Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Paramata, Yeni; Sandalayuk, Marselia
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.081 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i1.390

Abstract

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Pada tahun 2013 berdasarkan data riset kesehatan dasar prevalensi KEK di kabupaten Gorontalo sebesar 12,5% pada wanita usia 15-49 tahun yang sedang hamil dan 15,1% pada wanita usia 15-49 tahun yang tidak hamil. Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan, wanita usia subur (WUS) sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Berdasarkan permasalahan diatas penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan kejadian kurang energi kronik pada wanita usia subur (15-49 tahun) di kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan  di kelurahan Tilihuwa, dengan jumlah sampel sebanyak 162 WUS usia 15-49 tahun yang dipilih secara Accidental sampling. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian KEK terbanyak pada kelompok Wanita Usia 15-24 tahun yaitu 13 orang (81,3%), tingkat pendidikan hanya tamatan SD yaitu 7 orang (43,8%), status pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga saja yaitu 10 orang (62,5%) dan seluruhnya yang menderita KEK tidak sedang hamil yaitu 16 orang (100%). Untuk mengurangi risiko KEK pada Wanita Usia Subur agar lebih memperhatikan kesehatan dan konsumsi makanan bergizi terutama pada kelompok usia remaja.
INVESTIGASI WABAH KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTA MOBAGU BARAT Yunus, Malik; Sandalayuk, Marselia
Hibualamo : Seri Ilmu-Ilmu Alam dan Kesehatan Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Hein Namotemo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.175 KB)

Abstract

Chikungunya is a disease that comes from alphaviruses that enter the body through the bite of Aedes Albopictus mosquito. People who suffer from chikungunya usually experience symptoms of headache, joint pain and often hot body, so that the patient will experience pain that causes disruption of activity. Chikungunya usually occurs in areas that are densely populated and tropical or subtropical. Because the main vectors of this disease the same as dengue Aedes Aegypti mosquito, the location of the spread was almost the same. In areas likely to be prone to dengue fever it may also be an area prone to chikungunya (Widoyono, 2008). The aim of this research is to know and get an illustration of Chikungunya disease happening in Modayag Community Health Center area. To know the risk factors associated with Cikungungnya in doing research with Case Study - Control. Selection of Research Samples are as follows: Cases are all Cikungungnya sufferers located in two RT Locations in as source and place of transmission, Control is not suffering Cikungungnya. Data analysis was collected with SPSS, presented in table, graph and narration.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG LABU KUNING TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT DAN PROTEIN COOKIES Hatta, Herman; Sandalayuk, Marselia
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 3 NOMOR 1, APRIL 2020
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.544 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v3i1.892

Abstract

Yellow pumpkin is a commodity that is easily damaged so it needs for off harvest handling including preservation and processing. This study was aimed to determine the carbohydrate, protein content of pumpkin flour and get the best formulation in making cookies from pumpkin flour. The research method used was true experimental design using with completely randomized design (CRD) with variations in the addition of pumpkin flour in the treatment of P0 (60 gr), P1 (100 gr), P2 (150 gr), P3 (150 gr), P4 (250 gr) with two replications. Based on the results of the cookie test, the highest carbohydrate content in P0 treatment was 59.12% in treatment 1 and 57.61% in treatment 2 while the lowest in P4 treatment was 51.36% in replication 1 and 51.83% in replications 2, analysis of variance showed that carbohydrates in cookies significantly affected with addition of pumpkin flour, based on further analysis Duncan's test results (p < 0.00). Protein analysis test results showed that the highest protein content in treatment P4 was 8.44% replications 1 and 7.46% in replications 2, while the lowest in treatment P0 was 7.17% replications 1 and 7.44% in replications 2, analysis the variance showed that the protein in cookies had a very significant effect on the addition of pumpkin flour, based on further analysis Duncan's test results (p < 0.00). It was concluded that the addition of pumpkin flour significantly affected in carbohydrate and protein levels in cookies.Labu kuning adalah komoditas yang mudah rusak sehingga perlu adanya penanganan lepas panen termasuk pengawetan dan pengolahan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan karbohidrat, protein dari tepung labu kuning serta mendapatkan formulasi terbaik dalam pembuatan cookies dari tepung labu kuning. Metode penelitian yang digunakan adalah true experimental design  menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan variasi penambahan tepung labu kuning pada perlakuan P0 (60 gr), P1 (100 gr), P2 (150 gr), P3 (200 gr), P4 (250 gr) dengan perlakuan dua kali ulangan. Berdasarkan hasil uji kue cookies menunjukkan kandungan karobohidat tertinggi pada perlakuan P0 sebesar 59,12% pada pengulangan 1 dan 57,61% pada pengulangan 2 sedangkan terendah  pada perlakuan P4 sebesar 51,36% pada pengulangan 1 dan 51,83% pada pengulangan 2, analisa sidik ragam menunjukkan bahwa karbohidrat pada cookies berpengaruh nyata terhadap penambahan tepung labu kuning, berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (p < 0,00). Hasil  uji analisa protein menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi pada perlakuan P4 sebesar 8,44% pengulangan 1 dan 7,46% pada pengulangan 2, sedangkan terendah  pada perlakuan P0 sebesar 7,17% pengulangan 1 dan 7,44% pada pengulangan 2, analisa sidik ragam menunjukkan bahwa protein pada kue cookies berpengaruh sangat nyata terhadap penambahan tepung labu kuning, berdasarkan hasil uji lanjut Duncan (p < 0,00). Disimpulkan bahwa penambahan tepung labu kuning berpengaruh nyata terhadap kadar karbohidrat dan protein pada cookies.
HUBUNGAN RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA, KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALCOHOL DENGAN FAKTOR RISIKO SINDROM METABOLIK Nuryani; Sandalayuk, Marselia
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 9 No 1 (2020): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v9i1.333

Abstract

Background: Metabolic Syndrome is characterized by visceral obesity, increased triglycerides and glucose, low high lipoprotein density, hypertension. Objective: Identify factors associated with metabolic syndrome.Methods: The observational analytic was using a cross sectional study which was conducted in Telaga Biru Health Center. The number of samples 319 people was collected by purposive sampling. Data analysis using chi square test.Results: The prevalence of metabolic syndrome was 6.0%, hypertension 62.1%, central obesity 53.9% and hyperglycemia 15.4%. There was not association between smoking, alcohol consumption, family history of obesity with hypertension, but there was significant association between family history of hypertension and diabetes mellitus. There was not association between alcohol consumption and family history of obesity with central obesity, but there was significant association between smoking habits, family history of hypertension, obesity and diabetes mellitus. There was not association between smoking habits, history of alcohol consumption, family history of hypertension and diabetes mellitus with hyperglycemia, but there was significant association between family history of obesity.Conclusion: There was significant association between family history of hypertension, diabetes mellitus with hypertension. There was association smoking habits, family history of hypertension, obesity and diabetes mellitus with central obesity. There was significant association between family history of obesity with hyperglycemia.
HUBUNGAN RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA, KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALCOHOL DENGAN FAKTOR RISIKO SINDROM METABOLIK Nuryani; Marselia Sandalayuk
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 9 No 1 (2020): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v9i1.333

Abstract

Background: Metabolic Syndrome is characterized by visceral obesity, increased triglycerides and glucose, low high lipoprotein density, hypertension. Objective: Identify factors associated with metabolic syndrome.Methods: The observational analytic was using a cross sectional study which was conducted in Telaga Biru Health Center. The number of samples 319 people was collected by purposive sampling. Data analysis using chi square test.Results: The prevalence of metabolic syndrome was 6.0%, hypertension 62.1%, central obesity 53.9% and hyperglycemia 15.4%. There was not association between smoking, alcohol consumption, family history of obesity with hypertension, but there was significant association between family history of hypertension and diabetes mellitus. There was not association between alcohol consumption and family history of obesity with central obesity, but there was significant association between smoking habits, family history of hypertension, obesity and diabetes mellitus. There was not association between smoking habits, history of alcohol consumption, family history of hypertension and diabetes mellitus with hyperglycemia, but there was significant association between family history of obesity.Conclusion: There was significant association between family history of hypertension, diabetes mellitus with hypertension. There was association smoking habits, family history of hypertension, obesity and diabetes mellitus with central obesity. There was significant association between family history of obesity with hyperglycemia.
Status Gizi dan Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dungaliyo Kabupaten Gorontalo Tahun 2020: Nutritional Status and Quality Life of the Elderly in the Work Area of Dungaliyo Puskesmas, Gorontalo Regency Sunarti Hanapi; Marselia Sandalayuk; Wahyuni Hafid; Fahira Dilapanga
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 5 No. 2: FEBRUARY 2022 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.819 KB) | DOI: 10.56338/mppki.v5i2.1883

Abstract

Latar Belakang: Proses penuaan merupakan proses yang tidak dapat dihindari. Pada hakikatnya, proses penuaan akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada orang lanjut usia. Perubahan pada lansia terkait dengan penurunan fungsi tubuh yang terjadi secara fisiologis sehingga pada lansia lebih berpotensi terjadi permasalahan kesehatan, baik fisik maupun mental. Jika tidak ditangani dengan tepat, permasalahan kesehatan ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup secara bermakna. Data Badan pusat statistika (BPS) Provinsi Gorontalo tahun 2017 jumlah lansia di Provinsi Gorontalo sebanyak 88,256 orang (7,55%) dari total jumlah penduduk. Data tahun 2020 lansia di Kecamatan Dungaliyo berjumlah 1.967 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran status gizi dan kualitas hidup lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. Metode: Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian deskriptif kuantitatif, penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Dungalio Kecamatan Dungaliyo, waktu penelitian bulan juni-juli 2021. Jumlah populasi 1.967 lansia dan menjadi sampel pada penelitian ini adalah lansia sebanyak 322 menggunakan tehnik purposive random sampling, dengan menggunakan instrumen penelitian ini yaitu kuesioner dan menggunakan analisis penelitian univariat. Hasil: Untuk Status gizi lansia lebih tinggi terdistribusi pada satatus gizi normal berjumlah 158 orang (49%) dan terendah yang terendah status gizi kurang berjumlah 35 orang (10%). Kualitas hidup lansia paling tinggi terdistribusi pada kategori sedang yaitu berjumlah 313 orang (96,9%) sedangkan yang terendah ada pada kualitas hidup rendah yaitu berjumlah 0 orang (0%). Kesimpulan: Status gizi lansia lebih tinggi terdistribusi pada status gizi normal sedangkan kualitas hidup lansia paling tinggi terdistruibusi pada kualitas hidup sedang.
Pembangunan Tempat Sampah Sementara Di Desa Bolihutuo Kecamatan Botumioto Kabupaten Boalemo Safrudin Tolinggi; Moh. Rivandi Dengo; Franning Deisi Badu; Marselia Sandalayuk; Aulia Anisa
Bakti Sekawan : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 1 (2023): Juni
Publisher : Puslitbang Sekawan Institute Nusa Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35746/bakwan.v3i1.357

Abstract

Disposing of household waste carelessly around the house or into the river has become a habit for some people in Bolihutuo Village, causing several environmental-based diseases and polluting the river. Therefore, it is necessary to conduct a study on household waste management based on operational technical aspects, institutions, financing, laws and regulations and community participation. This observational analytic study aims to examine household waste management and the factors related to it, as well as to plan community-based household waste management. The result is that the average household waste generated is 1.46 litters/person/day or 0.38 kg/person/day, which consists of 47% organic waste, 15% paper, 22% plastic, and 16% metal and others. In Bolihutuo Village has not been implemented optimally. Education level, income level, behaviour towards environmental hygiene, knowledge of regional regulations on solid waste, and willingness to pay waste fees are positively correlated with household waste management. Suggestions given include improving waste services, forming village waste management groups, involving the community and the private sector in financing, increasing cross-sectoral coordination and involving community leaders and religious leaders, and implementing strict solid waste regulations.
Determinan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Paguyaman Pantai Kabupaten Boalemo Tahun 2022 Marselia Sandalayuk; Yanti Hz. Hano; Ririn Pakaya
Ahmar Metastasis Health Journal Vol. 3 No. 1 (2023): Ahmar Metastasis Health Journal
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amhj.v3i1.179

Abstract

Determinan kunjungan Antenatal Care (ANC) merupakan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan dan frekuensi ibu hamil dalam mengunjungi layanan ANC selama masa kehamilan. Determinan ini melibatkan berbagai variabel yang dapat mempengaruhi partisipasi ibu hamil dalam kunjungan ANC. Di Ethiopia menunjukkan bahwa pendidikan ibu hamil, pekerjaan, dan tingkat pendapatan keluarga secara signifikan berhubungan dengan kunjungan ANC yang adekuat. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, bekerja, dan memiliki tingkat pendapatan keluarga yang lebih tinggi cenderung lebih sering mengunjungi layanan ANC. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kunjungan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas paguyaman. Metode yang digunakan dalam Studi ini dilakukan dengan menggunakan cross sectional. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data primer dengan jumlah sampel 90 ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Paguyaman. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner yang mencakup variabel umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap dan dukungan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari-juli tahun 2022. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor umur tidak ada hubungan dengan kunjungan antenaltal care pada ibu hamil antara lain; dengan p-value 5,78>α0,05. Fakor determinan lainnya yang tidak berhubungan dengan kunjungan ibu hamil padaBeberapa faor determinan yang mempengeruhi kunjungan antenatal care antara lain tinkat pendidikan dengan p-value 0.013, dan faktor dukungan keluarga dengan p-value 0,052. Dengan memahami faktor-faktor determinan kunjungan ANC, diharapkan dapat diambil langkah-langkah intervensi yang tepat guna meningkatkan cakupan kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Paguyaman. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berguna bagi para pengambil kebijakan kesehatan dalam upaya meningkatkan perhatian terhadap pelayanan ANC yang berkualitas, serta meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya kunjungan ANC selama masa kehamilan.
UPAYA DETEKSI DINI SINDROM METABOLIK BERBASIS KELUARGA MELALUI PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN N Nuryani; Marselia Sandalayuk; Herman Hatta
GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2022): NOPEMBER
Publisher : P3M Universitas Aisyiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30787/gemassika.v6i2.605

Abstract

The incidence of non communicable disease (NCD) such as heart disease, diabetes mellitus, stroke, chronic kidney desease, and obesity in Gorontalo tends to be increase, which is above the national prevalence. The predisposition of NCD generally identified from the incidence of metabolic syndrome which is characterized by obesity, increased triglycerides and blood glucose, low high density lipoprotein (HDL) and hypertension. Metabolic syndrom can increase the incidence of morbidity and mortality due to vascular disease. Early detection the risk of metabolic syndrome can be done through empowering health cadres in carrying out a family based approach in the community. So that the progression of metabolic syndrome can be prevent towards NCD disease. The aim of training health cadres is (1) increasing the role of health cadres in improving health status (2) increasing the abilities and skills of health cadres in identifying risk factors for metabolic syndrome. Implementation of activities in the form of delivering material with lecture methods, interactive discussions and direct practice. The media used in this training was power points, modules and a few materials to support the practice of measuring blood pressure, nutritional status base on body mass index, blood glucose and cholesterol profile. Evaluation of activities using a questionnaire before and after training. The results was indicated an increase in the knowledge and skills of health cadres after attending the training.
Geographical Disparities in Blood Pressure and Dietary Patterns: A Comparative Study of Mountainous and Coastal Communities in Gorontalo, Indonesia Sandalayuk, Marselia; Paramata, Yeni; Pakaya, Ririn; Yasin, Maesarah; Hatta, Herman; Nuryani, Nuryani
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 16, Nomor 2, July-December 2024
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-sihah.v16i2.52011

Abstract

Hypertension, a leading cause of early death worldwide, affects 1.94% of the population in Gorontalo Regency, according to the local Health Department. However, limited studies have examined the relationship between hypertension prevalence and dietary patterns among mountain and coastal communities in this region. The purpose of this study was to explore differences in blood pressure and consumption patterns between people living in mountain areas and coastal areas in Gorontalo District. This research employed an analytic observational design with a cross-sectional approach. The study included 126 participants living in mountain and coastal areas of Gorontalo District, selected using a cluster random sampling technique. Data were collected using a 24-hour food recall questionnaire and a tension meter. The data were analyzed using the chi-square test. The findings revealed no significant differences in systolic blood pressure (p = 0.359, p > 0.05), diastolic blood pressure (p = 0.160, p > 0.05), or sodium consumption patterns (p = 0.324, p > 0.05) between residents of mountainous and coastal areas. However, significant differences were found in fat consumption patterns (p = 0.000, p < 0.05) and carbohydrate consumption patterns (p = 0.004, p < 0.05) between the two groups. It is recommended that residents regularly monitor their blood pressure to detect potential increases and reduce excessive salt consumption.