Sebagian besar petani saat ini masih menggunakan pupuk anorganik pada tanaman yang dibudidayakan, karena jenis pupuk ini dapat menyediakan unsur hara dengan cepat, memberikan nutrisi dalam jumlah banyak yang dibutuhkan tanaman, harga yang murah karena disubsidi oleh pemerintah, mudah didapatkan, memiliki kandungan nutrisi yang sudah terukur dan praktis dalam menggunakannya. Akan tetapi tanpa disadari pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus dan berlebihan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan untuk mengatasi masalah tersebut dengan memanfaatkan limbah peternakan. Ternak yang dapat memproduksi kotoran yang banyak yaitu sapi, karena sapi banyak dipelihara oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penyuluhan kepada peternak dan petani yang memelihara ternak, khususnya ternak sapi, agar kotoran sapi yang berbentuk padat dan limbah pakannya dapat diolah menjadi pupuk organik padat (kompos dan kascing). Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengisian kuesioner kepada peserta yang mengikuti penyuluhan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menginterpretasi makna pada data yang telah dikumpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani di Desa Limapoccoe sebagian besar ingin membuat pupuk organik padat (kompos dan kascing), karena menggunakan teknologi sederhana yang murah dan mudah dilakukan. Petani tidak hanya dapat mengurangi biaya produksi, tetapi juga menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan mendukung pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk melindungi lingkungan, menjamin konsevasi energi, meningkatkan kualitas dan keamanan pangan.