan fotoperiode 8 dan 12 jam hari-1.Kata kunci: medium, Murashige dan Tucker, nuselus,   planlet

Page 2 of 33 | Total Record : 322


Filter by Year

2010 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 2 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol 16 No 1 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol 15 No 3 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol 15 No 2 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol 15 No 1 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol 14 No 3 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 14 No 2 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 14 No 1 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 13 No 3 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 13 No 2 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 13 No 1 (2022): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 12 No 3 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 12 No 2 (2021): Peningkatan Pertumbuhan dan Pengendalian Rebah Kecambah Bibit Cabai Menggunakan Vol 12 No 1 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 11 No 3 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 11 No 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 10 No 3 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 10 No 2 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 10 No 1 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 9 No 3 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 8 No 3 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 8 No. 1 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 3 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 2 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 1 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 2 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 1 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 3 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 2 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 1 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 3 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 3 No. 1 (2012): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 2 No. 1 (2011): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 2 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 1 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia More Issue