cover
Contact Name
Lut Dora
Contact Email
info@sttkalvari.ac.id
Phone
+6285398639223
Journal Mail Official
info@sttkalvari.ac.id
Editorial Address
Perum Banua Asri 1 Blok O,, Buha, Kec. Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 27989860     EISSN : 27989771     DOI : 10.53814
Core Subject : Religion, Education,
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen adalah jurnal yang menerbitkan artikel ilmiah yang berkualitas tentang Teologi dan Pendidikan Agama Kristen dengan Nomor ISSN: 2798-9771 (Online), 2798-9860 (Print). Semua naskah melalui proses peer-review dan pemeriksaan plagiarisme. Hanya Naskah yang original yang akan diterima untuk diterbitkan. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun oleh Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado yaitu Bulan Januari dan Juli. Adapun ruang lingkup dari Jurnal ELEOS: 1. Teologi Biblika (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Praktika 4. Misiologi 5. Pendidikan Agama Kristen
Articles 52 Documents
Menelisik Etika Hamba Tuhan di Ruang Digital:: Tafsir Kontekstual terhadap Efesus 5:15-16 Yunus Hutagalung; Hasibuan, Serepina Yoshika
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 5 No. 1 (2025): Juli 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53814/eleos.v5i1.208

Abstract

Abstract: This article aims to examine and construct a digital ethical foundation for God’s servants through a contextual interpretation of Ephesians 5:15–16. In today’s fast-paced digital environment, many ministers become entangled in the misuse of social media, hate speech, and self-promotion, damaging their spiritual credibility and the church’s witness. Using a descriptive qualitative method grounded in literature analysis, this study interprets the biblical text within its historical-theological context and connects it with contemporary digital realities. The findings highlight three key ethical principles: living wisely, managing time carefully, and maintaining moral awareness in an evil age. The novelty of this study lies in its contextual application specifically for God’s servants, contrasting with previous studies that addressed Christian ethics more generally. The theological implication is that the digital realm must be viewed as a sacred space for ministry, demanding ethical responsibility and spiritual discernment. Ministers are called to be digitally present in a way that reflects Christ’s character and advances His mission in the digital age. Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan membangun fondasi etika digital bagi hamba Tuhan melalui pendekatan tafsir kontekstual terhadap Efesus 5:15–16. Di era digital yang serba cepat dan penuh godaan, banyak hamba Tuhan terlibat dalam penyalahgunaan media sosial, ujaran kebencian, dan pencitraan diri yang berlebihan, yang berdampak buruk terhadap kesaksian pelayanan. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif berbasis studi literatur, teks ditafsirkan dalam konteks historis-teologis dan dihubungkan dengan fenomena digital masa kini. Hasil penelitian mengidentifikasi tiga prinsip etis utama: hidup berhikmat, penggunaan waktu secara cermat, dan kesadaran moral terhadap zaman yang jahat. Kebaruan kajian ini terletak pada penerapan eksposisi kontekstual secara spesifik bagi hamba Tuhan, bukan sekadar umat Kristen secara umum. Implikasinya, kehadiran hamba Tuhan di ruang digital haruslah mencerminkan karakter Kristus dan bertanggung jawab secara etis dan spiritual. Dunia digital harus diperlakukan sebagai ladang pelayanan yang menuntut integritas, kebijaksanaan, dan kesadaran ilahi yang terus diperbarui.
Ego Eimi Narasi Injil Yohanes mengenai Ketuhanan Yesus:: Jawaban Argumentum Fallacia terhadap Iman Kristen Christiaan, John Abraham; Prasetyo, Adi; Dully, Stefanus
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 5 No. 1 (2025): Juli 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53814/eleos.v5i1.218

Abstract

Abstract: This study is motivated by the increasing intensity of attacks from non-Christians against the Christian faith, particularly regarding the belief that Jesus is God. These attacks often rely on argumentum fallacia—fallacious and deceptive reasoning—posing questions such as, “Where in the Bible does Jesus explicitly declare Himself to be God?” This research aims to provide a theological and exegetical response to such polemics by analyzing the Johannine narrative, especially the phrase Ego Eimi (Ἐγώ εἰμι), as a divine self-declaration of Jesus. Utilizing a qualitative method through exegetical study supported by theological and linguistic literature, this research demonstrates that the phrase Ego Eimi in the Gospel of John is closely connected to God's declaration in Exodus 3:14, Ehyeh Asher Ehyeh (אהיה אשר אהיה), meaning “I Am Who I Am.” Jesus’ statement, “Before Abraham was, I am,” further affirms His divine identity. The findings conclude that Ego Eimi serves as an explicit and intentional affirmation of Jesus’ divinity. In light of these results and the growing polemical challenges against Christianity, it is recommended that theologians, pastors, and church leaders provide more comprehensive instruction on Christology to equip believers with sound theological understanding and guard them against misleading arguments. Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya serangan dari pihak non-Kristiani terhadap ajaran iman Kristen, khususnya mengenai kepercayaan bahwa Yesus adalah Tuhan. Serangan ini seringkali disertai dengan argumentasi yang bersifat argumentum fallacia—yakni argumen yang menyesatkan dan manipulatif—yang mempertanyakan kebenaran iman Kristen, dengan pertanyaan utama: “Di mana dalam Alkitab Yesus secara eksplisit mengakui diri-Nya sebagai Tuhan?” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan tersebut melalui kajian mendalam terhadap narasi Injil Yohanes, khususnya frasa “Ego Eimi” (Ἐγώ εἰμι) sebagai bentuk pengakuan diri Yesus yang bersifat ilahi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi eksegesis serta didukung oleh literatur-literatur teologis dan linguistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frasa “Ego Eimi” dalam Injil Yohanes memiliki keterkaitan erat dengan pernyataan Allah dalam Keluaran 3:14, “Ehyeh Asher Ehyeh” (אהיה אשר אהיה), yang berarti “Aku adalah Aku.” Pernyataan Yesus, “Sebelum Abraham ada, Aku ada,” semakin menegaskan identitas keilahian-Nya. Dengan demikian, frasa “Ego Eimi” merupakan bentuk eksplisit dari pengakuan Yesus sebagai Tuhan. Berdasarkan temuan ini, peneliti merekomendasikan agar para teolog, pendeta, dan pemimpin gereja lebih proaktif dalam mengajarkan doktrin Kristologi kepada jemaat guna memperkuat iman dan menangkal serangan argumentasi yang menyesatkan.