cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Attoriolong
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Attoriolong diterbitkan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM. Jurnal Attoriolong memuat tulisan yang terkait dengan Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan. dipublikasikan dua kali dalam setahun, pada bulan Januari dan Agustus
Arjuna Subject : -
Articles 144 Documents
Eksistensi Gua Leang-Leang 2000-2020, Suatu Kajian Sejarah Pariwisata Radiatul, Radiatul; Ridha, M. Rasyid; Ahmadin, Ahmadin
Attoriolong Vol 21, No 2 (2023): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lukisan di Gua Leang-Leang atau di kenal dengan sebutan Goa Leang-Leang. Goa ini merupakan situs bersejarah goa purba di Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Taman prasejarah Leang-Leang memberikan gambaran kehidupan manusia masa lampau. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui eksistensi dan menganalisis factor pendukung pengembangan Taman Prasejarah Leang-Leang Kabupaten Maros sebagai destinasi wisata sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: heuristik (pengumpulan data/sumber), kritik sumber, interpretasi atau penafsiran sumber, dan historiografi (penulisan sejarah). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis terhadap data yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, letak Taman Prasejarah Leang-Leangsangat strategis dengan lingkungan alam yang masih asli kekhawatiran ancaman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab serta ingin mengeksploitasi bebatuan yang usianya sudah ribuan tahun hanya untuk kepentingan diri sendiri dengan memanfaatkan situasi yang ada menjadi perhatian khusus. Selain itu masih terdapat fasilitas yang perlu adanya pembenahan maupun pemeliharaan demi kenyamanan pengunjung. 
Masyarakat Adat Sampeong di Desa Lamasi Hulu Kabupaten Luwu, 1988-2020 Nasra, Nasra; Bosra, Mustari; Malihu, La
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terbentuknya masyarakat adat Sampeong, dinamika masyarakat adat Sampeong, serta peran dan fungsi-fungsi pemerintahan tradisional dan formal masyarakat adat Sampeong. untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu: Heuristik (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber, interpretasi dan histiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Menurut masyarakat adat Sampeong bahwa penduduk Sampeong berpangkal dari Datu Laukku. Keturunan Datu La Ukku, yang bernama Pong Mula Tau, sebagai nenek pertama manusia yang turun dari langit ke bumi. Yang kemudian beranak cucu dan salah satu dari keturunannya yaitu Tanduk Pirri yang merupakan nenek moyang dari masyarakat adat Sampeong. (2) Dinamika masyarakat adat Sampeong dari tahun 1988-2010 dimekarkan sebagai desa dan mengadakan pemilihan Tomakaka yang dipilih oleh msyarakat dan ada perubahan dari segi pendidikan, dan fungsi pemangku adat. Sedangkan Pada tahun 2011-2020, pemilihanTomakaka kembali dilakukan oleh para Matua, selain itu juga ada pengurangan aturan adat atau Mapasikalamma serta perkembangan dari segi pendidikan, sosial maupun ekonomi semakin berkembang. (3) Peran dan Fungsi pemerintahan tradisional dan formal yang saling beriringan dan bekerja sama dalam penyelesaian masalah dan utntuk memajukan masyarakat adat Sampeong. Selain itu masyarakat adat Sampeong merupakan masyarakat adat yang masih melaksanakan tradisi hingga saat ini diantaranya Rambu Solo, Rambu Tuka ( Balik Gandang), Mapasakkke, Siaja, Marara Kalo yang didukung oleh para pemangku adat sebagai pemegang pranan penting untuk terlaksannya tradisi dalam masyarakat tersebut.
Pembelajaran Sejarah di Era New Normal di SMAN 6 Toraja Utara Tahun Ajaran 2021/2022 Lestari, Fuji Ema; Bustan, Bustan; Subair, Ahmad
Attoriolong Vol 21, No 2 (2023): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembelajaran Sejarah di Era New Normal di SMAN 6 Toraja Utara Tahun Ajaran 2021/2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika Pembelajaran Sejarah di Era New Normal di SMAN 6 Toraja Utara pada Tahun Ajaran 2021/2022. Dengan mengkaji seluruh proses pembelajaran Sejarah serta faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Sejarah memasuki era New Normal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan proses pembelajaran Sejarah di SMAN 6 Toraja Utara dilaksanakan dengan menggunakan metode blended learning pada semester ganjil dan pembelajaran secara tatap muka penuh pada semester genap. Metode blended learning membuat pembelajaran masih kurang optimal. Hal ini disebabkan dengan situasi dan kondisi yang kurang mendukung. Yakni peserta didik terkendala dengan kuota internet sehingga sulit mengakses pembelajaran secara online. Peserta didik tidak mendapatkan penjelasan materi dari guru dan tidak adanya interaksi baik dengan guru maupun peserta didik sehingga guru juga sulit memantau peserta didik secara langsung. Sedangkan pada pembelajaran tatap muka terbatas lebih banyak mendapat penjelasan materi di PTMT namun waktunya dibatasi. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Sejarah di SMAN 6 Toraja Utara tahun ajaran 2021/2022 yaitu adanya kebijakan pemerintah yang dikeluarkan melalui SKB 4 Menteri, faktor kesehatan, izin orangtua, sarana dan prasarana yang memadai, vaksinasi Covid 19, serta protokol kesehatan. Adapun faktor penghambat PTMT di SMAN 6 Toraja Utara yakni pandemi Covid 19, batasan waktu, faktor kesehatan, keraguan dan kekhawatiran orangtua peserta didik serta keterbatasan fasilitas penunjang pembelajaran daring.
Masyarakat Polongbangkeng dalam Upaya Penolakan NIT di Polongbangkeng, 1945-1950 Risal, Muhammad; Ridha, M. Rasyid; Malihu, La
Attoriolong Vol 21, No 2 (2023): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya penolakan NIT di Polongbangkeng, reaksi masyarakat Polongbangkeng dalam menolak kehadiran NIT, serta untuk mengetahui dampak penolakan NIT di Polongbangkeng. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan menggunakan pendekatan metode Sejarah yang terdiri dari atas empat tahap yakni: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.Hasil penelitian ini menunjukkan: Reaksi masyrakat Polongbangkeng pada saat mengetahui keberadaan NICA di wilayah Polongbangkeng tentunya menolak hal tersebut termasuk pembentukan NIT karena menganggap bahwa NIT ini dapat mengancam kemerdekaan Indonesia. Dalam rangka untuk menolak NIT maka dibentuklah LAPRIS yang berkedudukan di Borongkaramasa di Polongbangkeng, yang diketuai oleh Kelaskaran Lipan Bajeng dan pada saat itu di wakili oleh Ranggong Dg. Romo dari Polongbangkeng. Dalam rangka penoalakan NIT perjuangan dilakukan kurang lebih 5 tahun (1945-1950) terdapat dua bentuk yaitu perjuangan fisik dan perjuangan non fisik perjuangan ini diperiodesasikan menjadi masa Gerakan Muda Bajeng dan Lipan Bajeng bersama LAPRIS. Adapun Dampak dari penolakan masyarakat Polongbangkeng terhadap NIT dari sisi politik ialah terbentuknya LAPRIS yang merupakan persatuan ke-19 laskar di Sulawesi Selatan yang berfokus pada penolakan pembentukan NIT. Adapun dampak dari sisi ekonomi ialah ditandai dengan besarnya jumlah ekspor beras di Suawesi Selatan terkhusus didaerah Polongbangkeng. 
Dinamika Pandai Besi Tradisional Desa Pamboborang Kec. Banggae Kab. Majene 1960-2019 Maskur, Muhammad Yusuf; Malihu, La; Khaeruddin, Khaeruddin
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadan pandai besi di tanah mandar sudah ada dari Abad ke 17 yaitu di Salogang yang sekarang di kenal dengan Desa Baruga Dhua,dimanaada seseorang yang berasal dari arah Selatan Tanah mandar yang hendak melakukan perjalanan untuk memperdalam ilmu ke agamaannya dan salah satu tempat tujuannya adalah Tanah Mandar, Baru sekitar Tahun 1960 salah satu Dari keturunannya Melakukan pernikahan di Desa Pamboborang Dan memperkenalkan pandai Besi di Desa tersebut dan diteruskan para anaknya dan berkembang hingga sekarang. Dalam perjalan pandai besi didesa pamboborang memiliki perkembangan dalam beberapa alat yang diganakan dalam proses penempaan besi salah satunya seperti penggunaan mesin gerinde yaitu alat yang digunakan dalaam proses penghalusan hasil kerajianan tangan tetapi ada beberapa alat yang tidak di lakukan moderenisasi seperti alat penempah besi karena dianggap akan mengurangi kualitas karya yangdihasilkan. Beberapa Masyarakat di Desa Pamboborang Menjadikan pandai besi tradisional sebagai mata pencaharian mereka dan menganggap dapat memenuhi kebutuhan sehari-harimereka baik itu sandang dan pangangnya walaupun menurut mereka pekerjaan pandai besi tradional ini sangat berisiko dalam hal kecelakaan kerjanya karnamasih sangat tradisional, besar harapan para pengrajin ada perhatiaan khusus daripemerintah daerah dalam mendukung usaha mereka dalam bentuk pemasaraannya agar penghasilan yang di dapatkan stabil setiap bulannya. Kehadirian pandai besi di Desa Pamboborang sangat membantu dalam penyediaanlapangan kerja khususnya bagi para pemuda di desa tersebut, mempermudah para petani kelapa dalam memasarkan tempurung kalapa yang dimanfaatkan para pandai besi sebahagaibahan pembakaran dalam proses peleburan besi dan juga mempermudah para buruh bangun dan para petani dalam ham pembuatan serta perbaikan alat yang digunakan dalampekerjaannya seperti parang, sabit, cangkul, palu, sabit dan lain-lain.
Petani Kelapa Sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau, 2014-2020. Sari, Shinta Purnama; Ridha, M. Rasyid; Wati, Fitra Widya
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang keberadaan petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau, perkembangan petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau, dan untuk mengetahui Keadaan sosial ekonomi petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur Kabupaten Berau. Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari 4 tahap, yakni Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa (1) latar belakang keberadaan petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur dikarenakan ketersediaan lahan yang mencukupi, dilaksanakannya program Desa yang berfokus pada pertanian dan perkebunan, harga kelapa sawit yang semakin tinggi, serta beban kerja yang cukup ringan membuat banyak petani kelapa sawit memiliki pekerjaan sampingan, (2) perkembangan perkebunan kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur yakni dimulai pada fase awal penanaman dan pengembangan (2014 – 2017), kemudian berlanjut ke fase produksi dan periode perkembangan (2018 – 2020), dan (3) pengaruh keberadaan perkebunan kelapa sawit bagi petani kelapa sawit di Kampung Bukit Makmur dapat dlihat dari segi ekonomi dan sosial. Kehidupan ekonomi petani kelapa sawit semakin berkembang jika dilihat dari pendapatan, kualitas rumah, dan kepemilikan aset lainnya. Sedangkan dalam kehidupan sosial petani kelapa sawit dapat dilihat dari sistem kekerabatan, hubungan kerjasama, waktu kerja, dan pendidikan yang semakin berkembang dari tahun ke tahun.
Petani Kebun Karet di Desa Tellu Limpoe Kecamatan Tellu Limpoe Kab. Sinjai pada Masa Covid 19 Muslimin, Nurul Fadilah; Amirullah, Amirullah; Bahri, Bahri
Attoriolong Vol 21, No 2 (2023): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terbentuknya kebun karet, sistem pengelolaan kebun karet pada masa pandemi covid-19, dan dampak covid-19 terhadap petani kebun karet di Desa Tellu Limpoe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sinjai. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yakni: heuristik (Pengepulan data dan sumber), kritik sumber yang terdiri dari (kritik intern dan kritik ekstern), interpretasi atau penafsiran dan historiografi atau penulisan sejarah. Tanaman karet diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1864. Pada tahun 1897, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan pengumuman untuk taman berharga yaitu tanaman karet. Indonesia memberikan kotribusi sebesar 26% dari total produksi karet alam dunia. Diproyeksikan hingga tahun 2020 konsumsi karet alam dunia akan terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,6% per tahun. Di Bulukumba telah didirikan perusahaan yang bergerak di sector perkebunan karet,yaitu PT Lonsum (London Sumatera) yang didirikan pada tahun 1906. Puncak pertanian karet di Bulukumba pada tahun 2007 banyaknya pedagang pedagang karet yang masuk yang membuat pilihan bagi petani untuk menjual hasil usahanya makin luas tidak hanya pada PT. Lonsum saja,namun dengan adanya kebun karet di Bulukumba membuat masyarakat Sinjai tertarik dengan usaha kebun karet dan meminta izin untuk memberikan bibit karet untuk ditanam dilahan kosong petani yang berada di Desa Tellu Limpoe. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. selama pandemic Covid-19 produksi  karet mengalami penurunan karena penyadapan tidak dapat dilakukan seperti hari biasanya akibat adanya pembatasan kegiatan diluar rumah dan waktu penghujan turun juga mempengaruhi getah karet mengalami kerusakan. Komoditi karet dapat dikatakan sebagai komoditi yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Sinjai pada umumnya dan Desa Tellu Limpoe secara khususnya. Namun Di tengah wabah pandemi covid-19  kini hasil panen getah karet semakin kurang. Petani getah karet di Desa Tellu Limpoe kala itu pernah merasakan harga pasar yang tinggi. Merosotnya pendapatan petani karet di sebabkan oleh biaya produksi dan harga jual tidak sebanding. Pertanian kebun karet juga membantu pemenuhan kehidupan pengepul getah karet di Desa Tellu Limpoe. Pemerintah Desa tidak menganjurkan petani karet untuk menjual langsung semua getah karet dari hasil panen petani ke pedagang pengepul besar yang ada di kota.
Komunitas Toraja di Desa Lompoloang Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Kabupaten Wajo, 1967-2021 (Kajian Sejarah Lokal) Randan, Gracela Hera; Najamuddin, Najamuddin; Amirullah, Amirullah
Attoriolong Vol 21, No 2 (2023): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang latar belakang masuknya orang Toraja di Desa Lompoloang, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, dinamika kehidupan sosial-budaya dan ekonomi orang Toraja di Desa Lompoloang tahun 1967-2021 serta eksistensi budaya penduduk Kampung Toraja yang tinggal di tengah-tengah orang Bugis di Desa Lompoloang. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah, yaitu a) Heuristik artinya mengumpulkan data, b) Kritik yang dilakukan untuk mengetahui keaslian sumber, c) Interprestasi artinya menafsirkan data-data penelitian, d) Historiografi artinya penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal mula Komunitas orang Toraja masuk di Desa Lompoloang karena tawaran dari bapak Drs.G.Kamisi selaku pemerintah di Kabupaten Wajo pada tahun 1967. Setelah itu orang Toraja yang tinggal di Bottodongga Kabupaten Wajo menerima tawaran tersebut untuk mebuka lahan pertanian di Desa Lompoloang dan pada tahun 1970 barulah orang Toraja masuk ke Desa Lompoloang untuk membuka lahan pertanian, bahasa yang digunakan orang Toraja dalam kehidupan sehari-harinya yaitu bahasa Toraja, namun jika ingin berinteraksi dengan masyarakat bugis di Desa Lompoloang, maka mereka menggunakan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia. Agama yang dianut oleh mereka yaitu Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Selain itu eksistensi adat aluk todolo sebagai suku Toraja yang ada di Desa Lompoloang masih sangat dijaga dari dulu hingga sekarang.
DI/TII di Kaluppini Kabupaten Enrekang 1955-1965, Suatu Kajian Sejarah Sosial Mansur, Sri Indarwati; Ahmadin, Ahmadin; Amirullah, Amirullah
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang latar belakang masuknya DI/TII di Kaluppini, aktivitas-aktivitas yang dilakukan gerombolan DI/TII selama berada di Kaluppini serta dampak yang ditimbulkan dari keberadaan DI/TII di Kaluppini. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah, yaitu a) Heuristik artinya mengumpulkan data, b) Kritik yang dilakukan untuk mengetahui keaslian sumber, c) Interpretasi artinya menafsirkan data-data penelitian, d) Historiografi artinya penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DI/TII masuk ke Kaluppini karena letaknya yang strategis dan masih berkembangnya ritual-ritual keagamaan yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam. Ketika berada di Kaluppini, gerombolan melakukan aksi pembakaran dan penculikan. Mereka juga berupaya menegakkan syariat Islam dengan menghimbau kepada masyarakat untuk melaksanakan salat tepat waktu, berzikir dan berinfaq. Kehadiran DI/TII di Kaluppini menimbulkan dampak dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam bidang sosial ekonomi serta agama dan budaya. Dalam bidang sosial ekonomi, keberadaan DI/TII mengharuskan warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman dan setelah situasi mulai kondusif, warga kembali ke kampung namun adapula yang menetap. Hal seperti ini menghindarkan masyarakat dari perebutan lahan karena beberapa penduduk sudah pergi. Pasca kehadiran DI/TII, masyarakat mengalami kesulitan karena lahan mereka dirusak sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat harus membeli di pasar. Dalam bidang agama dan budaya, wanita diwajibkan untuk menggunakan jilbab agar aurat mereka tidak terlihat. Selain itu, warga juga dihimbau untuk berzikir serta melaksanakan salat berjamaah. Selama berada di Kaluppini, DI/TII tidak memperhatikan pendidikan masyarakat, lain halnya dengan di Benteng Alla dimana DI/TII menculik guru-guru di sekitar Enrekang untuk mengajar di SR VI Tahun Redak.
Nahdlatul Ulama di Bulukumba, 1952-2020. Yasin, M. Syahrul; Bustan, Bustan; Patahuddin, Patahuddin
Attoriolong Vol 22, No 1 (2024): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nahdlatul Ulama di Bulukumba, perkembangan Nahdlatul Ulama di Bulukumba, dan implikasi keberadaan Nahdlatul Ulama terhadap masyarakat Bulukumba. Untuk mencapai tujuan tersebutmaka peneliti menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu:heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sosial keagamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terbentuknya NahdlatulUlama di Bulukumba berawal dari kehadiran Nahdlatul Ulama di Sulawesi Selatan tahun 1950-an yang kehadirannya kala itu dalam bentuk partai politik. Kehadiran partai Nahdlatul Ulama tersebut, kemudian membentuk beberapa partai cabang Nahdlatul Ulama dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan, salah satunya di Kabupaten Bulukumba yang saat itu bernama PartaiNahdlatul Ulama Cabang Bulukumba tahun 1952. (2) Perkembangan Nahdlatul Ulama diBulukumba ditandai dengan berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama CabangBulukumba pada tahun 1959. Seiring berjalannya waktu, Pengurus Cabang Nahdlatul UlamaKabupaten Bulukumba kemudian membentuk 10 Majelis Wakil Cabang disemua Kecamatan di Kabupaten Bulukumba serta lembaga dan badan otonom untuk menjalankan fungsinya sebagai organisasi keagamaan seperti Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, PMII, GP Ansor, Lakpesdam,LDNU, dan sebagainya. (3) Implikasi keberadaan Nahdlatul Ulama terhadap masyarakat Bulukumba memberi banyak perubahan di tengah masyarakat seperti lahirnya para mubalighdan guru agama dibeberapa sekolah, berkembangnya lembaga pendidikan madrasah danpesantren, masifnya kegiatan keagamaan dibeberapa masjid dan majelis- majelis, sertamasyarakat adat Kajang mulai terfasilitasi dengan beberapa program yang dilaksanakan olehLakpesdam PCNU Bulukumba.