Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEMANFAATAN MESOPORI SILIKA UNTUK PEMISAHAN SELEKTIF SENYAWA PADA TEH HITAM (Camelia sinensis L.) Husein, Sri Gustini; Sundalian, Melvia
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 1 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No 1, 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.484 KB)

Abstract

Teh (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) merupakan bahan minuman  kedua yang paling  banyak diminati di dunia setelah air mineral. Pengembangan  metode isolasi  senyawa  metabolit  sekunder teh hitam perlu menjadi perhatian mengingat potensi dan manfaatnya. Salah satu metode yang dapat pilih yaitu dengan menggunakan material mesopori. Pada penelitian ini mesopori dibuat dari campuran CTAB (Cetyl Trimetil Amonium Bromide), etanol absolut, ammonium hidroksida, asam borat, dan TEOS (Tetraethyl Orthosilicate) yang karakterisasi menggunakan instrument Scanning Electron Microscopic, Transmition Electron Microscopic, dan  Fourier Transform Infrared. Selain itu, mesopori silika juga dilakukan penjerapan terhadap ekstrak teh hitam  yang bertujuan mengisolasi senyawa metabolit sekunder teh hitam, salah satunya kuersetin. Pemastian kadar kuersetin dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil karakterisasi menunjukan bahwa mesopori silika yang dibuat memiliki partikel dengan diameter antara 10-20 nm dan bersifat amorf. Berdasarkan proses penjerapan mesopori terhadap ekstrak hitam menghasilkan fraksi yang memiliki kadar kuersetin sebesar 0,8753 ppm. Mesopori silika dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk menjerap beberapa metabolit sekunder  teh hitam, walaupun belum dapat diaplikasikan proses permurnian isolat.
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NATRIUM KURKUMIN Winingsih, Wiwin; Husein, Sri Gustini; Sundalian, Melvia
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1, 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.604 KB)

Abstract

Kunyit (Curcuma domestica L.) termasuk family Zingiberaceae yang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Kunyit telah banyak digunakan sebagai pewarna makanan, penambah rasa, dan obat tradisional. Peningkatan kelarutan kurkumin telah terbukti dapat meningkatkan bioavaibilitas dan juga efek farmakologinya. Pembuatan garam kurkumin larut air dilakukan dengan cara reaksi penggaraman dengan menggunakan natrium metoksida sehingga menghasilkan natrium kurkumin yang diharapkan dapat meningkat kelarutannya. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan karakterisasi garam kurkumin dengan spektrofotometri UV-Vis, FTIR, LC-MS, HPLC, dan KLT. Garam natrium Kurkumin dengan perbandingan molnatrium : kurkumin ( 1:1 ) dapat meningkatkan kelarutan kurkumin dalam air sebesar 620 kali. Hasil karakteristik garam kurkumindengan spektrofotometri menunjukann adanya perubahan  panjang gelombang maksimum (λ maks) dari 450 nm menjadi 350 nm. Garam natrium kurkumin menunjukkan adanya substitusi atom H oleh natrium yang mengakibatkan turunnya intensitas puncak pada daerah 3500-3000 cm-1. Hasil ujikarakteristik dengan KLT garam kurkumin dan kurkumin memiliki sedikit perbedaan nilai Rf. Garam natrium kurkumin dapat dibuat dengan mereaksikan natrium metoksida dan kurkumin.
DETERMINASI KADAR KAFEIN PRODUK TEH HITAM INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRARED Melvia - Sundalian; Ilma - Nugrahani
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.816 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v7i1.73

Abstract

AbstrakTeh hitam merupakan salah satu bahan minuman yang sangat diminati di Indonesia. Pada umumnya, penilaian kualitas produk teh hitam dilakukan oleh tea taster menggunakan metode organoleptis. Variabilitas komposisi kandungan kimia merupakan faktor penting yang menentukan rasa, aroma, dan manfaat terhadap kesehatan. Kafein merupakan senyawa alkaloid golongan metilxantin menjadi perhatian khusus, mengingat kandungannya yang cukup tinggi dan berperan pada penentuan kualitas teh hitam. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis kadar kafein pada produk teh hitam dengan Spektrofometer FTIR (Fourier Transform Infrared). Sampel teh hitam yang diuji berasal dari 12 produk teh hitam yang beredar di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan metode ini dapat memberikan hasil analisis yang baik dengan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,997, Relatif Standar Deviation (RSD) sebesar 1,2743 %, serta nilai persentase rekoveri dengan rentang 97 - 102 %. Selain itu, hasil analisis kadar kafein teh hitam menunjukkan bahwa kadar kafein berada pada rentang 1 – 5%. Sampel BBT_GOL memiliki kadar kafein terendah dengan persentase sebesar 1,56 %, sedangkan sampel BBT_QUA memiliki kadar kafein tertinggi, dengan persentase kadar sebesar 4,44%.  Kata kunci: Teh Hitam, Fourier Transform Infrared, Kafein  AbstractBlack tea is one of the most popular beverage ingredients in Indonesia. Generally, tea quality assessment is done by tea taster using organoleptic method. The variability of chemical composition is an important factor that determines taste, flavor, and health benefits. Caffeine is a type of methylxanthin alkaloid compound of particular concern, given its high content and a role in determining the quality of black tea. The analysis of caffeine content has been done in black tea product with FTIR (Fourier Transform Infrared) Spectrophotometer. The sample of black tea tested from 12 black tea products marketing in Indonesia. The result of the analysis shows that this method can give good analysis result with correlation coefficient value (R2) equal to 0.997, Relative Standard Deviation (RSD) equal to 1.2743%, and value of recovery percentage with range 97 - 102%. The results showed that black tea analysis for caffeine content in range 1 - 5%. In Sample BBT_GOL caffeine content averages at 1.56% (lowest), while in sample BBT_QUA caffeine content averages at 4.44% (highest).  Keywords: Black Tea, Fourier Transform Infrared, Caffeine
STUDI SPEKTRUM DERIVATIF FTIR DAGING SAPI DAN DAGING BABI SETELAH MELALUI REAKSI ENZIMATIS Adang - Firmansyah; Melvia - Sundalian; Oo - Suprijana; Resti Pahlawati Fauziah
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.461 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v7i2.78

Abstract

AbstrakKasus pemalsuan daging sapi dengan daging babi masih tetap ditemukan dan memiliki perhatian serius terkait dengan masalah halal terutama di Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim. Analisis spektrum FTIR memungkinkan untuk dapat menganalisis perbedaan kandungan protein pada daging babi dan sapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daging sapi dan daging babi dengan FTIR dengan reaksi enzimatis menggunakan enzim protease. Sampel dibuat dalam beberapa kelompok yaitu sampel daging tanpa penambahan enzim, sampel dengan enzim protease, sampel yang tidak dikeringkan, serta sampel yang dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan FTIR dapat membedakan daging sapi dan daging babi. Spektrum FTIR yang dihasilkan memiliki keterulangan yang baik dan serapan khas dari daging sapi maupun daging babi. Spektrum derivatif pertama FTIR daging babi menghasilkan perbedaan pita-pita serapan pada bilangan gelombang 1318 cm-1, 1019-1066 cm-1, 705 cm-1, 681 cm-1 yang tidak ditemukan pada daging sapi.Kata kunci : daging sapi, daging babi, reaksi enzimatis, spektrofotometri FTIR, spektrumderivatif pertamaAbstractAdulteration case of beef with pork still remain found and had serious attention due to halal issue especially in Indonesia as a moslem majority country. FTIR spectrum analysis makes it possible to analyze differences in protein content in pork and beef. This study aims to analyze the beef and pork with FTIR with enzymatic reaction using protease enzymes. Samples were made in several groups, namely samples without enzyme addition, samples with protease enzymes, non-dried samples, and dried samples. The result of this research indicate that FTIR method successfully differentiate beef to pork. The analysis result showed the measurument using FTIR spectrum were relative repeatable and produced some unique bands both pork or beef. The first derivative spectrum FTIR of pork produced different absorption bands at wave numbers 1318 cm-1, 1019-1066 cm-1, 705 cm-1, 681 cm-1 which were not found in beef.Keywords : beef, pork, denaturation of enzyme, spektrofotometri FTIR, first derivative spectrum
Nutritional value and contamination testing assistance for the improvement of the processed food products quality Syarif Hamdani; Adang Firmansyah; Muhammad Ismail Faruqi; Dewi Astriany; Sri Gustini; Wiwin Winingsih; Melvia Sundalian; Nur Asni Setiani; Putri Afiyanti
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 8, No 4 (2023): November 2023
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v8i4.11295

Abstract

Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) are one of the business sectors driving the country's economy. MSMEs produce many quality products that can compete in the market, where one of the products that is marketed quite a lot is food products. Several MSMEs in the Purwakarta Regency area have not included information on nutritional value and contamination on labels or packaging so these products cannot be widely marketed or traded in official stores and can only be marketed in their production areas. The Community Service activities carried out aim to carry out nutritional value and contamination tests, followed by improving product quality through workshops and mentoring. The food products targeted are simping and instant turmeric drinks produced by MSMEs in Pondoksalam District, Purwakarta Regency. Laboratory test results show that instant turmeric does not meet several SNI standard parameters, so quality improvement is still needed to be able to adapt it to become a product that meets standards. The results of the questionnaire show that several MSME owners in the Purwakarta area have a poor understanding of food product quality standards and ways to improve them. The coaching program for community service activities shows an increase in knowledge and understanding so that food products from Purwakarta MSMEs are expected to meet product quality standards in the future.
Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Terhadap Kadar Amoksisilin dan Asam Klavulanat dari Produk Ruahan (Bulk) Sirup Kering Co-Amoxiclav Sundalian, Melvia; Husein, Sri Gustini; Ayuningtyas, Vidya Putri Putri
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.367 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v11i1.177

Abstract

Co-Amoxiclav merupakan antibiotik kombinasi antara amoksisilin dan asam klavulanat yang digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri yang sudah resisten terhadap amoksisilin tunggal. Amoksisilin dan asam klavulanat memiliki gugus cincin β-laktam yang mudah terhidrolisis jika kondisi penyimpanan tidak sesuai. Untuk itu dilakukan monitoring kadar amoksisilin dan asam klavulanat pada produk ruahan saat proses penyimpanan selama proses produksi berlangsung. Waktu dan suhu penyimpanan mempengaruhi penurunan kadar zat aktif dalam produk ruahan. Penentuan kadar dilakukan dengan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) dengan fase gerak metanol : NaH2PO4 0,05 M (10:90) dengan fase diam kolom inertsil ODS 4 ukuran 150 x 4,6 mm 5 µm, laju alir 1,0 mL/menit dengan volume injek 20 µl pada panjang gelombang 220 nm. Sampel produk ruahan ini disimpan pada suhu chiller (2-8°C), suhu AC 24 jam (16-25°C) dan suhu ambient (< 30°C) selama 12 hari dengan waktu pengujian pada hari ke-0, 4, 8 dan 12. Penurunan kadar amoksisilin dan asam klavulanat yang paling signifikan terjadi pada suhu ambient (< 30°C), sedangkan kondisi penyimpanan yang paling stabil terhadap kadar amoksisilin dan asam klavulanat yaitu pada suhu chiller (2-8°C). Lama penyimpanan produk ruahan yang disarankan tidak lebih dari 4 hari.
PENENTUAN KELARUTAN KURKUMIN DALAM DELAPAN PELARUT ORGANIK GUNA PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI BERBAHAN DASAR KURKUMIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DAN GRAVIMETRI Sahari, Yuni; Rahmat, Sendi Dwi; Rahmawati, Sarah Rifka; Firmansyah, Adang; Sundalian, Melvia
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58327/jstfi.v12i2.222

Abstract

Kurkumin merupakan senyawa kurkuminoid terdiri dari demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan kurkumin yang merupakan hasil isolasi dari rimpang tanaman kunyit (Curcuma Longa Linn). Kurkumin telah terbukti memiliki aktivitas farmakologis, seperti antiinflamasi, antioksidan, antivirus, antimalaria, antiparasit, dan antimikroba dibidang pengobatan. Data kelarutan merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan dalam proses isolasi, ekstraksi, rekristalisasi dan praformulasi suatu obat di bidang industri, akan tetapi kurkumin belum memiliki data kelarutan yang spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan kurkumin dalam pelarut asetonitril, air, kloroform, metanol, etanol, etil asetat, n-heksana, dan aseton menggunakan metode shake-flask saturation. Konsentrasi kurkumin yang terlarut dalam masing-masing pelarut ditentukan secara spektrofotometri dan gravimetri. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada kelarutan kurkumin dalam pelarut etil asetat sebesar 16,69 mg/mL; pada etanol 7,856 mg/mL; pada asetronitril 7,421 mg/mL; pada aseton 7,395 mg/mL; pada methanol 5,568 mg/mL; pada kloroform 3,544 mg/mL; pada air 0,165 mg/mL; dan pada n-heksana 0,101 mg/mL. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelarutan kurkumin tertinggi dalam asetonitril dan terendah dalam pelarut n-heksana.Kata Kunci: Kurkumin, kelarutan, spekrtofotometri, gravimetri
ANALISIS MUTU DAN PENENTUAN UMUR SIMPAN PRODUK-PRODUK USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KECAMATAN PONDOK SALAM Fadillah, Nisrina Nur; Husein, Sri Gustini; Sundalian, Melvia
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 13, No 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58327/jstfi.v13i1.240

Abstract

Pangan olahan adalah makanan atau minuman yang diolah melalui metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Keamanan pangan olahan diperlukan untuk memastikan kelayakan konsumsi sehingga produk harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan sebelum dijual. Sejumlah produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta belum menjalani pengujian mutu dan penentuan umur simpan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis mutu dan menentukan umur simpan produk tersebut menggunakan metode pendekatan Arrhenius dengan parameter kadar air. Produk yang diuji yaitu keripik pisang manis dan asin, basreng original dan pedas, sale pisang stik dan lebar, pungpa, serta ladu. Berdasarkan hasil penelitian, hanya produk keripik pisang asin sudah memenuhi standar mutu SNI sedangkan produk lainnya belum memenuhi standar karena tingginya kadar lemak, rendahnya kadar protein, serta produk sudah terkontaminasi oleh Bacillus spp. Hasil penentuan umur simpan keripik pisang asin adalah 56 hari, keripik pisang manis 74 hari, basreng original 31 hari, basreng pedas 50 hari, sale pisang lebar 174 hari, sale pisang stik 177 hari, dan keripik pungpa 59 hari.
Review: Analisis Komponen Senyawa Kimia Krokot (Portulaca oleraceae L. dan Portulaca grandiflora Hook.): Review: Component Analysis of Purslanes Chemicals Compound (Portulaca oleraceae L. andPortulaca grandiflora Hook.) Sri Gustini Husein; Melvia Sundalian; Nurul Husna
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 2 (2021): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v3i2.278

Abstract

Purslanes are medicinal plants from the Portulacaceae family which has more than 100 species, including Portulaca oleraceae L. and Portulaca grandiflora Hook. Both types of purslanes have the potential to become natural medicines due to the presence of active chemical compounds that produce various pharmacological effects. This review compiled the data concerning chemical compounds found in those two types of purslanes, the method of analysis, as well as the factors that affect the quality and quantity of chemical compounds so that they can be used as references in determining natural medicinal ingredients by selecting purslanes based on their desired phytochemical compounds and the appropriate analysis. The data were collected by a method of searching research journals on Google Scholar using certain keywords. From this review, the results showed that the chemical compounds found in the two types of purslanes are phenolic, flavonoid, fatty acid, sterol, terpenoid, and alkaloid. These components can be analyzed using spectroscopic and chromatographic methods for both qualitative and quantitative analysis. Some factors that need to be considered in the analysis of these components are the analytical method used, the method of extraction, the solvents, the plant varieties and genotypes, the part of the plant used, the growth time and harvest time of the sample, and the conditions in which the samples grew.
Kajian Metode Ekstraksi dan Analisis Senyawa Astaxanthin yang Terkandung dalam Udang: Study of Extraction Methods and Analysis of Astaxanthin Compounds Contained in Shrimp Melvia Sundalian; Sri Gustini Sri Gustini; Fany Fistika Rishadi
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2021): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v3i4.337

Abstract

Astaxanthin merupakan senyawa yang memiliki beragam aktivitas bermanfaat yang terdapat dalam organisme laut, sebagai contoh yaitu udang. Bagi beberapa negara, udang merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor ekspor dimana daging udang diolah untuk kegiatan ekspor dan bagian kepala, cangkang, karapas, dan ekornya tidak digunakan atau bahkan menjadi limbah. Kurangnya pengetahuan dan metode pengolahan yang tepat menjadi salah satu penyebab banyaknya limbah yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam limbah udang masih terkandung senyawa astaxanthin yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi suatu produk atau olahan yang dapat memiliki nilai tambah. Di dalam tinjauan ini dihimpun data ekstraksi dan identifikasi senyawa astaxanthin dalam udang, sehingga dapat menjadi referensi dalam menentukan metode ekstraksi dan identifikasi senyawa astaxanthin. Beberapa spesies udang juga telah diteliti terkait kandungan astaxanthin dan menunjukkan bahwa senyawa astaxanthin yang terkandung dalam setiap spesies bervariasi. Beragamnya kandungan astaxanthin baik pada spesies yang sama maupun spesies yang berbeda dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari masing-masing spesies udang.