cover
Contact Name
Dimas Asto Aji An'Amta
Contact Email
Dimas.a@ulm.ac.id
Phone
+6285952708013
Journal Mail Official
multikulturalisme@ulm.ac.id
Editorial Address
Jl. Brigjen H. Hasan Basri Kayu Tangi Telp: (0511) 3304595 Banjarmasin (70213)
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial
ISSN : -     EISSN : 30255864     DOI : https://doi.org/10.20527/multikultural
Multikultural adalah jurnal elaktronik yang diterbitkan oleh jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal ini memberikan ruang kepada masyarakat untuk berargumentasi secara akademik, baik berupa hasil penelitian maupun hasil pemikiran kritis dalam ranah ilmu-ilmu sosial maupun humaniora. Bidang yang menjadi fokus keilmuan jurnal Multikultur diantaranya adalah kajian masyarakat sungai, pemberdayaan masyarakat adat, kajian penguatan komunitas perempuan, kajian desa wisata, sosiologi, pekerja sosial, ilmu politik, ilmu komunikasi, ilmu budaya dan antropologi
Articles 25 Documents
Budaya Patriarki dan Fenomena Fatherless Panjaitan, Klara Septari; Damaiyanti, Varinia Pura
Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 2 (2025): Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi, FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/multikultural.v3i2.535

Abstract

The phenomenon of fatherless has become a challenge in modern families, especially when the father's role is limited by patriarchal values that emphasize only economic functions. This study aims to explore the experiences of millennial Batak Simalungun fathers in carrying out parenting roles, particularly in the context of the Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Banjarmasin. This research uses a qualitative approach with a descriptive phenomenological method. Data were collected through in-depth interviews, observation, and documentation with eight informants, including six fathers and two mothers. The results show that most fathers still view their role as breadwinners, while emotional closeness with children is considered the mother’s responsibility. However, there is a growing awareness among fathers to become emotionally involved, although this is still limited to simple actions and not yet consistent. Cultural values, childhood experiences, and social pressure are the main barriers to their involvement. This study emphasizes the importance of support from both families and social institutions to encourage a more equal and emotionally present fathering role.
Harmonisasi Pernikahan Adat dan Gereja: Integrasi Sosial Dalam Masyarakat Dayak Maanyan Beragama Kristen di Desa Tewah Pupuh Mikha; Rahman Hakim, Arif
Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 2 (2025): Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi, FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/multikultural.v3i2.591

Abstract

Integrasi adat dan agama bukan lagi hal yang asing terjadi dalam masyarakat Indonesia. Begitu pula integrasi yang terjadi dalam masyarakat Desa Tewah Pupuh yang mempertemukan adat lokal Kaharingan Daya Ma’anyan dengan agama Kristen. Secara ke-Tuhanan dan budaya, kedua hal tersebut jelas bertolak belakang, akan tetapi masyaratnya mampu bekerjasama untuk mencapai integrasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pernikahan masyarakat Dayak Ma’anyan di Desa Tewah Pupuh dan mengidentifikasi baaimana integrasi sosial bisa terjadi antara agama Kristen dan adat lokal Dayak Ma’anyan di Desa Tewah Pupuh. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun masyarakat Dayak Ma’anyan telah memeluk agama Kristen, mereka tetap mempertahankan adat istiadat lokal, seperti dalam konteks pernikahan. Integrasi antara adat istiadat lokal dan agama Kristen terjadi karena adanya kesadaran masyarakatnya untuk mencapai harmoni dan keseimbangan sosial di Desa Tewah Pupuh. Integrasi tersebut dapat dijelaskan melalui teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons, yaitu AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). Dengan ini, agama dan adat khususnya dalam pernikahan tidak lagi bertolak belakang. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian-penyesuaian budaya dalam adat lokal dan agama Kristen.
Interaksi Simbolik Mahasiswa Ambivalen Dalam Membentuk Identitas Diri Di Kampus Apung Islami Syarifah Fajriah; Rahman Hakim, Arif
Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 2 (2025): Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi, FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/multikultural.v3i2.598

Abstract

Kampus islami tidak hanya menjadi ruang akademik, tetapi kampus islami juga sebagai lingkungan sosial yang penuh dengan simbol simbol keislaman. Seperti aturan berpakaian dan aktivitas keagamaan. Dalam konteks ini, mahasiswa berinteraksi dan menyesuaikan diri melalui simbol-simbol tersebut untuk membentuk identitasnya. Namun, tidak semua mahasiswa menjalani nilai-nilai Islami secara konsisten. Beberapa menunjukkan sikap berbeda antara di dalam dan luar kampus, yang menggambarkan adanya ambivalensi. Penelitian ini mengkaji tentang interaksi simbolik yang dilakukan oleh mahasiswa ambivalen di Kampus Apung Islami. Dengan pendekatan fenomenologi kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori Interaksi Simbolik Oleh Geoge Herbert Mead digunakan sebagai kerangka analisis untuk memahami bentuk simbol yang diadaptasi oleh mahasiswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa ambivalen mengalami konflik dalam dirinya karena memiliki identitas berbeda menyesuaikan dengan lingkungan. Selain itu juga menemukan bahwa identitas diei mahasiswa ambivalen di kampus apung islami berupad hasil adaptasi nilai dan norma kampus upaya untuk diterima di lingkungan kampus. Dengan ini, identitas diri mahasiswa ambivalen tidaklah tunggal dikarenakan mereka harus menyesuaikan identitasnya ketika berada pada lingkungan tertentu.
Membaca Peta Relasi: Membangun Kota Inklusif melalui Jaringan Sosial Penyandang Disabilitas Muhammad Rizky Anugrah Fadhilah; An'amta, Dimas Asto Aji
Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 2 (2025): Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi, FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/multikultural.v3i2.600

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang jaringan sosial dalam pemberdayaan penyandang disabilitas di Kota Banjarmasin yang merupakan kota dengan jumlah penyandang disabilitas terbanyak ke-empat di provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2024, dari peringkat tersebut menjadikan kota Banjarmasin yang didasari oleh inisiatif pemerintah kota untuk menjadikan kota Banjarmasin sebagai kota yang inklusif meskipun masih menghadapi tantangan aksesibilitas dan partisipasi sosial dari masyarakat. Dalam pendekatannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori jaringan sosial Agusyanto yang memfokuskan pada jaringan berbasis kepentingan, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dengan beberapa informan kunci, dan analisis dokumen, kemudian dianalisis dengan UCINET yang menunjukkan kepadatan jaringan 0,569 dengan Dinas Sosial dan Hervita (HWDI/PPUAD) sebagai aktor kunci, sementara mengidentifikasi kesenjangan komunikasi pada aktor tertentu seperti Birin (aktor dengan disabilitas tuli) serta peran pelengkap platform digital. Berdasarkan temuan tersebut, penelitian merekomendasikan penguatan kapasitas kelembagaan organisasi disabilitas, pembentukan forum koordinasi rutin, peningkatan aksesibilitas digital, dan penerapan analisis jaringan untuk perencanaan kebijakan yang lebih inklusif guna memperkuat ekosistem sosial pendukung penyandang disabilitas di Banjarmasin.
Ketika Suara Diharamkan: Sound Horeg dan Politik Kebisingan di Jember Mohammad Fikri
Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 2 (2025): Multikultural: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Program Studi Sosiologi, FISIP ULM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/multikultural.v3i2.673

Abstract

Jember has long been recognized as a global carnival city through the renowned Jember Fashion Carnaval (JFC), yet its cultural landscape reveals far deeper tensions. The circulation of a notarized statement from the elected regent supporting sound horeg, despite a fatwa declaring it haram by the Indonesian Ulema Council (MUI), marks a critical juncture in symbolic struggle over public space and moral authority. This conflict is not merely about noise or religious norms, but about contested claims over aesthetics, legitimacy, and cultural recognition. Employing a critical cultural anthropology framework, the article explores how grassroots sonic expressions confront elite aesthetics and institutional morality. Sound horeg emerges as a countercultural performance that challenges dominant narratives and reclaims auditory presence. The clash between religious fatwa, political populism, and popular sound culture reveals a fragmentation of authority in defining what counts as “legitimate culture.” This article underscores the urgency of reinterpreting voice and symbol politics in contemporary local society, arguing that such cultural frictions signal a broader crisis of representation and fragile legitimacy in post-reform Indonesian democracy.

Page 3 of 3 | Total Record : 25