cover
Contact Name
Novi Kurniati
Contact Email
drg.novi@dsn.moestopo.ac.id
Phone
+628118711640
Journal Mail Official
mderj@jrl.moestopo.ac.id
Editorial Address
Redaksi M-Dental Education and Research Journal Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jalan Bintaro Permai Raya No 3, Bintaro, Jakarta Selatan
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
M-Dental Education and Research Journal
ISSN : 27760839     EISSN : 27760820     DOI : -
M-Dental Education and Research Journal published by the Faculty of Dentistry, Prof. University. Dr Moestopo (Beragama) in Jakarta. This journal features articles that publish research articles from researchers and students in all fields of science and basic development of dental and oral health through an interdisciplinary and multidisciplinary approach. The purpose of publishing this journal is so that researchers and students can become reliable in writing scientific articles, and readers can gain insight into the latest developments in science and technology in the field of dentistry. The manuscripts presented Conservative Dentistry, Periodontics, Orthodontics, Prosthodontics, Pedodontics, Oral Medicine, Oral Surgery, Dental Public Health, and supporting fields in dentistry such as Oral and Maxillofacial Radiology, Oral Biology, Dental Material Science and Technology. This journal is published regularly four times a year (in January, April, July and October). The submission process opens throughout the year. All submitted manuscripts will be screened with a double-blind peer review process from two reviewers and editorial decision before the manuscript was accepted to be published.
Articles 50 Documents
EFEK DIET DAN DIETARY HABITS TERHADAP TERJADINYA RISIKO KARIES ANAK AUTISME SPECTRUM DISORDER Triani, Rini; Latifa, Witriana; Anisyah, Ika
M-Dental Education and Research Journal Vol 4, No 2 (2024): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Autism Spectrum Disorder (ASD) menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi gangguan perilaku sosial, komunikasi, aktivitas terbatas, pola perilaku, repetitive, resistensi terhadap perubahan rutinitas. Anak ASD memiliki keterbatasan terutama membersihkan rongga mulutnya, sehingga risiko terkena karies tinggi. Diet dan dietary habits pada anak ASD berbeda dari anak normal seperti mengulum makanan di dalam mulut, menyukai makanan bertekstur lunak, melakukan diet bebas gluten dan kasein. Anak ASD memiliki keterbatasan yang menghambat untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi. Tujuan: Menjelaskan efek diet dan dietary habits dengan terjadinya karies gigi pada anak ASD menurut persepsi orang tua. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling di Rumah Autis Tangerang, Sekolah Purba Andhika, dan Karunia Center Autism Boarding School; diperoleh 51 responden. Dilakukan pemeriksaan intraoral karies dan non karies, dan penyebaran kuesioner kepada orang tua. Data dianalisis dengan uji t-test untuk melihat efek diet dan dietary habits terhadap karies. Hasil: Hasil t-test diet dan dietary habits signifikan terhadap karies yaitu mengonsumsi buah p-value (0.018), sayur (0.043), snack (0.037) secara deskriptif. Diet yang tidak pernah dan jarang mengkonsumsi soft drinks (70.6%), kacang-kacangan (64.7%), sedangkan pada dietary habits mengkonsumsi gula (54.9%), makanan cepat saji (51%). Kesimpulan: Perubahan pola makan anak ASD menunjukkan sudah terdapat efek diet mengonsumsi buah, sayur, terhadap penurunan terjadinya karies serta dietary habits berupa pemberian snack terhadap terjadinya karies.
PERBEDAAN KUALITAS SUARA HURUF LATIN DAN HIJAIYAH PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH RAHANG ATAS DENGAN REPLIKA RUGAE PALATINA Utami, Dini Sastrawati; Andryas, Ika
M-Dental Education and Research Journal Vol 4, No 2 (2024): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Edentulus penuh merupakan kondisi kehilangan seluruh gigi permanen yang merupakan akibat dari proses multifaktorial seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan trauma. Dampak edentulus penuh dapat diatasi dengan pemakaian gigi tiruan penuh. Pemakaian gigi tiruan pada pasien edentulus penuh bertujuan mengembalikan fungsi, fonetik dan estetik, namun pembuatan gigi tiruan penuh yang tidak direncanakan dengan tepat dapat menyebabkan berbagai masalah salah satunya perubahan suara pasien. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas suara pengguna gigi tiruan penuh ialah dengan membuat replika rugae palatina pada basis gigi tiruan penuh. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kualitas suara huruf latin dan hijaiyah pemakai gigi tiruan penuh rahang atas dengan dan tanpa replika rugae palatina. Metode: Sampel yang digunakan berjumlah 160 sampel suara yang terdiri dari masing-masing 80 sampel suara pengucapan huruf latin dan hijaiyah yang berasal dari suara16 pengguna gigi tiruan penuh yang gigi tiruannya dibuat di klinik Prostodonsia RSGM USU. Perekaman dilakukan dua bagian yaitu gigi tiruan penuh dengan dan tanpa replika rugae palatina. Hasil rekaman suara dianalisis menggunakan software Praat. Semua data dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji wilcoxon range test. Hasil: Hasil uji T berpasangan pada huruf latin dengan dan tanpa replika rugae palatina menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada huruf [d] dengan nilai p=0,045. Selain huruf [d], hasil uji T berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan dengan nilai p0,05. Hasil uji T berpasangan pada huruf hijaiyah dengan dan tanpa replika rugae palatina menghasilkan nilai signifikan pada huruf [dal] dengan nilai p=0,046. Selain huruf [dal], hasil uji T berpasangan menunjukkan nilai tidak signifikan dengan nilai p0,05. Kesimpulan: Terdapat perbedaan kualitas suara hanya pada huruf [d] untuk huruf latin dan huruf [dal] untuk huruf hijaiyah pada pemakai gigi tiruan penuh rahang atas dengan replika rugae palatina.
BIMAKSILER MALOKLUSI KELAS I ANGLE DENGAN PENCABUTAN 4 PREMOLAR PERTAMA (Sefalometri) Maulana, Paulus
M-Dental Education and Research Journal Vol 4, No 2 (2024): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Protrusi bimaksiler dengan perubahan jaringan lunak wajah dengan pencabutan premolar pertama secara estetik lebih baik dengan perawatan ortodontik. Tujuan: Mengetahui efek pencabutan empat premolar pertama terhadap posisi jaringan lunak penderita protrusi bimaksiler maloklusi kelas I Angle. Metode: Jenis penelitian deskripsi perbandingan. Sampel penelitian adalah data pasien tahun 2010 – 2020 di Dents Smile Jakarta. Sampel dibagi kelompok maloklusi kelas I Angle protrusi bimaksiler sebelum perawatan ortodonti cekat (belum pencabutan empat premolar pertama) dan setelah perawatan ortodonti cekat (pencabutan empat premolar pertama). Data diuji tes Kolmogorov Sminov untuk melihat distribusi data, dilanjutkan dengan uji beda (Independent t dan Mann Whitney) untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil: Hasil uji Kolmogorov Smirnov pengukuran sefalometri kelompok sebelum dan sesudah mempunyai nilai p 0,05. Ini menunjukkan semua kelompok berdistribusi data normal dan uji statistik Independent t. Hasil uji t perbedaan sudut NSnPg, Nasolabial dan Labiomental kelompok sebelum dan sesudah pencabutan 4 premolar pertama didapatkan nilai p 0,05. Sudut NSnPg, nasolabial dan labiomental disimpulkan ada perbedaan bermakna antara kelompok sebelum dan sesudah pencabutan 4 premolar pertama. Kesimpulan: Perubahan jaringan lunak pada penderita protrusi bimaksiler dengan pencabutan 4 premolar pertama dikarenakan sudut NSnPg, nasolabial dan labiomental bertambah besar. Pertambahan menyebabkan bibir atas dan bibir bawah terjadi retrusi.
PERUBAHAN INKLINASI GIGI INSISIF ATAS DENGAN PENCABUTAN GIGI PREMOLAR PADA PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II DIVISI 2 (Analisis Sefalometri) Suryaprawira, Albert
M-Dental Education and Research Journal Vol 4, No 2 (2024): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Pasien dengan kelainan maloklusi kelas II divisi 2 mempunyai keluhan ingin memundurkan posisi gigi insisif rahang atas untuk mendapatkan estetik dan penampilan yang lebih baik dengan perawatan ortodonti. Pencabutan gigi premolar rahang atas disarankan dalam kasus maloklusi kelas II divisi 2 untuk memperbaiki gigi anterior dan membuat bibir menjadi lebih kompeten serta memperbaiki profil wajah. Perawatan dapat dilakukan dengan pencabutan gigi premolar rahang atas dan penarikan gigi anterior rahang atas ke posterior atau penarikan gigi kaninus secara segmental kemudian diikuti penarikan empat gigi anterior rahang atas. Maloklusi Kelas II Divisi 2 dengan pencabutan premolar akan berpengaruh terhadap inklinasi gigi insisif atas terhadap bidang maksila yang akan menjadi lebih baik dengan perawatan ortodontik. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pencabutan gigi premolar terhadap inklinasi gigi insisif atas dengan bidang maksila pada kasus Maloklusi Kelas II Divisi 2. Metode: Jenis penelitian deskripsi perbandingan. Sampel penelitian adalah data pasien tahun 2010 - 2020 di klinik pribadi, Jakarta. Sampel dibagi kelompok maloklusi Kelas II Divisi 2 sebelum perawatan ortodonti cekat (sebelum pencabutan) dan setelah perawatan ortodonti cekat (setelah pencabutan). Data diuji tes Kolmogorov Sminov untuk melihat distribusi data, dilanjutkan dengan uji beda (t berpasangan) untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil: Hasil uji Kolmogorov Smirnov pengukuran sefalometri kelompok sebelum dan sesudah mempunyai nilai p 0,05. Ini menunjukkan semua kelompok berdistribusi data normal. Hasil uji t berpasangan sudut inklinasi gigi insisif atas terhadap bidang maksila kelompok sebelum dan sesudah pencabutan didapatkan nilai p 0,05. Maka disimpulkan ada perbedaan bermakna antara kelompok sebelum dan sesudah pencabutan. Kesimpulan: Pencabutan gigi premolar pada pasien dengan Maloklusi Kelas II Divisi 2 dapat mengakibatkan perubahan pada sudut antara poros gigi insisif atas dengan bidang maksila menjadi lebih kecil sehingga memperbaiki penampilan profil wajah dengan posisi bibir yang lebih harmonis.
PERBANDINGAN KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER YANG DIRENDAM DALAM BERBAGAI MACAM OBAT KUMUR Permatasari, Rina; Dafa Nur Adiba, Nabila
M-Dental Education and Research Journal Vol 4, No 2 (2024): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Resin komposit nanofiller memiliki nilai kehalusan permukaan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis resin komposit lainnya. Obat kumur kerap digunakan secara rutin oleh masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan karies, tetapi memiliki pH asam yang dapat berpengaruh pada kekasaran atau degradasi permukaan resin komposit nanofiller. Peningkatan kekasaran permukaan dapat menyebabkan masalah seperti peningkatan retensi plak dan mikroorganisme yang selanjutnya berkembang menjadi karies sekunder dan kegagalan restorasi. Tujuan: Mengetahui perbandingan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller yang direndam dalam obat kumur beralkohol, obat kumur bebas alkohol, dan obat kumur herbal. Metode: Metode penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental laboratorium dengan desain penelitian pre-test dan post-test. Sampel penelitian sebanyak 30 sampel resin komposit nanofiller yang dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok perlakuan (n=10), yaitu obat kumur beralkohol, obat kumur bebas alkohol, obat kumur herbal yang direndam selama 36 jam. Semua sampel diukur kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perendaman menggunakan alat uji surface roughness tester. Hasil Penelitian: Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller menunjukkan hasil yang signifikan pada semua kelompok obat kumur. Data penelitian dilakukan dengan uji analitik yaitu uji one-way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni dengan nilai p=0,000 (p0,05). Kesimpulan: Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller setelah direndam dalam larutan obat kumur beralkohol lebih tinggi, dibandingkan yang direndam dalam larutan obat kumur bebas alkohol dan larutan obat kumur herbal.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MADU RANDU DENGAN MADU MANUKA TERHADAP DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis Primasari, drg., Sp.Perio, Veronica Septnina; Putri, Fara Rahmania
M-Dental Education and Research Journal Vol 5, No 1 (2025): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh bakteri Porphyromonas gingivalis. Perawatan periodontitis dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Perawatan kimiawi merupakan terapi tambahan dengan menggunakan antibiotik yang memiliki efek samping resistensi bakteri, sehingga diperlukan penggunaan bahan alternatif lain. Madu randu dan madu manuka diketahui memiliki pH rendah dan senyawa antibakteri, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pilihan. Tujuan: Untuk mengetahui dan menjelaskan perbandingan efektivitas antibakteri madu randu dengan madu manuka terhadap daya hambat bakteri Porphyromonas gingivalis. Metode: Diameter zona hambat dihitung menggunakan metode difusi sumuran pada media agar dengan konsentrasi madu randu dan madu manuka 25%, 50%, 75%, dan 100%, kontrol negatif akuades, kontrol positif H2O2 3%. Hasil: Rerata daya hambat madu randu konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, madu manuka konsentrasi 25%, 50%, dan akuades terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis adalah 0 mm. Madu manuka konsentrasi 75% dan 100% memiliki rerata daya hambat 1,8+0,128 mm, 3,017+1,29 mm. Daya hambat H2O2 3% sebesar 10,99+0,20 mm. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan hanya madu manuka konsentrasi 75% dan 100% yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis, sedangkan madu randu konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% dan madu manuka konsentrasi 25%, 50% tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
PERBANDINGAN DAYA HAMBAT KLORHEKSIDIN 2% DAN ESKTRAK GAMBIR (UNCARIA GAMBIR ROXB) PADA CANDIDA ALBICANS ATCC 10231 Dewiyani, Sari; Firdaus, Ihsan; Pramesti, Gading
M-Dental Education and Research Journal Vol 5, No 1 (2025): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Keberhasilan perawatan saluran akar ditentukan oleh eliminasi mikrooganisme di dalam saluran akar di antaranya jamur Candida albicans. CHX 2% memiliki sifat antimikroba khususnya dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada perawatan saluran akar. Ekstrak gambir (Uncaria gambir roxb) mengandung katekin yang dapat menghambat pertumbuhan  jamur. Katekin merupakan flavonoid dapat membunuh jamur dengan merusak membran sel jamur dan mendenaturasi protein sel mikroorganisme. Tujuan: Mengetahui perbandingan daya hambat ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan klorheksidin 2% terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231. Metode: Lima belas sampel dibagi 5 kelompok yaitu ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5%, dan klorheksidin 2%. Pengukuran zona hambat terhadap Candida albicans dilakukan dengan mengukur diameter terluar zona bening di sekitar cakram. Hasil: Ekstrak gambir dan klorheksidin 2% mempunyai daya anti jamur menghambat pertumbuhan Candida albicans. Ekstrak gambir dengan konsentrasi yang paling besar, 5%  mempunyai daya hambat 8,2 mm dan yang paling kecil konsentrasi 2%,  dengan daya hambat 6,8 mm, serta klorheksidin 2% dengan daya hambat 13,1 mm. Namun, perbandingan daya hambat ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan klorheksidin 2% tidak berbeda signifikan (p0.05). Pembahasan: Efektivitas antijamur yang ditimbulkan dari penggunaan CHX 2% yang memiliki sifat antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada perawatan saluran akar. Ekstrak gambir yang telah menjadi fraksi etil asetat dengan konsentrasi yang paling kecil, yaitu 2% dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans ATCC 10231. Kesimpulan: Klorheksidin 2% memiliki daya hambat yang lebih tinggi dari ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231.
SURGICAL EXTIRPATION OF GIANT CELL FIBROMA OF THE TONGUE USING A COMBINATION OF 450NM AND 650NM DIODE LASER WAVELENGTHS: A CASE REPORT Kusumo, Norman Tri; Tjiptoningsih, Umi Ghoni
M-Dental Education and Research Journal Vol 5, No 1 (2025): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Giant cell fibroma (GCF) is a benign fibrous oral lesion typically occurring on the gingiva or tongue. Surgical extirpation is the treatment of choice. The use of diode laser technology offers a minimally invasive alternative with enhanced patient comfort and improved healing outcomes. This case report describes the successful extirpation of a GCF on the tongue using a combination of 450 nm (blue) and 650 nm (red) diode laser wavelengths. Case Presentation: A 27-year-old female presented with a painless, slow-growing nodular lesion on the lateral border of the tongue, measuring approximately 0.8 cm in diameter.Patient declare no chronic systemic condition. Clinical and histopathological findings confirmed the diagnosis of giant cell fibroma. A combination diode laser device was employed, utilizing the 450 nm wavelength for precise cutting with minimal thermal damage, and the 650 nm wavelength for its biostimulatory effects and hemostasis. The procedure was completed under local anesthesia with minimal bleeding and no sutures required. Results: Postoperative healing was uneventful, with no complications, pain, or recurrence observed at 4-week and 12-week follow-ups. The patient reported high satisfaction regarding comfort and esthetic outcomes. Histopathological examination confirmed complete excision of the lesion. Conclusion: The combination of 450 nm and 650 nm diode laser wavelengths represents an effective and patient-friendly approach for the surgical management of giant cell fibroma. This technique offers precise cutting, reduced intraoperative bleeding, faster healing, and enhanced patient comfort.
CORRELATION BETWEEN SELF REPORT SCALE AND PHYSIOLOGICAL MEASURES OF DENTAL ANESTHESIA ANXIETY IN CHILDREN WHILE LISTENING TO MUSIC Wibisono, W Latifa; Triani, Rini; Anisyah, Ika; Damayanti, Tri; Hanum, Jatsiyah Z
M-Dental Education and Research Journal Vol 5, No 1 (2025): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Dental anxiety of local anesthesia and extraction was the main reason for children to avoid dental treatment. Music therapy is an alternative approach in reducing the physical and psychological stress of children during visits to the dentist. Objective: To determine and correlate the level of dental anxiety on dental anesthesia procedure in children while listening to music, using psychometric and physiological measures.   Methods: A total of 32 children aged 7-10 years were recruited  from patients presenting to Dental Hospital. Subjects divided randomly into two groups. The first group had dental procedure with music and the other group without music.   Both were asked to choose  FIS (Face Image Scale) and had pulse oximetry examination to measure the level of anxiety before and during treatment.  Results:   Coefficient correlation (0.136) was found between FIS and pulse oximetry, indicated that the correlation between two instruments on children's anxiety levels was positive although not statistically different. . Conclusion: Dental anesthesia anxiety while listening to music was reduced significantly different in both psychometric and physiological measures.
KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL TERHADAP PASIEN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK DI RSGM UPDM(B) Tjiptoningsih, Umi Ghoni; Widyastuti, Ratih; Alawiyah, Tuti
M-Dental Education and Research Journal Vol 5, No 1 (2025): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Berdasarkan PUSDATIN KEMKES menunjukkan bahwa penyakit periodontal menjadi urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia. Penyebab penyakit periodontal adalah multifaktoral, termasuk aktor utama yaitu plak dan faktor predisposisi seperti pengetahuan tentang perawatan kesehatan gigi dan mulut serta kebiasaan merokok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesehatan jaringan periodontal pada pasien perokok di RSKGM(B), sehingga data yang diperoleh dapat digunakan dalam perencanaan program untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Metode Penelitian: Subjek penelitian ini adalah pasien RSGM Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan jumlah sampel 35. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, pengambilan sampel dilakukan secara non-random dengan bedasarkan kriteria yang sudah ditentukan Pasien berusia 17-45 tahun, memiliki kebiasaan merokok, mampu berkomunikasi dua arah dengan baik, bersedia menjadi subjek penelitian dengan menyetujui informed consent. Pembahasan: Selama bertahun-tahun, beberapa penelitian klinis dan populasi menunjukkan hubungan antara merokok dengan penyakit gingiva, seperti radang gusi, kehilangan tulang alveolar, kehilangan gigi, serta berhubungan dengan munculnya lesi-lesi khas pada jaringan lunak rongga mulut. Hasil: pasien RSGM UPDM (B) yang merokok membutuhkan perawatan periodontal. Kesimpulan:  Perawatan periodontal yang dibutuhkan oleh pasien dengan kebiasaan merokok di RSKGM UPDM (B) dari hasil skor CPITN adalah edukasi dan instruksi perbaikan oral hygiene serta scalling dan root planning disertai dengan intruksi menjaga kebersihan gigi dan mulut serta dibutuhkan edukasi mengenai kebersihan mulut