cover
Contact Name
Arif Rahman
Contact Email
shautunapmh@gmail.com
Phone
+6282343321118
Journal Mail Official
shautunapmh@gmail.com
Editorial Address
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/shautuna/editorialteam
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab
ISSN : -     EISSN : 27750477     DOI : https://doi.org/10.24252/shautuna.v2i3
Shautuna: Jurnal Imiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab adalah jurnal akademik yang telah menerbitkan karya ilmiah sejak tahun 2013. Jurnal ini diterbitkan oleh Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Alauddin Makassar. Jurnal ini disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa yang berkecimpung dalam hukum Islam lebih khusus perbandingan mazhab dan hukum. Jurnal ini secara rutin terbit tiga kali setahun yakni pada Januari, Mei dan September.
Articles 344 Documents
JAMINAN KAFALAH HUTANG BAGI ORANG MENINGGAL TANPA HARTA; Studi Komparatif Pandangan Antara Mazhab Syafi’Iyah dan Mazhab Hanafiyah Fitriani, Juita; Mustafa, Adriana
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15455

Abstract

AbstrakPokok permasalahan dalam penelitian ini ada dua yaitu: yang pertama, Proses  Pembayaran Hutang Bagi Orang yang Meninggal dan Tidak Memiliki Harta, dan yang kedua, Pandangan Mazhab Syafi’yah dan Mazhab Hanafiyah Mengenai Pembayaran Hutang Atas Orang yang Meninggal dengan tidak Meninggalkan Harta. Tujuan dari penelitian ini yaitu yang pertama Untuk Mengetahui Proses Pembayaran Hutang Bagi orang Meninggal dan Tidak Meninggalkan Harta, dan yang kedua yaitu Untuk Mengetahui Pandangan Mazhab Syafi’iyah dan Mazhab Hanafiyah Mengenai Pembayaran Hutang Atas Orang yang Meninggal dengan Tidak Meninggalkan Harta. metode pendekatan normatif dan dalam penelitian ini menggunakan Metode penelitian Kualitatif selanjutnya metode pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu library research atau Penulusuran Pustaka. Setelah melakukan penelitian, hasil yang diperoleh dari penelitian bahwa jangan sekali-kali meremehkan hutang karena apabila seseorang telah meninggal yang sebenarnya urusan dunianya itu sudah terputus tetapi orang tersebut masih memiliki hutang yang belum ditunaikan maka jiwanya akan terkatung-katung sampai ada orang yang bersedia untuk menunaikan untuknya. Dan terjadi perbedaan pendapat antara mazhab Syafi’iya dan mazhab Hanafiyah mengenai orang yang sudah mati dan tidak meninggalkan warisan atau harta. Menurut Mahab Syafi’I diperbolehkanya menanggung hutang orang meninggal tanpa harta sedangkan mazhab Hanafi tidak membolehkan hal tersebut. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah agar kiranya dapat memberikan pemahaman pada masyarakat tentang tentang bahayannya berhutang, dan peneliti berharap dapat bermanfaat bagi orang yang membacannya.Kata kunci: Jaminan; Kafalah; Hutang; Harta. AbstrakThe main problems in this study are twofold: the first, the Debt Payment Process for People Who Died and Has No Assets, and the second, the Syafi'yah School of Views and the Hanafiyah School of Debt Payment for People Who Died Leaving the Property. The purpose of this study is the first to find out the process of payment of debts for people who died and did not leave property, and the second is to find out the views of the Shafi'ite School and the Hanafiyah School of Paying Debt for people who died without leaving a treasure.In preparing this thesis the writer uses the normative approach method and in this study uses a qualitative research method then the method of data collection that I use is library research or library research. After conducting research, the results obtained from the study are that you should never underestimate debt because if someone has died that his real world affairs have been interrupted but that person still has debt that has not been fulfilled then his soul will be in limbo until someone is willing to fulfill it for her. And there is a difference of opinion between the Shafi'iya school and the Hanafiyah school of people who have died and have not left an inheritance or property. According to Mahab Syafi'I it is permissible to bear the debts of the dead without property while the Hanafi school of thought does not allow it. The implications of this research are so that it can provide an understanding of the public about the dangers of debt, and researchers hope to be useful for people who read it.Keywords: Collateral; Kafalah; Debt, Asset.
SONGKABALA DI KALANGAN MASYARAKAT KELURUHAN KATIMBANG KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR (Studi Perbandingan antara Hukum Islam dan Hukum adat) Saharuddin, Sri Rahayu; Hasan, Hamzah
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15456

Abstract

AbstrakJenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan menggunakan pendekatan teologi normative, yuridis normative dan sejarah. Adapun sumber data penelitian adalah tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat biasa. Selanjutnya metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi berupa foto-foto pelaksanaan tradisi Songkabala. Kemudian teknik analisis data dilakukan menggunakan analisa induktif, deduktif dan komperatif. Hasil peneliitian ini adalah Kepada masyarakat kelurahan katimbang kecamatan biringkanaya kota Makassar agar menjalankan syari’at islam jangan menempatkan sikap yang bertentangan dengan ajaran islam selanjutnya kembali menjalankan ajaran islam secara murni sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-sunnah. Dari berbagai pendapat masyarakat setempat mengenai tradisi Songkabala menurut hukum adat dan hukum Islam,maka dapat di tarik kesimpulan bahwa tradisi ini tetap sah dalam hukum adat karena merupakan kebiasaan. Tetapi telah melenceng dari syari’at islam. Tradisi ini dilakukan dirumah salah satu warga kelurahan katimbang yang dilakukan pada saat malam hari dengan cara menyiapkan beberapa peralatan dan makanan untuk mengundang arwah leluhur dan melepaskannya kembali.Kata Kunci: Tradisi; Hukum Islam; Hukum Adat. AbstractThis type of research is classified as qualitative using a normative theological approach, juridical normative and history. As for the research data sources are traditional leaders, community leaders, religious leaders and ordinary people. Then the data collection method is done by observation, interviews and documentation in the form of photograph of the implementation of the Songkabala tradition. Then the data analysis technique is done using inductive, deductive and comparative analysis. The results of this research is to the community of katimbang kelurahan of biringkanaya sub-district of Makassar to run Islamic shari’ah do not place attitudes that are contrary to Islamic teachings then re-run the teachings of islam purely in accordance with the demands of the qur’an and as-sunnah. From various local community opinions regarding Songkabala tradition according to customary law and Islamic law, it can be concluded that this tradition is still valid in customary law because it is a custom. But has deviated from Islamic sharia. This tradition is carried out in the house of one of the katimbang village which is done at night by preparing some equipment and food to invite the spirits of the ancestors and release them back.Keywords: Tradition; Islamic law; customary law.
FENOMENA SOCIAL CLIMBER MAHASISWA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM; Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Agustianti B, Suci; Amir, Rahma
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15457

Abstract

Abstrak Artikel ini membahas tentang Fenomena social climber Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, untuk mengetahui Bagaimana Fenomena dan Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perilaku social climber dan Bagaimana pandangan hukum islam tentang social climber.  Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian “field research” peneliti lapangan, penelitian yang mengkaji sosiologi hukum yang menggunakan data primer dan sekunder. Dalam mengumpulkan data melalui wawancara penulis menggunakan studi kasus, teknik yang digunakan adalah membaca literature yang mempunyai kesamaan dan relevan dengan masalah pokok dan sub-sub masalah mengenai Fenomena social climber Mahasiswa, apa faktor yang mempengaruhi sehingga terjadinya perilaku social climber dan pandangan hukum islam tentang perilaku social climber. Adapun beberapa pendapat mahasiswa dari hasil wawancara dilakukan oleh peneliti adalah narasumber 1 mengumukakan bahwa ada dari teman dia sendiri yang begitu dan menurut narasumber itu akibat dari lingkungan sendiri atau bisa dikatakan dari orang-orang yang ada disekitarnya yang terlihat memakai barang yang bagus maka ada keingan untuk menyamainya, dan narasumber yang ke2 mengatakan lebih baik bergaya sederhana saja karena bergaya berlebihan itu bisa mengakibatkan orang-orang disekitar akan iri dan bisa memicu kejahatan. Dari pandangan hukum islam dan mahasiswa mengenai tindakan  social climber pada prinsipnya islam tidak membenarkan social climber karena didalam islam dikenal dengan istilah istishood yakni keseimbangan antara dunia dan akhirat  yang sejalan dengan tujuan islam yang disebut al-falah. Sedangkan sikap demikian disebutjuga dengan Riya. Dan dari pandangan mahasiswa tergolong banyak mendapatkan Stigma Negatif karena cenderung dianggap memaksakan diri, dianggap sebagai pemicu Kejahatan ataupun toxic bagi orang lainKata kunci: Fenomena; Social climber;  Hukum Islam. AbstractThis article discusses the social climber phenomenon of students of the Faculty of Sharia and Law, to find out how the phenomena and factors that encourage social climber behavior and how is the view of Islamic law about social climber. This type of research uses a research approach "field research" field researchers, studies that examine the sociology of law that uses primary and secondary data. In collecting data through interviews the author uses case studies, the technique used is reading literature that has similarities and is relevant to the main problems and sub-problems regarding the phenomenon of Student social climber, what factors influence so that social climber behavior and Islamic legal views about behavior social climber. Social climber is the transfer of a person's social status or members of a community group from low level to higher level, while some students' opinions from interviews conducted by researchers are the resource person 1 announcing that there are from his own friends who are so and according to the informants are a result of their own environment or it can be said of those around him who are seen to be wearing good things that there is a desire to match them, and the second speaker said it was better to have a simple style because excessive style could cause people around to be jealous and could trigger crime. From the viewpoint of Islamic law and students regarding social climber actions, in principle Islam does not justify social climber because in Islam it is known as istishood which is a balance between the world and the hereafter that is in line with the objectives of Islam called al-falah. While this attitude is also called Riya. And from the perspective of students classified as getting a lot of Negative Stigma because it tends to be considered forcing themselves, is considered as a trigger for crime or toxic to otherKata kunci : the phenomenon; social clmber; dan Islamic law.
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI MADDOASSALAMA PADA MASYARAKAT BUGIS DI DESA LALLATANG, KECAMATAN DUA BOCCOE. BONE Sinulingga, Muh. Asfar; Qayyum, Rahman
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15458

Abstract

AbstrakTradisi maddoassalama merupakan sebuah tradisi yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt. Atas yang telah diperoleh atau sesuatu yang telah dicapai maka dilakukan tradisi maddoassalama. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode pengolahan dan analisah data yaitu, metode induktif, metode deduktif dan metode komperatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi maddoassalama yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lallatang, Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone merupakan suatu kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat ketika mendapatkan sesuatu seperti hasil panen atau suatu niat yang sudah tercapai biasa dilakukan tradisi maddoassalama. Jadi tradisi maddoassalama  ini dalam artian sesuatu yang dilakukan dalam ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Tradisi tersebut biasa dilakukan pada kalangan keluarga maupun kalangan masyarakat untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Dalam pelaksanaan tradisi tersebut biasanya tuan rumah menyiapkan berbagai makanan sesajian yang kemudian dibacakan oleh pa’baca atau Imam. Waktu pelaksanaan biasanya pada malam senin, rabu, kamis dan jum’at. pandangan Islam tradisi maddoassalama boleh saja dilakukan tanpa merusak akhidah seseorang tanpa adanya sebab yang lain, makanan yang diletakkan pada wadah tertentu  sebagai simbol tetapi apabila makanan tersebut bertujuan sebagian sesajian untuk arwah  yang telah meninggal maka itu tidak sesuai dengan syariat Islam.Kata Kunci : Maddoassalama, Proses Pelaksanaan, Hukum IslamAbstractThe Maddoassalama tradition is a tradition that is carried out as a form of gratitude to Allah SWT. For what has been obtained or something that has been achieved, the Maddoassalama tradition is carried out. The type of research used is qualitative by using various aspects of the approach, namely historical, sociological, and anthropological approaches. Furthermore, the data collection method is carried out by means of observation, interviews and documentation. Data processing and analysis methods are inductive method, deductive method and comparative method. The results of this study indicate that the maddoassalama tradition carried out by the people of Lallatang Village, Dua Boccoe District, Bone Regency is a habit that is usually done by people when they get something like a harvest or an intention that has been achieved is usually done by the maddoassalama tradition. So this maddoassalama tradition means something that is done in an expression of gratitude to God Almighty. This tradition is usually carried out among families and communities to express gratitude to God. In the implementation of this tradition, the host usually prepares various food offerings which are then read by the pa'baca or Imam. The implementation time is usually on Monday, Wednesday, Thursday and Friday nights. The Islamic view of the maddoassalama tradition is permissible to do without damaging one's faith without any other reason, food that is placed in a certain container is a symbol, but if the food is intended as part of the offering for deceased spirits then it is not in accordance with Islamic law.
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBELIAN BARANG KOLEKSI DI KELURAHAN TAMARUNANG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA (Studi Perbandingan Imam Abu Hanifa Dan Imam Syafi’i) Astuti Bahar, Andi Ahriana; Maidin, Sabir
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15459

Abstract

AbstrakArtikel ini membahas tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembelian Barang Koleksi di Kelurahan Tamarunang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa (Perbandingan Imam Abu Hanifa dan Imam Syafi’i). Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan atau field research kualitatif dengan melakukan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan sosiologis. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu: 1) Data primer yang berupa wawancara langsung dengan berbagai sumber terkait, 2) Data sekunder berupa data yang berhubungan dengan penelitian ini seperti jurnal, artikel, skripsi, dan lain-lain. Selanjutnya, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lalu, teknik pengolahan data dilakukan dengan dengan 3 (tiga) tahap yaitu: penyuntingan (editing), klasifikasi data, dan sistematis data. Selanjutnya, analisis data yang berupa analisis nonstatistika, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelian barang koleksi yang berada di kelurahan tamarunang kecamatan somba opu dan beberapa pendapat dari warga yang ada di sana adalah sebagian besar banyak memiliki barang koleksi yang dapat dijadikan sebagai pajangan, ada juga yang memang menggunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan ada juga yang membeli barang koleksi sebatas hobby semata, banyak diantara mereka yang mengoleksi barang seperti sepatu, tas, emas, dan baju. Dimana dalam Islam itu haram karena hidup berlebih-lebihan dan riya’ allah tidak menyukai sifat tercelah tersebut, sebagai mana telah di jelaskan dalam alquran bahwa mengoleksi barang itu haram jika tidak di pergunakan dalam hal kebaikan. Kata kunci: Barang koleksi; Imam Abu Hanifah; Imam Syafi’i. AbstractThis article discusses the Islamic Law Review of Purchasing Collections in Tamarunang Village, Somba Opu District, Gowa Regency (Comparison of Imam Abu Hanifa and Imam Syafi'i). This type of research is field research or qualitative field research using a normative juridical approach and a sociological approach. The data sources in this study are: 1) Primary data in the form of direct interviews with various related sources, 2) Secondary data in the form of data related to this research such as journals, articles, theses, and others. Furthermore, the data collection methods used were observation, interviews, and documentation. Then, the data processing technique was carried out in 3 (three) stages, namely: editing, data classification, and data systematic. Furthermore, data analysis in the form of non-statistical analysis, data presentation, and conclusion drawing. The results of this study indicate that the purchase of collectibles in the Tamarunang sub-district, Somba Opu sub-district and some opinions from residents there are that most of them have collectibles that can be used as displays, some are indeed used in daily life, and there are also those who buy collectibles as a hobby, many of them collect items such as shoes, bags, gold, and clothes. Where in Islam it is haram because of over-living and riya 'Allah does not like the nature of the split, as has been explained in the Koran that collecting goods is haram if not used in terms of goodness.
PERNIKAHAN PEREMPUAN SINDROM MAYER ROKITANSKY KUSTER HAUSTER PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Wulandari, Reski; Lewa, Irfan
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15460

Abstract

AbstrakPokok masalah dalam penelitian ini ialah mengetahui bagaimana konsep terhadap Sindrom MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster), bagaimana dampak pernikahan perempuan Sindrom MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster). Dan bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pernikahan perempuan Sindrom MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster). Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan penelitian seperti Yuridis normatif (Undang-undang), teologis normatif (Hukum Islam), dan Ushul fiqih. Yuridis normatif merupakan pendekatan yang berkaitan dengan undang-undang. Teologis normatif merupakan pendekatan yang diterapkan dalam sebuah penelitian yang mana masalah-masalah tersebut dibahas sesuai dengan kaedah-kaedah maupun norma-norma yang ada, yakni hukum Islam. Ushul fiqih adalah suatu disiplin ilmu yang membahas kaidah untuk menelusuri hukum-hukum syari’ah dari sumbernya yang telah dinashkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka di dalam pengumpulan sumber data, peneliti menggunakan studi kasus melalui wawancara. Metode yang diterapkan berupa menganalisa literatur-literatur yang mendukung atau penelitian pustaka (Library Research) yang mempunyai keterkaitan  dan relevansi dengan masalah pokok dan sub-sub masalah mengenai Pernikahan bagi Perempuan Sindrom MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster) dan Perspektif hukum Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sindrom MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster) merupakan kelainan bawaan lahir yang terjadi pada perempuan serta adanya gangguan pembentukan rahim dan vagina. Dampak yang dapat terjadi dalam pernikahannya ialah dampak sosial, dampak psikologis dan dampak kesehatan. Dampak sosial dapat menyebabkan perempuan yang mengalami sindrom MRKH ini merasa terintimidasi serta adanya ketidakpercayaan diri terhadap lingkungan sekitar, dampak psikologisnya yakni rentan mengalami stress yang berlebihan serta dapat memicu terjadinya depresi, hal ini dikarenakan tekanan yang kuat, dan dampak kesehatannya sangat memiliki resiko akan kegagalan dalam operasi vagina. Dalam hal ini, hukum pernikahan pada perempuan Sindrom MRKH yakni Hukumnya haram, makruh dan mubah. Jika perempuan yang mengalami sindrom MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster) tidak mampu dalam hal melakukan hubungan seksual maka hukum pernikahannya haram. Jika dapat mendzalimi hak seorang suami maka hukum pernikahannya makruh. Dan jika dapat memberikan kepuasan dalam melakukan hubungan seksual maka hukum pernikahannya mubah.Kata Kunci: Pernikahan, Perempuan, MRKH, Hukum Islam AbstractThe main problem in this research is knowing the concept of MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster), how is the impact of the marriage of women with MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster). And what is the view of Islamic law on the marriage of women with MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster). The main problem in this research is knowing the concept of MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster), how is the impact of the marriage of women with MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster). And what is the view of Islamic law on the marriage of women with MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster). This type of research is classified as qualitative using research approaches such as normative juridical (law), normative theological (Islamic law), and Ushul fiqih. Normative juridical approach is related to the law. Normative theological is an approach that is applied in a study in which these problems are discussed in accordance with existing norms and norms, namely Islamic law. Ushul fiqih is a scientific discipline that discusses rules for tracing shari'ah laws from their sources which have been recited in the Al-Qur'an and As-Sunnah. So in collecting data sources, researchers used case studies through interviews. The method applied is in the form of analyzing supporting literature or library research which has relevance and relevance to the main problems and sub-problems regarding Marriage for Women MRKH Syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster) and Perspective of Islamic law. The results of this study indicate that MRKH (Mayer Rokitansky Kuster Hauster) Syndrome is a congenital disorder that occurs in women as well as a disruption in the formation of the uterus and vagina. The impacts that can occur in a marriage are social impacts, psychological impacts and health impacts. Social impacts can cause women who experience this MRKH syndrome to feel intimidated and lack of self-confidence in the surrounding environment, psychological effects that are prone to excessive stress and can lead to depression, this is due to strong pressure, and the health impact is very at risk of failure in vaginal surgery. In this case, the law of marriage for women with MRKH Syndrome is the law of haram, makruh and mubah. If women who experience MRKH syndrome (Mayer Rokitansky Kuster Hauster) are unable to have sexual relations then the marriage law is haram. If you can wrong a husband's rights, the law of marriage is makruh. And if you can give satisfaction in sexual intercourse, then the law of marriage will change.Keywords: Marriage, Woman, MRKH, Islamic Law. 
WARISAN JANDA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT Syamsuddin, Nurul Hidayat; Fatmawati, Fatmawati
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15461

Abstract

 Abstrak Artikel ini membahas tentang pembagian warisan janda menurut Hukum Islam dan Hukum Adat di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Keadaan sosial janda di Kelurahan Biringkassi digambarkan bahwa kasus janda cerai mati lebih banyak dari cerai hidup. Banyaknya janda usia tua dan janda yang cerai diakibatkan pilihan yang harus dijalani setelah gagal membina rumah tangga. Tingkat pendidikan para janda di Kelurahan Biringkassi, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto 80% berpendidikan SMU dan 20% selebihnya berpendidikan SD. Usia janda di Kelurahan Biringkassi ada yang 64 tahun, 44 Tahun, 36 Tahun, 32 Tahun, dan janda termuda berusia 27 tahun. Terdapat 60% janda yang ditinggal cerai mati oleh suaminya dan  40% janda ditinggal cerai hidup. Status sosial janda bukanlah posisi yang menguntungkan secara biologis, psikologis dan sosiologis. Kondisi dan statusnya merupakan sesuatu hal yang harus menanggung penderitaan secara psikis dalam berbagai persepsi masyarakat Kelurahan Biringkassi. Kondisi lainnya adalah ada janda yang cerai mati dengan memiliki anak dan ada pula yang tidak memiliki anak. Demikian pula, ada janda cerai hidup yang memiliki anak dan janda yang tidak memiliki anak. Pembagian Warisan Terhadap Janda Menurut Hukum Islam dan Hukum Adat di Kelurahan Biringkassi Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto dapat dikemukakan bahwa bagian isteri/janda menurut Hukum Islam telah ditentukan melalui furudhul muqaddarah, yaitu ¼ bagian isteri/janda jika tidak memiliki anak, dan 1/8 bagiannya jika isteri/janda memiliki anak. Terkait harta warisan  isteri/janda juga disebutkan dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 36 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) tentang harta bersama dan harta bawaan. Sedang dalam Hukum Adat di Kelurahan Biringkassi Jeneponto Kabupaten Jeneponto sangat beragam dalam pembagian warisan. Untuk memperoleh warisan dari seseorang yang telah meninggal dunia maka harus memenuhi syarat-syarat warisan sebagai faktor penyebabnya dengan berlandaskan kesepakatan musyawarah sebagai dasar acuan dalam proses pembagian agar tidak menimbulkan sengketa antara ahli waris. Janda yang ditinggal mati yang memiliki anak melakukan pembagian harta sama rata ke ahli waris anak dan Janda masih mendapatkan sebagian dari harta bersama. Janda yang tidak memiliki anak mendapatkan seluruh bagian dari harta bersama dan harta bawaan suami jika tidak memiliki hutang piutang sedangkan janda cerai ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua keluarga dalam pembagian harta bersamaan maupun harta bawaan mantan suami dan janda.Kata Kunci : Warisan, Janda, Hukum Islam, dan Hukum Adat
TRADISI PASSILI SEBELUM PERNIKAHAN DI KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO (Studi Perbandingan Hukum Islam Dan Hukum Adat) Windiasari, Kiki; Cahyani, Intan
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15462

Abstract

AbstrakPokok masalah penelitian ini adalah bagaimana proses pelaksanaan tradisi passili di Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian dengan melakukan pengamatan dan terlibat langsung dengan objek yang akan diteliti di lokasi penelitian. Yang menjadi infirman dalam penelitian ini yaitu: Anrong Bunting, Kepala Lingkungan dan beberapa tokoh masyarakat setempat. Dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan Antropologi, sosiologis dan yuridis. Dengan beberapa metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian di olah melalui metode deduktif, metode induktif dan metode komparatif. Dalam penelitian ini eksistensi tradisi Passili yang tidak lepas dari sejarah kemunculannya. Tradisi Passili adalah tradisi yang telah membudaya di masyarakat pabiringa yang asal-muasalnya tidak di ketahui pasti. Yang hanya di lestarikan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Prosesi pelakaksanaan tradisi passili memiliki beberapa tahap yang pertama ,mempersiapkan bahan-bahan dan alat passili. Kedua penentuan hari dan waktu pelaksanaan pasili. Ketiga prosesi passili yang di lakukan sesuai dengan kebiasaan.Kata kunci: Tradisi; Passili; Hukum Islam. AbstractThe main problem of this research is how is the process of implementing the passili tradition in Binamu District, Jeneponto Regency. This research is a field research (Field Research), namely research by observing and being directly involved with the object to be studied at the research location. Infirman in this research are: Anrong Bunting, Head of the Environment and several local community leaders. By using several approaches, namely anthropological, sociological and juridical approaches. With several data collection methods, namely observation, interviews, and documentation. The data that has been obtained are then processed through deductive methods, inductive methods and comparative methods. In this research, the existence of the Passili tradition is inseparable from the history of its emergence. The Passili tradition is a tradition that has been entrenched in the pabiringa community whose origins are not known for sure. Which is only preserved from generation to generation from their previous ancestors. The procession of implementing the passili tradition has the first several stages, preparing the materials and tools of the passili. Second, the determination of the day and time of the pasili. The three passili processions are carried out according to habit. Key words: Tradition; Passili; Islamic Law.
TRADISI NIPANRASAI TERHADAP KASUS SILARIANG PERSPEKTIF ‘URF DI DESA SAMATARING, KECAMATAN KELARA, KABUPATEN JENEPONTO Desemriany, Siti Sharah; Sultan, Lomba
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15463

Abstract

Abstrak Artikel ini betujuan untuk mengetahui bagaimana tradisi nipanrasai terhadap kasus silariang khususnya pada masyarakat Desa Samataring, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto. Jenis atau metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki tiga kunci utama yaitu mengambil fakta berdasarkan pemahaman subjek, hasil pengamatan secara rinci dan berupaya menemukan hasil teoritis baru yang jauh dari teori yang telah ada. Penelitian kualitatif atau yang dikenal dengan penelitian lapangan, dimulai dari observasi, kemudian melakukan wawancara dengan masyarakat untuk memperoleh data atau informasi yang akurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Samataring masih ada yang mempertahankan tradisi nipanrasai karena menganggap bahwa tradisi tersebut bertujuan untuk mendidik seseorang dengan diberi rasa jera jika melanggar adat yang berlaku. Ada tiga faktor penyebab terjadinya kasus silariang di Desa Samataring, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto yaitu faktor perjodohan, faktor ekonomi, dan faktor hamil luar nikah. Kemudian penerapan ‘urf dipandang melalui ‘urf shahih yang berarti kebiasaan yang sudah menjadi tradisi masyarakat dan tidak bertentangan dengan hukum islam walaupun adanya unsur kekerasan namun itu bertujuan untuk memberi rasa jera kepada pelanggarnya dan tidak dalam unsur emosional. Kata Kunci : Nipanrasai; Silariang; ‘Urf. Abstract This article aims to find out how the nipanrasai tradition is in the case of elopement, especially in the people of Samataring Village, Kelara District, Jeneponto Regency.. This type or research method is a qualitative research method. Qualitative research has three main keys, namely taking facts based on the understanding of the subject, the results of detailed observations and trying to find new theoretical results that are far from existing theories. Qualitative research or what is known as field research, starts with observation, then conducts interviews with the community to obtain accurate data or information.The results of this study indicate that the people of Samataring Village still maintain the nipanrasai tradition because they think that this tradition aims to educate someone by being given a sense of deterrence if they violate the prevailing customs. There are three factors that cause the case of elopement in Samataring Village, Kelara District, Jeneponto Regency, namely matchmaking factors, economic factors, and extramarital pregnancy factors. Then the application of 'urf is seen through' urf shahih, which means a habit that has become a community tradition and does not contradict Islamic law even though there is an element of violence but it aims to provide a sense of deterrence to the offender and not in an emotional element. Keywords: Nipanrasai, Eloping, ‘Urf 
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAROS DALAM PENETAPAN BESARAN MINIMAL NAFKAH ANAK (ANALISIS PUTUSAN NOMOR:39/Pdt.G/2019/PA.Mrs) Khaerani, Nurul; Supardin, Supardin
Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab Vol. 1, No. 3, September 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/shautuna.v1i3.15464

Abstract

AbstrakPokok masalah dalam penelitian ini adalah tinjauan hukum Islam terhadap pertimbangan hakim Pengadilan Agama Maros dalam penetapan besaran minimal nafkah anak. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan yaitu kualitatif deskriptif dengan melakukan pendekatan penelitian Normatif-Empiris dan pendekatan keagamaan/Yuridis. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer yaitu Hakim Pengadilan Agama Maros dan sumber data Sekunder yaitu buku, jurnal, maupun perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrument penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat dokumentasi, dan alat tulis. Kemudian tehnik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan tahap klasifikasi data dan editing data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sumber buku yang diperoleh terdapat perbedaan pendapat Imam Mazhab terkait jumlah nafkah anak. Dalam putusan yang penulis analisis menunjukan bahwa hakim yang memeriksa perkara tuntutan nafkah anak sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam.Kata Kunci: Nafkah anak; Hukum Islam; Pengadilan Agama Maros AbstractThe main problem in this research is the review of Islamic law on the consideration of the Religious Courts’ judge in determining the minimum amount of children's income. The type of research in this thesis is field research, in particular qualitative descriptive by using Normative-Empirical research approach and Religious or Juridical approach. The sources of data in this research are primary data source, in particular the Religious Courts’ judge of Maros and secondary data sources, including books, journals, and laws which are related to the object of the research. The method of collecting data in this research were carried out by means of observations, interviews, and documentations. The research’s instruments that have been used were interview guides, documentation tools and stationery. The processing and analyzing data techniques were carried out by organizing data and drawing conclusion stages. The results of this research indicate that from the obtained source of books, there were several differences from Imam Mazhab’s opinion regarding the amount of children's income. In the verdict which the researcher has analyzed, it showed that the judge who examined the case of the demand for children’s income was in accordance with the provisions of Islamic law.Keyword: Living, Islamic Law; PA Maros.

Page 5 of 35 | Total Record : 344