Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Ranting dan Kayu Sakit Sengon (Falcataria moluccana) dengan Pelarut Metanol dan Etil Asetat Rumidatul, Alfi; Wahyuniah, Bunga; Zamaludin, Deni; Khusna, Wasiyah; Fadhila, Feldha; Maryana, Yayan
Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 8, No 1 (2021): JURNAL ANALIS MEDIKA BIOSAINS (JAMBS)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jambs.v8i1.211

Abstract

Sengon (Falcataria moluccana) memiliki senyawa metabolit yang beragam dan memiliki aktivitas antimikroba baik pada bagian kulit dan daunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak Sengon sebagai antimikroba. Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah maserasi dengan pelarut metanol dan etil asetat dan dibuat menjadi lima varian konsentrasi yaitu 9%, 9,5%, 10%, 10,5%, dan 11% sedangkan untuk pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi cakram atau Kirby bauer terhadap mikroba uji yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, Klebsiella pneumonia, Escerichia coli, dan Candida albicans. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi optimum ekstrak kulit ranting sakit dengan pelarut metanol yaitu 11% pada S. aureus dengan diameter 8,3 mm, P. mirabilis dengan diameter 4,3 mm, P. aeruginosa dengan diameter 0,5 mm, K. pneumonia dengan diameter 9 mm, dan E. coli dengan diameter 7 mm. Konsentrasi optimum ekstrak kulit ranting sakit dengan pelarut metanol juga terdapat pada konsentrasi 10% dan 11% pada S. dysenteriae dan C. albicans dengan diameter 3 mm, dan pada S. thypi dengan diameter 6 mm. Konsentrasi optimum ekstrak kayu sakit sengon dengan pelarut metanol yaitu 11% pada S. aureus dengan diameter 8,3 mm, P. mirabilis dengan diameter 5,6 mm, dan P. aeruginosa dengan diameter 9 mm. Konsentrasi optimum ekstrak kayu sakit sengon dengan pelarut etil asetat yaitu 10%, 10,5%, dan 11% terhadap C. albicans dengan diameter 2 mm. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ekstrak kulit ranting dan kayu Sengon sakit dengan pelarut metanol dan etil asetat dapat menghambat pertumbuhan mikroba uji dengan konsentrasi optimum ekstrak yang berbeda untuk setiap mikroba uji.
Effectiveness of Tea Twig Liquid Smoke (Camellia sinensis) as an Antiseptic against Microbes in Vivo and In Vitro Ni'am, Ayu Rahayu Nurul; Arrsy, Aulia Nur; Zahroh, Salsabila; Fadhila, Feldha; Mayuri, Nindya Sekar; Rumidatul, Alfi
BIOPENDIX: Jurnal Biologi, Pendidikan dan Terapan Vol 12 No 2 (2025): Biopendix: Jurnal Biologi, Pendidikan & Terapan
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpatti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/biopendixvol12issue2page94-101

Abstract

Transmission of microorganisms that cause disease in humans occurs directly or indirectly. Prevention efforts can use antiseptics. The content of liquid smoke compounds in tea twigs has the potential to be an antiseptic. The purpose of this study was to determine the effectiveness of liquid smoke from tea twigs (Camellia sinensis) on microbial growth in vitro using the inhibition test method and in vivo swab test on the palms. In the in vitro test, the most effective results were grade 2 liquid smoke with a concentration of 75% with an inhibition zone diameter of 18.1 mm (E. coli ATCC 25922), 15.6 mm (S. aureus ATCC 25923), 32.3 mm (A. flavus ATCC 9643), 4.3 mm (C. albicans ATCC 10231). The results of the in vivo test showed effectiveness in reducing the number of bacterial colonies by an average of 88.33%, and fungal colonies by an average of 91.52%. From the entire questionnaire data, the parameters of aroma, color, dryness are in the criteria of liking and do not cause side effects on the skin. The results of the study showed that liquid smoke from tea twigs has the potential as an antiseptic.
Effectiveness as a Disinfectant of Ethyl Acetate Extracted from Sengon Twig Bark (Falcataria Moluccana) and Bamboo Stem Liquid Smoke (Bambusa sp.) Nabila, Hasna Putri; Yuliani, Septa; Alifah, Aqil; Qomariah, Annisa Nur; Sugara, Yuliannisa; Rumidatul, Alfi; Fadhila, Feldha; Mayuri, Nindya Sekar
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 8 (2025): Volume 12 Nomor 8
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i8.19621

Abstract

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroba patogen masih menjadi suatu masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Pada umumnya, pencegahan dilakukan dengan penyemprotan disinfektan berbahan dasar kimia, namun penggunaananya dapat menimbulkan kerusakan kulit sehingga diperlukan alternatif lain, salah satunya dengan menggunakan bahan alami yaitu ekstrak etil asetat kulit ranting sengon (Falcataria moluccana) dan batang bambu (Bambusa sp.). Mengetahui efektivitas antimikroba ekstrak etil asetat kulit ranting sengon (Falcataria moluccana) dan asap cair batang bambu (Bambusa sp.) sebagai disinfektan. Menggunakan rancangan eksperimental. Data diambil dari 5 perlakuan pada metode difusi menggunakan campuran ekstrak etil asetat kulit ranting sengon (Falcataria moluccana) dan asap cair batang bambu (Bambusa sp.) dengan masing-masing perbandingan 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90 kemudian hasil terbaik dilakukan uji swab pada meja. Pada metode difusi didapatkan hasil terbaik yaitu pada perbandingan 40:60 dan 20:80. Uji swab menghasilkan persentase penurunan bakteri sebesar 78,93% dan persentase penurunan jamur sebesar 83,27%. Ekstrak etil asetat kulit ranting sengon (Falcataria moluccana) dan asap cair batang bambu (Bambusa sp.) memiliki sifat antimikroba sehingga dapat dijadikan sebagai disinfektan.
Utilization of Roots of Muli Banana Plants (Musa acuminata Linn.) as Antibiotics and Antiseptics Nainggolan, Ribka Debora; Handayani, Kusuma; Mayuri, Nindya Sekar; Rumidatul, Alfi
BIOEDUPAT: Pattimura Journal of Biology and Learning Vol 5 No 2 (2025): Bioedupat : Pattimura Journal of Biology and Learning
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/bioedupat.v5.i2.pp335-344

Abstract

Diseases caused by bacteria can usually be combated by administering antibiotics and using antiseptics. However, there are some groups of pathogens, such Escherichia coli as well as Staphylococcus aureus, which are highly resistant to the antibiotics amoxicillin, penicillin, tetracycline and chloramphenicol. One of the efforts to control these bacteria is by using bioactive compounds derived from plants. Banana plants contain secondary metabolite compounds flavonoids, saponins, and tannins that can act as anti-infective agents, including muli banana (Musa acuminata Linn.). Banana plant roots as natural ingredients can be an alternative to antiseptics because they contain antibacterial compounds with milder side effects than long-term use of alcohol-based antiseptics that can reduce skin moisture. This study was conducted to determine the efficacy of banana muli root extract (M. acuminata Linn.) as an antibiotic and antiseptic. The hypothesis in this study is that the root extract at a certain concentration is thought to have effectiveness as an antibiotic (E. coli) and antiseptic (S. aureus). In this study, the Kirby-Bauer method was applied by agar diffusion and the results of the inhibition zone test were formed around the paper disc. The results showed that the optimum efficacy of muli banana root extract (M. acuminata Linn.) as an antibiotic (E. coli ATCC 25922) was at a concentration of 95% (2.96 mm) and as an antiseptic (S. aureus ATCC 25923) at a concentration of 75% (9.1 mm).
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sukagalih melalui Urban Farming berbasis Hidroponik di Lahan Terbatas Rumidatul, Alfi; Anne Hadiyane; Yeyet Setiawati
Abdi Dharma Vol. 5 No. 2 (2025): Abdi Dharma: Implementasi Rumah Sampah Digital, Pelatihan Akuntansi Praktis, Ed
Publisher : LP3kM Universitas Buddhi Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31253/ad.v5i2.4046

Abstract

Keterbatasan lahan pertanian di wilayah pedesaan akibat alih fungsi lahan menjadi tantangan serius bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Untuk menjawab persoalan tersebut, urban farming berbasis hidroponik hadir sebagai solusi alternatif. Sistem ini memungkinkan pemanfaatan pekarangan sempit secara lebih efisien, dengan hasil panen cepat dan memiliki nilai ekonomi. Program pengabdian masyarakat di Desa Sukagalih dirancang untuk memberdayakan warga melalui penerapan urban farming hidroponik di lahan terbatas. Rangkaian kegiatan dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, persiapan melalui observasi lapangan dan koordinasi dengan mitra lokal. Kedua, pelaksanaan pelatihan yang meliputi penyampaian teori hidroponik serta praktik sistem Deep Flow Technique (DFT). Ketiga, pendampingan intensif sekaligus pemantauan perkembangan keterampilan peserta. Terakhir, dilakukan evaluasi serta pendampingan pascapanen untuk memastikan keberlanjutan. Hasil pelaksanaan menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas peserta dalam mengelola budidaya hidroponik secara mandiri. Lahan sempit dapat dimanfaatkan lebih optimal, menghasilkan sayuran berkualitas yang mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan ekonomi keluarga. Keberhasilan program ini ditopang oleh pendekatan partisipatif dan kolaboratif dengan pemangku kepentingan setempat.Secara keseluruhan, kegiatan membuktikan bahwa urban farming berbasis hidroponik efektif sebagai strategi pemberdayaan masyarakat desa, khususnya pada wilayah dengan keterbatasan lahan. Keberlanjutan program direkomendasikan melalui diversifikasi jenis tanaman serta integrasi dengan program pemerintah, misalnya Pekarangan Pangan Lestari (P2L).