Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

HUKUM & GLOBALISASI: IMPLEMENTASI PERDA PROVINSI BALI NO. 5 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG TERHADAP PERGESERAN PARADIGMA BERARSITEKTUR DI BALI I Kadek Pranajaya
Jurnal Aktual Justice Vol 6 No 1 (2021): Aktual Justice
Publisher : Magister Hukum Pascasarjana Univeristas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/aktualjustice.v6i1.620

Abstract

The architectural style of buildings in Bali must be able to display the traditional Balinese architectural style (ATB) that is in harmony, balanced and integrated with the environment based on Balinese culture. Globalization and modernization encourage the creation of new technologies in the building materials industry to be more effective and efficient. Through a sociological juridical approach, it was found that the influence of globalization and modernization caused a shift in the architectural paradigm in Bali. Globalization and modernization have led to an identity crisis and the degradation of ATB towards a modern and minimalist direction as well as disharmony of traditional values ​​as the ancestral heritage of the people in Bali. The architectural paradigm shift in Bali has begun to shift and has deviated from the existing rules. The results of the study indicate that there has been a violation of the provisions on building architecture that have been stipulated through the Bali Provincial Regulation No. 5, 2005. Violations that take place seem to be left unchecked, ignorance or also a lack of public understanding of the norms that have been set. This is caused by the legal structure, legal substance and legal culture not working properly.
TRANSFORMASI KONSEP GARAGE SCENE DALAM PERANCANGAN DIECAST STORE DI KOTA DENPASAR Made Agus Pebriana; A.A. Gd. Tugus Hadi Iswara A.M; , I Kadek Pranajaya
Jurnal PATRA Vol 1 No 2 (2019): Jurnal Patra Oktober 2019
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v1i2.33

Abstract

Perkembangan dalam teknologi khususnya pada mainan, membuat mainan diproduksi dengan beragam bahan mulai dari besi, plastik dan karet. Mainan juga tidak hanya digemari anak-anak melainkan orang dewasa juga menyukainya. Salah satunya yaitu diecast, mainan miniatur kendaraan. Di Indonesia khusunya di Bali perkembangan dalam dunia diecast cukup berkembang pesat terlihat dari banyaknya event yang menampilkan diecast. Tidak hanya dipamerkan dengan model asli pabrikan, diecast yang ditampilkan juga ada yang dicustom atau dirubah sesuai dengan keinginan pemilik dan juga ada menampilkan diorama diecast. Berdasarkan hal tersebut metode yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah metode glass box. Dalam metode tersebut terdapat beberapa tahapan yaitu input, proses, dan output. Dari tahapan metode tersebut maka solusi yang didapat adalah merancang diecast store di Kota Denpasar, dimana pada diecast store tersebut akan menjual diecast produksi pabrik, diecast custom, bahan custom dan diorama, dan diorama diecast. Tidak hanya menjual pada diecast store tersebut akan ada workshop untuk mengcustom dan diorama diecast. Perkembangan dalam teknologi khususnya pada mainan, membuat mainan diproduksi dengan beragam bahan mulai dari besi, plastik dan karet. Mainan juga tidak hanya digemari anak-anak melainkan orang dewasa juga menyukainya. Salah satunya yaitu diecast, mainan miniatur kendaraan. Di Indonesia khusunya di Bali perkembangan dalam dunia diecast cukup berkembang pesat terlihat dari banyaknya event yang menampilkan diecast. Tidak hanya dipamerkan dengan model asli pabrikan, diecast yang ditampilkan juga ada yang dicustom atau dirubah sesuai dengan keinginan pemilik dan juga ada menampilkan diorama diecast. Berdasarkan hal tersebut metode yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah metode glass box. Dalam metode tersebut terdapat beberapa tahapan yaitu input, proses, dan output. Dari tahapan metode tersebut maka solusi yang didapat adalah merancang diecast store di Kota Denpasar, dimana pada diecast store tersebut akan menjual diecast produksi pabrik, diecast custom, bahan custom dan diorama, dan diorama diecast. Tidak hanya menjual pada diecast store tersebut akan ada workshop untuk mengcustom dan diorama diecast.
PERANCANGAN PUSAT EDUKASI SENI FOTOGRAFI ANALOG DI KOTA DENPASAR Reinharde Jonah P Runkat; Putu Surya Triana Dewi; I Kadek Pranajaya
Jurnal PATRA Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Patra Oktober 2020
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v2i2.118

Abstract

Ditengah berkembangnya teknologi kamera saat ini, ternyata masih ada sekelompok orang yang tertarik dengan penggunaan teknologi kamera manual, hal ini terbukti dari banyaknya komunitas di Indonesia yang menekuni kamera analog dan adanya peningkatan presentase penggunaan kamera analog melalui event-event yang diadakan oleh komunitas-komunitas kamera analog ini dari tahun ketahun. Menggunakan kamera analog merupakan proses karya yang sempura. Karena prosesnya yang sangat menguji kesabaran seseorang. Hasil jepretan kamera analog merupakan sebuah kebanggan tersendiri. Di Bali tepatnya di Denpasar masih ada sekelompok orang yang gemar menggunaan kamera analog, hal ini dapat dilihat dari adanya perhimpunan orang-orang yang membentuk komunitas kamera analog dan banyaknya tagar atau hashtag dengan postingan foto hasil jepretan dari kamera analog yang muncul di media sosial (Tribun bali, 2019). Akan tetapi kurangnya tempat untuk penyucian film dan pengetahuan masyarakat dalam mengoperasikan kamera analog ini membuat penulis berinisiatif merancang sebuah interior bangunan dengan menggunakan metode glassbox sehingga diharapkan dapat mengedukasi dan memberikan wawasan kepada masyarakat atau semua fotografer tentang cara mengoperasikan kamera analog serta meningkatkan pasar penjualan kamera analog dan penyucian film dan juga dapat mewadahi sekelompok orang pecinta kamera analog sehingga dapat berkumpul dan berbagi ilmu tentang kamera analog.
PERANCANGAN INTERIOR MOESLIM CULTURE ARTSPACE DI KOTA DENPASAR Cindy Paramitha Sugianto; A.A Gde Tugus Hadi Iswara; I Kadek Pranajaya
Jurnal PATRA Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Patra Oktober 2020
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v2i2.124

Abstract

Islamophobia is a disease of excessive fear of Islam, due to excessivetrauma, such as the impact of the Bali I bombing and Bali II bombingcarried out by terrorists who use the name Islam. Islamophobia in Bali hasnot been resolved properly, due to the lack of approach between Muslimand non-Muslim communities in Bali regarding Muslim culture and theunavailability of commercial buildings based on cultural heritage regardingIslamic culture. Therefore, we need a place or facility that canaccommodate the needs of the Muslim community who want to take anapproach such as an artspace that raises the history of the early entry ofIslam in Bali, the development of Islamic culture in Bali after theoccurrence of alkuturation, and provides new insights that were notpreviously known by the community. non-Muslims. Where in this paperwill focus on interior design artspace in the city of Denpasar, entitledDesigning the Moeslim Culture Artspace in Denpasar City. keywords: artspace, culture, design, moeslim Islamophobia merupakan sebuah penyakit ketakutan berlebih terhadap islam, akibat trauma yang berlebih, seperti dampak dari bom bali i dan bombali ii yang dilakukan oleh teroris yang mengatas namakan islam.Islamophobia di bali belum dapat teratasi dengan baik, karena minimnyapendekatan antara masyarakat muslim dan non-muslim di bali mengenaikebudayaan umat muslim serta, belum tersedianya bangunan komersilyang berbasis cagar budaya mengenai kebudayaan islam. Oleh karena itudiperlukan sebuah tempat atau fasilitas yang dapat mewadahi kebutuhanmasyarakat muslim yang ingin melakukan suatu pendekatan seperti artspace yang mengangkat sejarah awal masuknya islam di bali, perkembangan kebudayaan islam di bali setelah terjadinya alkuturasi, sertamemberikan wawasan baru yang sebelumnya belum di ketahui olehmasyarakat non-muslim. Dimana dalam penulisan ini akan berfokus pada perancangan interior ruang karya di kota denpasar, yang berjudulPerancangan Pusat Seni Kebudayaan Islam Di Kota Denpasar. kata kunci : kebudayaan, muslim, perancangan, pusat seni.
KREATIFITAS ORNAMEN ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DARI BATU PADAS ARTIFISIAL Kadek Prana Jaya
Jurnal PATRA Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Patra Mei 2022
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v4i1.347

Abstract

Ekonomi kreatif merupakan penciptaan nilai tambah yang berbasis ide gagasan yang lahir dari kreativitas berbasis ilmu pengetahuan, tercantum peninggalan budaya, serta teknologi. Kreativitas ialah aspek pendorong timbulnya inovasi ataupun penciptaan karya kreatif dengan menggunakan temuan yang telah ada sebelumnya. Batu padas artifisial merupakan bentuk kreatifitas yang dilakukan kelompok warga di Bali untuk mengeksplore bahan ornamen arsitektur tradisional Bali. Pembuatan batu padas artifisial dapat meningkatkan nilai positif untuk pertumbuhan usaha untuk pengerajin seni ukir padas di Bali. Peran pemerintah & akademisi dapat membantu menghasilkan suatu rekayasa material serta bahan bangunan alternatif yang baik untuk kelangsungan serta kelestarian arsitektur tradisional Bali. Riset ini berupaya untuk menguak proses kreatif pengerajin batu padas artifisial di Bali sebagai alternatif bahan bangunan yang digunakan dalam ornamen arsitektur tradisional Bali
Signifikansi Nilai Simbol Budaya Dan Nilai Religi Pada Pemugaran Arsitektur Warisan di Pura Kentel Gumi Kabupaten Klungkung I Kadek Pranajaya
Jurnal Penelitian Agama Hindu Vol 6 No 4 (2022)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1175.458 KB) | DOI: 10.37329/jpah.v6i4.1909

Abstract

Kentel Gumi Temple is one of the oldest temples in Bali which has its own uniqueness because there are many archaeological objects stored in the temple area. Not many people know about the unique process of Kentel Gumi Temple and the process of restoring the temple compared to other temples in Bali. This research was conducted with a qualitative exploration method to examine the significance of the values ​​of cultural symbols and religious values ​​in the process of restoring the cultural heritage architecture at the Kentel Gumi Temple. In addition, to explore the activities of preserving architectural forms and ritual values. The results of the study found that the restoration of the Kentel Gumi Temple was significant for maintaining the value of cultural symbols and religious values ​​with the discovery of many archaeological objects from the lytic tradition in the form of menhirs, as well as relics from the classical period such as the Pancer Jagat shrine which is the unit that has the greatest cultural significance value. , considering that this building unit is an early milestone in the development of Kentel Gumi temple. The presence of a bronze phallus and stone in the Meru pelinggih overlapping solas, chess advance pelinggih, ancient statues in the form of 4 (four)-faced Lord Brahma made of solid stone, pelinggih gedong statues (queen puseh), and Ganesha statues. While the religious value can be seen from the ritual procession of restoration through spiritual transfer of all buildings through a form of symbol transfer called tapakan pelinggih with a set of upakara daksina, procession of building pralines, determination of layout (nyukat), excavation work (ngaruwak), ngenteg linggih ceremony to Tawur Panyegjeg Jagat level ceremony.  
Exploring the Philosophy and Forms of Traditional Balinese Architecture at Badung Market I Kadek Pranajaya; I Nyoman Artayasa
Journal of Urban Society's Arts Vol 9, No 2 (2022): October 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jousa.v9i2.6118

Abstract

After the fire disaster, Badung market was rebuilt by applying the values of Balinese  local wisdom. It was designed through an integrated synergy of regional arrangement within the Badung market, Kumbasari market, and the arrangement of the Tukad Badung to support the concept of a heritage city tour in Denpasar City. The philosophical concept used is tapak dara and padu raksa. The concept of values and architectural forms uses the Triangga, the Trimandala, the Sanga Mandala, and the Tri Hita Karana concepts. The forms of the entrance uses the bintang aring concept. It is combined with the kayon form as a symbol of balance, horizontal and vertical for human life. The concept of Balinese traditional architectural decoration uses bebadungan decorations. This research was with a qualitative exploratory method Researchers also found modernization towards more advanced changes with rational, effective, efficient, and economic principles. This is evidenced in the use ornaments made of Glass Reinforced Concrete, elevator facilities, and escalators. In addition, Badung market was designed to be more modern and universal with a children's play room, lactation room, emergency stairs, accessible toilets, and other facilities.Menjelajahi Filosofi dan Bentuk Arsitektur Tradisional Bali di Pasar Badung.  Pascabencana kebakaran, Pasar Badung dibangun dengan menerapkan nilai kearifan lokal Bali. Didesain melalui sinergitas penataan kawasan secara terpadu antara Pasar Badung, Pasar Kumbasari, dan penataan tukad Badung untuk menunjang konsep tur kota pusaka (heritage city tour) Kota Denpasar. Konsep filosofis yang digunakan adalah tapak dara sebagai simbol keseimbangan dan padu raksa sebagai makna stabilitas perputaran ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan. Konsep tata nilai dan bentuk bangunan menggunakan konsep triangga, trimandala, sanga mandala, dan tri hita karana. Bentuk pintu masuk pada bangunan utama menggunakan konsep bintang aring dengan bebatelan di kiri dan kanan. Bintang aring difilosofikan sebagai pintu yang bercahaya bagai bintang sehingga terlihat monumental, berestetika, dan menambah kesan oriental. Bintang aring dikombinasikan dengan bentuk kayon sebagai lambang keseimbangan, horisontal dan vertikal bagi kehidupan manusia. Konsep ragam hias arsitektur tradisional Bali menggunakan ragam hias bebadungan. Ragam hias ini didesain untuk menciptakan identitas jati diri Kota Denpasar. Peneliti juga menemukan kehidupan modernisasi dengan prinsip rasional, efektif, efisien, dan ekonomis. Hal ini dibuktikan pada penggunaan ornamen dari bahan Glass Reinforced Concrete (GRC), fasilitas elevator, dan eskalator. Selain itu Pasar Badung didesain lebih modern dan universal dengan adanya ruang bermain anak, ruang laktasi, tangga darurat, toilet aksesibel, dan fasilitas lainnya.
Signifikansi ekspresi nilai simbol budaya peciren bebadungan pada desain fasad bangunan publik di Bali I Kadek Pranajaya; Made Mariada Rijasa; Ni Made Emmi Nutrisia Dewi
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 8 No 1 (2023): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Januari 2023 ~ April 2023
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/arteks.v8i1.1916

Abstract

There is a need to preserve areas with distinct identities by utilizing several local architectural potentials to develop their appearances. One example of this is in the Denpasar and Badung regions of Bali, where the use of peciren bebadungan ornaments is currently being applied to shape their respective identities. The peciren bebadungan is an expression of brick tectonics with strong, hard, and simple characteristics. However, it has been observed that the designs of some public building facades in Bali were produced without due consideration for the meaning and philosophy of these ornaments. Therefore, this research was conducted to examine and analyze the importance of the cultural value symbol expression associated with the peciren bebadungan in Bali using a qualitative exploration method. The findings showed the implementation of the style on several public buildings in Bali, specifically in Denpasar City and Badung Regency, in combination with contemporary designs. Some others also apply the style but with incomplete implementation and modification through a simpler and more minimalistic concept. This was observed to have eliminated the inherent meaning and cultural symbol value. Therefore, it is recommended that the government, architects, as well as the entire community, need to play a very important role in preserving the peciren bebadungan cultural value symbol expression.
EVALUASI FASILITAS DAN RANCANGAN INTERIOR BANGUNAN PASAR BADUNG BALI SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA Daniella Deilova; Ni Made Emmi Nutrisia Dewi; I Kadek Pranajaya
Jurnal PATRA Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Patra Oktober 2023
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v5i2.654

Abstract

Keberadaan pasar tradisional sangatlah erat di dalam kehidupan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, pasar tradisional tidak lepas dari pengaruh modernisasi. Contohnya yaitu Pasar Badung yang merupakan pasar tradisional di Bali yang baru-baru ini selesai direvitalisasi, dimana kini memiliki bangunan enam tingkat dan sudah dipasangi lift dan eskalator. Namun perubahan yang drastis tersebut masih belum menjawab kebutuhan pengguna pasar. Metode yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, dimana dilakukan analisis terhadap efisiensi desain pasar melalui pengamatan di lapangan dan pengumpulan data wawancara dari pengguna pasar. Terlihat kondisi Pasar Badung yang sepi pengunjung, banyak kios yang tidak terpakai, lantai dan toilet yang kotor, lift yang sering rusak, bagian dalam bangunan yang panas, dimensi yang kurang ergonomis, dan spesifikasi lainnya yang tidak sesuai dengan standar pemerintah. Bangunan pasar yang terlalu tinggi dan desainnya yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan civitas pasar, penggunaan material yang kurang sesuai, kurangnya kedisiplinan kontraktor dan pengawas dalam pembangunan pasar, serta kurangnya kesadaran pengguna pasar dalam menjaga kebersihan, menyebabkan Pasar Badung menjadi tidak efisien digunakan sebagai pasar tradisional.
PENDAMPINGAN RESTORASI PENYENGKER DAN BALE KULKUL PURA DESA DAN PUSEH DESA PEKRAMAN GUWANG KECAMATAN SUKAWATI GIANYAR I Kadek Pranajaya
Jurnal Lentera Widya Vol 1 No 1 (2019): Jurnal Lentera Widya Desember 2019
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/lenterawidya.v1i1.62

Abstract

Pura Desa dan Puseh Desa Pekraman Guwang Kecamatan Sukawati di perkirakan sebagai peninggalan bangunan cagar budaya yang memiliki keunikan ukiran dan ornamen arsitektur Bali. Masyarakat Desa Guwang telah melakukan restorasi pada Penyengker (tembok) dan Bale Kulkul yang didampingi oleh tim ahli dari Ikatan Arsitek Indonesia Provinsi Bali bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Desain Bali, dimulai dari proses perencanaan hingga pengawasan berkala. Restorasi dilakukan untuk memulihkan kembali keadaan penyengker (tembok) dan Bale Kulkul karena tenggelam akibat meningginya jalan raya dan sejumlah ukiran dan ornamen style Bali sudah keropos. Restorasi mengedepankan pada aspek pelestarian dengan memanfaatkan kembali bahan-bahan lama dan mengganti bahan yang tidak dapat digunakan dengan pola ukiran, ornamen, dan ciri khas gaya masih tetap bertahan seperti sebelumnya. Pedampingan restorasi dilakukan agar masyarakat dapat melaksanakan kegiatan restorasi sesuai dengan Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Selain itu untuk memperkaya dan menambah wawasan, baik bagi penulis maupun bagi pembaca, serta dapat memberikan informasi dalam bidang keilmuan budaya arsitektur.