cover
Contact Name
Anwar Efendi
Contact Email
anwar@uny.ac.id
Phone
+62274550843
Journal Mail Official
litera@uy.ac.id
Editorial Address
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55281 litera@uny.ac.id
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Litera
ISSN : 14122596     EISSN : 24608319     DOI : 10.21831
Core Subject : Education,
LITERA is a high quality open access peer reviewed research journal that is published by Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta. LITERA is providing a platform for the researchers, academicians, professionals, practitioners, and students to impart and share knowledge in the form of high quality empirical original research papers on linguistics, literature, and their teaching.
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)" : 11 Documents clear
Analisis jumlah kata dan frekuensi jenis kata dalam buku elektronik jenjang PAUD terbitan Badan Bahasa 2019 Pangesti Wiedarti; Siti Maslakhah; Ilfat Isroi Nirwani; Tadkiroatun Musfiroh
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.53350

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi, mengidentifikasi, dan merumuskan  jumlah kata dan frekuensi penggunaan jenis kata pada buku siswa jenjang PAUD. Penelitian dilakukan pada tahun 2021 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif-kuantitatif dan menggunakan alat bantu korpus linguistik Antconc. Data diambil dari 34 judul buku elektronik cerita anak jenjang PAUD terbitan Badan Bahasa tahun 2019.  Pada aspek perjenjangan, buku elektronik yang dilabeli PAUD ternyata hanya ada sebesar 20,58%, sedangkan sejumlah 79,42% buku lainnya lebih tinggi jenjangnya bagi peruntukan buku PAUD, yaitu bagi sekolah dasar kelas 1 hingga kelas 3. Dalam aspek jenis kata, pada buku elektronik jenjang PAUD ditemukan jenis kata yang paling dominan, yaitu nomina (35,2%), verba (21,2%), adverbia (11,2%), ajektiva (6,48%), preposisi (4,84%), konjungsi (4,38%), pronomina (4,35%), sedangkan jenis kata lainnya (demonstrativa , interjeksi, kategori fatis, interogativa, numeralia, artikula) ditemukan dalam rentangan (2,56% - 0,72%). Kesimpulan: a) jika memungkinkan, hasil penelitian dapat digunakan untuk perbaikan panduan perjenjangan buku yang sudah ada; b) ihwal perjenjangan buku sebagai panduan perlu dimantapkan dengan ujicoba beberapa panduan, apakah merujuk panduan Puskurbuk Kemendikbud, Fountas Pinnele, Lexile, atau lainnya; c) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembuka bagi penelitian buku berjenjang untuk implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada tingkat Pendidikan PAUD, dasar, dan menengah.Kata Kunci: perjenjangan buku, PAUD, materi baca pengayaan, gerakan literasi sekolahAbstractThis study aims to explore, identify, and formulate the number of words and the frequency of use of word types in early childhood education (PAUD) students' books. The research was conducted in 2021 using a descriptive-quantitative research design and using the Antconc linguistic corpus as a tool. The data is taken from 34 titles of electronic books for PAUD level children's stories published by the Language Agency in 2019. In the aspect of grading, there are only 20.58% of electronic books labeled PAUD, while 79.42% of other books have a higher level for PAUD book allocation, namely for elementary school grades 1 to grade 3. In terms of word types, in PAUD level electronic books found the most dominant types of words, namely nouns (35.2%), verbs (21.2%), adverbs (11.2 %), adjectives (6.48%), prepositions (4.84%), conjunctions (4.38%), pronouns (4.35%), while other types of words (demonstrative, interjection, phatic category, interrogative, numeral) , articular) were found in the range (2.56% - 0.72%). Conclusions: a) if possible, research results can be used to improve existing book tiering guidelines; b) the issue of the hierarchy of books as a guide needs to be strengthened by testing several guidelines, whether referring to the Puskurbuk guidelines of the Ministry of Education and Culture, Fountas Pinnele, Lexile, or others; c) This research is expected to be an opening for tiered book research for the implementation of the School Literacy Movement at the PAUD, primary, and secondary education levels.Keywords: book leveling, PAUD (early childhood education program), enrichment reading materials, school literacy movement
Pendidikan karakter jujur melalui metode bercerita di sekolah dasar di Yogyakarta St. Nurbaya; Rukiyati Rukiyati; Sri Agustin Sutrisnowati
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.51226

Abstract

Pendidikan karakter jujur terintegrasi ke dalam tema-tema pelajaran dengan  metode bercerita  penting dilakukan sebagai upaya mendidik siswa agar menjadi orang yang jujur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik pendidikan karakter jujur melalui metode bercerita bagi siswa kelas 4 pada tujuh sekolah dasar di Yogyakarta. Buku panduan untuk guru dan buku cerita telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya dan telah dinyatakan valid serta  layak digunakan, menurut para ahli maupun guru.Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan model interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana (2014).Teknik  pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan diskusi grup terfokus, didukung dengan penggunaan skala Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap kejujuran. Teknik analisis data dilakukan secara interaktif meliputi kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menyimpulkan praktik pendidikan karakter jujur melalui metode bercerita untuk siswa kelas IV sekolah dasar telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Guru telah dapat melaksanakan pembelajaran sesuai buku panduan dan siswa telah memahami arti penting kejujuran dalam berbicara dan bertindak. Siswa menyatakan sikap setuju terhadap pernyataan dan tindakan yang jujur. Oleh karena itu, pendidikan karakter jujur melalui metode bercerita dapat digunakan secara luas sebagai upaya menanamkan nilai kejujuran dalam diri siswa sekolah dasar.  Kata kunci:  nilai, karakter, jujur, dan metode bercerita
The effectiveness of developing CLIL-based Indonesian language course teaching materials at Bengkulu city universities Wulan Febrina; Sudarwan Danim; Didi Yulistio; Ria Ariesta; Abdul Muktadir; Meiselina Irmayanti
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.54138

Abstract

The development of learning materials for Indonesian courses uses a qualitative and quantitative approach to research and development (R D). This study aims to produce teaching materials for Indonesian language courses based on CLIL that follow the learning needs of college students in Bengkulu City. The research subjects were all students who took Indonesian language courses consisting of Bengkulu University, Bengkulu Muhammadiyah University, and Fatmawati Sukarno Bengkulu State Islamic University. The effectiveness test of the development of teaching materials for Indonesian language courses based on CLIL in universities obtained a significant value. The average value of the results before the use of CLIL-based Indonesian language teaching materials in Bengkulu City universities which was developed was 68.50, and a standard deviation of 13,489 and after using CLIL-based Indonesian teaching materials in universities Bengkulu City which has been developed is 80.19 with a standard deviation of 11,546. This means the average difference in student learning outcomes before and after using the development of teaching materials for Indonesian language courses based on CLIL at Bengkulu City Universities.Keywords: teaching materials, Indonesian, CLIL Efektivitas pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis CLIL di perguruan tinggi kota BengkuluAbstractPengembangan bahan ajar mata kuliah Bahasa Indonesia ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (R D) dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar mata kuliah bahasa Indonesia berbasis CLIL yang sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa perguruan tinggi di Kota Bengkulu. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah bahasa Indonesia yang terdiri dari Universitas Bengkulu, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, dan Universitas Islam Negeri Fatmawati Soekarno Bengkulu. Uji efektivitas pengembangan bahan ajar mata kuliah bahasa Indonesia berbasis CLIL di perguruan tinggi memperoleh nilai yang signifikan. Nilai rata-rata hasil sebelum penggunaan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis CLIL di perguruan tinggi Kota Bengkulu yang dikembangkan adalah 68,50, dan standar deviasi 13.489 dan setelah menggunakan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis CLIL di perguruan tinggi Kota Bengkulu yang telah dikembangkan adalah 80,19 dengan standar deviasi 11.546. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan pengembangan bahan ajar mata kuliah bahasa Indonesia berbasis CLIL di Perguruan Tinggi Kota Bengkulu.Kata kunci: ajar, bahasa Indonesia, CLIL
Mediatisasi kearifan lokal Sunda dalam film Ambu Yatun Romdonah Awaliah
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.52145

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud, makna, dan fungsi kearifan lokal dalam film Ambu (2019). Film tersebut merupakan film pertama di Indonesia yang berhasil membuat film tentang suku Baduy. Kanekes atau Baduy dikenal sebagai suku yang masih mempertahankan budaya Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis Hermeneutika Ricoeur. Unit analisis yang dikaji adalah aspek verbal maupun visual film. Terdapat empat hasil penelitian yang didasarkan atas tipologi kearifan lokal sebagai berikut. Pertama, dimensi pengetahuan lokal diwujudkan melalui upacara penyucian. Kedua, dimensi keterampilan lokal meliputi aktivitas menumbuk maupun memasok olahan pangan (leuit-leuit). Ketiga, dimensi sumber daya lokal diperlihatkan dengan kedudukan wewengkon atau aspek ekosentrisme maupun biosentrisme daerah Baduy. Keempat, dimensi solidaritas dan kepemimpinan kultural diproyeksikan melalui kepemimpinan ketua adat dan gotong-rotong masyarakat. Kelima, dimensi tatakrama terdiri atas wilayah personal dan sosial yang direpresentasikan oleh 5W (wiwaha, wibawa, wirasa, wirahma, dan wiraga) yang dalam konteks pendidikan karakter relevan dengan konsep moral knowing, moral feeling, dan moral action. Kata kunci: kearifan lokal, sunda, film ambu, lokalitas, pendidikan karakter AbstractThis study aims to describe the form, meaning, and function of local wisdom in the film Ambu (2019). This film is the first cinema in Indonesia which has made a film about the Baduy tribe. Kanekes or Baduy are a tribe that still maintains a Sundanese culture in their daily lives. This study uses a qualitative method with Ricoeur's Hermeneutic analysis approach. The unit of analysis studied is the verbal and visual aspects of the film. There are four research results based on the typology of local wisdom as follows. First, the dimension of local knowledge is realized through a purification ceremony. Second, local skills include the process and supplying processed food (leuit-leuit). Third, the dimension of local resources is shown by the position of wewengkon or the ecocentrism and biocentrism aspects of the Baduy area. Fourth, the dimensions of solidarity and cultural leadership are projected through the administration of traditional leaders and community mutual assistance. Fifth, the dimensions of etiquette consist of personal and social areas represented by 5W (wiwaha, wibawa, wirasa, wirahma, and wiraga), which in the context of character education are relevant to the concepts of moral knowing, moral feeling, and moral action. Keywords: Local Wisdom, Sundanese, Ambu Film, Locality, Character Education
Indeksikalitas leksikon kekerabatan etnis Sasak masyarakat Rembiga Mataram Wiya Suktiningsih; Wahyu Kamil Syarifaturrahman; Diah Supatmiwati; Billy Sukma Dwiprasetyo
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.47905

Abstract

Perkembangan perekonomian kota Mataram menjadi daya tarik penduduk dari luar kota Mataram untuk pindah dan bertempat tinggal, salah satunya di kelurahan Rembiga. Keadaan tersebut menyebabkan karakteristik masyarakat Rembiga lebih heterogen. Etnis Sasak sebagai masyarakat asli Rembiga dihadapkan pada fenomena tergesernya penggunaan bahasa Sasak dengan bahasa Indonesia. Hal itu mempengaruhi indeksikalitas bahasa Sasak untuk leksikon kekerabatan masyarakat Rembiga. Karena itulah penelitian ini dilakukan, untuk mengidentifikasi berapa banyak leksikon sistem kekerabatan etnis Sasak yang digunakan masyarakat Rembiga dan bagaimana penggunaanya. Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendiskripsikan fenomena kebahasaan dan praktik kultural masyarakat Rembiga. Teknik wawancara dilakukan untuk pengumpulan data dan menggali lebih dalam makna dari leksikon kekerabatan, sedangkan langkah observasi digunakan untuk menjamin kebenaran data yang diperoleh. Analisis makna di dalam leksikon diklasifikasikan berdasarkan tataran generasi keturunan. Hasil penelitian menemukan 20 leksikon kekerabatan yang digunakan, yaitu: amaq, inaq, adiq, kakaq, papuq mame, papuq nine, semeton kuni, semeton pendait, amaq kake, inaq kake, tuaq/amaq saiq, inaq saiq, naken, pisaq, sampu, sampu due kali, wai, baloq, mbiq dan kletok-klatek. Namun hanya 18 leksikon yang masih digunakan saat ini, sedangkan leksikon Mbiq dan Kletok-klatek sudah jarang bahkan tidak lagi dipergunakan karena usia penutur bahasa Sasak rata-rata tidak lebih dari 70 tahun.Kata kunci: indeksikalitas, leksikon kekerabatan, etnis Sasak, bahasa Sasak, masyarakat Rembiga Indexicality of the Sasak ethnic kinship lexicon of the Rembiga Mataram community AbstractThe economic development of Mataram has attracted residents from outsider to move and live, one of the destinations is Rembiga. The situation causes the characteristics of the Rembiga community more heterogeneous. The Sasaknese as a native of Rembiga is faced phenomenon of shifting language, Sasak and Indonesia. This cause the indexicality of Sasak language for the Rembiga kinship lexicon. This research was conducted, to identify how many lexicons of the Sasaknese kinship system are used by the Rembiga community and how they are used. Qualitative descriptive research method is used to describe the linguistic phenomena and cultural practices of the Rembiga community. Interview technique was carried out for data collection and to dig deeper the meaning of the kinship lexicon, while the observation step was used to ensure the truth of the data obtained. Analysis of meaning in the lexicon is classified based on the level of generation of descendants. The results of the study found 20 kinship lexicon used, namely: amaq, inaq, adiq, kakaq, papuq mame, papuq nine, semeton kuni, semeton pendait, amaq kake, inaq kake, tuaq/amaq saiq, inaq saiq, naken, pisaq, sampu, sampu due kali, wai, baloq, mbiq and kletok-klatek. However, only 18 lexicons are still used today, while the Mbiq and Kletok-klatek lexicon are rarely or even no longer used because the average age of Sasak speakers is not more than 70 years.Keywords: indexicality, kinship lexicon, Sasaknese, Sasak language, Rembiga community
Metafora binatang dalam ungkapan idiomatik bahasa Aceh Muhammad Iqbal; Mulyadi Mulyadi
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.50346

Abstract

Masyarakat Aceh sering menggunakan simbol-simbol verbal  yang ditamsilkan pada binatang ketika berkomunikasi atau menyampaikan pesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan karakter dan tindakan seseorang yang dipandang positif yang harus dianut, atau yang dipandang negatif yang harus dijauhkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. data penelitian ini berupa data tulis dan data lisan. Data tulis diperoleh dari cerita rakyat Aceh dan Peribahasa Aceh yang diterbitkan oleh Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Data lisan diperoleh dari informan melalui teknik wawancara, pegamatan tidak berperan serta, dan pengamatan berperan serta. Di samping itu, penulis juga  menggunakan data buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga metafora binatang yang digunakan oleh masyarakat Aceh ketika menyampaikan pesan kepada lawan tuturnya, yaitu metafora binatang piaraan (asèe ‘anjing’ dan mie ‘kucing’), metafora binatang ternak  (kamèng ‘kambing’, aneuk iték ‘anak itik’, iték ‘itik/bebek’, manok ‘ayam’, keubeue ‘kerbau’, dan leumo ‘lembu’), dan metafora binatang liar (gajah ‘gajah’, bue ‘monyet’, abô ‘siput’, buya ‘buaya’, rimueng ‘harimau’, bui ‘babi’, cangguek ‘kodok’, dan tupè ‘tupai’). Penggunaan metafora binatang tersebut dapat dikatakan berkonotasi positif. Makna dan maksud yang ditamsilkan pada binatang tersebut bertujuan untuk membimbing, menasihati, dan memberi motivasi.   Kata Kunci: metafora binatang, ungkapan, bahasa Aceh AbstractThe people of Aceh often use verbal symbols that are displayed on animals when communicating or conveying messages. This study aims to classify and describe the character and actions of a person who are seen as positive ones that should be imitated, or those that are seen as negative ones that should be avoided. This study used qualitative research methods. Data in the form of written data and oral data. The written data was obtained from Acehnese folklore and Acehnese proverbs published by the Regional Cultural Research and Recording Project. Oral data were obtained from informants through interview techniques, non-participating observations, and participating observations. In addition, the author also uses artificial data. The results show that there are three animal metaphors used by the Acehnese people when conveying messages to their interlocutors, consisting of metaphor of pets (asèe 'dog' and mie 'cat'), metaphor of livestock (kamèng 'goat', aneuk iték 'duck child'. ', iték 'duck/duck', manok 'chicken', keubeue 'buffalo', and leumo 'lembu'), and wild animal metaphors (elephant 'elephant', bue 'monkey', abô 'snail', buya 'crocodile' , rimueng 'tiger', bui 'pig', cangguek 'toad', and tupè 'squirrel'). The use of the animal metaphor can be said to have a positive connotation. The meaning and intent that is displayed on the animal aims to guide, advise, and motivate.Keywords: animal metaphors, expressions, Acehnese language
Ideological perspective on guideline “merdeka belajar – kampus merdeka” through systemic functional linguistics Prayudisti Shinta Pandanwangi; Pratomo Widodo
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.51277

Abstract

This research exists to ignite the awareness and critical thinking from stakeholders and parties related to MBKM policies that have a long ideological impact on the life of higher education in Indonesia so that the implementers do not necessarily carry out policies without conducting assessments in depth first. Therefore, this study aims to explore and find the ideological and socio-political aspects behind the use of the lexicon in the Merdeka Learning guidebook – Merdeka Campus (MBKM) using textual metafunction and interpersonal metafunction approach model within Halliday's SFL framework (2004 2013). These textual and interpersonal approaches were chosen due to the scarcity of studies that apply this approach to analyze the discourse of this independent curriculum compared to studies of other disciplines. The data used in this study are in the form of lexicons used in the MBKM manual book as words or clauses within the chosen chapters. The result obtained is that the MBKM practical guidebook has a strong capitalist economic perspective. This is evidenced using lexicons that indicate the direction of higher education to be achieved tends to follow the circulation of the free market and higher education and all stakeholders involved are regulated to follow this globalization trend. “Independent Campus – Merdeka Learning” requires students to be able to equip themselves to survive life's challenges. In contrast, the campus as an “intellectual factory” is always billed for the needs of the industrial sector, not a place for “true intellectuals”.Keywords: SFL, CDA, independent learning – independent campus, capitalization of higher education Perspektif ideologis tentang pedoman "merdeka belajar – kampus merdeka" melalui linguistik sistemik fungsionalAbstrakPenelitian ini hadir untuk memantik kesadaran dan nalar berpikir kritis dari para pemangku kepentingan serta pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan MBKM yang dipandang memiliki dampak ideologis jangka Panjang terhadap hidup dari Pendidikan tinggi di Indonesia, dan agar para pelaksana tidak serta merta menjalankan kebijakan tanpa melakukan pengkajian secara mendalam terlebih dahulu. Maka dari itu kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menemukan aspek ideologis dan sosio-politis di balik penggunaan leksikon dalam buku panduan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) dengan menggunakan model pendekatan textual metafunction dan interpersonal metafunction dalam kerangka SFL milik Halliday (2004 2013). Pendekatan tekstual dan interpersonal ini dipilih dikarenakan masih langkanya kajian yang mengaplikasikan pendekatan ini untuk menganalisis diskursus kurikulum merdeka ini dibandingkan dengan kajian disiplin ilmu yang lain. Data yang digunakan dalam kajian ini berbentuk leksikon-leksikon yang digunakan dalam buku panduan MBKM baik berupa kata atau klausa pada bab yang dipilih. Hasil yang diperoleh adalah buku panduan praktis MBKM tersebut memiliki perspektif ekonomi kapitalis yang cukup kuat. Hal ini dibuktikan adanya penggunaan leksikon-leksikon yang menunjukkan arah pendidikan tinggi yang hendak diraih cenderung mengikuti sirkulasi pasar bebas dan pendidikan tinggi beserta seluruh stakeholder yang terlibat diregulasi agar mengikuti tren globalisasi ini. “Kampus Merdeka – Merdeka Belajar” menuntut mahasiswa untuk dapat membekali diri agar mampu bertahan menghadapi tantangan hidup, sedangkan kampus sebagai “pabrik intelektual” selalu ditagih untuk kebutuhan sektor industri bukan tempat untuk “ intelektual sejati".Kata kunci: SFL, CDA, merdeka belajar – kampus merdeka, kapitalisasi pendidikan tinggi
Community attitude to the news of pandemic Covid-19 Rohali Rohali; Siti Perdi Rahayu; Herman Herman; Yeni Artanti; Dwiyanto Djoko Pranowo
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.53338

Abstract

This study aims to describe the themes and attitudes of the community towards news about the Covid-19 pandemic on WhatsApp. By conducting critical discourse analysis, it is hoped that an understanding will be formed that can enlighten the public on how to interpret and understand the information about the COVID-19 pandemic that they receive through the WhatsApp application and be selective in sending this information to others. The results of the study show the following. Fisrt, the attitude of affection contains 4 themes, namely religious, health, education, and economic themes. There are two functions of a religious theme, namely a request to God and an expression of gratitude. The health theme has three functions, namely an invitation to maintain progress, vaccination recommendations, and health humour. The theme of education is represented in the form of public attitudes regarding the readiness of universities for offline learning. The function of the economic theme is related to expressions of concern and ironism towards the deteriorating Indonesian economy. Second, the attitude of the community's cognition is realized with the theme of health which has the function of protest, fake news, and health humour. Thirth, dehavioral attitudes carry three themes, namely health, education, and economy. The function of the health theme is behaviour in responding to the funeral process for Covid-19 victims and vaccination. The function of the educational theme is related to the behaviour of the community towards the preparation of offline learning. The economic theme is represented by behavioural deviations from health protocols during the implementation of PPKM.Keywords: discourse analysis, attitude, covid-19, WA SIKAP MASYARAKAT TERHADAP BERITA PANDEMI COVID-19 ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan tema dan sikap masyarakat terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di WhatsApp. Dengan melakukan analisis wacana kritis, diharapkan akan terbentuk pemahaman yang dapat mencerahkan masyarakat bagaimana memaknai dan memahami informasi tentang pandemi covid-19 yang mereka terima melalui aplikasi WhatsApp dan selektif dalam mengirimkan informasi tersebut ke orang lain. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, sikap afeksi memuat 4 tema yaitu tema religius, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Ada dua fungsi tema religius yaitu permohonan kepada Tuhan dan ungkapan syukur. Tema kesehatan memiliki tiga fungsi yaitu ajakan menjaga prokes, anjuran vaksinasi, dan humor kesehatan. Tema pendidikan direpresentasikan dalam bentuk sikap masyarakat terkait kesiapan perguruan tinggi dalam pembelajaran luring. Fungsi tema ekonomi berkaitan dengan ungkapan kekhawatiran dan ironisme terhadap ekonomi indonesia yang semakin memburuk. Kedua, sikap kognisi masyarakat diwujudkan dengan tema kesehatan yang memiliki fungsi protes, berita bohong, dan humor kesehatan. Ketiga, sikap perilaku mengusung tiga tema yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Fungsi tema kesehatan adalah perilaku menyikapi proses pemakaman korban Covid-19, dan vaksinasi. Fungsi tema pendidikan berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap persiapan pembelajaran luring. Tema ekonomi direpresentasikan dengan penyimpangan perilaku terhadap protokol kesehatan di tengah pemberlakuan PPKM.Kata kunci : analisis wacana, sikap, covid-19, WA 
Persepsi guru bahasa Indonesia SMA terhadap penilaian literasi membaca berbasis keterampilan aras tinggi Diki Wahyudi; Widya Ristanti; Sarwiji Suwandi
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.47975

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi wacana diberlakukannya kurikulum prototipe di semua jenjang, baik jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah. Ciri khas pembelajaran dan penilaian pada kurikulum tersebut ialah pembelajaran berbasis literasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis persepsi Guru Bahasa Indonesia SMA terhadap penilaian literasi membaca berbasis keterampilan berpikir aras tinggi (higher order thinking skill/ HOTS). Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksploratif. Fokus penelitian terhadap penilaian literasi membaca berbasis keterampilan berfikir aras tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan angket semi terbuka dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru Bahasa Indonesia SMA di Kota Surakarta sudah menyadari pentingnya literasi membaca untuk dibelajarkan, guru juga sudah mengintegrasikan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru sudah menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan aras tinggi, dan dalam hal penilaian guru sudah menerapkan penilaian literasi membaca berbasis keterampilan aras tinggi. Dengan demikian, penilaian literasi membaca berbasis keterampilan berpikir aras tinggi sudah diimplementasikan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia SMA di Kota Surakarta.Kata kunci: persepsi guru, penilaian, literasi membaca, keterampilan berpikir aras tinggi, HOTS PERCEPTIONS OF HIGH SCHOOL INDONESIAN TEACHERS TOWARDS READING LITERACY ASSESSMENT BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILLAbstractThis research is motivated by the discourse of the implementation of the prototype curriculum at all levels, both elementary and high school levels. The hallmark of learning and assessment in the curriculum is literacy-based learning. This study aims to analyze the perception of Indonesian high school teachers on reading literacy assessments based on higher order thinking skills (HOTS). This research method uses descriptive qualitative analysis with an exploratory case study approach. The focus of the research is on the assessment of reading literacy based on high-level thinking skills. Data collection techniques used semi-open questionnaires and interviews. The results of the study show that Indonesian high school teachers in Surakarta City have realized the importance of reading literacy to be taught, teachers have also integrated reading literacy in Indonesian language learning, teachers have implemented high-level skills-based learning, and in terms of teacher assessments have implemented reading literacy assessments based on high level skills. Thus, an assessment of reading literacy based on high-level thinking skills has been implemented in learning, especially learning Indonesian in SMA in Surakarta City.Keywords: teacher perception, assessment, reading literacy, high order thinking skills, HOTS
Depicting Indonesian values in Arifin C. Noer’s The Bottomless Well for ILFS learning Maria Vicentia Eka Mulatsih; Bonifasius Widharyanto
LITERA Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v21i3.39396

Abstract

Learning language is not merely about its structure or words, it deals with certain values as a representative of the culture. Arifin C Noer’s play entitled The Bottomless Well portrays some Indonesian values that can be taught for learning Indonesian language for foreign speakers (ILFS). Focusing on some Indonesian values portrayed in the play and some ILFS learning practices, this article closely analyzes its content using document analysis method and describes the teaching practices qualitatively. Some Indonesian values found in the play are mutual help, social solidarity, persistency, work ethic, frugality, spirituality and independency. These Indonesian values portrayed in the play are useful as  a material for reading, writing, speaking, listening lessons. Specifically, in a drama class, various ILFS learning activities using this play are 1) reading aloud, 2) having monologue, 3) dramatic reading in groups, 4) conducting mini role play, and 5) completing the reflection process. Keywords: Indonesian values, ILFS learning, The Bottomless WellPenggambaran nilai-nilai Indonesia dalam karya Arifin C. Noer Sumur Tanpa Dasar untuk pembelajaran BIPA AbstrakPembelajaran Bahasa tidak hanya mengenai struktur ataupun kata, hal ini berhubungan dengan nilai-nilai tertentu sebagai representasi dari budaya. Drama Arifin C. Noer berjudul Sumur Tanpa Dasar menggambarkan beberapa nilai bangsa Indonesia yang dapat diajarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Berfokus pada beberapa nilai budaya Indonesia dan praktek pengajaran BIPA, artikel ini menganalisis isi drama secara lebih dekat menggunakan analisis dokumen dan mendeskripsikan praktek-praktek pengajaran secara kualitatif. Beberapa nilai budaya Indonesia yang ditemukan dalam drama tersebut adalah gotong royong, solidaritas sosial, ketekunan, daya juang, hemat, spiritualitas dan kemandirian. Nilai Indonesia ini yang tergambar dalam drama berguna sebagai materi pembelajaran membaca, menulis,  berbicara dan mendengarkan. Secara spesifik di kelas drama, beragam aktifitas pembelajaran BIPA menggunakan drama ini adalah 1) pembacaan lantang, 2) monolog, 3) pembacaan drama dalam grup, 4) mini drama, dan 5) refleksi.Kata kunci: nilai-nilai Indonesia, praktek pengajaran BIPA, “Sumur Tanpa Dasar”

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2: LITERA (JULY 2025) Vol. 24 No. 1: LITERA (MARCH 2025) Vol. 23 No. 3: LITERA (NOVEMBER 2024) Vol. 23 No. 2: LITERA (JULY 2024) Vol. 23 No. 1: LITERA (MARCH 2024) Vol. 22 No. 3: LITERA (NOVEMBER 2023) Vol. 22 No. 2: LITERA (JULY 2023) Vol 22, No 1: LITERA (MARCH 2023) Vol 22, No 1: LITERA (MARCH 2023) -- IN PRESS Vol 21, No 3: LITERA (NOVEMBER 2022) Vol 21, No 2: LITERA (JULY 2022) Vol 21, No 1: LITERA (MARCH 2022) Vol 20, No 3: LITERA NOVEMBER 2021 Vol. 20 No. 3: LITERA NOVEMBER 2021 Vol 20, No 2: LITERA JULI 2021 Vol 20, No 1: LITERA MARET 2021 Vol 19, No 3: LITERA NOVEMBER 2020 Vol 19, No 2: LITERA JULI 2020 Vol 19, No 1: LITERA MARET 2020 Vol 18, No 3: LITERA NOVEMBER 2019 Vol 18, No 2: LITERA JULI 2019 Vol 18, No 1: LITERA MARET 2019 Vol 17, No 3: LITERA NOVEMBER 2018 Vol 17, No 2: LITERA JULI 2018 Vol 17, No 1: LITERA MARET 2018 Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017 Vol 16, No 1: LITERA APRIL 2017 Vol 15, No 2: LITERA OKTOBER 2016 Vol 15, No 1: LITERA APRIL 2016 Vol 14, No 2: LITERA OKTOBER 2015 Vol 14, No 1: LITERA APRIL 2015 Vol 13, No 2: LITERA OKTOBER 2014 Vol 13, No 1: LITERA APRIL 2014 Vol 12, No 2: LITERA OKTOBER 2013 Vol 12, No 1: LITERA APRIL 2013 Vol 11, No 2: LITERA OKTOBER 2012 Vol 11, No 1: LITERA APRIL 2012 Vol 10, No 2: LITERA OKTOBER 2011 Vol 10, No 1: LITERA APRIL 2011 Vol 9, No 2: LITERA OKTOBER 2010 Vol 9, No 1: LITERA APRIL 2010 Vol 8, No 2: LITERA OKTOBER 2009 Vol 8, No 1: LITERA APRIL 2009 Vol 7, No 1: LITERA APRIL 2008 Vol 6, No 1: LITERA JANUARI 2007 Vol 5, No 1: LITERA JANUARI 2006 Vol 4, No 2: LITERA JULI 2005 Vol 4, No 1: LITERA JANUARI 2005 Vol 3, No 2: LITERA JULI 2004 Vol 3, No 1: LITERA JANUARI 2004 Vol 2, No 1: LITERA JANUARI 2003 More Issue