Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Perbedaan Penambahan Tepung Bekicot (Achatina fulica) pada Pakan Komersil Terhadap Hasil Pemijahan Induk Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Astiyani, Wahyu Puji; B, Muhammad Mut’tashim; Akbarurrasyid, Muhammad; Kristiana, Indra; Prama, Ega Aditya; Sudinno, Dinno
JURNAL MEGAPTERA Vol 3, No 2 (2024): Jurnal Megaptera (JMTR)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jmtr.v3i2.15135

Abstract

Bekicot (Achatina fulica) dapat digunakan sebagai penambahan pakan induk ikan untuk menekan harga pakan yang relatif mahal dan memiliki kandungan protein sebesar 43.15%, sebagai bahan tambahan terhadap pakan komersil. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan penambahan tepung bekicot sebagai penambahan pakan terhadap hasil pemijahan induk ikan bawal (Colossoma macropomum). Penelitian ini menggunakan kolam bak beton sebanyak 3 buah. Penelitian terdiri atas 3 perlakuan, yaitu : pakan komersil tanpa penambahan tepung bekicot sebagai kontrol (K). Perlakuan A penambahan tepung bekicot dengan dosis 30%/kg pakan, perlakuan B penambahan tepung bekicot dengan dosis 40%/kg pakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung bekicot terhadap pakan komersil dengan dosis 40%/kg pakan diperoleh nilai Fekunditas tertinggi yaitu sebanyak 750.000 butir pada tingkat pembuahan telur yaitu sebesar 92% dengan penetasan telur sebesar 98% dan kelangsungan hidup sebesar 91%. Sedangkan terendah yaitu pada perlakuan kontrol dengan tingkat fekunditas sebanyak 588.000 pada tingkat pembuahan telur yaitu sebesar 50% dengan tingkat penetasan telur sebesar 80% dan pada tingkat kelangsungan hidup perlakuan kontrol diperoleh sebesar 79%.Snails can be used as an addition to brood fish feed to reduce the price of feed which is relatively expensive and has a protein content of 43.15%, snails (Achatina fulica) can be used as an additive to commercial feed. The aim of the study was to determine the effect of using the addition of snail flour as an additional feed on the spawning yield of the pomfret (Colossoma macropomum) broodstock. This research uses 3 concrete tub pools. The study consisted of 3 treatments, namely: commercial feed without the addition of snail flour as a control. Treatment A added snail flour at a dose of 30%/kg feed, treatment B added snail flour at a dose of 40%/kg feed. The results showed that the addition of snail flour to commercial feed at a dose of 40%/kg feed obtained the highest fecundity value of 750,000 eggs at the egg fertilization rate of 92% with 98% hatching of eggs and 91% survival. While the lowest was in the control treatment with a fecundity level of 588,000 at the egg fertilization rate of 50% with an egg hatching rate of 80% and the survival rate of the control treatment obtained by 79%.
Hubungan Kualitas Air dengan Struktur Komunitas Plankton Tambak Udang Vannamei Akbarurrasyid, Muhammad; Prajayati, Vini Taru Febriani; Nurkamalia, Ilma; Astiyani, Wahyu Puji; Gunawan, Bobby Indra
Jurnal Penelitian Sains Vol 24, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.155 KB) | DOI: 10.56064/jps.v24i2.688

Abstract

Kualitas air berperan penting terhadap perubahan dinamika struktur plankton. Perubahan struktur dinamika plankton berpengaruh terhadap pertumbuhan udang vannamei. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan kualitas air dengan dinamika struktur plankton. Sampel dikumpulkan pada tiga tambak budidaya udang vannamei intensif di Garut, Jawa Barat. Tambak yang diamati sebanyak tiga petak (2.860 m2/kolam). Perlakuan budidaya pada masing-masing tambak dilakukan secara sama tanpa ada variabel yang berbeda. Hasil penelitian diperoleh kualitas air tambak secara keseluruhan berada pada nilai optimal kecuali fosfat yang mengalami fluktuasi lebih dari nilai optimal. Kisaran nilai fosfat tertinggi pada tambak 2 sekitar 0,023 – 0,718 (0,206 ± 0,213), tambak 1 sekitar 0,0266 – 0,7444 (0,227 ± 0,244) dan terendah pada tambak 3 sekitar 0,022 – 0,6 (0,183 ± 0,192). Komunitas plankton tambak ditemukan 5 kelompok (21 genus). Kelimpahan plankton berkisar 5-5783 ind/ml. Nilai indeks keragaman tambak 1 (H’ = 2,0255) dan tambak 2 (H’ = 2,1606) termasuk dalam kategori lebih stabil, sedangkan tambak 3 (H’ = 1,4211) termasuk dalam kategori stabil. Nilai keseragaman tambak 1 (E = 0,7305) dan tambak 2 (E = 0,7337) termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan tambak 3 (E = 0,5384) termasuk dalam kategori sedang karena ditemukan genus Oscillatoria sebayak 5783 ind/ml (62,72%). Jumlah genus Oscilatoria yang tinggi menyebabkan nilai dominansi tambak 3 (D = 0,4161) lebih tinggi dibandingkan tambak 1 (D = 0,1749) dan tambak 2 (D = 0,1477). Kualitas air tambak 1, 2 dan 3 memiliki hubungan sangat kuat dengan kelimpahan plankton dengan nilai R2 berturut-turut, yakni: 0,8642, 0,9801 dan 0,8607.
Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan Sistem Intensif Terhadap Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Feed Conversion Ratio Akbarurrasyid, Muhammad; Prajayati, Vini Taru Febriani; Astiyani, Wahyu Puji; Nurkamalia, Ilma
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 28 No. 1 (2023): February
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/

Abstract

Intensive vannamei shrimp cultivation is a high-density culture to get maximum results with the use of limited cultivation space. High cultivation activities cause high waste production, which inhibits growth, survival rate, and feed conversion ratio (FCR). This study aims to determine the cultivation of vannamei shrimp with an intensive system on growth, survival rate, and FCR. The research was carried out in Legok Jawa, Pangandaran in the period March–May 2022. The research was carried out by means of a survey and analyzed by a quantitative descriptive approach. The results of the study obtained growth values, namely: Mean Body Weight (MBW) ranges from 1.61 to 21.11 g/head, Average Daily Growth (ADG) ranges from 0.14 to 0.62 g/day, size is 49 fish/kg and biomass is 7,680 kg. The survival rate value obtained is around 95.07 – 84.87%, while the feed conversion ratio (FCR) value ranges from 1.2 to 1.5. In general, the results of growth, survival rate, and FCR showed high performance and supported the success of vannamei shrimp culture with intensive systems.
Perbandingan Kedalaman Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Euchema cottonii) Pada Metode Modifikasi Keramba Jaring Apung di Teluk Jepara Astiyani, Wahyu Puji; Oktavian, Ganis; Febriani P., Vini Taru; Kristiana, Indra; Akbarurrasyid, Muhammad; Prama, Ega Aditya
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1650

Abstract

Seaweed farming is one of the most important aquaculture sectors in Indonesia, contributing significantly to the national economy. Among various species, Eucheuma cottonii is widely cultivated due to its high carrageenan content and industrial value. Optimizing environmental conditions, such as culturing depth, is crucial to improving growth performance and productivity. This study evaluated the effect of different culturing depths on the growth of E. cottonii using a modified floating net cage system in Jepara Bay. The experiment applied three depth treatments—25 cm (A), 45 cm (B), and 65 cm (C)—each with two replications. Seaweed growth was monitored over 49 days and assessed based on absolute weight and specific growth rate (SGR). Results showed that seaweed cultivated at 25 cm had the highest growth performance, with an absolute weight of 102.2 g and the highest SGR, whereas the lowest values were recorded at 65 cm. ANOVA analysis confirmed a significant effect of depth on growth (p < 0.05), supported by Duncan’s test indicating clear differences among treatments. Water quality parameters (temperature, salinity, pH, and dissolved oxygen) remained within optimal ranges, suggesting depth was the primary factor influencing growth. The findings highlight that shallower depths promote greater light penetration and photosynthetic efficiency, thus enhancing E. cottonii growth. A culturing depth of 25 cm is recommended for optimal productivity in similar cultivation systems.
Budidaya Intensif: Dinamika Kualitas Air Terhadap Performa Udang Vaname (Litopenaneus vannamei) Dengan Padat Tebar Berbeda Akbarurrasyid, Muhammad; Sudinno, Dinno; Prajayati, Vini Taru Febriani; Handayani, Dwi Fitri
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 9, No 2 (2025): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v9i2.26781

Abstract

Kualitas air merupakan faktor penentu dalam kegiatan budidaya Litopenaeus vannamei. Dinamika kualitas air pada tambak berlangsung secara cepat dan saling terkait antara komponen sehingga berdampak pada performa L. vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kualitas air terhadap performa L. vannamei. Penelitian dilaksanakan di Pandeglang, Banten selama 3 bulan (September s.d November 2024). Tambak yang diamati sebanyak 2 petak dengan luasan 2.500 M2 per petak (padat tebar 136 Ekor m-2 dan 150 Ekor m-2). Hasil penelitian dinamika kualitas air terhadap performa L. vannamei dengan padat tebar berbeda menunjukan bahwa parameter suhu, salinitas, kecerahan, alkalinitas, nitrit dan TOM optimal menunjang kegiatan budidaya. Sedangkan parameter mengalami fluktuasi melebihi batas yang dipersyaratkan, yaitu: ammonium, pH dan nitrat. Hasil uji korelasi menujukan bahwa perbedaan padat tebar berpengaruh terhadap fluktuasi dan tingkat korelasi parameter kualitas air budidaya. Sedangkan hasil uji regresi MBW terhadap kualitas air secara berturut-turut yakni: R2 = 0.9084 (tambak 1) dan R2 = 0.9253 (tambak 2). Hasil korelasi ABW terhadap kualitas air secara berturut-turut yakni: R2 = 0.9214 (tambak 1) dan R2 = 0.9114 (tambak 2). Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kelangsungan hidup terhadap kualitas air secara berturut-turut yakni: R2 = 0.9963 (tambak 1) dan R2 = 0.9962 (tambak 2). Secara umum, dinamika kualitas air, hasil uji korelasi dan regresi kualitas air terhadap performa L. vannamei mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang.