cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Gedung Graha Medika Lt. 1, Ruang 104
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Brawijaya
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 02169347     EISSN : 23380772     DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb
Core Subject : Health,
JKB contains articles from research that focus on basic medicine, clinical medicine, epidemiology, and preventive medicine (social medicine).
Articles 822 Documents
HUBUNGAN ANTARA KADAR ENZIM GLUTATION REDUKTASE DENGAN DERAJAT KEKERUHAN INTI LENSA Sulistya, T Budi; Dewi, Debby Shintiya; Suyuti, Hidayat; Sumarno, Sumarno
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 22, No 1 (2006)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.234 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2006.022.01.7

Abstract

The aim of this study was to determine the correlation between the level of glutathione reductase [GR] in relation with the severity of nuclear cataract and the increase of age. An analytic cross sectional observasional study  of nuclear cataract patient seen at Saiful Anwar Hospital and Mass Cataract Surgery performed by Perdami Malang was carried out. Patients were classified into 3 groups based on ageand 4 groups based on severity of nuclear cataract. The samples were taken by consecutive sampling and were operated on visual indication. The extracted lens were examined for [GR]. The laboratory findings of [GR] were compared with the severity of senile cataract. The data were analyzed with one way ANOVA. Confidence limit was set at 95%. A total of  55 patients were included with the sample size in 40-50 age group less than estimation. The [GR] were found to be significanfly lower in the older age (p=0,01) and the more severe cataract groups (p=0,00). The [GR] were also found to be significantly decreased with the increase of cataract severity in 40-50 age group (p=0,00), 50-60 age group (p=0,01) and >60 age group (p=0,00). In the grade 2 cataract, there were no significant difference of [GR] between age group (p=0.22). This also occured in grade 3 (p=0.23) while  in the grade 4, there were significant difference between age group (p=0.01). This also occured in grade 5 (p=0.06).
PREVALENSI DEPRESI DAN GAMBARAN STRESSOR PSIKOLOSOSIAL PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH UMUM DI WILAYAH KOTAMADYA MALANG Asmika, Asmika; Harijanto, Harijanto; Handayani, Nina
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 24, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.959 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2008.024.01.2

Abstract

During the mental development process, the adolescent will be exposed tonumerous events that might act as psychosocial stressors. These stressors might contribute to the prevalence of depression in adolescent. This study aimed to determine the prevalence of depression description of psychosocial stressor, and the relationship between psychosocial stressors and depression in adolescent. A cross sectional descriptive analytic study was conducted using 458 particiapants from three representative Senior High Schools in Malang district. The depression level was measured  using Beck Depression Inventory while Holmes and Rahe Stress Scale for Youth was used to mesure the  level of psychosocial stressor. It was found that prevalence of depression were as follows 32,5% of respondents with mild depression; 28,2% with moderate depression; and the remaining 11,1% withsevere depression. Of all particiapants, 59,6% experience a high level stressor, while the other 40,4% have low level stressor. The study identify a significant correlation (p<0.001)between depression level and level of psychosocial stressor. . The risk of having depression is 5.87 higher in respondents with high level of psychosocial stressor compare to those with low level psychosocial stressor (OR=5.87). Therefore, a cooperation between school, community and parent is highly advised toprovide a favourable environment for mental development in adolescent. In addition parents, school need to prepare the adolescent in order to anticipate numeros events that influence their mental health.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Pendidikan Sebaya terhadap Pengetahuan Remaja mengenai Sindrom Pramenstruasi amelia, coryna rizky
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.662 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.02.17

Abstract

Sindrom pramenstruasi adalah kumpulan gejala fisik dan emosional yang muncul dua minggu sampai sehari menjelang menstruasi. Gejala ini mulai terjadi pada remaja yang telah mengalami menstruasi. Pemberian pendidikan kesehatan sejak dini pada remaja sangat penting dan salah satu metode yang dapat dipilih adalah metode pendidikan sebaya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan sebaya (peer education) terhadap pengetahuan remaja mengenai sindrom pramenstruasi. Penelitian ini menggunakan one group pre test-post test desain. Populasinya yaitu semua siswi kelas VII SMP Negeri 4 Kota Malang yang telah menstruasi sejumlah 102 siswi dan sampelnya 31 siswi, diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Data yang digunakan adalah hasil pengisian kuisioner pengetahuan dan dianalisa dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan responden sebelum diberi pendidikan kesehatan sebagian besar berada pada tingkat cukup (67.7%) dan sesudah diberi pendidikan kesehatan sebagian besar memiliki  tingkat pengetahuan baik (77.4%). Dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan Zhitung ( 4.82 ) ≥ Ztabel ( 1.96 ) maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan sebaya (peer education) terhadap pengetahuan remaja mengenai sindrom pramenstruasi. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini disarankan bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan metode dalam penyampaian pendidikan kesehatan dan bagi SMP Negeri 4 Kota Malang dapat mengembangkan materi pendidikan kesehatan yang diberikan pada siswa-siswinya untuk selanjutnya disebarluaskan kepada yang lain.Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pendidikan Sebaya, Sindrom Pramenstruasi
Penurunan Waktu Tunggu Pelayanan Obat Rawat Jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu Megawati, Megawati -; Hakim, Lukman; Irbantoro, Dolly
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.02.9

Abstract

Lama waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan di Instalasi Farmasi RS Baptis Batu sudah lama dikeluhkan oleh pelanggan. Ketidakpuasan karena waktu tunggu yang lama mempengaruhi persepsi tentang kualitas layanan rumah sakit secara keseluruhan dan menurunkan angka kunjungan ke rumah sakit. Penelitian ini mengukur waktu tunggu dan intervensi perbaikan SPO disertai survei kepuasan pelanggan yang berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan. Metode penelitian menggunakan pre dan post tes dengan pendekatan studi eksperimental pada 119 sampel pengunjung pelayanan obat rawat jalan selama kurun waktu 2 bulan. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur  waktu tunggu 2 kali  sebelum dan sesudah  intervensi disertai  kepuasan mengenai lamanya waktu tunggu obat dengan menggunakan skala Likert. Analisis waktu tunggu dan kepuasan pelanggan mengenai waktu tunggu sebelum dan sesudah intervensi  dilakukan dengan T test berpasangan  dan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan  waktu tunggu pelayanan obat jadi dari rerata 56,42±27,22 menjadi 23,11±8,47 menit (p<0,05) dan obat racikan dari rerata waktu tunggu 83,21±26,93 menjadi 48,24 ±9,99 menit (p<0,05). Adanya perbaikan waktu tunggu berdasar  jumlah obat jadi  dalam 1 resep yaitu untuk 1-2 macam dari 18 menit   menjadi 14 menit, 3-5 macam dari rerata 50,85±21,06 menjadi 18,88±7,07  menit dan ≥6macam  dari rerata 62,95±31,02 menjadi27,58±7,50 menit. Kepuasan pasien terhadap waktu tunggu antara sebelum dan sesudah intervensi meningkat bermakna (p<0,05). Penyempurnaan SPO, pengaturan petugas disertai sosialisasi menurunkan waktu tunggu pelayanan obat farmasi dan meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap waktu tunggu obat secara bermakna.Kata Kunci: Instalasi farmasi, kepuasan pasien, pelayanan obat rawat jalan, waktu tunggu
Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis terhadap Ekspresi Bcl2 dan Apoptosis pada Sel Otak Tikus Model Cedera Otak Traumatik Husna, Ully; Sujuti, Hidayat; Dalhar, Mochammad
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.3

Abstract

Ekstrak propolis mempunyai efek neuroprotektan melalui berbagai macam cara kerja salah satunya sebagai antioksidan karena bahan kandungan utamanya adalah flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek ekstrak propolis berbagai dosis dalam meningkatkan ekspresi Bcl-2 dan menurunkan apoptosis sel otak tikus model cedera otak traumatik. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: kelompok normal, kelompok yang diberi perlakuan cedera otak traumatis, kelompok yang diberi perlakuan cedera otak traumatis dan ekstrak propolis masing-masing dosis 50mg/kgBB, 100mg/kgBB, dan 200mg/kgBB. Setiap kelompok diambil otaknya untuk diperiksa ekspresi Bcl-2 dan apoptosis sel otak pada hari ke-7. Berdasarkan hasil analisa statistik, didapatkan hubungan signifikan antara ekspresi Bcl-2 dan apoptosis sel otak tikus model cedera otak traumatik dengan berbagai dosis ekstrak propolis (p<0,05). Dosis 200mg/kgbb merupakan dosis yang paling efektif dalam meningkatkan ekspresi Bcl2 otak tikus dan menurunkan apoptosis sel otak tikus. Penelitian ini telah membuktikan bahwa ekstrak propolis dapat meningkatkan ekspresi Bcl-2 dan menurunkan apoptosis sel otak tikus model cedera otak traumatik.Kata Kunci: Apoptosis sel, cedera otak traumatik, ekspresi Bcl-2, ekstrak propolis
Apoptosis dan Nekrosis pada Berbagai Selularitas Sumsum Tulang Widjajanto, Edi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 19, No 1 (2003)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1827.537 KB)

Abstract

Selularitas sumsum tulang ditentukan oleh keseimbangan prolferasi, diferensiasi dan kematian sel (apoptosis dan nekrosis) dari sel hematopoitik. Keganasan sistem hematopoisis berkaitan dengan hiperproliferasi dan gangguan diferensiasi sel hematopoitik serta sumsum tulang hiperseluler, sedangkan anemia aplastik berkaitan dengan hiperapoptosis dan sumsum tulang hiposeluler. Studi ini meneliti distribusi apoptosis dan nkrosis dari sel hematopoitik pada berbagai derajat selularitas sumsung tulang, dari berbagai penderita dengan hematopoisis yang terganggu (n=60). Secara mikroskopik, dari sediaan (marrow imprint) aspirat sumsum tulang dengan pewarnaan Toluidin blue dan Wright ditentukan selularitas sumsum tulang serta jumlah sel hematopoitik yang mengalami apoptosis dan nekrosis. Analisa statistik secara Anova menunjukkan bahwa jumlah apoptosis pada sumsum tulang hiposeluler (n=9), normoseluler (n=27) dan hiperseluler (n=24) masing-masing adalah 3,63±1,77; 1,71±1,97 dan 0,65±0,72% (p=0,001), sedangkan sel nekrotik jmlahnya sama (p=0,728), tetapi rasio apoptosis/nekrosisnya 3, 80±3,93; 1,19±1,65; dan 1,06±2,15 (p=0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa apoptosis dari sel hematopoitik lebih banyak terjadi pada sumsum tulang hiposeluler dibanding dengan sumsum tulang normoseluler dan hiperseluler.
Outer Membrane Protein 49,4 Kda dari Porphyromonas gingivalis Merupakan Protein Hemaglutinin dan Adhesin Terhadap Netrofil Mubarokah, Siti Nurul; Sumarno, Sumarno; Muliartha, I Ketut Gede
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 25, No 2 (2009)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.04 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2009.025.02.6

Abstract

ABSTRACTPeriodontitis is caused mostly by P. gingivalis and it is related to acute coronary syndrome. P. gingivalis readilyinvades into blood circulation and potentially induces. Collagenolytic activity of neutrophil which result incollagen vascular degradation lead to atherosclerotic plague rupture (APR). APR is responsible for occurringfatal cardiovascular events such as acute myocardial infarction (AMI). These information brought out notionconcerning the adhesion interaction of P. gingivalis with neutrophil. The aim of this study was to assessadhesion molecule of P. gingivalis outer membrane protein (OMP) by partial characterization took inhemagglutination assay using mice erythrocytes, adhesion inhibition assay by gradual concentration ofadhesion blocked in neutrophil, immunologic assay using Western-blotting and immunocytochemistry. Theresults showed that 49,4 kDa P.gingivalis OMP can agglutinate mice erythrocytes and adherence to netrophilIncrease concentration of OMP P. gingivalis 49,4 kDa reduce adhesion process to netrophil This protein wasrecognized by the polyclonal antibody of 49,4 kDa adhesion molecule. It can be concluded that P gingivalisouter membrane protein is a hemagglutinin and an adhesion molecule to netrophilKeywords : 49,4 kDa P. gingivalis OMP, neutrophil, hemagglutination, adhesin
KEDOKTERAN EMERGENSI TANTANGAN, HARAPAN, DAN MASA DEPAN Dradjat, Respati Suryanto
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 20, No 3 (2004)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.117 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2004.020.03.7

Abstract

The progress of science and technology in globalization era, forcing us to make-up the quality of education and services in the fild of Emergency Medicine (EM). As one of the teaching hospital in Indonesia, Saiful Anwar Hospital – Brawijaya University have developed this education programe. Various challenge, and opportunity have and will be faced to reach the futureof Indonesian Medical services to be able to compete in the era of global standardKey words:emergency, education, services
Hubungan Kadar TGF-β1 dan IFN-ɣ dengan Indeks Kronisitas Nefritis Lupus Jayani, Indah; Handono, Kusworini; E, Agustina Tri
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.648 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2012.027.01.3

Abstract

Meskipun perbaikan penatalaksanaan terapi telah dilakukan dalam dua dekade terakhir , tetapi prognosis nefritis lupus tetap  tidak  memuaskan.  Oleh  karena  itu  diperlukan  suatu  biomarker  yang  dapat  menggambarkan  aktivitas  penyakit. Penelitian ini  dilakukan untuk untuk melihat peran TGF-β1 urin dan IFN-ɣ  urin sebagai biomarker engan indeks kronisitas nefritis  lupus.  Dilakukan studi  observasional selama 1 tahun pada sampel urin 25 subjek  penelitian untuk  mengetahui hubungan kadar TGF-β1 dan kadar IFN-ɣ  yang diukur menggunakan metode ELISA dengan indeks kronisitas nefritis  lupus (biopsi  ginjal).  Data  dianalisis  menggunakan  uji  t  tidak  berpasangan  dan  uji  korelasi  Pearson.  Hasil  penelitian  menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara mean kelompok kasus (nefritis lupus) yaitu (197,87±96,74) dan kelompok kontrol (lupus  non  nefritis)  (17,82±18)  pada  pengukuran  kadar  IFN-ɣ  urin,  sedangkan  TGF-β1  urin  menunjukkan  tidak  ada perbedaan yang signifikan (p=0,425)  pada kelompok kasus (34,51±11,17)  dan kelompok kontrol (30,27±5,87).  Pada uji korelasi menunjukkan ada hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kadar IFN-ɣ urin dan TGF-β1 urin (r&lt;0,787), indeks kronisitas dengan kadar IFN-ɣ urin    (r&lt;0,674) dan juga antara indeks kronisitas dan TGF-β1 urin(r&lt;0,764). Dapat disimpulkan  kadar  TGF-β1  dan  kadar  IFN-ɣ  berpotensi  untuk  digunakan  sebagai  indikator  kronisitas  nefritis  lupus. Kata  Kunci:  Gamma  urin,  indeks  kronisitas,  IFN-ɣ  ,  nefritis  lupus,  TGF-β1,  urin
Ekstrak Rosela Menurunkan Perlemakan dan Ekspresi ADMA Hepar akibat Diet Aterogenik pada Tikus Fathoni, Zuhrotun Ulya; Indra, Rasjad; Supranowo, Supranowo
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.579 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.01.2

Abstract

Rosela memiliki anthocyanin sebagai antioksidan polifenol yang berpotensi mencegah progresivitas penyakit akibat stres oksidasi. Diet aterogenik dan stres oksidasi memicu serangan radikal bebas pada komponen lemak dan protein sehingga terjadi perlemakan hepar dan peningkatan ekspresi ADMA (Asymmetric dimethylarginine). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rosela strain Hibiscus sabdariffa terhadap perlemakan hepar dan ekspresi ADMA hepar pada tikus Rattus norvegicus yang diberi diet aterogenik. Studi eksperimental menggunakan post test only control group pada Rattus norvegicus strain Wistar jantan yang dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol positif (diet aterogenik), kelompok1 (ekstrak rosela 150mg/kgBB/hari + diet aterogenik), kelompok 2 (ekstrak rosela 300mg/kgBB/hari + diet aterogenik), dan kelompok kontrol negatif (tanpa pemberian diet aterogenik dan ekstrak rosela). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rosela mampu menurunkan perlemakan hepar yang berdasar pemeriksaan histopatologi berupa jumlah sel yang mengalami perlemakan lebih sedikit (p=0,000). Ekspresi ADMA dari gambaran imunohistokimia menunjukkan ekspresi yang lebih sedikit pada kelompok dengan diberi ekstrak rosela (p=0,000). Dapat disimpulkan pemberian ekstrak rosela menghambat perlemakan hepar akibat diet aterogenik dan ekspresi ADMA akibat diet aterogenik pada tikus, dengan dosis optimum rosela 300 mg/kgBB/hari. Kata Kunci: Diet aterogenik, ekspresi ADMA hepar, perlemakan hepar, rosela