Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Formulasi Granul Effervescent Sari Kering Lidah Buaya sebagai Makanan Tambahan Wijayati, Muthmaina; Saptarini, Nyi Mekar; Herawati, Irma Erika
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.501 KB) | DOI: 10.15416/ijpst.v1i1.7507

Abstract

Lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, tetapi rasanya pahit sehingga jarang dikonsumsi langsung. Rasa pahit ini diatasi dengan cara dibuat sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan granul effervescent sari kering lidah buaya sebagai makanan tambahan. Tahapan penelitian meliputi pembuatan sari kering, penapisan fitokimia, formulasi sediaan granul effervescent, uji kualitas, dan uji kesukaan granul effervescent. Hasil freeze drying berupa sari kering sebesar 7,57%. Penapisan fitokimia menunjukkan adanya kuinon, flavonoid, dan saponin. Granul effervescent diformulasikan dengan konsentrasi sari kering 20% (F1), 25% (F2), dan 30% (F3). Hasil uji kualitas granul menunjukkan bahwa granul effervescent yang dibuat memenuhi persyaratan yang baik dengan kadar air sebesar 0,20-0,21%; kerapatan curah 0,534-0,5384 g/mL; kerapatan mampat 0,6154-0,6178 g/mL dengan indeks Carr 13,29±0,025%; kecepatan alir 9,61-9,71 g/s; sudut istirahat 27,15-27,79o; pH 5,82-5,8; serta F1 sebagai formula yang paling disukai. Kata kunci: Granul effervescent, lidah buaya, makanan tambahan, sari kering
The Oral Health and Comorbid Diseases Knowledge Between Urban and Rural Community during Pandemic Wahyuni, Indah Suasani; Herawati, Irma Erika; Puspitasari, Irma Melyani; Mutakin, Mutakin; Milanda, Tiana; Levita, Jutti
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 18, No 1 (2022)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v18i1.31454

Abstract

The restriction of social mobility and activity during the COVID-19 pandemic has been implemented to stop the deadly transmission of the SARS-CoV2 virus. People are forced to stay at home and strictly perform the COVID-19 health protocol in their daily activities. Currently, a continuous self-maintenance of the health, including oral health, is considered the best strategy worldwide. This community service activity aimed to assess the knowledge of the urban and rural adult community about oral health, comorbidity, and the quality of life (QoL) during this pandemic situation by using a pre-and post-test quasi-experimental design with an intervention of health-knowledge sharing using leaflets and videos, and a WHOQOL 2012 questionnaire to study the QoL. Paired t-test was used as statistical analysis. Total respondents were 131 (n = 76 for urban and n = 55 for rural), selected using the purposive sampling method. There was a significant difference between the results of the pre-test and post-test in both urban and rural groups (t count ranged from 1.69 to 5.98; p 0.05). Based on the WHOQOL 2012 questionnaire, both urban (90.79%) and rural (87.27%) respondents indicated a good QoL, while the remaining was scored as medium. Physical conditions/pain was the main domain that directly affects the QoL in both communities. It could be concluded that the knowledge-sharing intervention to the community gave a good impact in enhancing the knowledge of the respondents, however, a continuous program should be further carried out for better results. 
AKTIVITAS IMUNOMODULATOR REGIMEN ISOLAT MANGOSTIN, KURKUMINOID, PIPERIN, METIL SINAMAT DAN VITAMIN C DENGAN METODE CARBON CLEREANCE Fauzi, Novi Irwan; Sari, Nia Kurnia; Fathurrahman, Muhammad Hilmi; Firmansyah, Adang; Ferdiansyah, Rival; Ismayadi, Pupung; Herawati, Irma Erika
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 7 No 3 (2024): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/7sr0rm77

Abstract

The regimen of test materials consisting of mangostin isolate, curcuminoid, piperine, methyl cinnamate, and vitamin C is combined to help increase body immunity (immunostimulant). Immunostimulant activity testing was carried out using the carbon clearance method. 30 male Wistar rats were randomly divided into 5 groups, namely the normal control group, the comparison drug control, and dose groups I, II and III where the regimen of the test material was given at consecutive doses of 7.2; 72; 720 mg /kg respectively. The treatment was given for 6 days, then a carbon suspension dose of 0.5 mL / BW was given intravenously. Blood samples from the tail vein at 5, 10, and 15 minutes were measured for absorbance using a UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 650 nm. Phagocytosis constant and Phagocytosis Index (IF) were determined to assess immunostimulant activity. The phagocytosis constant in the regimentation of the test material showed a faster pattern in eliminating carbon compared to the normal control group and the reference drug. The regimentation of the test material also had an IF value > 1.5 which is a strong immunostimulant category.
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS KUESIONER PENGGUNAAN OBAT BATUK PILEK DI LINGKUNGAN GRIYA BANDUNG INDAH Herawati, Irma Erika; Risfayanti, Iffa; Sari, Diah Ratna; Umam, Khotibul
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.36655

Abstract

Batuk pilek adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat virus, yang umumnya merupakan self-limiting disease dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik. Obat-obat yang digunakan adalah obat bebas, yang umumnya dalam bentuk kombinasi tetap, dengan komposisi zat aktif bervariasi. Uji validitas dan reabilitas kuesioner penting dilakukan sebelum memulai sebuah penelitian. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan sebuah kuesioner yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Swamedikasi merupakan perilaku masyarakat agar mendapatkan solusi terkait masalah kesehatan, untuk alasan inilah swamedikasi harus diawasi oleh apoteker.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dari kuesioner penggunaan obat batuk pilek pada masyarakat, khususnya masyarakat di lingkungan Griya Bandung Indah, Bandung, Jawa Barat. Desain penelitan yang digunakan yaitu cross sectional dengan cara melakukan survey melalui media kuesioner. Didapatkan 14 responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Kuesioner berisi 10 pertanyaan dengan model pilihan ganda terkait dengan informasi batuk pilek. Analisis validitas menggunakan teknik Product Moment Pearson sementara uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Chronbach. Hasil analisis menunjukkan bahwa uji coba validitas pada kuesioner terdapat terdapat 7 pertanyaan valid dan 3 pertanyaan tidak valid karena nilai korelasi kurang dari 0,532.  Pada uji reliabilitas kuesioner didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,717 atau lebih dari 0,60 sehingga kuesioner dinilai reliabel, sehingga kuesioner yang diberikan dapat menghasilkan data yang benar.
Kandungan Senyawa Fenol dan Flavonoid dalam Beberapa Varietas Biji Kedelai dan Produk Olahan Kedelai Hasanah, Siti Uswatun; Herawati, Irma Erika; Sari, Nitta Nurlita
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 11 No. 1 (2025): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v11i1.747

Abstract

Kedelai merupakan salah satu tanaman polong-polongan dan mempunyai beberapa varietas unggul yang dibudidayakan dan dikembangkan dari berbagai cara, yakni melalui program pemuliaan dengan persilangan buatan dan mutasi, dan menghasilkan varietas dengan biji kecil, besar dan sedang. Kedelai biasanya menjadi berbagai macam hasil produk pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu dan lain-lain. Tempe mengandung kandungan bioaktif yang memiiki aktivitas antioksidan, dimana senyawa bioaktif itu adalah isoflavon dan komponen fenol. Penelitian ini dilakukan terhadap enam jenis varietas biji kedelai dan keenam varietas tersebut diolah menjadi produk tempe dengan tiga waktu fermentasi yang berbeda yaitu, 42 jam, 47 jam dan 52 jam. Seluruh varietas biji kedelai dan tempe diekstrak dengan cara maserasi dan dilakukan analisis kandungan fenol dan flavonoid dengan menggunakan sektrofotometer. Enam varietas biji kedelai memiliki kandungan fenol dan flavonoid yang berbeda. Kandungan fenol tertinggi dimiliki oleh biji kedelai varietas gepak kuning (2,446/100 gram ekstrak), dan kandungan flavonoid tertinggi dimiliki oleh biji kedelai varietas Deja 1 dan Derap 1 (0,366/100 gram ekstrak). Kandungan fenol dan flavonoid dalam tempe meningkat setelah proses fermentasi, dengan lama waktu antara 42-47 jam.
Antibacterial Effect of Ethanol Extracts of Murraya paniculata Leaves, Smallanthus sonchifolius Leaves, Apis trigona Honey, and their Combination Against Staphylococcus epidermidis Kusuma, Sri Agung Fitri; Herawati, Irma Erika; Nugrahaningtiyas, Felika
Chimica et Natura Acta Vol 13, No 2 (2025)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cna.v13.n2.55483

Abstract

Several studies have reported that combining plant extracts may enhance their efficacy against specific bacterial infections. This study aimed to analyze the antibacterial interaction of ethanol extracts of Murraya paniculata leaves, Smallanthus sonchifolius leaves, Apis trigona honey, and their combinations against Staphylococcus epidermidis ATCC 12228, as each component has shown individual antibacterial activity against this bacterium. The antibacterial interactions of the test materials, both individually and in combination, were evaluated using the agar diffusion method with clindamycin phosphate as the standard antibiotic. The minimum inhibitory concentration (MIC) of the most potent extract was determined through the microdilution method according to the Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) guidelines, while the minimum bactericidal concentration (MBC) was assessed via subculture on solid media. Among all tested substances, the S. sonchifolius leaf extract exhibited the highest antibacterial activity, with similar MIC and MBC values ranging from 15.625 to 31.25 mg/mL. Interaction tests revealed a significant difference, showing that the combination of all three agents had an antagonistic effect, whereas the combination of both leaf extracts produced a synergistic antibacterial effect. However, the inhibitory effect of the combination was not greater than that of the yacon extract alone. In conclusion, S. sonchifolius leaf extract demonstrates strong potential as a single antibacterial agent against S. epidermidis.
Analysis of antioxidant and standardization of ethanol extract of rumput mutiara (Oldelandia corymbosa L.) Herawati, Irma Erika; Saepudin, Syumillah
Pharmaciana Vol. 15 No. 2 (2025): Pharmaciana
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/pharmaciana.v15i2.27939

Abstract

The majority of traditional medicinal plants in Indonesia lack scientific validation. Scientific assessment, in conjunction with traditional knowledge, is crucial for acquiring effective pharmaceuticals for commercial use. Rumput mutiara (Oldelandia corymbosa L) is a member of the Rubiaceae family and has been utilized as a traditional medicinal plant for the treatment of various ailments. The objective of this research was to assess the quality of both specific and non-specific parameters and to investigate the antioxidant potential of rumput mutiara. Antioxidant activity was evaluated with 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazy (DPPH). The findings for non-specific parameters indicated that the shrinkage drying of the extract and the water content were 18.00 ± 0.000% and 12.20 ± 0.000%, respectively. Simultaneously, particular parameters indicate that the extracts possess a distinct odor, exhibit a blackish-brown hue, and display a viscous consistency. Microscopic parameters of rumput mutiara simplicia showed fragments such as anthers, leaf mesophyll, epidermis and stomata, transport bundles, stem parenchym, and sclerenchyma. Spesific parameters, such as the water-soluble content, and ethanol-soluble compounds were 72.00 ± 0.000 % and 35.00± 0.000 % , respectively. In addition, TLC profiles showed that secondary metabolites of extract  were 6 alkaloids, 5 phenolics, 5 flavonoids, 5 tanins, 3 saponins, 5 steroid, and 5 glycosides. The extract has strong antioxidant activity with IC50 value of 14.11 ±0.008 µg/mL.
Daidzein and Genistein Content in Tempeh Products from Several Local Soybean Varieties: Kandungan Daidzein dan Genistein Dalam Produk Tempe Dari Beberapa Varietas Kedelai Lokal (Glycine Max (L.) Merrill) Uswatun, Siti; Fitriansyah, Sani Nurlaela; Herawati, Irma Erika
Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) Vol. 11 No. 2 (2025): October 2025
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/j24428744.2025.v11.i2.17247

Abstract

Background: Tempeh is a widely consumed food due to its health benefits, affordability, and suitability for long-term consumption. The production process of tempeh from soybeans involves several stages, including soaking, dehulling, and inoculation with Rhizopus oligosporus yeast. Fermentation plays a key role in enhancing the nutritional quality of tempeh, particularly by increasing the levels of aglycone isoflavones. Tempeh contains three major types of aglycone isoflavones: daidzein, glycitein, and genistein. Among these, daidzein and genistein are classified as phytoestrogens due to their structural similarity to endogenous estrogen and their associated health-promoting properties. Objectives: This study was conducted on six different soybean seed varieties and their corresponding tempeh products, processed using traditional methods and subjected to three different fermentation durations (42, 47, and 52 hours). Methods: Soybean seeds and tempeh samples were extracted using a cold extraction method and analyzed for daidzein and genistein content through the standard addition method. Results: The results indicated variations in daidzein and genistein content across the six soybean varieties and among tempeh products fermented for different durations. The tempeh produced from the Dering 1 soybean variety showed the highest daidzein content (2.59%), while the Devon 1 variety exhibited the highest genistein content (2.13%) after 47 hours of fermentation. Conclusions: These findings support the potential of tempeh made from local soybean varieties as a functional food, due to their elevated levels of bioactive isoflavones.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Hipertensi dan Diabetes Melitus di Desa Kayuambon Lembang Kabupaten Bandung Barat Ulfah, Maria; Herawati, Irma Erika; Risfayanti, Iffa; Tristiyanti, Deby; Sari, Nia Kurnia; Fauzi, Novi Irwan; Faturrahman, M. Hilmi; Rusmana, Wempi Eka
Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat
Publisher : Progran Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpm.v5i1.294

Abstract

Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang perlu menjadi perhatian khusus karena kasusnya terus meningkat setiap tahun. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kedua penyakit dapat mempengaruhi efektivitas upaya pencegahan dan pengobatan dalam pengendalian penyakit.  Untuk itu, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia melakukan pengabdian kepada masyarakat di  Apotek Kiwi, Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung yang berupa pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan asam urat sebagai deteksi dini agar masyarakat dapat mengetahui status kesehatannya terutama terkait dengan risiko hipertensi dan diabetes melitus.  Didapatkan 37 responden dari 97 peserta Pengabdian kepada Masyarakat yang bersedia untuk mengisi kuesioner dan diukur tingkat pengetahuannya mengenai hipertensi dan diabetes melitus sebagai uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang disusun oleh Tim Pengabdian Masyarakat PSPPA Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.  Kuesioner berisi 10 item pertanyaan model pilihan ganda terkait dengan informasi hipertensi dan diabetes melitus yang sudah sering dipromosikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui media sosial.  Analisis validitas menggunakan teknik Product Moment Pearson sementara uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Chronbach.  Hasil analisis menunjukkan validitas instrumen terhadap 10 item pertanyaan menunjukkan bahwa terdapat 7 item pertanyaan yang dinyatakan valid dengan nilai korelasi lebih besar dari 0,352.  Sedangkan uji reliabilitas kuesioner meunjukkan nilai Alpha’s Cronbach >0,60 yaitu 0,697 sehingga instrumen dapat dinyatakan reliabel atau konsisten.  Hal tersebut dapat menjadi peluang untuk kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat selanjutnya untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait hipertensi dan diabetes melitus.
ANALISIS POLA PENYIMPANAN OBAT BERDASARKAN SUHU RUANGAN PADA PEDAGANG BESAR FARMASI X DI KOTA BANDUNG Herawati, Irma Erika; Pradana, Eky Septian; Rusmana, Wempi, Eka; Fathurahman, Muhammad Hilmi; Adika, Muhammad Ferdi; Friska, I Gusti Ayu Yohana; Susila, Try Sandi
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.37038

Abstract

Penyimpanan obat merupakan aspek operasional yang sangat penting di Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) guna menjaga mutu dari produk. Obat dengan mutu yang baik merupakan obat yang tidak mengalami penurunan kadar atau perubahan fisik, seperti warna, bau, atau bentuk, selama penyimpanan. Penyimpanan obat harus sesuai dengan kondisi yang tertera pada label produk untuk menjaga kualitas dan efektivitasnya. Dengan menerapkan jaminan kualitas yang baik selama distribusi, dapat secara signifikan mengurangi risiko yang terkait dengan penyimpanan yang tidak tepat dan pada akhirnya meningkatkan tingkat kesembuhan pasien melalui perawatan farmasi yang lebih baik. Oleh karena itu, evaluasi sistem penyimpanan obat salah satunya di PBF perlu dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus 2024 pada PBF X di Kota Bandung dengan metode observasional yang bersifat deskriptif dan evaluatif. Hasil penelitian mengenai sistem penyimpanan obat pada PBF X menunjukkan bahwa sistem penyimpanan yang diterapkan oleh PBF tersebut secara garis besar sudah sesuai dengan CDOB seperti Obat disimpan pada suhu 25°C, sesuai dengan standar suhu kamar yang umumnya stabil untuk sebagian besar obat. Semua prosedur penyimpanan, termasuk kontrol suhu dan kelembaban, dilakukan dengan baik, dan tidak terdapat kekurangan signifikan dalam proses penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Sistem penyimpanan dari PBF X sudah sangat baik dan sesuai pedoman distribusi obat yang baik (CDOB), dengan suhu penyimpanan 25°C untuk menjaga stabilitas dan efektivitas obat.