Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

ANALISIS PENGUASAAN MATERI DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA DALAM PERKULIAHAN KIMIA LINGKUNGAN BERBASIS MASALAH UNTUK MATERI PENCEMARAN UDARA Nuswowati, M.; Permanasari, A.; Binadja, A.; Arifin, M.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Vol 6, No 1 (2012): January 2012
Publisher : Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penguasaan materi dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan Kimia Lingkungan berbasis masalah untuk materi pencemaran udara. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia di salah satu universitas di Semarang untuk mata kuliah Kimia Lingkungan pada semester genap tahun 2010-2011. Mahasiswa rombel 1 (20 orang) untuk kelas eksperimen diberi perkuliahan dengan pendekatan berbasis masalah. Rombel 2 (23 orang) untuk kelas kontrol diberi perkuliahan seperti yang biasa dilakukan selama ini. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif. Has ii penelitian menunjukkan N-gain penguasaan materi pencemaran udara mahasiswa kelompok eksperimen adalah sedang, demikian pula untuk kelompok kontrol. N-gain keterampilan berpikir kreatif untuk kelas eksperimen adalah tinggi, sedangkan untuk kelompok kontrol adalah sedang. Lebih dari 50% pendapat mahasiswa menyebutkan bahwa komponen materi, model, pedoman mahasiswa, LKM, suasana belajar dan strategi dosen dalam perkuliahan sangat menarik, sangat baru, dan sangat mudah. Agar N­ gain rerata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada indikator 3 tidak mengalami peningkatan paling sedikit, maka mahasiswa lebih dimotivasi dalam mencari sumber mutakhir tentang penyelesaian masalah pencemaran udara.The purpose of this study was to analyze students material mastery and creative thinking skills after attending Environmental Chemistry-based lectures for a material issue of air pollution. This study was conducted on students of Chemistry Education at a university in Semarang for Environmental Chemistry courses in the second semester 2010-2011. Students of class 1 (20 people) as the experimental group were treated with a problem­ based approach. Class 2 (23 people) as the control group were treated with lectures as was done during this time. The collected data were then analyzed descriptively. The results showed that N -gain of matter mastery of air pollution of experimental group was moderate, as well as for the control group. N-gain of creative thinking skills for the experimental class was high, whereas for the control group was moderate. More than 50% of students said that the material component, models, students guidance and creativity sheets, an atmosphere of learning, and lecturers strategy in the lecture were very interesting, very new, and very easy. In order to gain the mean N-gain of the two groups at the third indicator did not have the least increase, the students were more motivated to look for on the newest source of air pollution problems.
KEMAMPUAN KOGNISI, KERJA ILMIAH DAN SIKAP MAHASISWA NON IPA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA Cahyani, R.; Rustaman, N. Y.; Arifin, M.; Hendriani, Y.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jpii.v3i1.2894

Abstract

Dalam kurikulum 2013 tujuan Pendidikan Nasional dikemas dalam 3 aspek sebagai SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yaitu aspek  sikap, aspek keterampilan dan aspek pengetahuan. Dalam  pembelajaran IPA sedapat mungkin guru/dosen melaksanakan proses pembelajaran secara Inkuiri Ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan bekerja ilmiah, bersikap ilmiah dan dapat mengkomunikasikannya sebagai komponen penting dalam kecakapan hidup (BNSP,2006). Pembelajaran inkuiri memberi kontribusi terhadap ketiga aspek SKL pada  mahasiswa , kenyataannya dosen kurang membelajarkan IPA melalui  inkuiri kepada para mahasiswanya. Telah dilakukan penelitian uji coba  terhadap  mahasiswa non IPA yang memperoleh mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di semester tiga sebanyak 28 orang. Metode penelitian menggunakan Research and Design (R&D). Komponen yang diteliti dan diamati adalah: kemampuan kognisi, kemampuan  kerja ilmiah dan sikap mahasiswa. Kemampuan kognisi dijaring melalui pretest dan postest yang bersifat close question.  Kemampuan  kerja ilmiah dijaring melalui Lembar Kerja Mahasiswa  dengan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia, sedangkan sikap ilmiah mahasiswa diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis penelitian  menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan kemampuan kognisi mahasiswa yang signifikan pada hasil pretest dan postest. Rerata N gain  terhadap kemampuan kognisi mahasiswa adalah 0,31 (sedang) dan rerata gain sebesar 15,18. (2) Kemampuan  kerja ilmiah mahasiswa berdasarkan rerata nilai dari yang terendah (42,38) hingga tertinggi (59,53) adalah: Merumuskan masalah (42,38), merumuskan variabel (43,10), membuat grafik (49,29), merumuskan hipotesis (50,95), memprediksi  (55,24),mengumpulkan data  (56,19), menghitung (56,43), menyimpulkan (59,05) dan mengkomunikasikan (59,53). (3) Sikap yang teramati secara dominan berturut-turut adalah: Rasa ingin tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama, tekun, tanggung jawab, terbuka, kreatifitas, jujur dan peduli terhadap lingkungan.In 2013 the curriculum goals of the National Education packaged in 3 aspects as SKL (Competency Standards) which aspects of attitudes, skills and knowledge aspect aspect. In learning science wherever possible teachers / lecturers carry out the process of scientific inquiry learning capabilities to foster scientific work, scientific attitude and can communicate as critical components in life skills (BNSP, 2006). Inquiry learning contributes to the three aspects of SKL on students, lecturers fact less membelajarkan science through inquiry to his students. Has conducted research trials to non-science students who obtain a Basic Natural Science courses in three semesters as many as 28 people. Using research methods Research and Design (R & D). Components are researched and observed are: cognitive ability, scientific ability and attitude of student work. The ability of cognition pretest and posttest captured through nature close question. The ability of the scientific work captured through the Student Worksheet with multimedia-assisted inquiry learning, while the scientific attitude of students observed during the learning process takes place. The results of analysis showed that: (1) There are differences in cognitive abilities of students were significant at pretest and posttest results. The mean N gain against the cognitive ability of students is 0.31 (medium) and a mean gain of 15.18. (2) The ability of the scientific work of students based on the mean value of the lowest (42.38) to the highest (59.53) is: Formulate the problem (42.38), formulating variables (43.10), make a chart (49.29) , formulate hypotheses (50.95), predict (55.24), collecting data (56.19), calculate (56.43), concluded (59.05) and communicate (59.53). (3) Attitude is observed predominantly in a row are: curiosity, expression, cooperation, diligence, responsibility, open, creative, honest, and caring for the environment.
KEMAMPUAN KOGNISI, KERJA ILMIAH DAN SIKAP MAHASISWA NON IPA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA Cahyani, R.; Rustaman, N. Y.; Arifin, M.; Hendriani, Y.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jpii.v3i1.2894

Abstract

Dalam kurikulum 2013 tujuan Pendidikan Nasional dikemas dalam 3 aspek sebagai SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yaitu aspek  sikap, aspek keterampilan dan aspek pengetahuan. Dalam  pembelajaran IPA sedapat mungkin guru/dosen melaksanakan proses pembelajaran secara Inkuiri Ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan bekerja ilmiah, bersikap ilmiah dan dapat mengkomunikasikannya sebagai komponen penting dalam kecakapan hidup (BNSP,2006). Pembelajaran inkuiri memberi kontribusi terhadap ketiga aspek SKL pada  mahasiswa , kenyataannya dosen kurang membelajarkan IPA melalui  inkuiri kepada para mahasiswanya. Telah dilakukan penelitian uji coba  terhadap  mahasiswa non IPA yang memperoleh mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di semester tiga sebanyak 28 orang. Metode penelitian menggunakan Research and Design (R&D). Komponen yang diteliti dan diamati adalah: kemampuan kognisi, kemampuan  kerja ilmiah dan sikap mahasiswa. Kemampuan kognisi dijaring melalui pretest dan postest yang bersifat close question.  Kemampuan  kerja ilmiah dijaring melalui Lembar Kerja Mahasiswa  dengan pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia, sedangkan sikap ilmiah mahasiswa diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis penelitian  menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan kemampuan kognisi mahasiswa yang signifikan pada hasil pretest dan postest. Rerata N gain  terhadap kemampuan kognisi mahasiswa adalah 0,31 (sedang) dan rerata gain sebesar 15,18. (2) Kemampuan  kerja ilmiah mahasiswa berdasarkan rerata nilai dari yang terendah (42,38) hingga tertinggi (59,53) adalah: Merumuskan masalah (42,38), merumuskan variabel (43,10), membuat grafik (49,29), merumuskan hipotesis (50,95), memprediksi  (55,24),mengumpulkan data  (56,19), menghitung (56,43), menyimpulkan (59,05) dan mengkomunikasikan (59,53). (3) Sikap yang teramati secara dominan berturut-turut adalah: Rasa ingin tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama, tekun, tanggung jawab, terbuka, kreatifitas, jujur dan peduli terhadap lingkungan.In 2013 the curriculum goals of the National Education packaged in 3 aspects as SKL (Competency Standards) which aspects of attitudes, skills and knowledge aspect aspect. In learning science wherever possible teachers / lecturers carry out the process of scientific inquiry learning capabilities to foster scientific work, scientific attitude and can communicate as critical components in life skills (BNSP, 2006). Inquiry learning contributes to the three aspects of SKL on students, lecturers fact less membelajarkan science through inquiry to his students. Has conducted research trials to non-science students who obtain a Basic Natural Science courses in three semesters as many as 28 people. Using research methods Research and Design (R & D). Components are researched and observed are: cognitive ability, scientific ability and attitude of student work. The ability of cognition pretest and posttest captured through nature close question. The ability of the scientific work captured through the Student Worksheet with multimedia-assisted inquiry learning, while the scientific attitude of students observed during the learning process takes place. The results of analysis showed that: (1) There are differences in cognitive abilities of students were significant at pretest and posttest results. The mean N gain against the cognitive ability of students is 0.31 (medium) and a mean gain of 15.18. (2) The ability of the scientific work of students based on the mean value of the lowest (42.38) to the highest (59.53) is: Formulate the problem (42.38), formulating variables (43.10), make a chart (49.29) , formulate hypotheses (50.95), predict (55.24), collecting data (56.19), calculate (56.43), concluded (59.05) and communicate (59.53). (3) Attitude is observed predominantly in a row are: curiosity, expression, cooperation, diligence, responsibility, open, creative, honest, and caring for the environment.
ANALISIS PENGUASAAN MATERI DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA DALAM PERKULIAHAN KIMIA LINGKUNGAN BERBASIS MASALAH UNTUK MATERI PENCEMARAN UDARA Nuswowati, M.; Permanasari, A.; Binadja, A.; Arifin, M.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Vol 6, No 1 (2012): January 2012
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penguasaan materi dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan Kimia Lingkungan berbasis masalah untuk materi pencemaran udara. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia di salah satu universitas di Semarang untuk mata kuliah Kimia Lingkungan pada semester genap tahun 2010-2011. Mahasiswa rombel 1 (20 orang) untuk kelas eksperimen diberi perkuliahan dengan pendekatan berbasis masalah. Rombel 2 (23 orang) untuk kelas kontrol diberi perkuliahan seperti yang biasa dilakukan selama ini. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif. Has ii penelitian menunjukkan N-gain penguasaan materi pencemaran udara mahasiswa kelompok eksperimen adalah sedang, demikian pula untuk kelompok kontrol. N-gain keterampilan berpikir kreatif untuk kelas eksperimen adalah tinggi, sedangkan untuk kelompok kontrol adalah sedang. Lebih dari 50% pendapat mahasiswa menyebutkan bahwa komponen materi, model, pedoman mahasiswa, LKM, suasana belajar dan strategi dosen dalam perkuliahan sangat menarik, sangat baru, dan sangat mudah. Agar N­ gain rerata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada indikator 3 tidak mengalami peningkatan paling sedikit, maka mahasiswa lebih dimotivasi dalam mencari sumber mutakhir tentang penyelesaian masalah pencemaran udara.The purpose of this study was to analyze students' material mastery and creative thinking skills after attending Environmental Chemistry-based lectures for a material issue of air pollution. This study was conducted on students of Chemistry Education at a university in Semarang for Environmental Chemistry courses in the second semester 2010-2011. Students of class 1 (20 people) as the experimental group were treated with a problem­ based approach. Class 2 (23 people) as the control group were treated with lectures as was done during this time. The collected data were then analyzed descriptively. The results showed that N -gain of matter mastery of air pollution of experimental group was moderate, as well as for the control group. N-gain of creative thinking skills for the experimental class was high, whereas for the control group was moderate. More than 50% of students said that the material component, models, students' guidance and creativity sheets, an atmosphere of learning, and lecturer's strategy in the lecture were very interesting, very new, and very easy. In order to gain the mean N-gain of the two groups at the third indicator did not have the least increase, the students were more motivated to look for on the newest source of air pollution problems.
RUMINAL CONDITION BETWEEN MADURA CATTLE AND ONGOLE CROSSBRED CATTLE RAISED UNDER INTENSIVE FEEDING Umar, M.; Arifin, M.; Purnomoadi, A.
Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture Vol 36, No 3 (2011): (September)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitaa.36.3.213-218

Abstract

Each four young bulls of Madura cattle and Ongole Crossbred (OC) cattle were used to study theefficiency of ruminal fermentation by comparing the proportion of Volatile Fatty Acid (VFA) of thesetwo breeds which were raised under intensive feeding. All the cattle were in about 1.5 years-old with anaverage body weight of 147.75 ± 14.57 kg and 167 ± 22.57 kg, for Madura and OC cattle, respectively.They were fed Napier grass (Pennisetum purpureum) hay, and concentrate feeding consists of pollard,soybean meal and rice bran for 10 weeks. Parameters measured were concentration of VFA at 0, 3 and 6h post-feeding and pH. The concentration of VFA in both Madura and OC cattle was peaked at 3 h postfeeding,being 136.1 mmol and 158.9 mmol, respectively, and then were decreased at 6 h post-feeding ata level of 58.1 and 98.2 mmol, respectively. The proportion of acetic acid in Madura and OC cattle were53.33% and 52.0% of total VFA, respectively, while the proportion of propionic acid and butyric acidwere 28.80% and 17.87% for Madura cattle, and 30.71% and 17.28% for OC cattle, respectively. Inaddition, the Acetic/Propionic ratios were 1.85 and 1.69 for Madura and OC cattle, respectively. RumenpH conditions of both cattle breeds tended to be basic, i.e. Madura cattle was ranged at 8.0-8.4, while thePO cattle was ranged at 7.6-8.4. In conclusion, both cattle breeds (Madura and OC cattle) have a similarefficiency to utilize the feeds in the rumen.
THE PERFORMANCE OF JAVA AND ONGOLE CROSSBRED BULL UNDER INTENSIVE FEEDING MANAGEMENT Lestari, C.M.S.; Adiwinarti, R.; Arifin, M.; Purnomoadi, A.
Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture Vol 36, No 2 (2011): (June)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitaa.36.2.109-113

Abstract

This study was set up to evaluate the performance of Java and Ongole Crossbred (OC) bulls fedconcentrate and rice straw. A total of four Java bulls and four OC bulls were used in this experiment. Thebulls were fed concentrates (50% of the total dry matter feed requirement) and rice straw (ad libitum).The concentrates were consisted of rice bran, beer waste product, copra meal, minerals, with crudeprotein (CP) and total digestible nutrients (TDN) contents of 15.32% and 73.09%, respectively. Theaverage daily gain (ADG), dry matter intake (DMI), protein and energy intake, and feed conversion ratio(FCR) were observed. The results of this study showed that the ADG, DMI, CP and TDN intake, andFCR were not significantly different (p> 0.05). The ADG of Java and OC bulls were 0.58 kg and 0.78kg, respectively. The averages of DMI, CP and TDN intake were 6.59 kg (2.09% of BW), 0.81 kg and4.34 kg for Java bulls whereas for OC bulls were 6.42 kg (2.11% of BW), 0.78 kg, and 4.20 kg,respectively. The FCR of Java bulls was 11.49 and those of OC bulls was 9.21. It can be concluded thatJava and OC bulls raised intensively and fed concentrate and rice straw had the similar performance.
Bahasa Inggris Soenarno, M. S.; Emilliana, P. A.; Arifin, M.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 19 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.19.2.84-89

Abstract

Tallow is a by-product of the meat processing industry. Tallow is commonly used as a raw material in soap making. This studi aims to evaluate the antibacterial activity of tallow-based soap with varying amounts of tea tree and peppermint extracts. This study used a completely randomized design with the addition of tea tree and peppermint extracts 0% (P1), addition 2% (P2), addition 5% (P3), addition 8% (P4). The parameters of this study were water content, pH, free fatty acids, and antibacterial activity tests against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Propionibacterium acnes. The results showed that tea tree and peppermint extracts had no significant effect on the water content, pH and free fatty acid values. Meanwhile, the results of antibacterial activity showed significantly different results (P<0.05) for E. coli and S. aureus but were not significant for P. acnes. Adding tea tree and peppermint extracts to tallow-based soap can enhance its antibacterial properties without affecting the physical quality of the soap.
Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kota Bengkulu Carlos, Juan; Trianto, Agus; Arifin, M.
Jurnal Korpus Vol 8 No 3 (2024): Desember 2024
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v8i3.37918

Abstract

Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kota Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, rekaman, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru hanya merencanakan dimensi profil pelajar pancasila dibagian informasi umum, pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, tidak direncanakan secara jelas. Pengimplementasian Profil Pelajar Pancasila yang tercantum dalam modul ajar, beberapa dimensi yang telah direncanakan ada yang terlaksana dan juga ada yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran. Hal itu menggambarkan bahwa ada ketidaksesuaian antara perencanaan Profil Pelajar Pancasila dalam modul ajar dengan pelaksaanannya dalam proses pembelajaran.
Rekayasa Mesin Pembuat Pelet Pakan Ikan untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Elfina, Sri; Arifin, M.; Syafri, Edi; Azharman, Zefri
Agroteknika Vol 8 No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v8i1.426

Abstract

Sektor perikanan budidaya memainkan peran penting dalam ketahanan pangan dan ekonomi nasional Indonesia. Peningkatan produksi ikan menuntut ketersediaan pakan yang efisien, namun biaya pakan komersial yang tinggi menjadi kendala besar, terutama bagi pembudidaya kecil dan menengah. Penelitian ini bertujuan untuk merancang mesin pelet pakan ikan yang harganya terjangkau, bertenaga bensin, dengan kapasitas produksi 20-50 kg/jam, untuk mendukung produksi pakan mandiri. Metode yang digunakan meliputi perancangan dan perakitan mesin dengan komponen utama berupa screw extruder, roda penggerak, dan cetakan (die). Prototipe mesin memiliki dimensi 60 x 40 x 70 cm, menggunakan motor penggerak 4 tak (3600 rpm, 196 cc, bensin), tipe pencetakan screw extruder dengan diameter die 3 mm, tabung penggiling berukuran panjang 23 cm dan diameter 7 cm. Prototipe mesin diuji dengan bahan baku seberat 10 kg sebanyak lima kali. Hasil menunjukkan mesin dapat menghasilkan daya maksimum 3,46 kW, dengan putaran 720 rpm (maksimum) dan 200 rpm (minimum). Rata-rata kapasitas produksi mencapai 49,49 kg/jam, lebih tinggi dibandingkan mesin motor listrik 1 Hp pada penelitian sebelumnya yang menghasilkan 39,83 kg/jam. Selain itu, analisis scatterplot menunjukkan bahwa semakin banyak pelet yang dihasilkan, semakin lama waktu yang diperlukan, menandakan hubungan linier antara jumlah dan waktu produksi. Beberapa perbaikan diperlukan, seperti penambahan pengunci roda untuk kestabilan. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengoptimalkan konsumsi bahan bakar dan mengevaluasi interval pemeliharaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif solusi mesin pelet yang efisien bagi pembudidaya skala kecil dan menengah.
Inovasi Produk Saus Tomat Menggunakan Tepung Labu Kuning Sebagai Pengental Arifin, M.; Ningsih, Radna; Helmi, Adlina Safitri; Oktrison, Oktrison; Elfina, Sri
Jurnal Pengabdian Cendikia Nusantara (PCN) Vol 1 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Cendikia Nusantara
Publisher : Lembaga Riset Cendekia, Yayasan Berkah Putera Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saus tomat adalah produk olahan yang umum digunakan sebagai penyedap dalam berbagai hidangan makanan. Selain memberikan rasa khas, tomat juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang meliputi vitamin C, Vitamin B, Vitamin E, dan provitamin A karoten. Dalam proses pembuatannya, saus tomat membutuhkan pengental untuk mencapai tekstur yang diinginkan. Di sisi lain, labu kuning adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia, dengan peningkatan produksi yang signifikan dari tahun ke tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan inovasi dalam pembuatan saus tomat dengan memanfaatkan tepung labu kuning sebagai bahan pengental alami. Metode eksperimen digunakan dalam Kegiatan ini, yang melibatkan produksi saus tomat dengan pengental yang berasal dari tepung labu kuning. Hasil Kegiatan menunjukkan bahwa tepung labu kuning memiliki warna kuning keoren yang khas. Saus tomat yang dihasilkan memiliki tekstur yang kental dan memuaskan selera para panelis yang terlibat dalam uji sensori. Saus tomat dengan pengental tepung labu kuning ini menawarkan alternatif menarik dalam produksi produk saus tomat yang sehat dan berbahan alami. Potensi penggunaan bahan alami ini dapat memberikan nilai tambah dalam industri makanan dan minuman, sekaligus mempromosikan pemanfaatan sumber daya lokal seperti labu kuning. Dengan demikian, Kegiatan ini berpotensi untuk memajukan industri makanan dan pertanian di Indonesia.