cover
Contact Name
Tyson Jeidi Jeri Supit
Contact Email
tysonsupit@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalkardia@gmail.com
Editorial Address
8RPM+CPF, Kakaskasen, Tomohon Utara, Tomohon City, North Sulawesi
Location
Kota tomohon,
Sulawesi utara
INDONESIA
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : -     EISSN : 29862019     DOI : https://doi.org/10.69932/kardia
Adapun yang menjadi Fokus dan Ruang Lingkup dalam Jurnal KARDIA adalah: 1. Teologi Biblika (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru) 2. Teologi Historika 3. Teologi Sistematika 4. Teologi Sosial dan Publik 5. Teologi Digital dan Internet of Things 6. Teologi Kontekstual 7. Misiologi Biblikal & Praktikal 8. Etika Kristen 9. Pendidikan Kristiani dalam Gereja, Keluarga & Sekolah
Articles 31 Documents
Mengurai Kisah Kain dan Habel dalam Pemaknaan Kaum Pentakostal Manurung, Kosma; Wondal, Ray
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.1

Abstract

Abstract: The story of Cain and Abel in Genesis 4:1-16 is an interesting story to study and examine because this is the story of the brotherhood of the first family in the Bible. This story also contains the story of the heinous savagery committed by Cain who was so willing to kill his only brother at that time which the Bible describes as the story of the first murder. This research intends to unravel the story of Cain and Abel in the meaning of the Pentecostals. It is hoped that the selection of a descriptive qualitative method and literature review will provide an accurate description of the colors in Adam's family, the description of the story of Cain and Abel in the Genesis 4:1-16 passage, as well as the meaning of the Pentecostals for this story. It is concluded that for Pentecostals the story of Cain and Abel is an important warning for believers to continue to maintain a personal relationship with God, an exhortation to seek and maintain harmony in the family, there are consequences for every action, and this story also talks about the legacy left behind for the next generation.Abstrak: Kisah Kain dan Habel dalam Kejadian 4:1-16 adalah sebuah kisah yang menarik untuk dikaji dan dicermati karena ini merupakan kisah persaudaraan dari keluarga pertama yang ada di Alkitab. Kisah ini juga berisikan kisah kebiadaban keji yang dilakukan oleh Kain yang begitu tega menghabisi adiknya satu-satunya waktu itu yang diterangkan oleh Alkitab sebagai kisah pembunuhan pertama. Penelitian ini bermaksud mengurai kisah Kain dan Habel dalam pemaknaan kaum Pentakostal. Pemilihan metode kualitatif deskriptif dan kajian literatur diharapkan mampu memberikan gambaran yang cermat terkait warna-warni dalam keluarga Adam, uraian kisah Kain dan Habel dalam perikop Kejadian 4:1-16, serta pemaknaan dari kaum Pentakostal terhadap kisah ini. Disimpulkan bahwa bagi kaum Pentakostal kisah Kain dan Habel ini merupakan sebuah peringatan penting bagi orang percaya untuk terus menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan, sebuah desakan untuk mengusahakan dan memelihara kerukunan di keluarga, ada akibat untuk setiap tindakan, serta kisah ini juga berbicara tentang legacy yang ditinggalkan untuk generasi selanjutnya.
Strategi Pemuridan dalam Pembinaan Spiritualitas ASN Kristiani Yeniretnowati, Tri Astuti; Perangin Angin, Yakub Hendrawan
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.2

Abstract

Abstract: This research is focused on formulating discipleship strategies in the spiritual development of ASN Christians, so that in their work they can have an impact to contribute to building the community, region, nation and carrying out God's mission calling according to the field of duty and work. The method in this study uses qualitative methods (grounded research). The process began with establishing a theoretical framework, creating research questions, interviewing informants (7 people), recapitulating the results of the interviews, conducting analysis, comparing the results of interviews with ASN KTB participants that the researchers had formed and carrying out the KTB for 2 to 4 months as many as 4 people. The results of the study show that: First, Discipleship is very important to be carried out in Christian ASN as a strategy for spiritual development, discipleship must be immediately developed in a Christian ASN environment oriented towards the main goal of serving God through the calling of work that God bestows and continue to strive to maintain commitment together - together so as to achieve the goal of implementing the discipleship. Second, the strategy for overcoming obstacles in the ASN KTB so that it can continue until the goal is achieved. Third, the Christian ASN KTB has a sizable positive impact both as an increase in the maturity of personal spirituality, improving performance in the organization and increasing dedication and service to the community, country and to God, which have been felt by the participants of the Christian ASN KTB that have been running. Fourth, Christian ASN KTB discipleship methods can be carried out in various ways through various methods.Abstrak: Penelitian ini difokuskan pada perumusan strategi pemuridan dalam pembinaan spiritual ASN Kristiani, sehingga dalam pekerjaannya dapat memberikan dampak untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat, daerah, bangsa serta menjalankan panggilan misi Allah sesuai bidang tugas dan pekerjaannya. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif (grounded research). Prosesnya dimulai dengan menetapkan kerangka teori, membuat pertanyaan penelitian, wawancara dengan informan (7 orang), merekap hasil wawancara, melakukan analisis, membandingkan dengan hasil wawancara dari peserta KTB ASN yang telah peneliti bentuk dan melaksanakan KTB selama 2 sampai 4 bulan sebanyak 4 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Pemuridan sangat penting untuk dilaksanakan pada ASN Kristiani sebagai strategi pembinaan spiritual, pemuridan harus segera dikembangkan di lingkungan ASN Kristiani dengan berorientasi kepada tujuan utama untuk melayani Tuhan melalui panggilan pekerjaan yang Tuhan anugerahkan dan terus berupaya mempertahankan komitmen bersama – sama sehingga tercapai tujuan dari pelaksanaan pemuridan tersebut. Kedua, Strategi untuk mengatasi kendala dalam KTB ASN agar dapat terus berjalan sampai tercapainya tujuan. Ketiga, KTB ASN Kristiani memberikan dampak positif yang cukup besar baik sebagai peningkatan pendewasaan spiritualitas pribadi, meningkatkan kinerja dalam organisasi serta peningkatan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, negara dan kepada Tuhan, telah dirasakan oleh para peserta KTB ASN Kristiani yang telah berjalan. Keempat, Metode pemuridan KTB ASN Kristiani dapat dilakukan secara bervariasi melalui berbagai metode.
Tiga Fase Padang Gurun dalam Kehidupan Daud: Suatu Refleksi terhadap Pemimpin Kristen Silitonga, Chardo Nardy
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.3

Abstract

Abstract: Christian leadership has its own uniqueness compared to secular leadership. God is a person who works either directly or indirectly in the selection, testing and improvement of a Christian leader. Various dynamics occur in the life of a Christian leader and it is a certainty that ups and downs are often found in the formation of the character of a Christian leader. Various leadership problems are also experienced by Christian leaders, both internal and external problems of a Christian leader. The purpose of this study is to take a reflection for Christian leaders through three wilderness phases in David's life, namely the period before the anointing to become king, the period of waiting to become king and his reign as king over the united kingdom of Israel. This study uses an approach to the study of the Bible and literature. From this research, it will be seen that in David's life experience there was a process from God that he had to go through in his existence as a king of Israel. In the process David experienced the wilderness phase of his life. In each phase of the wilderness there were various challenges faced both physically and spiritually. In the end, everything went well and David was still pleasing to God and of course what happened to David could be reflected in the life of the Christian leaders of the time.Abstrak: Kepemimpinan Kristen memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kepemimpinan sekuler. Allah merupakan pribadi yang bekerja baik secara langsung atau tidak langsung dalam pemilihan, pembentukan, pengujian dan koreksi terhadap seorang pemimpin Kristen. Berbagai dinamika terjadi dalam kehidupan seorang pemimpin Kristen dan merupakan suatu kepastian bahwa sering ditemukan pasang surut dalam pembentukan karakter mereka. Berbagai persoalan kepemimpinan juga dialami para pemimpin Kristen baik itu persoalan yang berasal dari internal maupun eksternal dari seorang pemimpin Kristen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengambil suatu refleksi bagi pemimpin Kristen melalui tiga fase padang gurun dalam kehidupan Daud yaitu masa sebelum pengurapan menjadi raja, masa penantian untuk menjadi raja dan masa pemerintahannya sebagai raja atas kerajaan Israel bersatu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi Alkitab dan literatur. Dari penelitian ini akan terlihat bahwa dalam pengalaman kehidupan Daud ada proses dari Tuhan yang harus dia lalui dalam keberadaannya sebagai seorang raja Israel. Dalam proses tersebut Daud mengalami fase padang gurun di dalam kehidupannya. Dalam setiap fase padang gurun tersebut ada berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi baik secara fisik dan spiritual. Namun pada akhirnya semua berhasil dilewati dengan baik dan Daud tetap berkenan dihadapan Allah dan tentunya apa yang dialami oleh Daud tersebut dapat direfleksikan dalam kehidupan pemimpin Kristen zaman sekarang.
Memaknai Secara Teologis tentang Garam Dunia Matius 5:13: Hidup Berdampak dan Menjadi bagian dari Agen Perubahan Trisnaningtyas, Vendyah; Nugroho, Eko; Sembiring, Lena Anjarsari
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.4

Abstract

Abstract: Jesus' words about the Salt of the world in Matthew 5:13 are a meaningful expression, so to understand them cannot be through literal or literal knowledge. In this article, the author uses a descriptive method, namely with a literature approach by collecting data and analyzing Matthew 5:13. Through the case of how as a salt generation in Christianity and everyday life and in ministry. Based on this research, it is concluded that the meaning of salt not only refers to the inherent identity of followers of Jesus Christ wherever they go and wherever they are. But it's more about how to be a part of and create a salt generation in the Christian life.Abstrak: Perkataan Yesus tentang Garam dunia dalam Injil Matius 5:13 merupakan suatu ungkapan bermakna, sehingga untuk memahaminya tidak boleh melalui pengetahuan secara harafiah atau literal. Dalam artikel ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan pendekatan literatur dengan mengumpulkan data-data dan menganalisis Matius 5:13. Melalui kasus bagaimana sebagai salt generation dalam kekristenan dan kehidupan sehari-hari serta dalam pelayanan. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa makna garam bukan saja menunjuk kepada identitas pengikut Yesus Kristus yang melekat kemanapun mereka pergi dan dimanapun mereka berada. Akan tetapi lebih kepada bagaimana menjadi bagian dan mewujudkan salt generation dalam kehidupan kekristenan.
Kajian Ekofeminisme: Diskursus Ekologis dalam Bingkai Teologi Feminis Yornan Masinambow
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.5

Abstract

Abstract: The purpose of this article is to describe analytically-critically the feminist theology (of women) and nature (ecology) that produces the conceptual movement of ecofeminism. Women and nature both suffer from injustice and oppression, and therefore the ecofeminism movement makes a theologically constructive contribution. A qualitative method is used in this article with a content analysis approach in discussing and then analyzing phenomena related to ecology and feminism. The results of this study show that ecofeminism fights for the life of creation from the Creator, especially nature and women who experience subordination through existing hierarchical structures. Ecofeminism also emphasizes the importance of humans to maintain and preserve nature as well as possible. Ecofeminism offers an attitude to be transformative, cooperative, and participatory in building a harmonious world equally between nature and humans, both women and men.Abstrak: Tujuan dari artikel ini adalah menjabarkan secara analitis-kritis tentang teologi feminis (perempuan) dan alam (ekologi) yang menghasilkan gerakan konseptual ekofeminisme. Perempuan dan alam sama-sama mendapatkan ketidakadilan dan penindasan, dan oleh karenanya gerakan ekofeminisme ini memberikan kontribusi yang konstruktif secara teologis. Metode kualitatif digunakan dalam artikel ini dengan pendekatan analisis konten dalam mendiskusikan kemudian menganalisa fenomena terkait ekologi dan feminisme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekofeminisme memerjuangkan kehidupan ciptaan dari Sang Pencipta khususnya alam dan perempuan yang mengalami subordinasi lewat struktur hierarkis yang ada. Ekofeminisme juga menekankan bahwa pentingnya manusia untuk memelihara dan melestarikan alam sebaik mungkin. Ekofeminisme menawarkan sikap untuk menjadi transformatif, kooperatif, dan partisipatif dalam membangun dunia yang harmonis secara setara antara alam dan manusia baik perempuan maupun laki-laki.
Peranan Gembala Sidang dalam Membentuk Pelayanan Unggul di Gereja Lokal Haryanti, Lilis; Duha, Sang Putra Immanuel; Tafonao, Talizaro
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i2.10

Abstract

Abstract: The author observes empirically that not a few churches are trapped by the splendor of the church, so the churches are currently competing to add various facilities so that the congregations who come to the church feel comfortable during worship. This concept is actually not wrong but it becomes problematic if the church forgets its main role in preparing superior ministry based on the Bible concept. Based on this problem, the researcher examined this matter, because the duties and responsibilities of a pastor in forming superior ministry in the local church are urgent matters. The purpose of writing this article is to explain what the pastor does in forming superior ministry in the local church. The method used in this writing is descriptive research method. The results of this study can provide practical guidance for pastors and church leaders in strengthening ministry by understanding the duties of a pastor and the role of a pastor in forming a superior ministry. This means that the pastor has an important role in preparing formidable ministers for continuity in ministry in the local church. Abstraksi: Penulis mengamati secara empiris bahwa tidak sedikit gereja-gereja terjebak dengan kemegahan gereja, sehingga gereja-gereja sekarang ini berlomba-lomba menambahkan berbagai fasilitas supaya jemaat-jemaat yang datang ke gereja merasa nyaman pada saat beribadah. Konsep ini sebenarnya tidak salah tetapi menjadi bermasalah bila gereja melupakan peranan utamannya dalam mempersiapakan pelayanan unggul berdasarkan konsep Alkitab. Berdasarkan persoalan itu sehingga peneliti mengkaji hal ini, karena tugas dan tanggung jawab seorang gembala sidang dalam membentuk pelayanan unggul di gereja lokal merupakan hal yang mendesak. Tujuan penulisan artikel ini adalah menjelaskan apa saja yang dilakukan oleh gembala sidang dalam membentuk pelayanan unggul di gereja lokal. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini dapat memberikan panduan praktis bagi gembala dan pemimpin gereja dalam memperkuat pelayanan dengan memahami tugas seorang gembala dan peranan gembala dalam membentuk pelayanan yang unggul. Artinya gembala sidang memiliki peran penting dalam mempersiapkan para pelayan yang tangguh demi keberlangsungan dalam pelayan di gereja lokal.
Pancasila dan Kebebasan Beragama: Peranan Gereja terhadap Kebebasan Beragama berdasarkan Pancasila Padan, Stefanus; Lumintang, Shendy Carolina
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i2.11

Abstract

Abstract: The right of religion freedom is one of the rights that cannot be reduced or eliminated. Every human being has the same right to determine his freedom, this right includes the freedom to adopt and accept a religion and belief of his own choice. The goal of the Indonesian nation will not be achieved if freedom of religion has not been realized. Disruption to religiom freedom in Indonesia is inseparable from disruption to the integrity of the State and the ideology of Pancasila. The church has an important role in promoting and maintaining religious freedom in accordance with Pancasila values; provide insight and form a complete understanding of religious freedom. Ideally, as written in Article 29 Paragraph 2 of the 1945 Constitution states that every citizen has the freedom to embrace religion and worship according to their respective beliefs. This constitutional guarantee is a solid foundation for protecting individual rights to practice their religion without pressure or discrimination. Various articles have discussed the importance of Pancasila for the State, but none have discussed the role of the church in religious freedom based on Pancasila. Through this research, we hope to provide insight and contribution to the church so that it can play a role in relation to religious freedom based on Pancasila. This research is a qualitative research approach with content analysis methods, then makes valid conclusions from the text with the context used. Abstrak: Hak atas kebebasan beragama termasuk salah satu hak yang tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. Setiap umat manusia memiliki hak yang sama untuk menentukan kebebasannya, hak ini mencakup kebebasan untuk menganut dan menerima suatu agama dan kepercayaan atas pilihannya sendiri. Tujuan bangsa Indonesia tidak akan mungkin tercapai, apabila kebebasan beragama belum terwujud. Gangguan terhadap kebebasan beragama di Indonesia tidak terpisahkan dengan gangguan terhadap keutuhan Negara dan ideologi Pancasila. Gereja memiliki peran penting dalam rangka mempromosikan dan menjaga kebebasan beragama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; memberikan wawasan dan membentuk pemahaman kebebasan beragama yang utuh. Idealnya sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Jaminan konstitusional ini merupakan dasar yang kuat untuk melindungi hak-hak individu dalam menjalankan agama mereka tanpa tekanan atau diskriminasi. Berbagai artikel tentang membahas mengenai pentingnya Pancasila bagi Negara namun belum ada yang membahas mengenai peran gereja terhadap kebebasan beragama berdasarkan Pancasila. Melalui penelitian ini, kiranya memberikan wawasan dan kontribusi terhadap gereja agar dapat berperan dalam kaitannya dengan kebebasan beragama berdasarkan Pancasila. Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi, kemudian membuat kesimpulan yang valid dari teks dengan konteks yang digunakan.
Proses Kedewasaan Rohani Orang Kristen berdasarkan Kolose 2:6-10 Nakmofa, Sutidjo Justus Jerzak; Mangoli, Yefta Yan
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i2.12

Abstract

Abstract: This research aims to find out about the exegetical review of the process of Christian spiritual maturity based on Colossians 2:6-10, and what are the inhibiting factors for Christian spiritual growth towards spiritual maturity. The research methodology used in this research is a qualitative literature research methodology with a biblical theological research approach, through an exegetical strategy of text criticism, because the goal to be achieved is related to an exegetical review of the process of Christian spiritual maturity. The results of the discussion based on the letter Colossians 2:6-10 to the Colossians and Christians today are experiencing spiritual growth to the stage of spiritual maturity. Therefore, Christians must experience a process of spiritual maturity which includes accepting Christ, living in God, rooted in God, built up in God, growing firm in faith, hearts overflowing with thanksgiving, and experiencing the fullness of Christ (Pleroma). In undergoing the process of maturity there are obstacles that make Christians spiritually immature, including environmental influences and heretical teachings that are inconsistent with Christ's which become a snare for Christians so they do not grow towards spiritual maturity. To overcome these obstacles, Christians must build an intimate personal relationship with God through prayer, quiet time, contemplation of God's word, and spiritual discipline. Thus Christians experience Christ in his life, where Christ dwells in full control of his life as expressed by the Apostle Paul in terms of you having been filled with Christ. Abstrak: Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui tentang tinjuan eksegetis Proses kedewasaan rohani orang Kristen berdasarkan surat Kolose 2:6-10, dan apa saja Faktor penghambat pertumbuhan rohani orang Kristen ke arah kedewasaan rohani. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ialah metodologi penelitian kualitatif pustaka dengan pendekatan penelitian riset teologia biblika, melalui strategi eksegetis kritik teks, karena tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan tinjauan eksegetis tentang proses kedewasaan rohani orang Kristen. Adapun hasil pembahasan berdasarkan surat Kolose 2:6-10 kepada jemaat Kolose dan orang Kristen masa kini adalah mengalami pertumbuhan rohani sampai kepada tahap dewasa rohani. Oleh karena itu, orang Kristen harus mengalami proses kedewasaan rohani meliputi menerima Kristus, hidup di dalam Tuhan, berakar di dalam Tuhan, dibangun di dalam Tuhan, bertambah teguh dalam iman, hati yang melimpah dengan ucapan syukur, dan mengalami kepenuhan Kristus (Pleroma). Dalam menjalani proses kedewasaan ada hambatan yang membuat orang Kristen tidak dewasa rohani antara lain pengaruh lingkungan dan pengajaran sesat yang tidak sesuai dengan Kristus menjadi jerat bagi orang Kristen sehingga tidak bertumbuh ke arah kedewasaan rohani. Untuk mengatasi hambatan tersebut, orang Kristen harus membangun hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan melalui doa, saat teduh, perenungan firman Tuhan, dan disiplin rohani. Dengan demikian orang Kristen mengalami Kristus dalam hidupnya, dimana Kristus berdiam secara penuh menguasai kehidupannya seperti yang diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam hal kamu telah dipenuhi Kristus. 
Studi Hermeneutika terhadap Relasi Korban Abraham dengan Pengorbanan Yesus Adi, Didit Yuliantono; Simon, Simon
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i2.13

Abstract

Abstract: This article specifically discusses how hermeneutics studies the correlation between Abraham's sacrifice and Jesus' sacrifice. This topic is elaborated by the author based on the author's attention to the difference of opinion among believers regarding Abraham's sacrifice, which is a typology of Jesus' sacrifice. The difference of opinion is marked by the view that the typology of Jesus' sacrifice is Ihsak, but there are also those who agree that the typology of Jesus' sacrifice is the sheep. All of these opinions share the same biblical basis as a theological basis for the relationship between Abraham's sacrifice and Jesus' sacrifice. On this basis, the author uses the literature study method with an exegesis approach. The purpose of this study is to connect the common thread of Abraham's sacrifice and its relationship to Christ's sacrifice. By explaining, it gives an understanding that God's plan of salvation for sinful man through His Son was long prophesied in the Old Testament. The findings of this topic reveal that the Old Testament through the New Testament broadly tell of the prophecy and fulfillment of Jesus' sacrifice. Abstrak: Artikel ini membahas secara spesifik bagaimana studi hermeneutika mengenai korelasi pengorbanan yang dilakukan Abraham dengan pengorbanan Yesus. Topik ini diuraikan oleh penulis didasari oleh perhatian penulis terhadap perbedaan pendapat antara orang percaya mengenai perngorbanan Abraham yang merupakan tipologi dari pengorbanan Yesus. Perbedaan pendapat itu ditandai dengan adanya pandangan yang mengatakan bahwa, yang menjadi tipologi pengorbanan Yesus adalah Ihsak, namun ada juga yang setuju yang menjadi tipologi pengorbanan Yesus adalah domba. Semua pendapat tersebut sama-sama memiliki dasar Alkitab sebagai landasan teologis terhadap relasi korban Abraham dengan pengorbanan Yesus. Dengan dasar tersebut penulis menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan eksegese. Tujuan penelitian ini adalah hendak menghubungkan benang merah bagaimana pengorbanan Abraham dan relasinya dengan pengorbanan Kristus. Dengan memaparkan, memberikan pemahaman bahwa rencana keselamatan Allah bagi manusia berdosa melalui Anak-Nya sudah lama dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Temuan dari pemaparan topik ini mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru, secara garis besar menceritakan tentang nubuatan dan penggenapan pengorbanan Yesus.
Penghinaan terhadap Presiden dan Pemerintahan: Tinjauan Teologis Etis Iman Kristen Arifianto, Yonatan Alex; Kuntari , Valentina Dwi; Sembiring, Lena Anjarsari
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i2.14

Abstract

Abstract: Insulting the president and officials in today's digital freedom era is truly ironic, therefore the purpose of writing this article is so that God's people can understand and be mature in acting regarding insults to the president and government officials. Using descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that God's true people must understand the definition and essence of insult in terminology. So that Christianity can provide a paradigm for freedom of expression in the digital era. So that God's people see and understand everything to use their mouths and fingers in comments, it is very embarrassing to insult the leadership of this nation. Because contempt in the theological study of the Christian Faith is very clear against all things against that humiliation. Of course, this basis carries the role of God's people in actualizing a wise opinion regarding insulting the President and the Government. Abstrak: Tujuan penulisan artikel ini supaya umat Tuhan dapat memahami dan dewasa dalam bertindak terkait penghinaan terhadap presiden dan jajaran pemerintahan. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature, maka dapat disimpulkan bahwa sejatinya umat Tuhan harus memahami definisi dan hakikat dari penghinaan dalam terminologi. Supaya kekristenan dapat memberikan paradigma tentang kebebasan berpendapat di era digital dari sudut pandang Teologis etis. Sehingga umat Tuhan melihat dan memahami segala hal untuk mempergunakan mulut maupun jari dalam berkomentar Agar berhati-hati agar tidak menghina pemimpin bangsa, dan lebih kepada mengkritisi kebijakannya dalam konteks pejabat publik. Sebab hal itu sangat memalukan bila menghina pimpinan bangsa ini. Sebab penghinaan dalam kajian Teologis Iman Kristen sangat jelas menenatang segala hal terhadap penghinaan itu. Tentunya dasar ini membawa peran umat Tuhan dalam mengaktualisasi sikap berpendapat yang bijak terkait penghinaan kepada Presiden dan Pemerintahan.

Page 1 of 4 | Total Record : 31