Articles
Intolerance of Uncertainty among Indonesian Workers During Covid-19 Pandemic
Afinnisa Rasyida;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu;
Nindya Putri Aprodita
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 11 No 1 March 2022
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.12928/jehcp.v11i1.22188
This research aims to describe the Intolerance of uncertainty (IU) among Indonesian workers during COVID-19 pandemic. A total of 351 workers in Java (64 males, 287 females) were involved as a participant. IU was measured using the Indonesian version of IUS-27. This study showed that most (41.9%) of the participants had a low level of IU; meanwhile, 36.8% of the participant had a high level of IU. The result of the difference test showed that there was a difference in IU between males and females (p=0.011) and between participants in the upper, middle, and lower SES (p=0.018). These findings show that females and people with low SES had a higher IU than other groups. These findings can be used as a reference by companies to identify and take preventive action toward workers who possessed a higher risk of developing a higher IU, especially in a situation full of uncertainty.Â
PENYESUAIAN MAHASISWA TAHUN PERTAMA DI PERGURUAN TINGGI: STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW
Maria Nugraheni Mardi Rahayu;
Rudangta Arianti
Journal of Psychological Science and Profession Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (634.847 KB)
|
DOI: 10.24198/jpsp.v4i2.26681
Transisi dari SMA ke universitas menimbulkan berbagai tantangan bagi mahasiswa tahun pertama yang memasuki masa dewasa awal. Namun, sebagian mahasiswa ada yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan dalam melakukan penyesuaian. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi ditinjau dari jenis kelamin, asal daerah, dan tempat tinggal mahasiswa. Sebanyak 227 mahasiswa tahun pertama di Fakultas Psikologi UKSW menjadi partisipan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan adaptasi bahasa Indonesia dari kuesioner SACQ dari Baker dan Siryk (1984) yang terdiri dari 4 subskala yaitu penyesuaian akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian personal-emosional, dan kelekatan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tahun pertama telah memiliki tingkat penyesuaian di perguruan tinggi yang tergolong sedang dan tinggi di seluruh subskala. Di sisi lain, masih terdapat sebagian mahasiswa yang memiliki tingkat penyesuaian yang tergolong rendah yaitu sebanyak 14,98% pada subskala penyesuaian akademik, 9,69% pada subskala penyesuaian sosial, 15,42% pada subskala penyesuaian personal-emosional, dan 19,38% pada subskala kelekatan institusional. Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada subskala penyesuaian akademik dan kelekatan institusional ditinjau dari daerah asal mahasiswa, subskala penyesuaian personal-emosional ketika ditinjau dari jenis kelamin, dan subskala kelekatan institusional ditinjau dari tempat tinggal mahasiswa. Temuan ini mengindikasikan bahwa universitas dan fakultas perlu menyediakan program penyesuaian mahasiswa yang dapat meningkatkan kelekatan mahasiswa terhadap institusi tanpa mengesampingkan kegiatan yang dapat meningkatkan penyesuaian akademik, sosial dan personal-emosional.
Self Esteem dan Citra Tubuh Pada Wanita Dewasa Pasca Melahirkan
Ajeng Yunita Kumalasari;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 10, No 4 (2022): Volume 10, Issue 4, Desember 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30872/psikoborneo.v10i4.9099
Postpartum is a period of childbirth, this causes women to experience physical changes after giving birth. Changes in body image can result in positive or negative attitudes. The development of body image is influenced by several factors, one of which is the personality factor where self-esteem is important in the development of body image. This study aimed to determine the relationship between self-esteem and body image in women after childbirth. 110 postpartum women in Salatiga are selected by accidental sampling technique. The measuring instrument in measuring self-esteem uses the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) developed by Rosenberg and adapted by Azwar (2012) consists of 10 items, while the body image scale used is the Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale. (MBSRQ-AS) adapted by Adiningsih (2016) this scale is a modification of the Cash scale which of 15 items. The results showed that there was a positive relationship between self-esteem and body image in postpartum adult women in Salatiga City with a value of r = 0.420, a significance value of 0.000, where the value is <0.05, which means the higher the level of self-esteem, the more positive the body image, or vice versa. So it can be concluded that to have a positive body image, postpartum adult women need to have high self-esteem.Postpartum merupakan periode setelah melahirkan, hal ini menyebabkan wanita mengalami perubahan fisik setelah melahirkan. Adanya perubahan citra tubuh dapat menghasilkan sikap yang positif maupun negatif. Perkembangan citra tubuh dipengaruhi oleh berberapa faktor, salah satunya faktor kepribadian dimana self-esteem merupakan hal yang penting pada perkembangan citra tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan citra tubuh pada wanita dewasa pasca melahirkan. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik insidental sampling sebanyak 110 subjek. Alat ukur dalam mengukur self-esteem menggunakan skala Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh Rosenberg dan diadaptasi oleh Azwar (2012) terdiri dari 10 item, sedangkan skala citra tubuh yang digunakan adalah skala Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS) diadaptasi oleh Adiningsih (2016) skala ini merupakan modifikasi dari skala Cash terdiri dari 15 item. Hasil penelitian menunjukan bahwa teradapat hubungan positif antara self esteem dengan citra tubuh pada wanita dewasa pasca melahirkan di Kota Salatiga dengan nilai r= 0,420 nilai signifikansi sebesar 0, 000 dimana nilai tersebut < 0,05, yang berarti semakin semakin tinggi tingkat harga diri yang dimiliki maka semakin positif citra tubuh, atau sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memiliki citra tubuh yang positif maka wanita dewasa pasca melahirkan perlu memiliki self esteem yang tinggi.
Self-Control dan Impulsive Buying Wanita Dewasa Awal Pada Masa Pandemi
Yobella Yiska Pravu Charan;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 10, No 4 (2022): Volume 10, Issue 4, Desember 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30872/psikoborneo.v10i4.9100
This study is a quantitative study that aims to determine the relationship between self-control and impulsive buying of early adult women in Kudus Regency during the pandemic. The participants in this study were 111 early adult women in Kudus Regency aged 20-30 years. The sampling technique used is incidental sampling technique. The scale used in this study is the Full Self Control Scale and the Impulsive Buying Scale, and the questionnaire was distributed online. The results of the study using the Pearson Product Moment technique showed that there was a weak correlation with the direction of a negative relationship between self-control and impulsive buying, with a value of r = -0.235 with a significance value of 0.007 (p<0.05), which means the more individuals have good or high self-control, the individual's impulsive buying behavior is lower, and vice versa. So, it can be concluded that to have low impulsive buying behavior, early adult women need to have high self-control.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-control dengan impulsive buying wanita dewasa awal di Kabupaten Kudus pada masa pandemi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 111 wanita dewasa awal di Kabupaten Kudus yang berusia 20-30 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik insidental sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Full Self Control Scale dan Impulsive Buying Scale, dan kuisioner disebarkan secara online. Hasil penelitian dengan teknik Product Moment Pearson menunjukkan adanya hubungan korelasi yang lemah dengan arah hubungan negatif antara self-control dengan impulsive buying, dengan nilai r = -0,235 dengan nilai signifikansi 0,007 (p<0,05), yang berarti semakin individu memiliki self-control yang baik/tinggi, maka semakin rendah perilaku impulsive buying, atau sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memiliki perilaku impulsive buying yang rendah, wanita dewasa awal perlu memiliki self-control yang tinggi.
Peer Attachment dan Penyesuaian Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi di masa Pandemi Covid-19
Reavisy Javier;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 10, No 3 (2022): Volume 10, Issue 3, September 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30872/psikoborneo.v10i3.8356
Beginning of college new students requires to be able to adjust well. One of factors that can effect the self adjustment to new students is peer attachment. The purpose of this study was determine the relationship between peer attachment and adjustment of new student from SWCU Faculty of Psychology during the pandemic. Subjects who used in this research where new students batch 2021 from SWCU Faculty of Psychology with a total of 161 students, which were determined using the quota sampling technique. This research is used quantitative method, scale who used to measure the peer attachment variable is Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) by Armsden & Greenberg (1987) and the scale for measure new student adjustment is the Inventory of New College Student Adjustment (INCA) developed by Watson and Lenz (2018). The results showed that there was a significant positive relationship between peer attachment and the adjustment of new SWCU Psychology Faculty students during the pandemic with a value of r = 0.532 with a significance of 0.000 (p < 0.05). So it can be concluded that to improve the adjustment of new students, they also need to build quality peer attachment. Masa awal perkuliahan mahasiswa baru dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian mahasiswa baru adalah peer attachment. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara peer attachment dengan penyesuaian mahasiswa baru Fakultas Psikologi UKSW di masa pandemi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan 2021 Fakultas Psikologi UKSW dengan jumlah 161 mahasiswa, yang ditentukan dengan teknik quota sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan skala adaptasi dari Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) milik Armsden & Greenberg (1987) untuk mengukur variabel peer attachment dan skala untuk mengukur penyesuaian mahasiswa baru menggunakan Inventory of New College Student Adjustment (INCA) yang dikembangkan oleh Watson dan Lenz (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara peer attachment dengan penyesuaian mahasiswa baru Fakultas Psikologi UKSW di masa pandemi dengan nilai r = 0,532 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan penyesuaian mahasiswa baru, mereka juga perlu membangun peer attachment yang berkualitas.
Apakah Terdapat Kaitan Antara Self Compassion dan Life Satisfaction Pada Remaja Panti Asuhan?
Cika Nurul Aulia;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 10, No 4 (2022): Volume 10, Issue 4, Desember 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30872/psikoborneo.v10i4.9243
The problems that arise in orphanage adolescents are the lack of fulfillment of the need for security, complete love that should be obtained from parents and mass care carried out in orphanages. Less than optimal fulfillment of physiological needs, the sense of security and affection they get will affect the life satisfaction of adolescents living in orphanages. This study was conducted to determine the relationship between self-compassion and life satisfaction in orphanage adolescents. The method used in this study is a quantitative method with saturated sampling technique. The subjects in this study were middle teens in three orphanages in Temanggung with a sample of 35 teenagers. The measuring tool for the self-compassion variable is the Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) which is translated by Lestari (2020) which consists of 12 items. The data analysis technique in this study was the assumption test and correlation test which was carried out with SPSS version 21 software. This study showed a significant relationship sig (2-tailed = 0.00) with a positive direction of relationship with a correlation coefficient of 0.698 between self-compassion and life satisfaction in orphanage youth, this means that the higher the compassion, the higher the life satisfaction of the orphanage youth.Problematika yang muncul pada remaja panti asuhan adalah kurang terpenuhinya kebutuhan rasa aman, kasih sayang utuh yang seharusnya didapatkan dari orang tua dan digantikan dengan pengasuhan massal yang dilakukan di panti asuhan. Kurang optimalnya pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman dan kasih sayang yang mereka dapatkan akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan life satisfaction pada remaja panti asuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik sampling jenuh. Subjek dalam penelitian adalah remaja tengah di tiga panti asuhan di Temanggung dengan jumlah sample 35 remaja. Alat ukur untuk variabel self-compassion adalah Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) yang diterjemahkan oleh lestari (2020) yang terdiri dari 12 item. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji asumsi dan uji korelasi yang dilakukan dengan software SPSS versi 21. Penelitian ini menunjukan terdapat hubungan signifikan sig (2-tailed =0,00) dengan arah hubungan yang positif dengan koefisien korelasi 0,698 antara self-compassion dan life satisfaction pada remaja panti asuhan , hal ini berarti semakin tinggi self-compassion maka semakin tinggi pula life satisfaction pada remaja panti asuhan.
HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AFILIASI DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL PADA REMAJA AKHIR
Renita Sitompul;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Jurnal Psikologi Malahayati Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Psikologi Malahayati
Publisher : Program Studi Psikologi Universitas Malahayati
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33024/jpm.v5i1.8827
AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kebutuhan afiliasi dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial pada remaja akhir. Metode penelitian yaitu kuantitatif dengan pemilihan subjek dengan teknik accidental sampling. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 242 orang dengan karakteristik remaja akhir berusia 18-21 tahun yang memiliki akun jejaring sosial dan aktif menggunakannya. Skala yang digunakan terdiri dari Interpersonal Orientation Scale dan Social Network Time Use Scale (SONTUS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif signifikan antara kebutuhan afiliasi dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial pada remaja akhir. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kebutuhan afiliasi remaja akhir, maka semakin tinggi pula intensitas penggunaan situs jejaring sosialnya. Perlu adanya upaya mengembangkan kegiatan yang dapat mewadahi interaksi sosial remaja agar kebutuhan afiliasi remaja tidak hanya terpenuhi melalui situs jejaring sosial, namun juga interaksi di dunia nyata. Kata Kunci: Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial, Kebutuhan Afiliasi, Remaja Akhir AbstractThe purpose of this study was to determine the relationship between the need for affiliation and the intensity of social networking site use in late adolescents. The research method is quantitative with the selection of subjects with accidental sampling techniques. Participants in this study were 242 people with characteristics of late adolescents aged 18-21 years who had social network accounts and actively used them. The scale used consists of interpersonal orientation scale and social network time use scale (SONTUS). The results showed that there was a significant positive relationship between and the intensity of social networking site use in late adolescents. There results indicate that the higher the need for late teen affiliates, the higher intensity of use of social networking sites. Efforts are needed to develop activities that facilitate social interaction for adolescence so that the need of affiliation are not only met through social networking site but also in real life interaction. Keywords: Social Networking Site Usage Intensity, Need For Affiliation, Late Adolescence
Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Semester Akhir
Helen Yulia Wilfrida;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jpdk.v5i2.13466
Mahasiswa semester akhir langsung memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan perkuliahannya di perguruan tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan dalam menghadapi dunia pekerjaan pada mahasiswa semester akhir. Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik Insidental. Sampel dalam penelitian ini adalah 169 orang mahasiswa semester akhir yang berdomisi atau berasal dari Medan dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi spearman. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dua skala yaitu Career Anxiety Scale (CAS) dan skala Kepercayaan diri Lauster. Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan negatif antaran kepercayaan diri dengan kecemasan dalam menghadapi dunia pekerjaan pada mahasiswa semester akhir
Intolerance of Uncertainty and Psychological Distress Experienced by the First Batch of Students in the Newly Established Study Program
Putri Novita;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 1 (2023): Volume 11, Issue 1, Maret 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i1.9503
Students experience symptoms of psychological distress such as difficulty sleeping, irregular eating patterns, irritability, difficulty concentrating, and feeling uneasy. The purpose of this study was to determine the relationship between intolerance of uncertainty and psychological distress in college students. The research method used was quantitative with correlational analysis, with a total of 35 participants who were first batch students of the Counseling Guidance study program at an Institute in city X. Data was collected using the DASS 42 scale with a Cronbach alpha value of 0.9483 and an intolerance scale uncertainty with a cronbach alpha value of 0.833. Based on the Pearson product moment correlation test, it is known that the value of r = 0.515 with a Sig value = 0.001 (p <0.05) means that there is a significant relationship between intolerance uncertainty and psychological distress. The higher the intolerance uncertainty, the higher the psychological distress felt by students. This research is useful for students so they don't have to worry too much about an uncertain future so they can avoid symptoms of psychological distress that can interfere with individual life.Mahasiswa mengalami gejala-gejala psychological distress seperti kesulitan tidur, pola makan tidak teratur, mudah marah, sulit berkonsentrasi, dan merasa tidak tenang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intolerance of uncertainty dengan psychological distress pada mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan analisis korelasional, dengan jumlah 35 orang partisipan yang merupakan mahasiswa angkatan pertama program studi Bimbingan Konseling pada sebuah Institut di kota X. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala DASS 42 dengan nilai alpha cronbach sebesar 0,9483 dan skala intolerance uncertainty dengan nilai alpha cronbach sebesar 0,833. Berdasarkan uji korelasi product moment pearson diketahui nilai r = 0,515 dengan nilai Sig = 0,001 (p < 0,05) maka artinya ada hubungan yang signifikan antara intolerance uncertainty dengan psychological distress. Semakin tinggi intolerance uncertainty maka akan semakin tinggi juga psychological distress yang dirasakan mahasiswa. Penelitian ini berguna bagi mahasiswa agar tidak perlu khawatir secara berlebihan mengenai masa depan yang tidak pasti sehingga dapat terhindar dari gejala-gejala psychological distress yang bisa mengganggu kehidupan individu.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA PENYINTAS COVID-19
Kartini Apriyuna Betty;
Maria Nugraheni Mardi Rahayu
Journal of Psychological Science and Profession Vol 7, No 1 (2023): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24198/jpsp.v7i1.39606
Covid-19 menimbulkan berbagai tantangan dan stigma masyarakat, khususnya bagi penyintas Covid-19. Banyak penyintas Covid-19 yang mengalami kesulitan dan tantangan sehingga membutuhkan dukungan sosial untuk bangkit dari kesulitan yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada penyintas Covid-19. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penyintas Covid-19 di seluruh Indonesia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 241 penyintas Covid-19 dari berbagai provinsi di Indonesia dengan kriteria yang sudah ditentukan. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Alat ukur untuk variabel dukungan sosial adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS; 12 item valid, α = .920) dan skala resiliensi, yakni Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC; 25 item valid, α = .952). Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Spearman. Dihasilkan r = .556 dengan signifikansi .000 (p < .05). Artinya, ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan resiliensi pada penyintas Covid-19. Makin tinggi dukungan sosial, maka makin tinggi resiliensi penyintas Covid-19. Sebaliknya, makin rendah dukungan sosial, maka makin rendah resiliensi yang dimiliki oleh penyintas Covid-19.